• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI MASJID AGUNG LOMBOK TENGAH SEBAGAI PUSAT KAJIAN KEISLAMAN DI PRAYA KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2022

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "EKSISTENSI MASJID AGUNG LOMBOK TENGAH SEBAGAI PUSAT KAJIAN KEISLAMAN DI PRAYA KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2022"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

EKSISTENSI MASJID AGUNG LOMBOK TENGAH SEBAGAI PUSAT KAJIAN KEISLAMAN DI PRAYA KABUPATEN

LOMBOK TENGAH TAHUN 2022

Oleh :

Irwan Satriadi 160101201

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

TAHUN 2022

(2)

EKSISTENSI MASJID AGUNG LOMBOK TENGAH SEBAGAI PUSAT KAJIAN KEISLAMAN DI PRAYA KABUPATEN

LOMBOK TENGAH TAHUN 2022

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh :

Irwan Satriadi 160101201

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

TAHUN 2022

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

















































Artinya; Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, Memnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S At-Taubah ayat 18.).1

1 Depertemen Agama RI, Al- Qur‟an Tajwid dan Terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta : PT. Pena Pundi Aksara, 2008), cet. Ke-3, hlm. 407.

(8)

PERSEMBAHAN

“Kupersembahkan skripsi ini untuk Ibuku Safiyah dan Bapaku Basiran, dan adiku tercinta Nia Cherin dan kakak ariadi, almamaterku, guru dan dosenku, serta semua keluarga, teman dan sahabatku yang telah ikut serta dalam mendukung menyelsaikannya..”

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan penulis kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Amin.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan hati penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada :

1. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan semangat dan dukungan baik dukungan moril maupun materil serta Do‟a-Do‟a untuk kesuksesanku sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. H. Muhammad Taisir, M.Ag, selaku Dosen pembimbing I dan H. Murzal, M.Ag, selaku Dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan memberikan banyak saran, bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. H. Muhammad Taisir, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Mataram.

4. Dr. Jumarim, M.Hi, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Mataram.

5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Mataram yang telah mengajarkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan bantuan pada masa studi di Universitas Islam Negeri Mataram. Semoga

(10)

6. dengan ilmu yang telah diajarkan bermanfaat bagi penulis, masyarakat, agama, dan bangsa.

7. Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag Selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selsai.

8. Semua keluargaku, guru-guru, sahabat dan teman-teman yang selalu memberikan semangat, motivasi dan dukungan serta do‟a yang kalian berikan.

9. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang juga telah memberikan konstribusi memperlancar penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian selanjutnya. Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah. Dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta.

Aamiin ya robbal „alamiin.

Mataram, 26 /09 /2022 Penulis

Irwan Satriadi

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING. ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. ... v

HALAMAN PENGESAHAN. ... vi

HALAMAN MOTO. ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN. ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

ABSTRAK. ... xi

BAB I PENDAHULUAN. ... 1

A. Latar Belakang. ... 1

B. Rumusan Masalah. ... 6

C. Tujuan Penelitian dan Mamfaat Penelitian. ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Mamfaat Penelitian ... 6

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian. ... 8

1. Rumg Lingkup Penelitian ... 8

2. Setting Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka. ... 9

F. Kerangka Teori. ... 14

1. Masjid ... 14

a. Pengertian Eksistensi Masjid ... 14

(12)

b. Masjid dalam Al-Qur‟an ... 17

2. Fungsi dan Peran Masjid ... 18

3. Sejarah Perkembangan Masjid ... 22

4. Pengertian Kajian KeIslaman... 25

5. Bentuk Kajian KeIslaman ... 26

6. Tujuan Kajian KeIslaman ... 28

G. Metode Penelitian. ... 30

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian. ... 30

2. Kehadiran Peneliti. ... 32

3. Lokasi Penelitian. ... 33

4. Data dan Sumber Data. ... 33

5. Teknik Pengumpulan Data. ... 34

6. Teknik Analisis Data. ... 39

7. Pengecekan Keabsahan Data. ... 41

H. Sistematika Pembahasan. ... 43

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN. ... 44

A. Deskripsi umum lokasi penelitian ... 44

1. Sejarah Singkat Masjid Agung Lombok Tengah ... 44

2. Letak Masjid Agung Lombok Tengah ... 46

3. Fasilitas Masjid Agung Lombok Tengah ... 46

4. Struktur Susunan Pengurus Masjid Agung Lombok Tengah... 47

B. Bentuk Kegiatan Masjid Agung Lombok Tengah Sebagai Pusat Kajian KeIslaman ... 49

1. Ceramah Keagamaan ... 49

2. Kajian Kitab ... 51

3. Taman Pendidikan Al-Qur‟an ... 54

4. Peringatan Hari Besar Islam ... 56

(13)

C. Problematika Masjid Agung Lombok Tengah Sebagai Pusat Kajian

Keislaman ... 57

1. Problematika Pengurusan ... 58

2. Problematika Jamaah ... 60

BAB III PEMBAHASAN. ... 62

A. Bentuk Kegiatan Masjid Agung Lombok Tengah Sebagai Pusat Kajian KeIslaman ... 62

1. Ceramah Keagamaan ... 62

2. Kajian Kitab ... 66

3. Taman Pendidikan Al-Qur‟an ... 67

4. Peringatan Hari Besar Islam ... 69

B. Problematika Masjid Agung Lombok Tengah Sebagai Pusat Kajian KeIslaman ... 70

1. Problematika Pengurusan ... 71

2. Problematika Jamaah ... 72

BAB IV PENUTUP. ... 73

A. Kesimpulan. ... 73

1. Bentuk Kegiatan Masjid Agung Sebagai Pusat Kajian Keislaman... 73

2. Problematika Masjid Agung Sebagai Pusat Kajian Keislaman ... 74

B. Saran. ... 75

DAFTAR PUSTAKA. ... 76 LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(14)

EKSISTENSI MASJID AGUNG LOMBOK TENGAH SEBAGAI PUSAT KAJIAN KEISLAMAN DI PRAYA KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Oleh:

IRWAN SATRIADI NIM:160101201

ABSTRAK

Masjid merupakan tempat yang multi fungsi bagi ummat Islam. Dewasa ini masjid hanya digunakan khusus untuk ibadah mahdhoh saja. Maka dari itu peran masjid sebagai pusat kajian keislaman perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk; 1. Apa saja bentuk kegiatan yang dilakukan Masjid Agung Lombok Tengah sebagai pusat kajian keislaman. 2. Apa saja problematika Masjid Agung Lombok Tengah sebagai pusat kajian keislaman.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang mengambil latar Masjid Agung Lombok Tengah. Penelitian ini berusaha berusaha melihat lebih mendalam dan memaparkan apa saja peran masjid sebagai pusat kajian keislaman, yang sudah dilaksanakan di Masjid Agung lombok tengah. Tehnik pengumpulan data yang dilakukan yaitu; wawancara, observasi, documentasi. Setelah semua data terkumpul kemudian dilakukan analisis data dengan tehnik analisa kualitatif dengan model Miles dan Hubermen, melalui langkah sebagai berikut; pemgumpulan data, penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian adalah; Pertama, Masjid Agung Lombok Tengah, sudah melakukan eksistensinya sebagai pusat kajian keislaman, dalam berbagai macam kegiatan keislaman, seperti kegiatan ibadah, kajian ceramah keagamaan, kajian kitab, taman pendidikan al-qur‟an, peringatan hari besar Islam; Kedua problem masjid, problem pengurusan dan problem jamaah.

Kata Kunci: Eksistensi masjid, sebagai pusat kajian keislaman

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masjid merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat, dimana ada umat Islam dapat dipastikan di tempat itu ada masjid sebagai tempat ibadah kaum muslimin dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT dan sebagai pusat informasi bagi jamaah. Selain masjid juga merupakan tempat meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan umat baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat.2

Pada zaman Rasulullah Saw, ataupun pada masa sekarang ini masjid sangat berperan untuk kehidupan masyarakat. Salah satunya berperan sebagai benteng aqidah umat Islam, oleh sebab itu Allah SWT dan Rasul-Nya mewajibkan umat Islam membangun masjid atas dasar taqwa.3

Eksistensi Masjid sebagai pusat ibadah dan dakwah serta sebagai tempat terjadinya interaksi sosial juga perlu di kembangkan. Manusia pada hakekatnya senang berhubungan sosial (bermasyarakat) karena tidak mungkin bisa hidup sendiri sehingga Masjid merupakan lembaga penting

2 Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid, (Jakarta Timur: pustaka al- kautsar, 2005), hlm. 23.

3Husnul Fahimah Ilyas “Menyoal Peran dan Fungsi Masjid Pemerintah Studi atas Masjid Agung Syuhada Polewali Mandar Makassar”,International Journal Ihya Ulum Al-Din, Vol. 17, No 2, 2015, hlm. 262.

(16)

yang dapat memfasilitasi seseorang untuk bermasyarakat (interaksi sosial) dan memberikan peluang untuk berhubungan dengan masyarakat lain.4

Masjid tidak hanya sekedar tempat ibadah, masjid harus dimakmurkan dengan cara kegiatan bernuansa ritual keagamaan seperti shalat, dzikir, dan membaca Al-Qur‟an. Tetapi disisi lain masjid harus disibukkan dengan aktivitas-aktivitas untuk meningkatkan dakwah bil hal.

Dakwah bil hal ialah kegiatan dakwah untuk meningkatkan kesejahtraan dan kebahagiaan hidup ummat, baik jasmani ataupun rohani. Masjid juga merupakan suatu sarana taqarrub (upaya mendekatkan diri) kepada Allah yang utama. Rasulullah SAW, bersabda, “barangsiapa membangun untuk Allah sebuah masjid walau hanya sebesar sarang burung, maka Allah akan membangunkan untuknya rumah di syurga.5

Dari masjid dapat ditumbuhkan kehidupan khaira ummatin, predikat mulia yang diberi oleh Allah kepada umat Islam. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‟an surat At-Taubah ayat 18.



































  











4Ahmad Sutarmadi, Manajemen Masjid (Jakarta: Media Bangsa, 2012), hlm. 54

5Budiman Mustofa, Manajemen Masjid Gerakan Meraih Kembali Kekuatan Masjid dan Potensi Masjid, (Solo: Ziyad Visi Media, 2007), hlm. 88.

(17)

Artinya: “Hanya yang memaksmurkan masjid Allah ialah orang- orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) kecuali kepada Allah SWT. Maka merekalah orang- orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapatkan petunjuk.6

Bumi ini ialah masjid bagi umat Islam. Setiap orang Islam boleh melaksanakan shalat di wilayah manapun di bumi ini, kecuali di atas kuburan, di tempat bernajis, dan tempat-tempat yang menurut ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat shalat. Masjid merupakan tempat umat Islam berkumpul dan melakukan shalat berjemaah, dengan tujuan untuk meningkatkan solidaritas dan silaturrahmi di kalangan kaum muslimin.7

Masjid dalam kesejarahannya yang panjang telah mampu menunjukkan kepada dunia sebagai cikal-bakal pertumbuhan pendidikan.

Masjid sebagai pusat pendidikan dan pemberdayaan umat eksis berabad- abad di dunia Muslim. Tetapi, peran tersebut lambat laun mengendur dan menurun setelah masa aufklarung (pencerahan).8

Masjid adalah tempat bersujud kepada Allah SWT, tempat shalat dan tempat beribadah kepada-Nya. Lima kali sehari semalam umat Islam dianjurkan mengunjungi masjid untuk mendirikan shalat berjamaah.

Diantara fungsi masjid adalah, tempat kaum muslimin beribadah, bermusyawarah kaum muslimin, guna memecahkan persoalan-persoalan

6Depertemen Agama RI, Al- Qur‟an Tajwid dan Terjemah Transliterasi Latin, (Jakarta : PT. Pena Pundi Aksara, 2008), cet. Ke-3, hlm. 407.

7Moh. E. Ayub, dkk, Manajemen Masjid : Petunjuk Praktis bagi Para Pengurus, (Jakarta:

Gema Insani Press, 1996) Cet. Ke-1. hlm. 1-2.

8Moh Roqib, Menggugat Fungsi Edukasi Masjid, (Yogyakarta: Grafindo Letera Media, 2005), hlm. 10

(18)

yang timbul dalam masyarakat, dan tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin, tempat mengumpulkan dana, menyimpan, dan membagikan.9

Masjid akan membantu dalam hal penguatan ukhuwah Islamiyah apabila diikuti dengan berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat dalam pelaksanaannya, seperti penambahan wawasan keIslaman melalui kegiatan kajian-kajian keIslaman (Majelis Ta‟lim), Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), dan kegiatan-kegiatan pendidikan yang bisa menambah wawasan masyarakat dalam menjalankan syari‟at Islam. Melalui kegiatan- kegiatan tersebut, Masjid menjadi perantara bagi masyarakat untuk bisa saling mengenal satu sama lain. Hal tersebut tentu akan semakin memperkuat silaturrahmi dan rasa persaudaraan antar masyarakat khususnya masyarakat sekitar Masjid. Rasa persaudaraan itu penting ditumbuhkan agar masyarakat merasa memiliki terhadap keberadaan Masjid sehingga akan berdampak terhadap keberhasilan program-program yang telah direncanakan pengurus Masjid.10

Dewasa ini di beberapa tempat peran dan fungsi Masjid itu sudah mulai dikembalikan seperti Masjid Istiqlal Jakarta, Masjid Al-Akbar Surabaya, Masjid Raya Baiturrahman Aceh, Masjid Agung Semarang, Masjid Islamic Center Samarinda, yang dimana, masjid-masjid itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat melaksanakan (ibadah mahdhoh) saja

9Mohammad E. Ayub, Manajemen Masjid, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, h. 7-8

10Moh. E. Ayub, dkk, Manajemen Masjid : Petunjuk Praktis bagi Para Pengurus (Jakarta: Gema Insani, 2005), h. 75.

(19)

akan tetapi juga tempat melakukan ibadah dalam pengertian yang luas sehingga di masjid sekarang ini, sudah banyak yang mengembangkan berbagai kegiatan, seperti kegiatan sosial, kegiatan pendidikan, terutama kegiatan kajian keislaman, ini menunjukan bahwa peran masjid itu sekarang sudah mulai dijadikan sebagai tempat islamic center

Dari hasil observasi bahwa salah satu masjid yang berusaha untuk mengembalaikan peran masjid sebgai pusat kajian keislaman adalah, Masjid Agung Kab. Lombok Tengah dimana Masjid Agung ialah salah satu masjid yang berstatus raya, terbesar serta sebagai pusat kajian keislaman di Kabupaten Lombok Tengah, masjid terbesar di Gumi Tatas Tuhu Trasna, yang didirikan pada tahun 1979, masjid Agung juga memiliki kegiatan Kajian rutin setiap ba‟da shalat magrib, dan subuh dengan mendatangkan Tuan Guru/Ustadz yang berbeda-beda. Untuk kegiatan kajian keislaman seperti kajian ba‟da shalat magrib, untuk setiap hari senin, selasa, kamis, sabtu dan minggu, ada juga kajian rutin subuh yang dilakukan setiap hari minggu ba‟da subuh.11

Jadi dapat disimpulkan bahwa masjid Agung Lombok Tengah memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan aktivitas- aktivitas kajian keislaman. Berdasarkan data di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih mendalam tentang apa saja peran Masjid Agung sebagai pusat kajian keislaman yang dilaksanakan di Masjid Agung

11Observasi pada kegiatan pengajian rutin ba‟da Maghrib, Minggu 4 November 2021

(20)

dengan judul “Eksistensi Masjid Agung Lombok Tengah Sebagai Pusat Kajian KeIslaman di Praya Kabupaten Lombok Tengah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat peneliti rumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja bentuk kegiatan Masjid Agung Lombok Tengah sebagai pusat kajian keIslaman?

2. Apa saja problematika Masjid Agung Lombok Tengah sebagai pusat kajian keIslaman?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui apa bentuk kegiatan Masjid Agung Lombok Tengah sebagai pusat kajian keIslaman

b. Untuk mengetahui problematika Masjid Agung Lombok Tengah sebagai pusat kajian keIslaman

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang bisa peneliti kemukakan terkait dengan permasalahan yang telah di paparkan diatas, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

a. Manfaat Teoritis

(21)

Secara teoritis manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan bisa memperkuat teori-teori yang terkait dengan eksistensi Masjid sebagai pusat kajian keislaman.

b. Manfaat Praktis

Adapun manfaat secara praktis yang peneliti harapkan dari penelitian in ialah sebagai berikut:

1) Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini dapat menjadi bekal dan pengetahuan peneliti untuk terus meningkatkan kemampuan dan wawasan terkait dengan bentuk kegiatan Masjid yang tidak hanya berfungsi sebagai pusat ibadah dan dakwah semata melainkan juga sebagai pusat kajian keislaman bagi masyarakat.

2) Mamfaat bagi Pengurus Masjid

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai landasan bagi pengurus Masjid untuk terus meningkatkan dan mengintensifkan kegiatan keagamaan/kajian keislaman yang dibutuhkan masyarakat sehingga mampu menimbulkan rasa cinta masyarakat terhadap Masjid dan bisa bekerjasama dengan pengurus Masjid untuk memakmurkan Masjid.

3) Manfaat bagi Masyarakat

(22)

Penelitian ini diharapkan dapat menyadarkan masyarakat akan pentingnya keberadaan sebuah Masjid yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah semata melainkan juga sebagai pusat kajian Islam sebagaimana Rasulullah saw memfungsikan Masjid di samping itu dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat terutama yang bermukim di disekitar Masjid dan mendukung program Masjid dalam hal memajukan kajian keislaman bagi masyarakat.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memperjelas masalah yang dibahas dalam penelitian ini agar tidak terjadi pembahasan yang meluas atau menyimpang dari penelitian, dengan demikian perlu dibuat batasan masalah.

Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yakni hanya sebatas ruang lingkup Masjid Agung Lombok Tengah, dalam eksistensinya yang bukan sekedar digunakan sebagai tempat beribadah saja, akan tetapi juga digunakan sebagai tempat pusat kajian kislaman, kemudian bentuk kegiatan-kegiatan kegamaan yang ada di Masjid Agung Lomok Tengah, dan lembaga pendidikan yang ada di Masjid tersebut sebagai wujud perhatian pengurus Masjid terhadap kajian keislaman masyarakat yang bermukim di sekitar Masjid dan kontribusi yang dilaksanakan pengurus Masjid bagi masyarakat.

(23)

Adapaun secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Penelitian hanya memfokuskan pada satu tempat yakni Masjid Agung Lombok Tengah, dalam hal fungsinya sebagai pusat kajian keislaman serta dampak (positif) yang dirasakan masyarakat dengan adanya Masjid Agung Lombok Tengah, agar peneliti dapat fokus dalam satu bagian, sehingga data yang akan di dapatkan valid, spesifik, mendalam dan mudah peneliti untuk menganalisis data yang diperoleh.

b. Kegiatan yang ada di Masjid Agung terutama kegiatan rutin kajian keislaman yang dilaksanakan setiap selesai sholat maghrib, dan selesai sholat subuh pada tiap hari minggu pagi, dan menyelenggarakan kegiatan kajian keislaman /Tabliq Akbar bagi masyarakat.

2. Setting Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Masjid Agung Lombok Tengah.

Masjid ini peneliti jadikan lokasi penelitian di karenakan Masjid Agung memiliki peran yang baik, selain itu juga program yang beragam seperti kajian keislaman untuk para pemuda orang tua/masyarakat.

E. Telaah Pustaka

Adapun penelitian yang telah ada terkait dengan topik penelitian ini, peneliti menemukan beberapa karya ilmiah (skripsi) terdahulu yang

(24)

bertopik serupa dan pernah ditulis oleh peneliti sebelumnya diantaranya ialah:

Pertama Sunarjo (FTK, UIN Sunan Kalijaga) dalam skripsinya yang berjudul Peran Masjid dalam Melestarikan Budaya Lokal di Masjid Jendral Sudirman. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan fokus pada peran Masjid Jendral Sudirman untuk melestarikan budaya lokal. Hasil penelitian menyebutkan peran Masjid Jendral Sudirman dalam melestarikan budaya lokal ialah dengan cara mengadakan berbagai kegiatan, seperti Kajian serat Jawa Kuno, Latihan sholawat Jawa dari Grup sholawat “Kadang Muslim” dan juga ngaji filsafat.12 Penelitian diatas berbeda dengan penelitian yang dikaji dalam skripsi ini. Karena penelitian Sunarjo fokus pada melestarikan budaya lokal, sedangkan dalam skripsi ini membahas tentang apa saja problematika kajian Islam di Masjid Agung Praya sebagai pusat kajian Islam.

Kedua Herri Nugroho (FTK, UIN Sunan Kalijaga) dalam skripsinya yang berjudul Upaya Takmir Masjid Jami‟ dalam Memaksimalkan Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Agama Islam di Lingkungan Masyarakat Karangkajen. salah satu rumusan masalah skripsinya ialah bagaimanakah hasil yang dicapai terhadap upaya yang telah dilakukan oleh takmir masjid jami‟ untuk menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan agama Islam.13 Bedanya dengan penelitian yang dilakukan yakni jika penelitian karya

12Sunarjo, “Peran Masjid dalam Melestarikan Budaya Lokal di Masjid Jendral Sudirman”, (Skripsi, FTK UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2019).

13Herri Nugroho, “Upaya Takmir Masjid Jami‟ dalam Memaksimalkan Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Agama Islam di Lingkungan Masyarakat Karangkajen”, (Skripsi, FTK, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2010).

(25)

Herri Nugroho melihat masjid dari sudut pandang perannya dalam upaya takmir Masjid untuk menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan agama Islam, maka penelitian yang akan dilakukan melihat Masjid pada kegiatan- kegiatan kajian Islam yang terdapat di Masjid Agung Praya Lombok tengah.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Siti Sholihah mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Peran Masjid Raya Cinere dalam Meningkatkan Solidaritas Sosial Masyarakat Cinere Limo Depok”.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Masjid Raya Cinere dalam menjalankan peran dan fungsinya memiliki program yang terbagi ke dalam maing-masing bidang, yakni bidang keagamaan, bidang pendidikan, bidang kemanusiaan, bidang sarana prasarana dan sumber daya. Semua bidang tersebut saling terkait satu dengan yang lain agar peran dan fungsinya sebagai masjid dapat berjalan dengan baik, terutama dalam penelitian tersebut yaitu meningkatkan solidaritas sosial masyarakat.14

Bedanya dengan penelitian yang dilakukan yaitu jika penelitian karya Siti Sholihah melihat masjid dari sudut pandang perannya dalam membina masyarakat Islam, maka penelitian yang akan dilakukan melihat masjid pada kegiatan-kegiatan kajian Islam yang terdapat di Masjid Agung Lombok Tengah.

14Siti Sholihah,“Peran Masjid raya Cinere dalam Meningkatkan Solidaritas Sosial Masyarakat”, Skripsi, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2009.

(26)

Keempat Skripsi Taufan Sutejo, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Program Studi Manajemen Dakwah UIN Sultan Syarif Kasim Riau tahun 2014 yang berjudul “ Peran Pengurus dalam Memakmurkan Masjid AlMuhajirin di Desa Tri Manunggal Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Riau.” Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi Peran Pengurus dalam Memakmurkan Masjid Al- Muhajirin di Desa Tri Manunggal Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Riau antara lain: 1. Faktor Internal : a. Pengurus menjadikan Masjid sebagai tempat aktivitas umat Islam dalam memakmurkan Masjid, b.

Pengurus memiliki aplikasi program dalam memakmurkan Masjid, c.

Pengurus mengelola Masjid dengan pembinaan dalam memakmurkan Masjid, d. Pengurus meningkatkan pembangunan, e. Pengurus meningkatkan kegiata ibadah, f. Pengurus meningkatkan kegiatan pendidikan, g. Pengurus meningkatkan kegiatankegiatan keagamaan. 2.

Faktor Eksternal : a. Masjid Al-Muhajirin menjalin kerjasama yang baik dengan pengurus Masjid desa lain, pihak pemerintah desa setempat, pihak RT setempat, Karang Taruna, KUA, Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Kabupaten, pihak Kepolisian Sektor dalam rangka memakmurkan Masjid, b. Lingkungan yang mendukung, c. Adanya pertemuan para pengurus antar Masjid untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dalam rangka memakmurkan Masjid15

15 Taufan Sutejo, “Peran Pengurus dalam Memakmurkan Masjid Al-Muhajirin di Desa Tri Manunggal Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar Riau”, (Skripsi, FDK UIN Sultan Syarif Kasim, Riau, 2014).

(27)

Mengacu dari hasil penelitiannya, maka skripsi tersebut di atas, memiliki persamaan dan juga perbedaan dengan penelitian ini. Meskipun objek yang diteliti adalah Masjid akan tetapi fokusnya adalah kepada pengurus Masjid dalam hal memakmurkan Masjid sedangkan penelitian ini memfokuskan kepada bentuk kegiatan masjid sebagai pusat kajian keislaman di Masjid Agung Lombok Tengah.

Kelima Skripsi Irma Suriyani, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Program Studi Manajemen Dakwah UIN Alauddin Makassar tahun 2017 yang berjudul, “Manajemen Masjid dalam Meningkatkan Daya Tarik (Masjid Amirul Mu‟minin Makassar.” Hasil Penelitiannya menunjukkan bahwa Manjemen Masjid dalam Meningkatkan Daya Tarik (Masjid Amirul Mu‟minin Makassar) belum terlalu maksimal karena pengurus Masjid masih minim sehingga belum dapat membentuk struktur kepengurusan setiap tahunnya serta belum memiliki remaja Masjid, selain itu pengurus belum melakukan pembinaan secara khusus tetapi masih melakukan pembinaan secara umum, disamping itu, masih banyak manajemen Masjid yang belum bisa diterapkan oleh para pengurus Masjid tehadap jamaah dalam meningkatkan daya tarik Masjid Alauddin Makasar.16

Berdasarkan hasil penelitiannya, maka bisa dijelaskan letak perbedaan antara penelitian ini. Dimana penelitian tersebut di atas memfokuskan pada pentingnya manajemen Masjid dalam rangka

16 Irma Suriyani, “Manajemen Masjid dalam Meningkatkan Daya Tarik (Masjid Amirul Mu‟minin Makassar), (Skripsi, FDK UIN Alauddin Makassar, 2017).

(28)

keberhasilan dalam menambah daya tarik bagai masyarakat. Sedangkan penelitian ini fokus pada kegiatan-kegiatan yang ada di Masjid Agung, trutama kegiatan keislaman.

Berangkat dari tinjuan pustaka di atas, maka peneliti lebih fokus hanya pada bagaimana model pengelolaa kajian Islam di Masjid kemudian kontribusi kajian Islam bagi masyarakat di Masjid sebagai pusat kajian Islam masyarakat. Adapun lokasi yang diambil dalam penelitian ini ialah Masjid Agung Lombok Tengah.

F. Kerangka Teori 1. Masjid

a. Pengertian Eksistensi Masjid

Eksistensi berasal dari bahasa Inggris yaitu excitence; dari bahasa latin existere yang berarti muncu, ada, timbul, memilih keberadaan aktual. Dari kata ex berarti keluar dan sistere yang berarti muncul atau timbul. Beberapa pengertian secara terminologi, yaitu pertama, apa yang ada, kedua, apa yang memiliki aktualitas (ada), dan ketiga adalah segala sesuatu (apa saja) yang di dalam menekankan bahwa sesuatu itu ada.17

Secara istilah menurut Abidin Zaenal eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu, menjadi atau mengada.

Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami

17 Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 183

(29)

perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi- potensinya.18

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa eksistensi adalah keberadaan sesuatu yang bersifat dinamis, dimana sesuatu tersebut bisa saja mengalami perkembangan ataupun kemunduran tergantung pada kemampuan mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia masjid adalah rumah atau bangunan tempat shalat orang Islam. Masjid adalah bangunan atau lingkungan yang didirikan secara khusus sebagai tempat ibadah kepada Allah SWT, khususnya shalat. Istilah al- masjid secara kebahasaan berarti “tempat sujud”, dari kata kerja sajada atau yasjudu yang berarti “bersujud”.19

Masjid adalah suatu tempat yang berfungsi untuk melakukan ritual ibadah dan kegiatan lainnya oleh umat Islam yang telah dikhususkan konsepnya. Masjid di samping sebagai tempat beribadah umat Islam dalam arti khusus (mahdhah) juga merupakan tempat beribadah secara luas, selama dilakukan dalam batas-batas syari‟ah. Untuk memahami pengertian Masjid, baik menurut bahasa dan istilah, maka peneliti mengambil beberapa

18 Abidin Zaenal, Analisis Eksistensial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm.16

19 Nina M. Armando, Ensiklopedi Islam, (Jakarta, PT Ichtiar Baru Van Hoeve, no. jil 4, 2005) h.293

(30)

pendapat ahli. Adapun pendapat-pendapat tersebut dijelaskan sebagai berikut :

Menurut A. Fatah Yasin, “bahwa secara etimologi kata Masjid berasal dari bahasa arab, kata pokoknya adalah sujudan, Fi‟il Madhinya adalah sajada (ia sudah sujud), lalu menjadi Isim Makan Masjidu, yang berarti tempat sujud.” Pengertian Masjid sebagai tempat sujud sesuai dengan hadits Nabi yang artinya:

Rasulullah SAW bersabda : “ Bumi ini dijadikan bagiku untuk Masjid (tempat sujud) dan tempat yang suci.“ Secara terminologi Masjid adalah suatu bangunan yang mempunyai nilai kudus bagi umat Islam sebagai tempat ibadah, terutama dalam jamaah. Namun di sisi lain Masjid juga sebagai tempat untuk menaburkan benih- benih pengembangan dan pembinaan umat Islam, baik menyangkut segi peribadatan, pendidikan maupun segi sosial dan kebudayaan.

Menurut Hasbullah, secara harfiah masjid diartikan sebagai tempat duduk atau tempat yang dipergunakan untuk ibadah. Masjid juga berarti “tempat shalat jama‟ah” atau tempat shalat untuk umum (orang banyak).

Sedangkan menurut Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Masjid (tempat sujud) merupakan suatu bangunan, gedung atau suatu lingkungan yang berpagar sekelilingnya yang didirikan secara khusus sebagai tempat beribadah kepada Allah SWT, khususnya mengerjakan shalat. Istilah Masjid berasal dari kata sajada, yasjudu, yang artinya bersujud atau menyembah. Karena Masjid adalah Baitullah (rumah Allah), maka orang yang memasukinya disunahkan mengerjakan shalat tahiyatul Masjid (menghormati Masjid)

(31)

dua rakaat. Nabi SAW bersabda: “jika salah seorang kamu memasuki Masjid jangan dulu duduk sebelum mengerjakan shalat dua rakaat.20

Masjid berasal dari bahasa arab sajada yang berarti tempat sujud atau tempat menyembah Allah Swt., Bumi yang kita tempati ini adalah Masjid bagi kaum muslimin. Setiap muslim boleh melakukan shalat di wilayah manapun di bumi ini kecuali di atas kuburan, di tempat yang bernajis, dan di tempat-tempat yang menurut ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat shalat.21

Dari beberapa pengertian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa masjid sangat relevan dengan sifat Islam yang universal, eksternal, dan berkesinambungan. Islam yang komplit (sebagai rahmatallil „alaamin) meliputi berbagai dimensi kehidupan manusia, sedangkan masjid adalah pusat kegiatan keagamaan umat Islam. Dengan demikian, Masjid bukanlah semata-mata sebagai simbol kemegahan dan keberadaan umat Islam yang tidak memberi pengaruh kepada lingkungan kehidupan kaum muslimin, tetapi persoalan masjid adalah persoalan yang menyangkut kualitas kehidupan umat Islam. Masjid merupakan suatu bangunan yang memiliki nilai penting bagi umat Islam

20Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Cet. Ke 2, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Houve, 1994), h. 169.

21Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Lintasan Sejarah dan Perkembangan), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm.10.

(32)

sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan Islam dan pusat peradaban kaum Muslimin.

b. Masjid dalam Al-Qur’an

Dalam al-Qur‟an, masjid sebagaimana dalam pengertian di atas, diungkapkan dalam dua sebutan. Pertama, “masjid” sebagai suatu sebutan yang langsung menunjuk kepada pengertian tempat peribadatan umat Islam yang sepadan dengan sebutan tempat- tempat peribadatan agama-agama lainnya sebagai mana dalam Q.S.

Al-Hajj / 22 : 40).









































































Artinya; (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan Kami hanyalah Allah". dan Sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah- rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya.

(33)

Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa.22

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa masjid merupakan tempat untuk memuliakan Allah dengan banyak menyebut nama Allah (berdzikir), shalat dan aktivitas ketaatan lainnya

2. Fungsi dan Peran Masjid

Istilah masjid merupakan istilah yang diperkenalkan langsung oleh alQur‟an. Di dalam al-Qur‟an disebutkan istilah masjid sebanyak dua puluh delapan kali. Menurut Moh. Roqib, dari dua puluh delapan ayat tersebut, ada empat fungsi masjid, yaitu : pertama, fungsi teologis, yaitu fungsi yang menunjukkan tempat melakukan segala aktivitas ketaatan kepada Allah. Kedua, fungsi peribadatan, yaitu fungsi untuk membangun nilai takwa. Ketiga, fungsi etik, moral dan sosial, keempat, fungsi keilmuan dan pendidikan.23

Sedangkan Menurut Qurais Shihab, masjid bukan hanya berfungsi sebagai tempat meletakkan dahi atau shalat, tetapi tempat melakukan aktivitas yang mengandung makna kepatuhan kepada Allah Swt.24

Sejalan dengan praktik yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Beliau memanfaatkan masjid tidak sekedar tempat sujud / shalat saja, tetapi masjid juga dijadikan pusat kegiatan dan pembinaan ummat.

22Kementerian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahan (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2010) hlm. 337

23 Muh Roqib, Menggugat Fungsi Edukasi Masjid (Yogyakarta : Grafindo Litera Media, 2005), hlm. 76

24M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol.5 (Jakarta : Lentera Hati, 2002), hlm.717

(34)

Ada dua aspek utama pembinaan umat yang dilaksankan oleh Rasulullah SAW. Pertama, pembinaan aspek ritual keagamaan seperti pelaksanaan ibadah shalat, dzikir, membaca al-Qur‟an dan lain-lain.

Kedua, fungsi kemasyarakatan seperti menjalin hubungan silaturrahim, berdiskusi, pengembangan perekonomian, pendidikan, strategi perang, dan lain sebagainya.25

Dari pengembangan kedua aspek itu, dapat dipahami bahwa masjid merupakan pusat peradaban islam. Dari masjid, lahirlah gagasan-gagasan yang cemerlang, baik bagi pengembangan individu, keluarga dan pembinaan kehidupan sosial masyarakat, terutama dalam kerangka pembinaan ummat. Selain itu mengenai fungsi masjid, tentu rujukannya memang tidak terlepas pada sumber otoritas ajaran yakni al-Qur‟an dan amal rasul, yang menunjukan bagaimana sesungguhnya pola penggunaan masjid itu. Dari sumber pertama, yang diungkapkan dalam Q.S An-Nuur / 24 : 36-37 bahwa:







































































25Taufik al-wa‟I, Dakwah Ila Allah (Mesir : Daral-Yakin, 1995), hlm.379

(35)

Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.26 Dari kutipan ayat di atas, secara tegas dinyatakan bahwa Masjid merupakan tempat untuk memuliakan nama Allah dengan berdzikir, shalat, serta menunaikan zakat. Kegiatan ini lebih merujuk kepada suatu konsep kegiatan ibadah secara vertical (mahdloh).

Namun jika mengingat bahwa Masjid merupakan rumah Allah, dan pemiliknya adalah Allah terlepas dari bentuk dan pendiriannya, maka sesungguhnya segenap aktivitas manusia yang pada prinsipnya adalah ibadah dimulai dari Masjid, dan juga bermuara kepada masjid, serta akhirnya juga kembalinya ke masjid. Prinsip ini merupakan hakikat dari bahwa sesungguhnya manusia adalah hamba-Nya.

Adapun dari amal rasul kita mendapatkan bahwa di masanya, masjid selain sebagai tempat untuk menunaikan ibadah mahdoh seperti diungkapkan ayat di atas, juga merupakan pusat kegiatan umat pada umumnya, baik itu menyangkut ibadah formal maupun muamalah (horizontal).

Harun Nasution menjelaskan bahwa di masa awal perjalanan sejarah Islam, Masjid oleh Nabi Muhammad SAW. dan umat Islam digunakan untuk melakukan ibadah shalat, tempat tinggal ahl al

26Kementerian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahan (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2010) hlm. 354-355

(36)

shuffah, juga tempat tinggal Nabi Muhammad SAW. dan keluarga.

Dan seiring perkembangan umat Islam, maka fungsi Masjid di Madinah bertambah sebagai tempat Nabi Muhammad mengatur strategi dalam ketatanegaraan dan pemerintahan, menyampaikan pidato-pidato, juga memutuskan perkara peradilan.27

Sementara itu Quraish Shihab merinci fungsi-fungsi Masjid di

masa Nabi Muhammad sebagai berikut;

a. Tempat ibadah (shalat, zikir).

b. Tempat konsultasi dan komunikasi persoalan ekonomi, sosial dan budaya

c. Tempat melangsungkan kegiatan pendidikan umat.

d. Tempat melakukan santunan terhadap fakir miskin (sosial).

e. Tempat latihan militer serta mempersiapkan perlengkapannya.

f. Tempat pengobatan korban peperangan.

g. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa.

h. Aula dan tempat menerima tamu.

i. Tempat menawan tahanan, dan

j. Pusat penerangan dan pembelaan agama.28 3. Sejarah Perkembangan Masjid

Dalam sejarah pendidikan Islam, rumah Dar al-Arqam bin al- Arqam merupakan tempat pertama berkumpulnya kaum muslimin beserta Rasulullah Saw., untuk belajar hukum-hukum dari dasar-dasar

27Harun Nasution, Islam Rasional (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 248

28Quraish Syihab, Wawasan Al-Qur‟ān : Tafsir Maudhui Atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung : Mizan, 1998), hlm. 462

(37)

agama Islam. Sebenarnya rumah itu merupakan lembaga pendidikan pertama atau madrasah yang pertama dalam Islam. Guru yang mengajar di lembaga tersebut tidak lain adalah Rasulullah Saw, di mana beliau sebagai penunjuk jalan kebenaran. Kemudian setelah itu, sebagai lembaga pendidikan Islam, Masjid dapat dikatakan sebagai madrasah yang berukuran besar yang pada permulaan sejarah Islam dan masa-masa selanjutnya adalah tempat menghimpun kekuatan Islam baik dari segi fisik maupun mentalnya.29

Miskipun belakangan para pakar tentang dunia Arab berpendapat bahwa sekolah dasar yang disebut kuttab mulai dikenal pada masa awal Islam untuk pendidikan anak-anak tentang al-qur‟an dan isinya, Shalaby berpandangan bahwa, “Kuttab lebih terfokus pada pengajaran tulis baca dan seringkali dilaksanakan oleh orang-orang kristen.” Secara natural, pengajaran tentang ajaran-ajaran Islam pada dasarnya berlangsung dalam forum-forum informal atau pada kegiatankegiatan dakwah yang berlangsung di lembaga-lembaga Islam baru, yaitu mesjid. Penyebaran Al-Qur‟an berlangsung secara lisan, seperti halnya dengan penyebaran puisi sebelum masa Islam. Sampai salinan-salinan Al-Qur‟an disebarkan secara luas, Al-Qur‟an belum menjadi bagian inti dari kurikulum pendidikan dasar.30

29Ali al-Jumbulati & Abdul Futuh at-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 22.

30Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam Islam, (Jakarta: PT Logos Publishing House, 1994), h. 18-19.

(38)

Pada abad-abad awal Islam, Masjid muncul sebagai pusat pendidikan lanjutan dan pendidikan tinggi remaja dan orang dewasa dalam ilmu-ilmu agama. Nabi Muhammad Saw. mendirikan Masjid pertama di sebuah desa di perjalanan menuju Madinah, ketika hijrah dari Mekkah. Dalam merancang Masjid beliau menggunakan pengetahuannya tentang biara kristen yang berfungsi ganda, sebagai tempat ibadah dan pusat pendidikan. Karenanya beliau mendirikan sebuah bangunan yang akan berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat disuatu kota atau lingkungan sebagai gedung pertemuan, rumah ibadah, dan lembaga pendidikan.

Menurut sejarah Islam, Masjid yang pertama-tama dibangun oleh Nabi adalah Masjid At-Taqwa di Quba yang berjarak kurang lebih 2 mil dari kota Madinah ketika Nabi berhijrah dari Mekah. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur‟an QS. At-Taubah ayat; 108

















































Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama- lamanya. Sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di dalamnya mesjid itu ada orang-

(39)

orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.31

Oleh karena itu, Masjid dalam sejarah Islam adalah sebenarnya merupakan madrasah pertama setelah rumah Dar al-Arqam bin alArqam. Di dalam Masjid itulah terkumpul berbagai macam persoalan pokok kaum muslimin sejak mulai masalah politik, agama, kebudayaan sampai kemasyarakatan. Oleh karena itu kaum muslimin berkumpul di dalam Masjid hendaknya senantiasa memusyawarahkan dan bertukar pendapat tentang segala masalah atau urusan yang berkaitan dengan kehidupan sosial keagamaan dan sosial kemasyarakatan.32

Masjid yang pertama di bangun oleh Islam adalah Masjid Quba‟ (di luar Kota Madinah) dimana diberikan pula kuliah-kuliah agama di Masjid tersebut. Sewaktu Rasulullah memasuki kota Madinah, beliau mendirikan Masjid disuatu tempat bernama Mirbad, guna mendorong kaum muhajirin dan kaum anshor untuk melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan dan aktifitas ibadah. Sudah menjadi suatu tradisi Rasulullah Saw., bahwa beliau duduk di Masjid Nabawi di Madinah guna memberikan pelajaran kepada para sahabat mengenai masalah-masalah keagamaan dan duniawi.

4. Pengertian Kajian Keislaman dan Bentuk Kajian Keislaman a) Pengertian Kajian Keislaman

31Departemen Agama RI. Al-Qur‟an Al-Karim dan Terjemahannya., h. 204

32Ali al-Jumbulati & Abdul Futuh at-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 24.

(40)

Islam secara harfiyah berasal dari kata bahasa Arab yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai. Arti pokok Islam ialah ketundukan, keselamatan dan kedamaian. Maka study Islam diarahkan pada kajian keislaman yang mengarah pada tiga hal:

1. Islam yang bermuara pada ketundukan/berserah diri artinya pengakuan yang tulus bahwa Allah satu-satunya sumber notaritas yang serba mutlak. Keadaan ini membawa timbulnya pemahaman terhadap orang yang tidak patuh dan tunduk sebagai wujud dari penolakan terhadap fitrah diri sendiri.

2. Islam dapat dimaknai yang mengarah pada kesalamatan dunia dan akhirat sebab ajaran Islam pada dasarnya membina dan membimbing manusia untuk berbuat kebajikan dan menjauhi segala larangan dalam kehidupan di dunia termasuk kehidupan akhirat.

3. Islam bermuara pada kedamaian manusia harus hidup berdampingan dengan makhluk hidup yang lainnya bahkan berdampingan dengan alam raya. Dengan demikian kedamaian harus dilakukan secara utuh dan multi dimensi.33

Dari tiga dimensi di atas mencerminkan gagasan tentang pemikiran dan praktis yang bermuara pada kedudukan Allah, selamat di dunia dan akhirat.

b) Bentuk Kajian Keislaman

33Yusuf, Mundzirin dkk.2005. Islam Dan Budaya Lokal . Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, h, 32

(41)

1. Pengajian Kitab

Pengajian kitab merupakan salah satu bentuk pendidikan Islam yang sudah ada sejak masa-masa awal Islam. Maka tidak salah jika dikatakan bahwa pendidikan berupa pengajian kitab adalah sistem pendidikan tradisional yang berangkat dari pola pembelajaran yang sangat sederhana, dengan melibatkan tokoh agama tokoh masyarakat seperti Tuan Guru/ustadz, dan kitab sebagai sumber belajarnya, umumnya kegiatan pengajian dilakukan di masjid atau pondok pesantren, pengajian kitab sebagai tradisi merupakan salah satu unsur yang terpenting dari keberadaan suatu lembaga pendidikan Islam. Penggalian khasanah budaya Islam melalui pengakian kitab inilah yang membedakannya dengan lembaga pendidikan lainnya.34

Kitab merupakan istilah khusus yang digunakan untuk menyebut karya tulis di bidang keagamaan yang ditulis dengan bahasa Arab oleh para ulama pada abad pertengahan. Sebutan ini yang membedakan dengan karya tulis pada umumnya yang ditulis dengan huruf selain Arab, yang dinamakan buku. Ruang lingkup kajian materinya cukup beragam, mulai dari tafsir, fiqh, aqidah, akhlak, hadits, hingga pada ilmu-ilmu sosial dan kemasyarakatan, kajian keislaman dalam bentuk pengajian

34Atik Wartini, “Corak Penafsiran M. Quraish Shihab Dalam Tafsir Al-Misbah,” Hunafa:

Jurnal Studia Islamika 11, no. 1 (2014),h.110.

(42)

kitab ini merupakan bentuk kajian keislaman rutin yang di adakan setiap malam ba‟da magrib, sampai waktu shalat isya‟

2. Ceramah

Ceramah ini dilakukan oleh ustadz dalam menyampaikan materi ceramah kepada jama‟ah pengajiannya, dengan cara menerangkan dan menguraikan materi yang bersumber pada buku atau kitab yang menjadi pegangan ustadz tersebut, dalam penyampaian materi ceramah, ustadz melakukan pengulangan materi jika ada jama‟ah yang belum memahami tentang materi ceramah yang disampaikan. Hal ini dilakukan agar materi yang ustadz sampaikan dapat lebih dipahami dan diterima dengan baik oleh jama‟ah pengajian, ceramah suatu bentuk yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang mubaligh pada suatu aktivitas pengajian.35

3. Halaqah

Halaqah menjadi salah satu bagian yang digunakan oleh pendidik dalam strategis pembelajaran. Secara historis metode halaqah telah digunakan sejak masa Rasulullah SAW ketika mengajarkan Islam kepada para sahabat, masjid Nabawi di Madinah menjadi tempatnya. Selanjutnya terus dilakukan oleh

35Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, cet. Ke-1), hlm. 104.

(43)

para ulama dalam mengajarkan ilmu kepada muridnya, masjid- masjid terkenal yang penuh dengan halaqah taklim di era Islam adalah Jami‟ al-Azhar di Kairo, Masjid an-Nabawi di Madinah Al-Munawwarah, Masjidil Haram di Mekkah, Masjid Al-Jami‟

dan lain sebagainya. Pada prinsipnya halaqah ini dibimbing oleh para kiyai/guru yang masing-masing memiliki ranah konsentrasi ilmunya tersendiri.36

c) Tujuan Kajian Keislaman

Untuk mengetahui tujuan tersebut, dapat dilihat pada firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 104.































Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung. Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.37

Ayat tersebut menjelaskan tentang tujuan pengajian (dakwah) yaitu mengikuti jalan atau tuntutan Allah SWT dan mewujudkan kebaikan dengan cara menyuruh orang berbuat baik

36Muhammad Husain Mahasnah, adhwa „ala Tarikh Al-Ulum inda Al-Muslimin, Diterjemahkan oleh Muhammad Misbah, Pengantar Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2016), hlm.135

37QS. Ali-Imran (03): 104. Fahrur Rozi, Al-Qur‟anulkarim, (Jakarta: Penerbit Al-Qur‟an Al-Qosbah, 2020), hlm. 63.

(44)

dan mencegah orang dari berbuat jelek, dengan harapan mereka dapat hidup bahagia sejahtera di dunia dan akhirat.

Menurut Drs. A. Rosyad Shaleh, tujuan pengajian (dakwah Islam) adalah:

a. Meningkatkan dan memperdalam kesadaran dan pengertian umat islam tentang ajaran Islam. b.

b. Menanamkan kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan.

c. Memperhatikan kehidupan dan perkembangan masyarakat, khususnya yang berhubungan dengan kehidupan manusia.

d. Membendung tindakan-tindakan dari golongan agama atau aliran lain yang berusaha untuk merubah Islam dalam keyakinan agamanya.

e. Menghidupkan dan membina kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam.38

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan kajian keislaman mempunyai tujuan yang baik bagi umat Islam, yaitu mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Kualitatif Deskriptif

Metode penelitian tentang peran Masjid Agung Praya Lombok Tengah sebagai pusat kajian keIslaman, ini dilakukan melalui metode penelitian deskriptif-kualitatif, yaitu suatu metode yang mengamati,

38A. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hlm.80.

(45)

menganalisis dan menggambarkan fenomena yang terjadi terkait peran Masjid Agung Praya sebagai pusat kajian keIslaman. Kemudian mengeksplorasi data setiap elemen tentang peran Masjid Agung Praya sebagai pusat kajian Islam meliputi: kondisi kajian Islam dan program Masjid serta problematika masjid agung sebagai pusat kajian tersebut.

Dalam penelitian kualitatif, gejala itu bersifat holistik (menyeluruh), tidak bisa dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berintaksi secara sinergis.39

Dari pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini, data dan informasi yang akan diproleh selanjutnya diorganisir dan dianalisis guna mendapat gambaran (deskripsi) tentang objek penelitian. Cara pengolahan data dan informasi yang demikian itu, kemudian diistilahkan dengan metode deskriptif analitis. Mengenai metode ini, Winarno Surachmad, menjelaskan bahwa, “Metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pengumpulan data, namun meliputi: analisis dan interprestasi tentang arti data itu, membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu.40

39Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: CV. Alfabeta, 2012), hlm. 207.

40Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), hlm. 11

(46)

Pendekatan kualitatif, yakni sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia, berdasarkan pada penciptaan gambar holistik yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmiah.41

2. Jenis Penelitian Kualitatif

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif yaitu jenis yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan secara sistematis dan akurat suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual. Penelitian deskriptif dapat pula diartikan sebuah pendekatan terhadap sesuatu perilaku, fenomena, peristiwa, masalah atau keadaan tertentu yang menjadi object penyelidikan, yang hasil temuannya berupa uraian kalimat yang bermakna untuk menjelaskan pemahaman tertentu. Dengan kata lain, penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi saat ini.42

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, karena penelitian dilakukan di Masjid Agung Praya dan masyarakat dan data yang diteliti adalah kualitatif, yakni penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.43

41Hamid Patilima,. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), hlm.

03.

42Sonny Leksono, Penelitian Kualitatif Ilmu Ekonomi Dari Metodologi ke Metode, (Jarta:

PT Raja Grafindo, 2013), hlm. 181.

43Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda Karya, 2007), hlm.

04.

(47)

Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan and Biklen ialah sebagai berikut:

a. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya ialah eksperimen), lansung ke sumber data dan penelitian ialah instrumen kunci

b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul terbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka

c. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome

d. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif e. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik

yang teramati).44 3. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti merupakan suatu kewajiban dalam mencari informasi, dimana peneliti mencari informasi kepada masyarakat yang ikut dalam rutinitas kajian Islam yang ada di dilaksanakan di Masjid Agung Lombok Tengah sebagai pusat kajian keislaman.

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Masjid Agung Lombok Tengah. selain itu juga peneliti memilih lokasi penelitian ini karena

44Sugiyono, Metode Penelitian.,hlm. 13-14.

(48)

lokasinya yang sangat strategis berada di pinggir jalan sehingga mudah dijangkau oleh peneliti dalam melakukan penelitian

5. Sumber data

Sumber data ialah subjek dari mana data dapat diperoleh.Apabila peneliti menggunakan orang, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaaan tertulis maupun lisan. Dalam penelitian kualitatif sumber data yang dikemukakan masih bersifat sementara.45

Sementara itu, dilihat dari sumber datanya, maka pengumpul data dapat menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber data primer

Sumber data yang diproleh secara lansung atau sumber data utama yang dihasilkan dengan wawancara maupun observasi.

Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dari narasumber atau informan yang memberikan informasi terkait penelitian.

Dalam hal ini sumber data primer diperoleh dari ketua takmir dan jama‟ah/masyarakat yang dapat memberikan informasi terkait Eksistensi Masjid Agung sebagai pusat kajian keislaman di Praya Kab Lombok Tengah.

b. Sumber data sekunder

45Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 220.

(49)

Sumber data sekunder merupakan sumber data pelengkap yang melengkapi data-data yang dibutuhkan oleh data primer.

Sumber data sekunder atau data pendukung dalam penelitian ini ialah data yang diperoleh dari hasil dokumentasi seperti litiatur- litiatur pendukung baik berupa dokumentasi foto dan lainya.

6. Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: wawancara, observasi dan teknik dokumentasi. Ketiga teknik tersebut digunakan untuk memperoleh informasi yang saling menunjang atau melengkapi tentang Peran Masjid Agung Lombok Tengah Sebagai Pusat Kajian KeIslaman di Kabupaten Lombok Tengah. Adapun instrumen penelitiannya adalah diri peneliti sendiri (human instrument).

Pengumpulan data adalah berbagai cara yang digunakan untuk mengumpulkan data, menghimpun, mengambil, atau menyaring data penelitian. Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Tehnik Observasi

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi atau pengamatan secara langsung dan mendalam di lokasi peneltian. Observasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap penemuan-penemuan mana yang di

(50)

selidiki. Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu tidak tervatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.46

Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas yang sistematis terhadap gejala-gejala baik yang bersifat fisikal maupun mental. Pengamatan terhadap tindakan-tindakan yang mencerminkan kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada di Masjid Agung Praya, kemudian kegiatan sholat fardu lima waktu dengan memperhatikan jumlah saf antara laki-laki dan wanita serta aktifitasaktifitas yang berkaitan dengan Masjid Agung sebagai pusat kajian keislaman seperti jumlah jamaah yang menghadiri kajian-kajian keagamaan, hal ini

Referensi

Dokumen terkait