Farid Ariandi, Eksistensi songkok recca dalam peradaban masyarakat Bone (dibimbing oleh Dr. Hj. Hasnani, M.Hum dan Dr. Muhammad Jufri, M.Ag). Penelitian ini akan membahas tentang keberadaan songkok recca yang menjadi ikon kebanggaan Kabupaten Bone dalam peradaban masyarakat Bone itu sendiri.
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Songkok Recca merupakan salah satu warisan budaya dalam bidang pakaian adat atau pakaian adat yang ada di Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan temuan awal peneliti, kedua nilai tersebut bertentangan yaitu antara nilai sakral dan nilai fungsional dalam songkok recca.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang “Keberadaan songkok recca dalam peradaban masyarakat Bone”. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baru mengenai songkok recca pada peradaban Bone.
TINJAUAN PUSTAKA
- Tinjauan Penelitian Terdahulu
- Tinjauan Teoritis .1 Teori Gerak Sejarah
- Tinjauan Konseptual .1 Songkok Recca
- Kerangka Pikir
Pengrajin Songkok Recca bisa kita temukan di Kabupaten Bone, tepatnya di Desa Paccing, Kecamatan Awangpone. Kemudian songkok recca ini juga berfungsi sebagai mata pencaharian para pengrajin songkok recca di Bone.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Pendekatan Penelitian
Pada masa Kerajaan Bone, songkok recca hanya boleh dikenakan oleh raja, putra mahkota, abdi dalem kerajaan, dan orang-orang yang berperan dalam kerajaan. Songkok recca dengan pinggiran emas tinggi juga bebas digunakan oleh siapa saja dan apapun jabatannya di pemerintahan. Begitu pula halnya dengan songkok recca di kabupaten Bone yang dulunya merupakan salah satu pakaian suci di kerajaan dan hanya dikenakan oleh para abdi dalem dan pejabat tinggi kerajaan, namun kini menjadi pakaian adat suku Bugis. - suku adalah dan sudah menjadi mata pencaharian sebagian masyarakat di Kabupaten Bone, khususnya Kabupaten Awangpone. .
Tak jarang masyarakat Bone yang menggunakan songkok recca merasa bangga dan cinta terhadap budaya daerahnya sendiri sebagai ciri khas dari budaya lokal tersebut. Di sisi lain, songkok recca juga menjadi sumber penghidupan masyarakat Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone, sebagai perajin songkok peninggalan nenek moyang. Pendekatan nilai yang peneliti gunakan tidak lain adalah mendeskripsikan nilai sebenarnya yang terkandung dalam songkok recca so songkok.
Lantas, apakah nilai-nilai yang terkandung dalam songkok recca dapat mempengaruhi sikap penggunanya sehingga penggunanya dianggap baik?
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ini peneliti lakukan untuk mencari informasi tertulis baik tentang songkok recca maupun tentang peradaban masyarakat Bone, yang nantinya akan dijadikan bahan referensi bagi peneliti dan akan dianalisis kembali jika terdapat perbedaan antar referensi terutama mengenai asal. oleh songkok recca yang sampai saat ini belum diketahui secara pasti, dan data yang beredar beragam. Teknik penelitian lapangan dilakukan dengan cara peneliti terjun langsung ke lapangan/tempat penelitian untuk melakukan penelitian guna memperoleh data yang relevan baik yang berkaitan dengan Songkok Recca maupun peradaban masyarakat Bone. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi terhadap songkok recca yang ada di kabupaten Bone khususnya mengenai keberadaannya pada masa peralihan kerajaan ke kabupaten.
Wawancara (interview) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab dengan narasumber dengan tujuan memperoleh informasi lisan. Dalam penelitian “Keberadaan songkok recca dalam peradaban masyarakat Bone”, peneliti akan melakukan wawancara kepada pihak-pihak terkait yang dianggap dapat memberikan informasi tentang songkok recca dalam peradaban masyarakat Bone, baik itu generasi muda. atau pengamat masyarakat. Dokumentasi penelitian dapat berupa tulisan, gambar dan beberapa data mengenai objek penelitian dan lokasi.
Dalam penelitian ini peneliti akan mengumpulkan data atau bukti mengenai songkok recca dan peradaban masyarakat tulang yang dianggap penting.
Teknik Analisis Data
Heuristik merupakan suatu langkah dimana peneliti akan mengumpulkan data tentang objek penelitian sesuai dengan jenis cerita yang akan ditulis, apakah data tersebut berasal dari dokumen tertulis, artefak, sumber lisan, atau sumber lainnya. Verifikasi atau biasa disebut kritik sumber merupakan pemeriksaan atau pengujian terhadap keabsahan data atau sumber yang telah dikumpulkan sebelumnya. Data-data yang diperoleh, baik berupa dokumen tertulis, benda berupa foto atau benda lain, dan sumber sejarah lisan akan diuji terhadapnya.
Menurut Kuntowijoy, verifikasi ada dua macam, yaitu kredibilitas atau keaslian sumber yang biasa disebut kritik eksternal, dan kredibilitas atau kebiasaan percaya atau biasa disebut kritik internal.8. Penafsiran juga seringkali dikaitkan dengan subjektivitas peneliti sejarah, namun menurut Kuntowijoy, data tidak dapat berbicara sendiri tanpa adanya penafsiran dari sejarawan tersebut.9 Maka dalam penelitian ini peneliti akan menafsirkan sesuai dengan data yang peneliti temukan dalam sejarah. lapangan, yang juga didasarkan pada teori, yang menjadi sandaran peneliti. Historiografi atau penulisan sejarah merupakan tahap terakhir dari penelitian sejarah, yaitu penulisan hasil penelitian berdasarkan data dari sumber sejarah.
Tahapan ini juga dapat dikatakan sebagai penarikan kesimpulan oleh peneliti dengan mengandalkan kreativitas dan objektivitas peneliti untuk menghasilkan penelitian yang dapat dipercaya.
Uji Keabsahan Data
Pencarian referensi yang berkaitan dengan penelitian bertujuan untuk memberikan data pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan sebelumnya. Peneliti akan mencari berbagai referensi yang dianggap relevan untuk menunjang penelitian berupa buku, artikel, bukti-bukti berupa peninggalan, dan lain sebagainya. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sebelumnya sesuai dengan yang diberikan oleh penyedia data atau narasumber.
Dalam penelitian “Keberadaan songkok recca dalam peradaban masyarakat Bone kali ini peneliti akan mengecek kembali data narasumber yang diwawancarai agar tidak terjadi misinformasi dalam artian apa yang ditulis peneliti sesuai dengan apa yang disampaikan oleh narasumber. .
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Mereka memegang teguh konsep siri atau harga diri sebagai satu kesatuan dari 5 (lima) unsur utama, yaitu: Ade, Bicara, Rapang, Wari dan Sara. Kesemuanya itu saling terjalin satu sama lain, sebagai suatu kesatuan organik dalam pikiran masyarakat yang memberikan rasa harga diri dan martabat pada setiap individu. Islam mulai masuk ke kerajaan Bone pada tahun 1605, tepatnya pada masa pemerintahan raja Bone ke X yang bernama We tenri Tuppu Matinroe ri Sidenreng.
Setelah kemerdekaan, tepatnya pada bulan Mei 1950, terjadi demonstrasi rakyat di kota Watampone untuk pertama kalinya sejak terbentuknya Kerajaan Bone. Secara geografis Kabupaten Bone berbatasan dengan: di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Wajo, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Soppeng, Maros, Pangkep dan Barru, di sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone yang menghubungkan Sulawesi Tenggara. Propinsi. . Berdasarkan kondisi alam tersebut, sebagian besar penduduk Kabupaten Bone menggantungkan hidupnya pada asap dapur dari sektor pertanian dan perikanan.
Selain pertanian dan perikanan, kawasan ini juga terkenal kaya akan sumber daya alam di sektor pertambangan, seperti bahan industri atau konstruksi, emas, tembaga, perak, batu bara, dan pasir kuarsa.
Sejarah songkok recca dalam peradaban masyarakat Bone
Songkok recca dulunya disebut Ure'ca yang terbuat dari Ure' Ta yaitu ijuk. Seperti kita ketahui para empu songkok recca di kecamatan Awangpone merupakan perajin yang sudah turun temurun. Grup bernama Tau Deceng, Tau Maradeka, dan Tau Sama diperbolehkan membawakan lagu recca yang pinggirannya berwarna emas.
Melihat bukti tersebut maka dapat dikatakan bahwa tepian emas (pamiring pulaweng) pada songkok recca sudah ada sebelum masa pemerintahan Raja Bone ke-32, La Mappanyukki, melihat bukti foto La Pawawoi di atas. Sebab kalau dilihat sebenarnya lagu recca atau pamiring pulaweng itu seperti itu, sulamannya rapi dan rumit. Sedangkan songkok pamiring/pamiring pulaweng merupakan songkok recca dengan tambahan emas yang hanya digunakan oleh kalangan bangsawan dan bangsawan seperti terlihat pada foto 6 di atas.
Bentuk songkok recca sebenarnya mempunyai beberapa bentuk, tidak hanya bentuk yang umum terlihat saja.
Pengaruh Perubahan Peradaban masyarakat Bone terhadap penggunaan songkok recca songkok recca
Saat ini songkok recca banyak dijual di beberapa daerah di Sulawesi Selatan, termasuk Kabupaten Bone. Di Kabupaten Bone sendiri terdapat salah satu kawasan yang sudah dikenal secara turun temurun para perajin songkok recca, tepatnya di Desa Paccing, Kecamatan Awangpone. Karena songkok recca saat ini sedang diperjualbelikan, siapapun yang mampu dapat memakainya.
Meluasnya pemanfaatan songkok recca oleh kaum laki-laki turut memberikan kontribusi terhadap perajin di kabupaten Bone, khususnya di kabupaten Awangpone. Melihat fenomena tersebut, tidak heran jika saat ini penggunaan songkok recca berbingkai emas tinggi tidak lagi ditentukan oleh jabatan di pemerintahan, melainkan ditentukan oleh besarnya uang yang dikeluarkan untuk membelinya. Melihat fenomena tersebut, maka perubahan bentuk pemerintahan dan kebutuhan masyarakat menjadi penyebab berubahnya penggunaan songkok recca dalam peradaban masyarakat Bone.
Perubahan bentuk pemerintahan kerajaan Bone pasca bergabungnya Bone dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjadi Kabupaten Bone memunculkan aturan penggunaan songkok recca yang ada pada masa kerajaan tersebut. ada, sudah tidak ada lagi. diberlakukan
Pelestarian dan nilai-nilai yang terkandung dalam songkok recca
- Nilai yang terkandung dalam songkok recca
Tidak mudah jika aturan penggunaan songkok recca pada masa Kerajaan Bone diberlakukan kembali saat ini. Atau justru menimbulkan permasalahan baru, misalnya berdampak pada pendapatan para perajin Songkok Recca yang menjadi mata pencaharian mereka saat ini. Peralihan sistem pemerintahan Bone dari kerajaan ke kabupaten menimbulkan aturan penggunaan songkok recca yang ada pada masa Kerajaan Bone saat ini.
Oleh karena itu, songkok recca digunakan sebagai lambang acca, yaitu kecerdasan dalam hubungannya dengan masyarakat Bona. Pada masa pemerintahan Raja Bona ke-32, La Mappanyukki, songkok recca digunakan sebagai simbol stratifikasi sosial di kerajaan. Di Kecamatan Awangpone sendiri, anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar sudah bisa menyiapkan songkok recca.
Songkok recca dulunya merupakan hiasan kepala yang hanya dikenakan oleh kalangan tertentu saja yaitu acca.
PENUTUP
Kesimpulan
Namun dalam uraian Brooke berbeda, pada masa pemerintahan raja Bone ke-32, La Mappanyukki, tinggi pamiring pulaweng pada recca songkok disesuaikan dengan pangkat pemakainya. Melihat gambar tersebut, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pamiring pulaweng pada songkok recca sudah ada sebelum masa kepemimpinan La Mappanyukki, namun aturan bahwa tinggi pamiring pulaweng pada songkok disesuaikan dengan pangkat pemakainya dibuat pada masa kepemimpinan. . dari La Mappanyukki. Songkok recca merupakan acca atau bernilai ilmiah karena dulunya songkok recca merupakan mahkota, lambang atau identitas kalangan to acca pada masa kerajaan Bone, maka dari itu songkok recca dulunya terbuat dari ure'ta yang dideskripsikan oleh masyarakat Bugis Bone. kira-kira.
Sebab pada masa kerajaan Songkok Recca hanya digunakan oleh kalangan tertentu saja dan lambang-lambang didalamnya disesuaikan dengan derajatnya masing-masing, sehingga hal ini menunjukkan adanya nilai asittinajang atau hak dalam Songkok Recca ini. Kreativitas masyarakat Bone khususnya perajin Songkok Recca yang mengubah atau mengolah bahan alam menjadi bahan bekas merupakan sebuah seni. Songkok recca kini sudah menjadi mata pencaharian sebagian masyarakat Bone khususnya di Kecamatan Awangpone, sehingga songkok recca di mata para pengrajin mempunyai nilai tersendiri bagi mereka yaitu nilai ekonomisnya.
Saat ini songkok recca yang merupakan hiasan kepala khas suku bugis yang mempunyai sejarah panjang mulai dari identitas acca hingga bangsawan kini telah menjadi identitas khas pria bugis.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Gudskelov er Songkok To Bone Indonesiens immaterielle kulturarv. https://bone.go.id alhamdulillah-songkok-to-bone-warisan-kultur-tak-benda-indonesia/.