• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PENIPUAN BERKEDOK INVESTASI ALAT KESEHATAN

D Solution

Academic year: 2023

Membagikan "EFEKTIVITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PENIPUAN BERKEDOK INVESTASI ALAT KESEHATAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENIPUAN INVESTASI ALAT KESEHATAN YANG DILAKUKAN OLEH SATGAS

WASPADA INVESTASI

(2)

EFEKTIVITAS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PENIPUAN BERKEDOK INVESTASI ALAT

KESEHATAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah Negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat).

Pernyataan tersebut secara tegas tercantum dalam penjelasan umum Undang- Undang Dasar 1945.1 Tujuan hukum dibuat untuk suatu tujuan yang mulia, yaitu memberikan pelayanan bagi masyarakat guna terciptanya suatu ketertiban, keamanan, keadilan dan kesejahteraan, namun pada kenyataannya masih tetap terjadi penyimpangan-penyimpangan atas hukum, baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja atau lalai.2

Percepatan pembangunan ekonomi nasional adalah upaya mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia, oleh karena itu diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas, Indonesia adalah Negara berkembang dan merupakan suatu pasar yang potensial untuk melakukan investasi bisnis. Selain masyarakat Indonesia yang sedang tumbuh dan berkembang perekonomiannya, jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar merupakan faktor terpenting untuk berinvestasi.

Investasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah suatu uang yang dimiliki seorang investor (pemilik uang/penanam) ke suatu bisnis

1 Ismail Sunny. Mekanisme Demokrasi Pancasila. Jakarta. Aksara Baru, 1981, hal. 10.

2 Andi Hamzah. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta. Sinar Grafika, 2002, hal. 8

(3)

yang dijalankan oleh penawar investasi dengan menanamkan uang/dana yang dimilikinya ke sebuah bisnis. Seorang investor berhak atas sejumlah laba yang ditentukan dalam perjanjian. Namun tidak semuanya memperoleh keuntungan tetapi malah menjadi korban penipuan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Kasus penipuan investasi kerap sekali terjadi. Semakin lama semakin banyak bermunculan beberapa modus penipuan yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Pelaku penawar investasi memanfaatkan perkembangan teknologi yang semakin canggih untuk membawa kegiatan investasi menjadi lebih mudah dan praktis. Karena masyarakat yang secara otomatis akan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi tersebut dan juga mereka akan lebih tergoda akan investasi online. Modus operandi yang lebih beragam akan ditampilkan oleh pelaku penawar investasi untuk menarik minat masyarakat.

Pada masa pandemi saat ini, ada saja oknum-oknum yang memanfaatkan momentum untuk menipu orang lain. Salah satunya adalah penipuan investasi alkes (alat kesehatan) yang sedang marak di masa pandemi seperti ini. Hal seperti ini tentu merugikan orang-orang yang belum mengetahui tentang investasi. Seperti yang terjadi saat ini, kasus penipuan suntik modal (sunmod) bisnis alat kesehatan alkes) yang terjadi di Jakarta pada hari Minggu, 12 Desember 2021. Kerugian tercatat mencapai Rp 1,2 triliun.3

3 https://www.jawaban.com

(4)

Dalam KUHP terdapat penjelasan mengenai konseptual penipu dalam menipu antara lain:

1. Membujuk, melakukan ajakan berupa bujukan terhadap seseorang atau korporasi untuk memberikan barang, atau memberi hutang, atau menghapus piutang dari orang yang membujuk.

2. Maksud membujuk, bertujuan untuk mencari keuntungan atas diri sendiri maupun anggota atau orang lain dengan cara melawan hukum.

3. Pembujukan dilakukan melalui beragam cara seperti : a. Menggunakan nama palsu;

b. Menggunakan keadaan yang tidak sebenarnya;

c. Tipu muslihat;

d. Perkataan bohong yang telah dirancang sebegitu menarik.

Sebagai salah satu bentuk tindak pidana, penipuan merupakan wujud tindakan dengan unsur rangkaian kebohongan untuk keuntungan diri pelaku, yang berakibat orang yang dibohongi, menjadi dirugikan.

Dalam pidana, pertanggungjawaban memiliki makna bahwa setiap orang yang melakukan kejahatan atau perbuatan melawan hukum sebagaimana sudah diatur dalam Undang-Undang, maka orang tersebut telah patut mempertanggungjawabkan perbuatannya sesuai tindak kejahatan yang dilakukan.4 Namun dalam hal subjek hukum yang melakukan tindak pidana penipuan tersebut adalah korporasi, maka harus jelas siapa yang dapat

dipertanggungjawabkan. Maka untuk menemukan yang

dipertanggungjawabkan tidaklah semudah yang dibayangkan, meski demikian

4 Andi Hamzah, Asas-asas Hukum Pidana (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal. 12.

(5)

korporasi dalam melakukan tindak pidana yang dikenai pertanggungjawaban adalah pengurus korporasi. R. Subekti mendefinisikan jika subjek hukum berupa badan hukum atau korporasi, maka pada pokoknya adalah suatu badan yang memiliki hak-hak dan dapat bertindak seperti non korporasi serta memiliki dana atau harta benda sendiri dan dapat tergugat atau menggunggat di depan hakim.5

Adapun aturan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Terkait dengan tindak pidana penipuan investasi terdapat dalam Pasal 372 KUHP tentang tindak pidana penggelapan atau Pasal 378 KUHP tentang tindak pidana penipuan. Sedangkan ketentuan di luar KUHP yang dapat menjerat adalah tentang tindak pidana pencucian uang atau money laundry.

Pada prinsipnya, uang yang dihasilkan dari tindak kejahatan, tidak serta-merta digunakan secara pribadi, melainkan digunakan untuk kepentingan lainnya, kegiatan ini yang disebut pencucian uang atau money laundry. Adapun sanksi Undang-Undang yang digunakan untuk menjerat pelaku telah diatur dalam UU nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dengan ancaman paling lama 20 tahun dan denda paling banyak 10 miliar rupiah.

Penegakan hukum terhadap kasus penipuan investasi belum optimal.

Dari 986 entitas penipuan investasi yang dihentikan Satgas Waspada Investasi selama empat tahun terakhir (data Satgas Waspada Investasi tahun 2017 hingga akhir Mei 2020), hanya sekitar sepuluh persen yang berlanjut ke meja hijau. Dari data Satgas Waspada Investasi tersebut, investasi yang ditemukan

5 Chidir Ali, Badan Hukum (Bandung: Alumni, 2010), hal. 11.

(6)

umumnya umumnya menawarkan imbal hasil yang tinggi diikuti klaim tanpa risiko dan legalitas/izin usaha dalam menawarkan investasi tersebut tidak dimiliki entitasnya ataupun entitasnya memiliki legalitas namun tidak sesuai dengan kegiatan usahanya6

Salah satu kasus penipuan berkedok investasi alat Kesehatan terjadi di Jakarta yang dilakukan oleh perusahaan swasta berinisial VAK. Penipuan berkedok invetasi ini terjadi dengan skema korban dijanjikan keuntungan sebesar 20 persen dari setiap dana investasi yang diberikan.7 Setelah satu tahun berinvestasi, para investor VAK hanya bisa gigit jari, sebab perusahaan yang digadang-gadang memberi keuntungan ratusan juta, bahkan miliaran rupiah itu, ternyata 'bodong' alias fiktif. Investasi bodong adalah investasi yang tidak memberikan return baik berupa hasil maupun modal yang diinvestasikan, dikarenakan perusahaan pencari dana tidak mempunyai usaha yang produktif sehingga tidak bisa mengelola modal yang diinvestasikan oleh investor. Investasi bodong dapat juga disebabkan pialang, broker, maupun dealer yang berfungsi sebagai perantara tidak memiliki izin atau memiliki itikad tidak baik yang mengarah pada praktik penipuan kepada investor.

Kejadian tersebut diatur dalam KUHP PASAL 378 yang berbunyi Barang siapa yang dimaksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakan orang lain untuk

6 Investasi Ilegal dan Permasalahan Penegakan Hukum Oleh: Tongam Lumban Tobing*) (hukumonline.com)

7 Korban Penipuan Investasi Bodong Alkes Rp180 Miliar Lapor ke Polda Metro Jaya (sindonews.com)

(7)

menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang diancam karna penipuan dengan pidana paling lama empat tahun.

Sesuai dengan kasus diatas, dalam investasi tidak selalu mengalami kelancaran seperti yang diharapkan. Adakalanya dipihak anggota atau penerima uang yang dengan sengaja melakukan tindak pidana penipuan atau menggelapkan dana, penggelapan diartikan sebagai perbuatan menggunakan (uang, barang, dll) secara tidak sah. Unsur-unsur penggelapan objektif dalam penggelapan meliputi perbuatan memiliki suatu benda yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain, yang berada didalam kekuasaannya bukan karena kejahatan. Unsur subjektif meliputi penggelapan dengan sengaja dan penggelapan melawan hukum

Investasi illegal di Indonesia banyak menggunakan skema money game atau skema Ponzi yaitu memutar dana masyarakat dengan cara membayar bonus kepada konsumen lama dengan sumber dana yang berasal dari konsumen baru. Tidak ada sedikitpun aktivitas bisnis nyata untuk menompang pembayaran keuntungan kepada masyarakat, akibatnya sudah dapat diduga, akan kehilangan uang dalam waktu singkat karena uangnya telah diserahkan kepada pihak lain yang telah ikut lebih dulu. Terlebih lagi kegiatan Investasi Illegal menggunakan fasilitas publik untuk mempermudah menjaring masyarakat untuk mengikuti prakteknya tersebut. Penghimpunan dana dari masyarakat diimingi mendapat keuntungan yang sangat menggiurkan atau dengan bunga diluar batas kewajara

(8)

Skema Ponzi juga termasuk tindakan penipuan dan penggelapan uang yang berkedok investasi yang dapat dijerat pidana penjara paling lama empat tahun sesuai Pasal 372 dan 378 UU KUHP. Akan tetapi, semua ketentuan di atas bersifat parsial dan sektoral. Belum ada regulasi khusus yang benar-benar secara tegas melarang praktik skema Ponzi. Di sinilah lagi-lagi terjadi kekosongan hukum yang mengakibatkan legalitas atas suatu rekayasa bisnis menjadi bias. Kekosongan hukum ini yang sering dijadikan celah oleh para mafia investasi untuk tetap meliarkan praktik skema Ponzi di Indonesia

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas oleh penulis, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul

EFEKTIVITAS PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PENIPUAN INVESTASI ALAT KESEHATAN YANG DILAKUKAN OLEH SATGAS WASPADA INVESTASI”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut: Mengapa penegakan hukum terhadap kasus penipuan investasi yang dilakukan oleh Satgas Waspada Investasi belum efektif ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Mengetahui efektivitas penegakan hukum terhadap kasus

(9)

penipuan investasi alat kesehatan yang dilakukan oleh satgas waspada investasi

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis manfaat dari penelitian ini antara lain:

a. Penelitian ini dapat menyumbangkan pemikiran dan mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang hukum;

b. Dapat menjadi refrensi maupun bahan pertimbangan bagi penelitian untuk saat ini maupun di masa mendatang.

2. Secara Praktis manfaat dari penelitian ini antara lain:

a. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai efektivitas perlindungan hukum bagi korban kejahatan investasi alat kesehatan

b. Bagi Akademisi

Sebagai tambahan referensi guna memperoleh informasi bagi para pihak yang ingin melakukan penelitian dengan objek yang sama.

c. Bagi Pembaca

Untuk memberikan informasi kepada masyarakat khsusunya dalam hal anak yang melakukan tindak pidana narkotika.

E. Keaslian Penelitian

(10)

Sepanjang yang diketahui dan berdasarkan data dan informasi yang ada serta penelusuran lebih lanjut pada kepustakaan yang ada di lingkungan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, khususnya di lingkungan Studi Ilmu Hukum diketahui bahwa belum ada penelitian sebelumnya yang berjudul

“Efektivitas Penegakan Hukum Terhadap Kasus Penipuan Investasi Alat Kesehatan Yang Dilakukan Oleh Satgas Waspada Investas”. Dengan demikian penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan.

F. Tinjauan Pustaka

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif adalah sesuatu yang ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) sejak dimulai berlakunya suatu Undang-Undang atau peraturan.8

Sedangkan efektivitas itu sendiri adalah keadaan dimana dia diperankan untuk memantau.9 Jika dilihat dari sudut hukum, yang dimaksud dengan “dia”

disini adalah pihak yang berwenang yaitu polisi. Kata efektifitas sendiri berasal dari kata efektif, yang berarti terjadi efek atau akibat yang dikehendaki dalam suatu perbuatan. Setiap pekerjaan yang efisien berarti efektif karena dilihat dari segi hasil tujuan yang hendak dicapai atau dikehendaki dari perbuatan itu. Pada dasarnya efektivitas merupakan tingkat

8 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka, 2002, hal. 284..

9 Ibid

(11)

keberhasilan dalam pencapaian tujuan. Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam sosiologi hukum, hukum memiliki fungsi sebagai a tool of social control yaitu upaya untuk mewujudkan kondisi seimbang di dalam masyarakat, yang bertujuan terciptanya suatu keadaan yang serasi antara stabilitas dan perubahan di dalam masyarakat. Selain itu hukum juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai a tool of social engineering yang maksudnya adalah sebagai sarana pembaharuan dalam masyarakat. Hukum dapat berperan dalam mengubah pola pemikiran masyarakat dari pola pemikiran yang tradisional ke dalam pola pemikiran yang rasional atau modern. Efektivikasi hukum merupakan proses yang bertujuan agar supaya hukum berlaku efektif

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.10 Apa yang diartikan orang selama ini sebagai penegakan hukum (law enforcemet) sepertinya hanya tertuju pada tindakan refresif dari aparat penegak hukum dalam melakukan reaksi tegas terhadap penindakan pelaku kriminal. Pemaknaan penegakan hukum secara demikian itu sangatlah sempit, oleh karena kewenangan penegakan hukum hanya seakan menjadi tanggungjawab aparat hukum semata.

Sebenarnya penegakan hukum dalam konteks yang luas berada pada ranah tindakan, perbuatan atau perilaku nyata atau faktual yang bersesuaian

10 Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm. 21

(12)

dengan kaidah atau norma yang mengikat. Namun demikian, dalam upaya menjaga dan memulihkan ketertiban dalam kehidupan sosial maka pemerintahlah actor security11

Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya paksa.12

Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut objeknya, yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat.

Tetapi, dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut

11 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), hlm. 21

12 Barda Nawawi Arief, Op.Cit., hlm. 46

(13)

penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja. Karena itu, penerjemahan perkataan ‘law enforcement’ ke dalam bahasa Indonesia dalam menggunakan perkataan ‘penegakan hukum’ dalam arti luas dan dapat pula digunakan istilah ‘penegakan peraturan’ dalam arti sempit.13

Tindak pidana adalah perilaku yang pada waktu tertentu dalam konteks suatu budaya dianggap tidak dapat ditolerir dan harus diperbaiki dengan mendayagunakan sarana-sarana yang disediakan oleh hukum pidana.14 Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu tindak pidana adalah adanya suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum dan yang dapat dipersalahkan kepada pelakunya. Selain itu, harus ada seseorang yang dapat dimintai pertanggungjawaban (toerekeningsvatbaar atau schuldfahig).15

Penipuan berasal dari kata tipu, yang berarti perbuatan atau perkataan yang tidak jujur, bohong, atau palsu dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali, atau mencari untung.16 Sedangkan penipuan sendiri bedasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan proses, cara atau perbuatan melakukan tipu, atau mengecoh.17 Bedasarkan The American Heritages:

Dictionary of English Language, penipuan yang dalam bahasa Inggris berarti fraud diartikan sebagai:18

13 Agus Rahardjo, Cybercrime Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 76

14 Jan Remmmelink, Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hlm. 61..

15 Ibid, hlm. 86

16 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Cet.5, Gramedia Pusataka Utama, Jakarta, 2013, hlm. 1471

17 Ibid

18 The American Heritage: Dictionary of the English Language, Fourth Edition, MA: Houghton Mifflin Harcourt, Boston, 2000.

(14)

a. A deception deriberately practiced in order to secure unfair or unlawful gain

b. A piece of trickery; a trick

c. 1) one that defrauds; a cheat 2) one who assumes a false pose; an impostor

Mengenai tindak pidana penipuan diatur dalam Pasal 378 KUHP yang berbunyi sebagai berikut:

Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya member hutang maupun menhapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang.19 Istilah investasi bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas. Menginvestasikan dana pada sektor rill (tanah, emas, mesin atau bangunan) maupun asset finansial (deposito, saham atau obligasi), merupakan aktifitas yang umum di lakukan.

Menurur Jogiyanto, investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan dalam produksi yang efesien selam periode waktu tertentu.20 Sedangkan menurut Menurut Sukirno kegiatan investasi yang dilakukan oleh masyarakat secara terus menerus akan meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.

19 Eduardus Tendelilin, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi I, cet. I (Yogyakarta, BPFE, 2001), hlm 1.

20 Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi III, cet, I (Yogyakarta, BPFE, 2003) hlm 5

(15)

Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni (1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja; (2) pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi; (3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.21

G. Batasan Konsep

Berkaitan dengan luasnya permasalahan yang terkait dengan penulisan serta penelitian ini, maka adanya pembatasan konsep yaitu:

1. Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang telah dicapai. Efektivitas dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan dapat dinilai dengan berbagai cara dan mempunyai kaitan yang erat dengan efisiensi.

2. Penegakan Hukum

Proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara

3. Penipuan

21 Chairul Nizar, Abubakar Hamzah, Sofyan Syahnur, Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Serta Hubungannya Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia, Jurnal Ekonomi Pascasarjana Universitas Syah Kuala, Volume 1, No. 2, Mei 2013, hlm 3

(16)

Perbuatan dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya member utang maupun menghapuskan piutang, diancam, karena penipuan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

4. Investasi

Komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang..

H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian empiris, yaitu penelitian dengan adanya data-data lapangan sebagai sumber data utama, seperti hasil wawancara dan observasi. Penelitian empiris digunakan untuk menganalisis hukum yang dilihat sebagai perilaku masyarakat yang berpola dalam kehidupan masyarakat yang selalu berinteraksi dan berhubungan dalam aspek kemasyarakatan22

2. Sumber Data

Data pokok dalam penelitian ini bersumber pada data sekunder dan data primer. Data primer bersumber dari wawancara dengan SATGAS

22 Bambang Sunggono, 2003, Metodologi Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm, 43.

(17)

Waspada Investasi. Data sekunder bersumbar dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, tesis/disertasi, dokumen-dokumen, laporan-laporan maupun arsip-arsip resmi yang dapat mendukung kelengkapan data primer

3. Metode Pengumpulan Data a. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan, yaitu pengumpulan data primer dengan melakukan observasi dan wawancara dengan pihak-pihak terkait. Data primer diperoleh dari penelitian lapangan /observasi yang dilakukan oleh penulis, dan juga diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi.

b. Kepustakaan

Penelitian kepustakaan, yaitu melakukan pengkajian terhadap data sekunder berupa bahan hukum primer (peraturan perundang- undangan), bahan hukum skunder (literatur, laporan hasil penelitian, makalah, karya ilmiah yang dimuat dalam majalah ilmiah), dan bahan hukum tersier (kamus Bahasa Indonesia, kamus Bahasa Inggris, kamus Bahasa Belanda, kamus hukum, ensiklopedia, data statistik) yang relevan dengan permasalahan penelitian ini.

4. Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara mengolah dan menganalisis data yang telah dikumpulkan secara tekstual, lalu dikonstruksikan secara kualitatif, untuk selanjutnya ditarik suatu kesimpulan. Adapun pengolahan data yang dimaksud meliputi23:

23 Zainuddin Ali, 2014, Metodologi Penelitian Hukum, Sinar Grafika: Jakarta, hlm.42

(18)

a. Identifikasi data, yaitu mencari dan menetapkan data yang diperlukan dalam penelitian ini.

b. Editing/Seleksi data, yaitu terhadap data yang diumpulkan baik data skunder maupun data primer dilakukan pemeriksaan atau diteliti kembali untuk mengetahui kelengkapan data, selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

c. Klasifikasi data, yaitu kegiatan penempatan data menurut kelompokkelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-benar diperlukan dan akurat untuk dianalisis lebih lanjut.

d. Sistematisasi, yaitu kegiatan penempatam dan menyusun data yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada sub pokok bahasan sehingga mempermudah interpretasi data.

I. Sistematika Skripsi

Sitematika skripsi bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang cukup tentang arah dan tujuan mengenaik penulisan skripsi ini, secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum/skripsi.

BAB II : PEMBAHASAN

(19)

Bab ini berisi konsep/variabel pertama yaitu efektivitas penegakan hukum.

BAB III : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang penulis lakukan dan saran/ terhadap penulisan hukum/skripsi

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis menarik kesimpulan bahwa pengaturan hukum tentang tindak pidana penipuan melalui transfer dana di Indonesia adalah Pasal 378

ACKNOWLEDGEMENT I am ever grateful and very much obliged to the Almighty without whose grace it would have never been possible to pursue this study in this field of science and to