• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI EFEKTIVITAS INSEKTISIDA NABATI DAUN BINTARO (Cerbera manghas) TERHADAP MORTALITAS ULAT GRAYAK (Spodoptera frugiperda) PADA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays Saccharata) DI LABORATORIUM

N/A
N/A
Siti Akbari

Academic year: 2023

Membagikan "UJI EFEKTIVITAS INSEKTISIDA NABATI DAUN BINTARO (Cerbera manghas) TERHADAP MORTALITAS ULAT GRAYAK (Spodoptera frugiperda) PADA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays Saccharata) DI LABORATORIUM"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Ulat Grayak (Spodoptera frugiperda)

Cacing potong betina (Spodoptera frugiperda) bertelur secara berkelompok pada permukaan atas atau bawah daun jagung. Sayap belakang cacing imago (Spodoptera frugiperda), jantan dan betina, berwarna perak keputihan dengan garis-garis gelap di tepinya (Maharani, 2019). Hama (Spodoptera frugiperda) dapat menyerang semua stadium tanaman jagung mulai dari tahap vegetatif hingga generatif.

Larva ulat grayak (Spodoptera frugiperda) mempunyai sifat kanibal, yaitu terdapat antara 1 hingga 2 larva pada satu tanaman jagung, dan perilaku kanibal dimiliki oleh larva instar kedua dan ketiga.

Gambar 1. Telur Ulat Grayak (Spodoptera frugiperda)  (Sumber : Google.com)
Gambar 1. Telur Ulat Grayak (Spodoptera frugiperda) (Sumber : Google.com)

Pestisida Nabati

Selanjutnya larva yang berkembang pada tanaman rumput gajah tidak dapat berkembang lebih lanjut karena kekurangan nutrisi dan makanan sehingga hanya sedikit larva yang dapat bertahan hidup; (e). Melakukan pengendalian mekanis dengan cara mencari dan membunuh larva atau telur yang ditemukan secara mekanis; (F). Predator FAW berasal dari ordo Dermaptera dengan Famili Forficulidae, Carcinophoridae, Ordo Coleoptera dari Famili Coccinellidae dan Carabidae, Ordo Hymenoptera dari Famili Formicidae (semut), serta berbagai serangga lainnya seperti Zelus (Reduviidae), Podisus (Pentatomidae) ), Nabis (Nabidae), Geocoris (Lygaeidae), Orius dan Anthocoris (Anthocoridae) (g).

Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, baik secara individu atau melalui kombinasi metode yang berbeda.

Klasifikasi Tanaman Bintaro

Buah Bintaro merupakan buah drupa (buah berbiji) yang terdiri dari tiga lapisan yaitu epikarp atau eksokarp (kulit luar buah), mesokarp (lapisan tengah berupa ijuk dan tempurung seperti sabut kelapa) dan endokarp (ditutupi biji) dengan kulit biji atau testa ) (Hasan et al., 2016). Pada uji fitokimia yang dilakukan oleh Ahmad Habib Sholahudin ditemukan senyawa metabolit sekunder pada daun bintaro yaitu alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Flavonoid pada daun bintaro mempunyai efek toksik, antimikroba/sebagai pelindung tanaman terhadap patogen dan penekan pakan (Dewi et al., 2015).

Senyawa saponin dapat menyebabkan kerusakan membran sel pada larva sehingga larva yang terkena ekstrak daun bintaro merusak membran sel dan sel-selnya mengalami lisis.

Gambar 7. Daun Bintaro  (Sumber: flickr.com)
Gambar 7. Daun Bintaro (Sumber: flickr.com)

METODE MAGANG

Waktu dan Tempat

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun bintaro terhadap aktivitas makan dan mortalitas larva ulat grayak instar III (Spodoptera frugiperda). Persiapan Media Pemeliharaan Ulat Tentara (Spodoptera frugiperda) Media yang disiapkan pada penelitian ini adalah kotak pemeliharaan larva. Larva ulat grayak (Spodoptera frugiperda) diperoleh dari kebun jagung manis di beberapa wilayah kota Kalimantan Selatan dan juga dari jagung yang ditanam di Pusat Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Stoples berisi larva cacing kemudian dipelihara menjadi pupa instar III, imago, telur, larva yang disimpan dalam wadah plastik diameter 25 cm hingga instar III sebagai larva uji. Parameter pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase kematian larva ulat buah kapas (Spodoptera frugiperda) (%) dan waktu kematian larva ulat buah kapas (Spodoptera frugiperda). Proses ini diawali dengan pengumpulan larva cacing dari kebun jagung manis di beberapa wilayah di kota Kalimantan Selatan.

Percobaan ini dirancang menggunakan empat perlakuan berbeda untuk menguji efektivitas pestisida nabati dari daun bintaro terhadap larva ulat buah kapas. Setiap perlakuan mendapat dua ekor larva instar 3, sehingga total populasi larva yang dimasukkan dalam percobaan ini adalah delapan ekor. Hasil ini dapat memberikan panduan mengenai waktu optimal penerapan pestisida nabati dari daun bintaro untuk mencapai pengendalian larva ulat buah secara maksimal.

Hal ini mendukung fakta bahwa daun bintaro mempunyai sifat insektisida yang dapat digunakan sebagai alternatif yang efektif dan alami dalam mengatasi permasalahan ulat grayak pada tanaman jagung manis. Uji toksisitas ekstrak etanol buah Bintaro (Cerbera odollam L.) terhadap mortalitas ulat grayak (Spodoptera frugiperda J.E Smith).

Bahan dan Metode

Metode Kegiatan

Setelah diaduk hingga homogen dan aroma serta kekeruhannya sesuai, pgpr siap digunakan sebagai pupuk cair. Kedua, ukur dan campurkan PGPR dengan air menggunakan alat takar yang benar yaitu 15 cc PGPR per 1 liter air. Tempatkan tanaman dalam ember dan uleni selama satu jam, pegang tanaman dengan tangan kiri dan remas berlawanan arah jarum jam dengan tangan kanan untuk membuat campuran homogen.

Pembuatan trichokompos diawali dengan pengumpulan daun gamal, petai cina, Trichoderma, kotoran kambing, kapur tohor dan air bersih. Untuk membuat pestisida nabati dari akar pasak bumi, siapkan alat dan bahan seperti akar pasak bumi segar, wajan, kaleng atau botol bekas. Pembuatan ekstrak daun bintaro dan alang-alang diawali dengan mengambil daun bintaro yang sudah tua.

Daun kering dipotong kecil-kecil lalu dihaluskan dengan blender hingga menjadi bubuk (simplisia). Pada awal percobaan disiapkan pakan alami yaitu daun jagung manis muda dengan luas daun 5x5 cm untuk semua perlakuan. Larutan ekstrak etanol daun bintaros dimasukkan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan aquades hingga 1000 ml secara perlahan agar tercampur rata.

Evaluasi dilakukan 6 jam setelah perlakuan yaitu pada 24 jam pertama untuk melihat gambaran kemungkinan aktivitas ekstrak terhadap kematian larva.

GAMBARAN UMUM INSTANSI BPTPH

  • Sejarah dan Perkembangan
  • Visi dan Misi
  • Tugas Pokok dan Fungsi BPTPH Kalimantan Selatan
  • Susunan Organisasi BPTPH

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan No. 20 Tahun 2001 tanggal 8 November 2001 tentang Penetapan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Wilayah Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan, BPTPH Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai tugas pokok meliputi observasi, peramalan, penerapan Teknik Pengendalian Hama Tanaman (POPT), serta pemantauan pestisida pada tanaman pangan dan hortikultura. Susunan organisasi BPTPH Kalimantan Selatan terdiri atas Manajer Pusat (Eselon IV/a), Sudin Tata Usaha (Eselon III/D), Manajer Divisi Proteksi Tanaman Pangan (Eselon IV/A), Instalasi Laboratorium PHP dan Agen Hayati serta Jabatan Fungsional Kelompok dan petugas surveilans penyakit hama (PHP) di area surveilans. Berdasarkan golongan golongan pegawainya terdiri dari golongan IV (7 orang), golongan III (11 orang), golongan II (9 orang), P3K (7 orang), petugas lapangan di kecamatan (26 orang), petugas lapangan. di provinsi (30 orang), pertolongan pertama di lapangan (16 orang) dan THLPOPT-PHP (24 orang).

Gambar 10. Bagan Struktur Organisasi BPTPH Kalimantan SelatanKEPALA BALAI
Gambar 10. Bagan Struktur Organisasi BPTPH Kalimantan SelatanKEPALA BALAI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan Umum

Masukkan padi dan daun serai ke dalam bambu dan rekatkan kembali bambu tersebut dengan tali rafia, lalu kubur bambu tersebut di area akar manga dan tunggu selama tujuh hari. Perbanyakan dilakukan pada media padat yaitu nasi rebus dengan cara meletakkan starter Tricoderma pada nasi rebus kemudian diinkubasi selama 10 hari. Setelah itu, akar bambu dan rambut kemaluan putri dimasukkan ke dalam ember yang kemudian diisi air.

Setelah larutan air yang sudah dicampur dedak, MSG, gula pasir dan terasi sudah dingin, langkah selanjutnya adalah memasukkan larutan ke dalam wadah. Gunakan alat ukur yang sesuai untuk mengukur 15 cc PGPR dan menambahkannya ke dalam 1 liter air. Kemudian tanaman dimasukkan ke dalam ember dan diperas, dengan tangan kiri memegang tanaman dan tangan kanan meremas tanaman dengan gerakan berlawanan arah jarum jam selama kurang lebih satu jam.

Pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) merupakan tumbuhan berbentuk pohon yang pertumbuhannya lambat, mempunyai tinggi pohon 15-18 m dan mulai berbuah pada umur 2-3 tahun setelah tanam. Bahan aktif akar pasak bumi dibawa oleh pelarut metanol dan efisien dengan metode ekstraksi langsung. Cara pembuatan pestisida nabati dari akar pasak bumi adalah : Sebelum memulai pembuatan pestisida pastikan anda sudah menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.

Diantaranya akar pasak bumi segar, wajan, jerigen atau botol bekas dan peralatan lain yang diperlukan. Setelah rebusan mendidih selama 10 menit, matikan api dan biarkan akar pasak bumi yang sudah matang menjadi dingin.

Gambar 11. A. Eksplorasi Tricoderma B. Perbanyakan Tricoderma   (Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 11. A. Eksplorasi Tricoderma B. Perbanyakan Tricoderma (Sumber : Dok. Pribadi)

Kegiatan Khusus

Proses maserasi ini merupakan bagian penting dalam mengekstraksi senyawa aktif dari bintaro ke dalam pelarut. Ekstrak yang disaring dibuat dan disimpan dalam lemari es sampai digunakan untuk prosedur pengujian lebih lanjut. Di dalam toples plastik yang lebih besar ini, larva cacing dapat tumbuh dan berkembang hingga mencapai stadium III, yaitu salah satu tahapan perkembangan larva sebelum menjadi pupa.

Pada percobaan awal, pakan alami yang digunakan adalah daun jagung manis muda dengan luas daun sekitar 5x5 cm. Setelah larutan ekstrak etanol daun bintaro dibuat, dilakukan pengenceran untuk setiap konsentrasi yang akan diuji. Ketika hama lapar, mereka cenderung lebih aktif dan lebih cenderung mengonsumsi pestisida yang telah digunakan.

Setelah direndam, daun jagung dikering-anginkan agar daunnya tetap mengandung ekstrak daun bintaro yang sesuai dengan konsentrasi yang akan diuji. Keterangan: Pengamatan penerapan pestisida herbal dengan dosis 0 ml/liter air, 25 ml/liter air, 50 ml/liter air, 75 ml/liter air terhadap cacing army (Spodoptera frugiperda). Hal ini sesuai dengan penelitian Analisa dkk yaitu hama ulat grayak (Spodoptera frugiperda) pada tanaman jagung, dengan pemberian ekstrak daun bintaro (75 g/l) juga cenderung sama dengan insektisida sintetik dalam menekan larva. dan populasi Spodoptera frugiperda (Analisa et al., 2022).

Hal ini dikarenakan daun bintaro mengandung senyawa azadirachtin dan carberine yang bersifat sebagai antifedant terhadap serangga yang dapat menghambat bahkan menghentikan aktivitas makan serangga sehingga menyebabkan kematian serangga (Rahman, 2020). Kemudian menurut penelitian Suriati tahun 2011, daun tanaman Bintaro mengandung senyawa flavonoid, steroid dan saponin, sedangkan racun karberin yang juga terdapat pada daun Bintaro dapat mempengaruhi kerja otot jantung (Suriati, 2011).

Gambar 23. A. Pembersihan Lahan B. Menggemburkan Lahan C. Pemberian  Pupuk Kandang D. Penanaman Benih E
Gambar 23. A. Pembersihan Lahan B. Menggemburkan Lahan C. Pemberian Pupuk Kandang D. Penanaman Benih E

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Khasiat berbagai jenis insektisida nabati terhadap beberapa hama penting pada jagung manis yang ditanam secara konvensional. Uji fitokimia dan toksikologi ekstrak daun Bintaro Cerbera Odollam Gaerthn terhadap pencucian Artemia salina. Pengaruh aktivasi fisik dan kimia karbon aktif buah bintaro terhadap kapasitas penyerapan logam berat kromium.

Alumni Program Studi Kimia FMIPA Universitas Lambung Mangkurat, Staf Pengajar Banjarbaru, Program Studi Kimia FMIPA Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Kasus serangan ulat grayak oleh Spodoptera frugiperda J.E Smith (Lepidoptera: Noctuidae) pada tanaman jagung di Kabupaten Bandung, Garut dan Semedang, Jawa Barat. Khasiat Ekstrak Biji Bintaro (Cerbera Manghas) Sebagai Larvisida Terhadap Larva Aedes Aegypti L. Instar III/IV.

Peluang dan kemungkinan ekstrak tumbuhan dan produk untuk pengelolaan cacing musim gugur (Spodoptera frugiperda) bagi petani kecil di Afrika. Uji perbedaan konsentrasi ekstrak daun bintaro (Cerbera manghas L.) terhadap hama penggerek tongkol jagung manis. Terjadinya infestasi besar-besaran oleh cacing daun Spodoptera frugiperda, hama asing invasif baru, pada jagung di Lampung, Indonesia.

Khasiat Ekstrak Rimpang Alang – Alang (Imperata cindrilica) dan Daun Kirinyu (Chromolaena odorata) dalam mengendalikan larva Plutella xylostella.

Referensi

Dokumen terkait