• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Telaah Pustaka

2. Fungsi dan Peran Masjid

Istilah masjid merupakan istilah yang diperkenalkan langsung oleh alQur‟an. Di dalam al-Qur‟an disebutkan istilah masjid sebanyak dua puluh delapan kali. Menurut Moh. Roqib, dari dua puluh delapan ayat tersebut, ada empat fungsi masjid, yaitu : pertama, fungsi teologis, yaitu fungsi yang menunjukkan tempat melakukan segala aktivitas ketaatan kepada Allah. Kedua, fungsi peribadatan, yaitu fungsi untuk membangun nilai takwa. Ketiga, fungsi etik, moral dan sosial, keempat, fungsi keilmuan dan pendidikan.23

Sedangkan Menurut Qurais Shihab, masjid bukan hanya berfungsi sebagai tempat meletakkan dahi atau shalat, tetapi tempat melakukan aktivitas yang mengandung makna kepatuhan kepada Allah Swt.24

Sejalan dengan praktik yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Beliau memanfaatkan masjid tidak sekedar tempat sujud / shalat saja, tetapi masjid juga dijadikan pusat kegiatan dan pembinaan ummat.

22Kementerian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahan (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2010) hlm. 337

23 Muh Roqib, Menggugat Fungsi Edukasi Masjid (Yogyakarta : Grafindo Litera Media, 2005), hlm. 76

24M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol.5 (Jakarta : Lentera Hati, 2002), hlm.717

Ada dua aspek utama pembinaan umat yang dilaksankan oleh Rasulullah SAW. Pertama, pembinaan aspek ritual keagamaan seperti pelaksanaan ibadah shalat, dzikir, membaca al-Qur‟an dan lain-lain.

Kedua, fungsi kemasyarakatan seperti menjalin hubungan silaturrahim, berdiskusi, pengembangan perekonomian, pendidikan, strategi perang, dan lain sebagainya.25

Dari pengembangan kedua aspek itu, dapat dipahami bahwa masjid merupakan pusat peradaban islam. Dari masjid, lahirlah gagasan-gagasan yang cemerlang, baik bagi pengembangan individu, keluarga dan pembinaan kehidupan sosial masyarakat, terutama dalam kerangka pembinaan ummat. Selain itu mengenai fungsi masjid, tentu rujukannya memang tidak terlepas pada sumber otoritas ajaran yakni al-Qur‟an dan amal rasul, yang menunjukan bagaimana sesungguhnya pola penggunaan masjid itu. Dari sumber pertama, yang diungkapkan dalam Q.S An-Nuur / 24 : 36-37 bahwa:







































































25Taufik al-wa‟I, Dakwah Ila Allah (Mesir : Daral-Yakin, 1995), hlm.379

Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.26 Dari kutipan ayat di atas, secara tegas dinyatakan bahwa Masjid merupakan tempat untuk memuliakan nama Allah dengan berdzikir, shalat, serta menunaikan zakat. Kegiatan ini lebih merujuk kepada suatu konsep kegiatan ibadah secara vertical (mahdloh).

Namun jika mengingat bahwa Masjid merupakan rumah Allah, dan pemiliknya adalah Allah terlepas dari bentuk dan pendiriannya, maka sesungguhnya segenap aktivitas manusia yang pada prinsipnya adalah ibadah dimulai dari Masjid, dan juga bermuara kepada masjid, serta akhirnya juga kembalinya ke masjid. Prinsip ini merupakan hakikat dari bahwa sesungguhnya manusia adalah hamba-Nya.

Adapun dari amal rasul kita mendapatkan bahwa di masanya, masjid selain sebagai tempat untuk menunaikan ibadah mahdoh seperti diungkapkan ayat di atas, juga merupakan pusat kegiatan umat pada umumnya, baik itu menyangkut ibadah formal maupun muamalah (horizontal).

Harun Nasution menjelaskan bahwa di masa awal perjalanan sejarah Islam, Masjid oleh Nabi Muhammad SAW. dan umat Islam digunakan untuk melakukan ibadah shalat, tempat tinggal ahl al

26Kementerian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahan (Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema, 2010) hlm. 354-355

shuffah, juga tempat tinggal Nabi Muhammad SAW. dan keluarga.

Dan seiring perkembangan umat Islam, maka fungsi Masjid di Madinah bertambah sebagai tempat Nabi Muhammad mengatur strategi dalam ketatanegaraan dan pemerintahan, menyampaikan pidato-pidato, juga memutuskan perkara peradilan.27

Sementara itu Quraish Shihab merinci fungsi-fungsi Masjid di

masa Nabi Muhammad sebagai berikut;

a. Tempat ibadah (shalat, zikir).

b. Tempat konsultasi dan komunikasi persoalan ekonomi, sosial dan budaya

c. Tempat melangsungkan kegiatan pendidikan umat.

d. Tempat melakukan santunan terhadap fakir miskin (sosial).

e. Tempat latihan militer serta mempersiapkan perlengkapannya.

f. Tempat pengobatan korban peperangan.

g. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa.

h. Aula dan tempat menerima tamu.

i. Tempat menawan tahanan, dan

j. Pusat penerangan dan pembelaan agama.28 3. Sejarah Perkembangan Masjid

Dalam sejarah pendidikan Islam, rumah Dar al-Arqam bin al- Arqam merupakan tempat pertama berkumpulnya kaum muslimin beserta Rasulullah Saw., untuk belajar hukum-hukum dari dasar-dasar

27Harun Nasution, Islam Rasional (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 248

28Quraish Syihab, Wawasan Al-Qur‟ān : Tafsir Maudhui Atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung : Mizan, 1998), hlm. 462

agama Islam. Sebenarnya rumah itu merupakan lembaga pendidikan pertama atau madrasah yang pertama dalam Islam. Guru yang mengajar di lembaga tersebut tidak lain adalah Rasulullah Saw, di mana beliau sebagai penunjuk jalan kebenaran. Kemudian setelah itu, sebagai lembaga pendidikan Islam, Masjid dapat dikatakan sebagai madrasah yang berukuran besar yang pada permulaan sejarah Islam dan masa-masa selanjutnya adalah tempat menghimpun kekuatan Islam baik dari segi fisik maupun mentalnya.29

Miskipun belakangan para pakar tentang dunia Arab berpendapat bahwa sekolah dasar yang disebut kuttab mulai dikenal pada masa awal Islam untuk pendidikan anak-anak tentang al-qur‟an dan isinya, Shalaby berpandangan bahwa, “Kuttab lebih terfokus pada pengajaran tulis baca dan seringkali dilaksanakan oleh orang-orang kristen.” Secara natural, pengajaran tentang ajaran-ajaran Islam pada dasarnya berlangsung dalam forum-forum informal atau pada kegiatankegiatan dakwah yang berlangsung di lembaga-lembaga Islam baru, yaitu mesjid. Penyebaran Al-Qur‟an berlangsung secara lisan, seperti halnya dengan penyebaran puisi sebelum masa Islam. Sampai salinan-salinan Al-Qur‟an disebarkan secara luas, Al-Qur‟an belum menjadi bagian inti dari kurikulum pendidikan dasar.30

29Ali al-Jumbulati & Abdul Futuh at-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 22.

30Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam Islam, (Jakarta: PT Logos Publishing House, 1994), h. 18-19.

Pada abad-abad awal Islam, Masjid muncul sebagai pusat pendidikan lanjutan dan pendidikan tinggi remaja dan orang dewasa dalam ilmu-ilmu agama. Nabi Muhammad Saw. mendirikan Masjid pertama di sebuah desa di perjalanan menuju Madinah, ketika hijrah dari Mekkah. Dalam merancang Masjid beliau menggunakan pengetahuannya tentang biara kristen yang berfungsi ganda, sebagai tempat ibadah dan pusat pendidikan. Karenanya beliau mendirikan sebuah bangunan yang akan berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat disuatu kota atau lingkungan sebagai gedung pertemuan, rumah ibadah, dan lembaga pendidikan.

Menurut sejarah Islam, Masjid yang pertama-tama dibangun oleh Nabi adalah Masjid At-Taqwa di Quba yang berjarak kurang lebih 2 mil dari kota Madinah ketika Nabi berhijrah dari Mekah. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur‟an QS. At-Taubah ayat; 108

















































Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama- lamanya. Sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di dalamnya mesjid itu ada orang-

orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.31

Oleh karena itu, Masjid dalam sejarah Islam adalah sebenarnya merupakan madrasah pertama setelah rumah Dar al-Arqam bin alArqam. Di dalam Masjid itulah terkumpul berbagai macam persoalan pokok kaum muslimin sejak mulai masalah politik, agama, kebudayaan sampai kemasyarakatan. Oleh karena itu kaum muslimin berkumpul di dalam Masjid hendaknya senantiasa memusyawarahkan dan bertukar pendapat tentang segala masalah atau urusan yang berkaitan dengan kehidupan sosial keagamaan dan sosial kemasyarakatan.32

Masjid yang pertama di bangun oleh Islam adalah Masjid Quba‟ (di luar Kota Madinah) dimana diberikan pula kuliah-kuliah agama di Masjid tersebut. Sewaktu Rasulullah memasuki kota Madinah, beliau mendirikan Masjid disuatu tempat bernama Mirbad, guna mendorong kaum muhajirin dan kaum anshor untuk melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan dan aktifitas ibadah. Sudah menjadi suatu tradisi Rasulullah Saw., bahwa beliau duduk di Masjid Nabawi di Madinah guna memberikan pelajaran kepada para sahabat mengenai masalah-masalah keagamaan dan duniawi.

4. Pengertian Kajian Keislaman dan Bentuk Kajian Keislaman