• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI SISWA KELAS VIII MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL SMP NEGERI 15 MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI SISWA KELAS VIII MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL SMP NEGERI 15 MEDAN"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

Rendahnya prestasi matematika siswa terlihat dari program penilaian siswa internasional (PISA) dan tren laporan matematika dan sains internasional (TIMSS). “Efektivitas Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Kemampuan Representasi Siswa Kelas VIII pada Materi Persamaan Linear Sistem Dua Variabel di SMP Negeri 15 Medan”. Dari latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah “bagaimana pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning efektif terhadap keterampilan representasi siswa kelas VIII pada materi sistem persamaan linear dua variabel di SMP Negeri 15 Medan”.

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran berbasis masalah efektif terhadap keterampilan representasi siswa kelas VIII pada materi sistem persamaan linear dua variabel di SMP Negeri 15 Medan. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru dalam upaya meningkatkan keterampilan representasi siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan representasi siswa dan mencapai hasil belajar siswa melalui pembelajaran berbasis masalah.

Defenisi Operasional

Efektivitas Pembelajaran

Indikator Efektivitas Pembelajaran

Pembelajaran yang efektif tidak lepas dari guru yang efektif, kondisi pembelajaran yang efektif, keterlibatan siswa, dan sumber/lingkungan belajar yang mendukung. Menurut Sani & Minarso (dalam Sitepu), ada tujuh indikator yang menunjukkan pembelajaran efektif, indikator tersebut antara lain: (1) pengorganisasian pembelajaran yang baik, (2) komunikasi yang efektif, (3) penguasaan dan semangat dalam belajar, (4) sikap positif terhadap siswa, (5) memberikan tes dan nilai yang adil, (6) fleksibilitas dalam pendekatan pengajaran, (7) hasil belajar siswa yang baik, Kualitas pembelajaran adalah banyaknya informasi dengan bantuan media pembelajaran yang dapat diserap oleh siswa , yang nantinya dapat dilihat dari hasil belajar siswa, (2) kesesuaian tingkat pembelajaran.

Kesesuaian tingkat pembelajaran adalah sejauh mana guru dapat menjamin tingkat kesiapan siswa dalam mempelajari materi baru, (3) Intensif. Intensitas adalah seberapa besar peran media dalam memotivasi siswa dalam mempelajari materi yang diberikan (4) Waktu. Kualitas pembelajaran dalam penelitian ini diukur dari hasil belajar yang dilihat dari keefektifan model pembelajaran PBL terhadap kemampuan representasi siswa.

Model Problem Based Learning

  • Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning
  • Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning
  • Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning
  • Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning

Peran guru dalam model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai fasilitator yang mendorong kemandirian siswa, keaktifan siswa, tempat siswa bertanya, dan menjaga siswa tetap berdialog selama proses pembelajaran. Model pembelajaran berbasis masalah tidak akan berhasil kecuali guru berperan aktif dalam mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran gagasan secara terbuka antara guru dan siswa. Menurut Ngalimun (dalam Lubis, 2018:16) mengatakan bahwa “model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Yang dimaksud dengan pembelajaran aktif adalah siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan guru adalah fasilitator pembelajaran.”

Ibrahim, Nur & Rusman (dalam Handayani, 2020:12) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk merangsang pemikiran tingkat tinggi siswa dalam situasi berorientasi dunia nyata. Ciri-ciri model pembelajaran berbasis masalah menurut Wahidin dalam jurnal (Setiyanigrum mengatakan bahwa “(1) Permasalahan harus ada pada awal pembelajaran, (2) Permasalahan harus berkaitan dengan kehidupan nyata, (3) Permasalahan menawarkan banyak sudut pandang, (4) Membangkitkan rasa ingin tahu siswa, (5) Mengutamakan sikap mandiri, (6) Sumber belajar yang banyak, (7) Siswa berperan aktif dalam belajar, (8) Memberikan kebebasan untuk mengembangkan dan memecahkan masalah, (9) Ada elaborasi dan sintesis, (10) Ada evaluasi dalam proses pembelajaran”. Ciri-ciri model pembelajaran berbasis masalah menurut (Istiqamah & Muhammadi menyatakan bahwa “(1) Pembelajaran diawali dengan kajian masalah, (2) Masalah bersifat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, (3) Siswa bekerja sama dengan kelompoknya, (4) Siswa mencari secara mandiri untuk memecahkan masalah, (4) Siswa menggunakan berbagai sumber belajar yang berkaitan dengan masalah yang diberikan guru, (6).

Tabel 2.1 sintaks problem based learning
Tabel 2.1 sintaks problem based learning

Kemampuan Representasi

Indikator Kemampuan Representasi

Guru harus memanfaatkan keberagaman metode atau prosedur yang digunakan siswa dalam memecahkan masalah, hal inilah yang merangsang kemampuan berpikir siswa untuk mampu menyelesaikan suatu masalah secara mandiri, dan berdasarkan keterampilan yang dimilikinya. Indikator representasi verbal antara lain menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah, menarik kesimpulan, atau menjawab pertanyaan dengan menggunakan kata-kata. Indikator representasi simbolik antara lain membuat persamaan atau model matematika dari representasi yang diberikan, membuat dugaan dari suatu bilangan, dan menyelesaikan masalah yang melibatkan ekspresi matematika.

Indikator representasi visual meliputi diagram, tabel, atau grafik untuk menyelesaikan atau merangkum masalah dan membuat gambar untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaiannya. Gunakan representasi simbolik untuk membuat persamaan atau model matematika dari representasi yang diberikan dan memecahkan masalah.

Tabel 2.4 Indikator Kemampuan Representasi
Tabel 2.4 Indikator Kemampuan Representasi

Materi Persamaan Linier Dua Variabel

Sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) adalah sistem persamaan linier yang mempunyai dua variabel yang masing-masing mempunyai pangkat satu, konstanta, dan koefisien. Selesaikan sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV) dengan mencari nilai x dan y yang memenuhi persamaan tersebut. Metode eliminasi, metode eliminasi penyelesaian suatu sistem persamaan linear dua variabel dengan cara menghilangkan salah satu variabel dengan cara menyamakan koefisien persamaan tersebut dengan memperhatikan tanda sama dengan (+) dengan (+) atau (- ) dengan (-) , kemudian untuk menghilangkannya dengan pengurangan dan sebaliknya jika tandanya berbeda gunakan sistem penjumlahan.

Metode substitusi, metode substitusi untuk menyelesaikan SPLDV, mengganti satu variabel dengan variabel lain sesuai persamaan yang diberikan. Model matematika yang relevan adalah bentuk SPLDV, misalnya harga barang, harga buah, banyak barang, perhitungan umur seseorang dan lain sebagainya. Ibu membelikan perlengkapan sekolah untuk 2 anaknya, jika harga 3 buku catatan dan 2 pulpen adalah Rp.

Untuk mencari koordinat titik potong dua garis, kita tarik garis yang melalui titik potong kedua garis yang tegak lurus sumbu x.

Gambar 2.1 Grafik Persamaan  2 + = 6  dan  2   + 4 = 12
Gambar 2.1 Grafik Persamaan 2 + = 6 dan 2 + 4 = 12

Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Fitri, Yuhasriati dan Bainuddin Yani (2019), “Kemampuan Representasi Matematis Siswa pada Materi Persamaan Linier Dua Variabel Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah di MTSN 4 Banda Aceh”. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan representasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional pada materi persamaan linear dua variabel di MTSSN 4 Banda Aceh. Penelitian yang dilakukan oleh Susilawati, Tjang Danier Chandra, Abadyo (2019) tentang keterampilan presentasi matematis kelas berdasarkan pencapaian keterampilan presentasi matematis pada tes akhir siklus dan hasil observasi aktivitas guru dan siswa dari kelas. siklus 1 sampai siklus 2.

Siswa dengan gaya kognitif reflektif biasanya mempunyai kemampuan representasi visual dalam kategori sangat baik, keterampilan representasi simbolik dalam kategori baik, dan keterampilan representasi verbal dalam kategori baik. . kategori baik, keterampilan representasi simbolik dalam kategori sangat buruk dan keterampilan representasi verbal dalam kategori buruk.

Kerangka Berpikir

Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan representasi matematis siswa adalah siswa kesulitan mengkomunikasikan gagasan dengan baik, siswa tidak dapat menginterpretasikan permasalahan secara utuh dalam bentuk tabel, diagram, grafik dan model matematika serta kesulitan dalam memahami apa yang dimaksud. bertanya pada a. pertanyaan sehingga tidak menjawab pertanyaan dan malas berpikir ketika dihadapkan pada permasalahan dan hal ini terjadi karena pembelajaran matematika masih belum mendapat tempat di hati siswa dan menyebabkan rendahnya hasil belajar. Hal ini juga disebabkan oleh kemampuan guru yang masih mengajarkan matematika dengan menggunakan metode konvensional, sehingga siswa kurang aktif dan merasa bosan. Oleh karena itu, untuk mengatasi rendahnya kemampuan representasi matematis siswa dalam memahami masalah dan solusi dalam pembelajaran matematika, maka peneliti mengusulkan model pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa yaitu model pembelajaran berbasis masalah, karena pembelajaran dengan berbasis masalah Dalam model pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator sehingga dapat memberikan kondisi belajar yang aktif kepada siswa dan dengan menerapkan model ini siswa dapat berperan aktif selama pembelajaran melalui kegiatan memecahkan masalah dan memudahkan siswa dalam memahami berbagai konsep. Harapannya setelah menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, kemampuan representasi siswa pada materi menjadi lebih baik, dimana peneliti ini hanya berfokus pada materi persamaan linear dua variabel.

Hipotesis penelitian

Jenis dan Rancangan Penelitian

Rawatan awal yang diberikan kepada kelas eksperimen ialah menggunakan model pembelajaran berasaskan masalah.

Tempat dan Waktu Penelitian

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi

Sampel

Variabel Penelitian 1. Variabel bebas (X)

Variabel terikat(Y)

Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Instrumen Penelitian

Uji Validitas Tes

Klik Analisis → Korelasi → Bivariat, maka akan muncul kotak Korelasi Bivariat, masukkan "skor jawaban dan skor total" pada Koefisien Korelasi, klik Orang dan pada Uji Signifikansi, klik "dua → ekor" untuk mengisi opsi statistik, statistik muncul kotak, klik “Mean and Standard Deviations” → klik Lanjutkan → Klik Sorot Korelasi Signifikansi → klik OK.

Uji Reliabilitas Tes

Klik Analisis → Analisis Keandalan Skala, akan muncul kotak Analisis Keandalan, masukkan "semua skor respons" pada item, pada model pilih Alpha, klik Statis, Deskriptif untuk klik skala, lanjutkan dan klik OK.

Tabel 3.2 Kriteria untuk Menguji Realibilitas
Tabel 3.2 Kriteria untuk Menguji Realibilitas

Daya Pembeda

Teknik Analisis Data

  • Kualitas Tingkat Pembelajaran
  • Uji Normalitas
  • Uji- t
  • Uji Mann-Whitney
  • Kesesuaian Tingkat Pembelajaran
  • Waktu

Susunlah datanya dimulai dari yang terkecil diikuti dengan frekuensi tiap frekuensi kumulatif (F) tiap titik. H0 : Model pembelajaran berbasis masalah tidak efektif terhadap kemampuan representasi siswa kelas VIII mengenai sistem persamaan linear dua variabel di SMP Negeri 15 Medan. Kriteria keputusan uji t bernilai signifikan < 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel awal dan variabel akhir, hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap perbedaan perlakuan yang diberikan pada masing-masing variabel.

Buatlah data pada variabel View, pada bagian Nama tuliskan hasilnya, pada bagian Label tuliskan hasil pembelajarannya, kemudian pada bagian Nama nomor 2 tuliskan kelasnya, pada bagian Label tuliskan kelasnya. Pada bagian nilai, klik Tidak Ada pada bagian kelas. Kotak dialog muncul di bagian nilai. Tuliskan angka 1 yang menunjukkan kelas A. Data hasil observasi kemampuan guru dalam mengelola model PBL dianalisis dengan mencari rata-rata skor kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang terdiri dari 5 kriteria yaitu kurang baik (skor 1), kurang baik (skor 2), cukup baik ( skor 3), baik (skor 4), sangat baik (skor 5).

Data akan disajikan secara interval, sehingga kriteria kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran meliputi Situmorang (di Sinaga. Guru membagikan LAS kepada setiap kelompok dan setiap kelompok untuk mempelajari masalah dan menyelesaikannya. Data hasil observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. pengelolaan waktu pembelajaran model PBL dianalisis dengan memperoleh skor rata-rata alokasi waktu pembelajaran yang terdiri dari 5 kriteria antara lain: kurang baik (nilai 1), kurang baik (nilai 2), cukup baik (nilai 3), baik (nilai 4), sangat bagus (nilai 5).

Tabel 3.5 Observasi Kesesuaian Tingkat Pembelajaran
Tabel 3.5 Observasi Kesesuaian Tingkat Pembelajaran

Penetapan Efektivitas Pembelajaran

1 = waktu jangkauan lebih lama di atas 51% waktu di RPP 2 = waktu jangkauan lebih lama di atas 5%-50% waktu di RPP 3 = waktu jangkauan lebih cepat di atas 2% waktu di RPP 4%.

Gambar

Tabel 2.1 sintaks problem based learning
Tabel 2.2 langkah - langkah operasional pembelajaran dengan model  problem based learning
Tabel 2.4 Indikator Kemampuan Representasi
Gambar 2.1 Grafik Persamaan  2 + = 6  dan  2   + 4 = 12
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis pada siswa Mts