• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPLOITASI SEKSUAL TERHADAP ANAK SECARA ONLINE PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "EKSPLOITASI SEKSUAL TERHADAP ANAK SECARA ONLINE PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM SKRIPSI"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tindakan eksploitasi seksual terhadap anak ini terjadi karena anak dianggap masih lemah secara fisik dan mental sehingga menyebabkan pelaku menjadikan anak tersebut sebagai sasaran eksploitasi. Namun pasal dalam UU Perlindungan Anak ini belum memberikan hukuman bagi pelaku yang melakukan eksploitasi seksual terhadap anak secara online.

Fokus Penelitian

Sejarah Muslim.15 Dalam Hadits di atas terdapat aturan hukum penggerebekan terhadap laki-laki yang melakukan perzinahan dengan seorang gadis, tentunya perzinahan tersebut berkaitan dengan eksploitasi seksual terhadap anak. Dari penjelasan di atas, saya sebagai peneliti merasa tertarik untuk mengkaji eksploitasi anak secara online yang dikemas dengan judul “Eksploitasi Seksual Anak Secara Online Dari Perspektif Hukum Positif dan Hukum Pidana Islam”.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Dapat memperluas pemahaman hukum pidana hukum positif dan hukum pidana Islam (jinyah) terkait permasalahan hukum eksploitasi seksual anak online. Kami berharap hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat untuk bekerja sama melindungi anak korban eksploitasi seksual online.

Definisi Istilah

Sedangkan arti online berasal dari kata on yang berarti hidup dan line yang berarti saluran. Ius Positum atau yang dikenal dengan hukum positif berasal dari bahasa Latin yang berarti hukum yang ditetapkan.

Sistematika Pembahasan

Bab kedua merupakan tinjauan pustaka, bab ini menjelaskan penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki konsep yang sama dengan penelitian ini dan kajian teoritis mengenai eksploitasi seksual online terhadap anak dari perspektif hukum positif dan hukum pidana Islam. Bab keempat yaitu Pembahasan menjelaskan hasil penelitian yaitu hasil perbandingan pandangan hukum positif dan hukum pidana Islam terhadap permasalahan hukum eksploitasi seksual anak secara online.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu

Judul Tesisnya adalah Analisa Hukum Eksploitasi Seksual Terhadap Anak (Nomor Putusan: 47/Pid.Sus/2014/PN.Pwt).25. Judul Tesis Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Tindak Pidana Eksploitasi Seksual Komersial Anak (Studi Putusan Pengadilan Negeri Semarang No. 440/Pid.Sus/2017/PN.Smg).26.

Kajian Teori

Hukum positif adalah hukum yang saat ini berlaku di suatu negara atau wilayah tertentu. Hukum positif disebut juga dengan ius constitutum yang berarti hukum yang ditetapkan untuk berlaku pada saat ini di suatu negara atau tempat tertentu. Stellingsrecht adalah kata lain dari hukum positif yang merupakan aturan yang berlaku dalam kenyataan, merumuskan hubungan yang tepat antara fakta hukum dan akibat hukum yang merupakan abstraksi keputusan.30.

Selain pengertian dan pengertian hukum positif di atas, para ahli juga telah mengemukakan pendapat dan pandangannya mengenai hukum positif. Rechtsreflections, Grondbegrippen uit de rechtstheorie (Refleksi Hukum, Pengertian Dasar Teori Hukum) yang diterjemahkan oleh Bernard Arief Sidharta dengan judul on law, bahwa yang dimaksud dengan positifnya kaidah hukum adalah kaidah-kaidah hukum apa saja yang ada dalam suatu kaidah hukum oleh pemegang kekuasaan hukum yang berwenang (competent rectsautoriteit), dari sinilah aturan hukum tersebut disebut hukum positif. Hukum pidana Islam atau sering disebut jinayah pada mulanya terdiri dari kata jana-yajni-ji-nayatan yang artinya berbuat dosa.

36 Barda Nawawi Arief, Berbagai Aspek Penegakan Hukum Pidana dan Kebijakan Pembangunan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998), hal. Selain kata jinayah, dalam hukum pidana Islam juga terdapat jarimah, dalam arti jarimah adalah larangan syariah yang diancam oleh Allah SWT dengan hukuman hudud dan takzir.40. Jika kita berbicara mengenai tujuan hukum pidana Islam, maka hal ini tentu tidak lepas dari arah dan tujuan hukum Islam.

METODE PENELITIAN

  • Pendekatan dan Jenis Penelitian
  • Bahan Hukum
  • Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
  • Teknik Analisis Bahan Hukum
  • Keabsahan Bahan Hukum
  • Tahap-Tahap Penelitian

Sanksi terhadap pelaku tindak pidana eksploitasi seksual anak secara online sebagai upaya perlindungan anak sebagai korban. Kalau dipikir-pikir, tidak ada bab khusus dalam UU Perlindungan Anak yang membahas tentang eksploitasi seksual terhadap anak secara sistematis. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Eksploitasi Seksual Online Ditinjau dari Hukum Pidana Islam.

Perbandingan persamaan dan perbedaan bentuk perlindungan hukum terhadap anak korban eksploitasi seksual online ditinjau dari hukum positif dan hukum pidana Islam. Bentuk perlindungan terhadap anak korban eksploitasi seksual di Internet tentu berbeda-beda, tidak hanya dari segi perlindungan hukum saja. Bentuk perlindungan terhadap anak korban eksploitasi seksual online serupa dari segi hukum positif dan hukum pidana Islam.

Perbedaan Bentuk Perlindungan Anak Korban Eksploitasi Seksual Online Tinjauan Hukum Positif dan Hukum Pidana Islam. Hukum Indonesia memberlakukan beberapa pasal dengan jenis undang-undang yang berbeda terhadap pelaku eksploitasi seksual online terhadap anak. Dalam hukum positif, anak sebagai korban eksploitasi seksual anak secara online dilindungi oleh beberapa undang-undang, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia No.

PEMBAHASAN

Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Eksploitasi

Hal ini tentu saja bertentangan langsung dengan ketentuan Undang-Undang Nomor. Selain hak-hak yang dibahas dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, juga terdapat spesifikasi pemenuhan hak-hak anak sebagai hak asasi manusia. upaya untuk melindungi anak sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Terhadap Pelaku Anak. Hingga saat ini, Indonesia belum memiliki undang-undang khusus yang mengatur permasalahan eksploitasi seksual terhadap anak, khususnya melalui media online.

Selain pengertian perlindungan anak yang menjadi dasar undang-undang, terdapat juga dua pasal yang memuat eksploitasi seksual dan eksploitasi ekonomi terhadap anak, yaitu pada pasal 76l dan pasal 88. Undang-undang ini menyebutkan eksploitasi seksual terhadap anak dan menjelaskannya. definisi eksploitasi seksual terhadap anak. Namun undang-undang ini tidak memuat rincian mengenai konsep eksploitasi anak, khususnya media online.

70 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2023 tentang KUHP Menggantikan sebagian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi Pasal 29 ayat 1 menjadi Pasal 407 ayat 1. Dalam UU Tindak Pidana Perdagangan Orang dilarang. Sedangkan mengenai eksploitasi seksual diatur dalam pasal 1 ayat (8) dan pasal 2 ayat (1) dan (2), yang kemudian diganti pasal 2 dengan pasal 455 di Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang KUHP. 73 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Pasal 2 ayat 1 dan 2 yang kemudian diganti sebagian menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2023 tentang KUHP Pasal 455 ayat 1 dan 2.

11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dicabut sebagian dan menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2023 tentang Pasal 407 KUHP. Pada uraian di atas, korban kejahatan eksploitasi seksual menggunakan media online adalah anak-anak yang diatur dalam undang-undang – Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual yang disebutkan dalam Pasal 12.

Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Eksploitasi

Tindak pidana yang tidak termasuk dalam yudimah hudud atau qisas bukan berarti dikecualikan dari hukuman; dalam kasus eksploitasi seksual anak dapat dikategorikan dalam peradilan ta'zir. Hukuman terhadap eksploitasi seksual anak secara online, termasuk hukuman dengan jari ta’zir, tidak mempunyai patokan dan tingkatan kepemilikan, sehingga hukuman bagi pelakunya diserahkan kepada hakim atau otoritas yang berhak mengadili. Hukuman ta’zir bagi pelaku eksploitasi seksual anak merupakan hukuman yang dijadikan sebagai hukuman utama.

85 Ariyadi, “Tindak Pidana Pelaku Eksploitasi Seksual Anak Menurut Hukum Islam”, Jurnal Hadratul Madaniyah, Volume 6 Edisi I, Juli 2019, 49. Dalam hukum positif dan hukum pidana Islam, perlindungan terhadap anak sebagai korban eksploitasi seksual . pada dasarnya sama, isinya sama – sama mensyaratkan adanya perlindungan terhadap anak sebagai korban, perlindungan secara hukum, dan penghormatan terhadap hak anak serta menjauhkan anak dari hal-hal yang dapat merugikan masa depannya. Untuk melindungi anak sebagai korban eksploitasi seksual online, hukum positif dan hukum pidana Islam mempunyai tujuan yang sama, namun berbeda dalam cara kedua undang-undang tersebut menerapkan perlindungan, seperti memberikan sanksi hukum terhadap pelaku kejahatan.

Dalam perbuatannya, pelaku eksploitasi seksual online terhadap anak dikenakan jari ta'zir dan selanjutnya diserahkan kepada hakim atau pihak berwenang untuk menentukan hukuman yang sesuai. Berbeda dengan hukum positif, sanksi terhadap pelaku eksploitasi seksual online diatur dalam undang-undang yang ada, namun di Indonesia belum ada pasal khusus dalam undang-undang perlindungan anak yang membahas tentang eksploitasi seksual online terhadap anak, dimana persentase kejahatan ini meningkat setiap tahunnya. Eksploitasi seksual terhadap anak secara online ini terjadi seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern dengan kecanggihan teknologi yang semakin maju.

Komparasi Bentuk Perlindungan Hukum Anak Sebagai Korban

PENUTUP

Kesimpulan

Oleh karena itu skripsi ini dapat terselesaikan dan dapat memenuhi gelar sarjana dengan artikel yang berjudul “Eksploitasi Seksual Anak di Internet Dalam Perspektif Hukum Positif dan Hukum Pidana Islam”. Kasus eksploitasi seksual terhadap anak yang populer dengan sebutan ESA atau Child Sexual Exploitation merupakan pelanggaran mendasar terhadap hak-hak anak. Pendekatan komparatif ini dilakukan untuk membandingkan pandangan eksploitasi seksual online terhadap anak dari perspektif hukum positif dan hukum pidana Islam.49.

Pengumpulan data ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan hukum positif dan hukum pidana Islam terhadap eksploitasi seksual anak online serta memahami pengaturan hukum yang digunakan untuk menjerat pelaku tindak pidana eksploitasi seksual anak online. Sehingga sanksi bagi pelaku atau pertanggungjawaban hukum atas tindak pidana eksploitasi seksual anak secara online diatur dalam berbagai peraturan, antara lain :.

Saran

“Revisi Hukum Pidana Islam Atas Tindak Pidana Eksploitasi Seksual Komersial Anak (Pemeriksaan Putusan Pengadilan Negeri Semarang Nomor 440/Pid.Sus/2017/PN.Smg)”. Eksploitasi Anak dalam Hukum Positif dan Hukum Islam." Disertasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, 2019. Helmy. "Pertanggungjawaban pidana atas tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh anak di bawah umur dalam perspektif hukum pidana Islam dan hukum positif".

Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2023 tentang KUHP menggantikan sebagian Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Manusia, Pasal 2 Ayat 1 dan 2, yang kemudian sebagian diganti dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2023 KUHP pasal 455 ayat 1 dan 2. Contoh eksploitasi seksual online dan perdagangan anak. media-online-mengkhawatirkan-menteri-pppa-angkat-suara diakses 01 Januari 2023.

tim berita detikcom https://news.detik.com/berita/d-5472512/terbesarnya-case-exploitation-anak-bermodus-kenalan-di-dunia-maya/1 diakses 1 Januari 2023.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap anak yang menjadi korban maupun anak sebagai pelaku tindak pidana kejahatan seksual, serta

Dari uraian proses pengkajian tersebut, maka diperoleh suatu analisa dengan kesimpulan bahwa eksploitasi seksual pada anak adalah tindakan memanfaatkan tenaga

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka disimpulkan: (1)Faktor penyebab terjadinya kejahatan eksploitasi seksual secara komersil terhadap anak melalui media

tindak pidana eksploitasi seksual anak masuk dalam kategori “pelanggaran mendasar pada hak-hak anak” dan “perbudakan moderen” yang memerlukan perhatian

Upaya menanggulangi tindak pidana eksploitasi seksual menggunakan sanksi (hukum) pidana, artinya memberantas kejahatan eksploitasi seksual pada pelaku, agar

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tentang pengaturan tindak pidana penyimpangan seksual menurut hukum positif di Indonesia homoseksual dan lesbian diatur di

Pada sesi ini, peserta akan diberikan Pemahaman tentang siapa yang bisa saja menjadi pelaku dan keterlibatannya, serta siapakah korban dalam situasi eksploitasi seksual anak di

PERBANDINGAN PERLINDUNGAN KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN SEKSUAL DALAM KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PIDANA DAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2022 TENTANG TINDAK PIDANA KEKERASAN