• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI DAUN CEGUK (Quisqualis indica L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN PENETAPAN KADAR FLAVONOID, FENOL TOTAL DENGAN METODE ULTRASONIK - Repository UHAMKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH SUHU EKSTRAKSI DAUN CEGUK (Quisqualis indica L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN PENETAPAN KADAR FLAVONOID, FENOL TOTAL DENGAN METODE ULTRASONIK - Repository UHAMKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI DAUN CEGUK (Quisqualis indica L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN PENETAPAN KADAR

FLAVONOID, FENOL TOTAL DENGAN METODE ULTRASONIK

Skripsi

Untuk melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi

Oleh:

Putri Anastasya Simamora 1704015072

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA

2021

(2)

ii

Skripsi dengan Judul

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI DAUN CEGUK (Quisqualis indica L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN PENETPAN KADAR FLAVONOID, FENOL TOTAL DENGAN METODE ULTRASONIK

Telah disusun dan dipertahankan di hadapan penguji oleh Putri Anastasya Simamora, NIM 1704015072

Tanda Tangan Tanggal

Ketua

Wakil Dekan I

Drs. apt. Inding Gusmayadi, M.Si.

Penguji I

Dr. apt. Rini Prastiwi, M.Si.

Penguji II

Dr. apt. Sherley, M.Si.

Pembimbing I

apt. Vera Ladeska, M.Farm.

Pembimbing II Ema Dewanti, M.Si.

Mengetahui:

Ketua Program Studi

Dr. apt. Rini Prastiwi, M.Si.

Dinyatakan lulus pada tanggal: 15 Oktober 2021

10 November 2021

23 Oktober 2021

15 November 2021

12 November 2021

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI...,Putri Anastasya Simamora,Farmasi UHAMKA,2021

(3)

ABSTRAK

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI DAUN CEGUK (Quisqualis indica L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN PENETPAN KADAR

FLAVONOID, FENOL TOTAL DENGAN METODE ULTRASONIK Putri Anastasya Simamora

1704015072

Daun ceguk (Quisqualis Indica L.) merupakan tanaman yang memiliki manfaat sebagai tanaman hias, antinyeri, obat mencret, rematik dan antioksidan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu ekstraksi terhadap kandungan senyawa fenol, flavonoid total dan aktivitas antioksidan pada daun ceguk (Quisqualis indica L.) dengan metode ultrasonik. Ultrasonik menggunakan gelombang dengan frekuensi 16-20 kHz dengan pengadukan akan meningkatkan osmosis antara bahan dengan pelarut sehingga meningkatkan proses ekstraksi.

Hasil total fenolik, total flavonoid, dan aktivitas antioksidan menggunakan spektrofotometri yang terbaik menunjukan ekstrak daun ceguk suhu 45ºC dengan kadar flavonoid total sebesar 72,4054 mgQE/g ± 0.00147, fenolik total sebesar 48,8796 mgGAE/g ± 0.0020 dan hasil aktivitas antioksidan sebesar 58,68 µg/mL.

Kata Kunci : Daun ceguk (Quisqualis Indica L.), Antioksidan, Flavonid, Fenolik , Ultrasonik.

.

(4)

iv

KATA PENGANTAR Bismilllahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “PENGARUH SUHU EKSTRAKSI DAUN CEGUK (Quisqualis indica L.) TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN PENETAPAN KADAR FLAVONOID, FENOL TOTAL DENGAN METODE ULTRASONIK”.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi dan Sains Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Prof. DR.

Hamka, Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu penulis, sehingga pada kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. apt. Hadi Sunaryo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, Jakarta.

2. Bapak apt. Drs. Inding Gusmayadi, M.Si., selaku Wakil Dekan I dan Pembimbing Akademik Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, Jakarta yang telah memberi bimbingan, motivasi dan doa.

3. Ibu Apt.Vera Ladeska, M.Farm selaku pembimbing I yang telah banyak membantu dan mengarahkan , memberikan doa, bimbingan, serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Ema Dewanti, M,Si selaku pembimbing II yang telah banyak membantu, membimbing dan mengarahkan, memberikan doa, bimbingan, serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Ibu Dr. apt. Rini Prastiwi, M.Si., selaku Ketua Program Studi Farmasi dan Penguji I, Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, Jakarta. meluangkan waktu dan mengarahkan penulis.

6. Ibu Dr. apt. Sherley, M.Si., selaku Penguji II yang telah meluangkan waktu dan mengarahkan penulis.

7. Orang tua serta segenap keluarga tercinta yang senantiasa memberi dukungan dengan segala doa, dan semangat untuk penulis.

8. Sahabat dan Teman kelompok saya Suni Aldita, Amelia Permatasari dan Kintan Lisnah Firamida yang tiada henti memberikan semangat dan bantuan baik secara tenaga maupun pemikiran sejak awal sampai saat ini.

9. Keluarga besar Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis. Untuk ini kritik terlebih saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukannya.

Jakarta, September 2021

Penulis

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI...,Putri Anastasya Simamora,Farmasi UHAMKA,2021

(5)

DAFTAR ISI

Hlm.

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Permasalahan Penelitian 2

C. Tujuan Penelitian 3

D. Manfaat Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

A. Landasan Teori 4

1. Tanaman Ceguk (Quisqualis indica L.) 4

2. Ekstraksi 6

3. Ekstraksi Ultrasonik 6

4.Radikal Bebas 6

5.Antioksidan 7

6.Senyawa Flavonoid 7

7.Senyawa Fenol 7

8.Spektrofotometer UV-Vis 8

B. Kerangka Berfikir 8

C.Hipotesis 9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 10

A. Tempat dan Waktu Penelitian 10

1. Tempat Penelitian 10

2. Waktu Penelitian 10

B. Alat dan Bahan Penelitian 10

1. AlatPenelitian 10

2. BahanPenelitian 10

C.Prosedur Kerja Penelitian 11

1.Penggumpulan Bahan 11

2.Determinasi tanaman 11

3.Pembuatan Serbuk Daun Ceguk 11

4.Pembuatan Ekstrak Etanol 70% Daun Ceguk 11

5.Pemeriksaan Karakteristik Ekstrak 11

6.Penetapan Kadar Flavonoid Total 14

7.Penetapan Kadar Fenolik Total 15

8.Uji Aktivitas Antioksidan 17

9.Analisa Data 18

BAB IV. HASILDAN PEMBAHASAN 20

A. Hasil Determinasi Tanaman 20

B. Penyiapan Simplisia 20

(6)

vi

C. Hasil Ekstraksi 21

D. Hasil Pemeriksaan Mutu Ekstrak Daun Ceguk 22

1. Hasil Uji Organoleptis 22

E. Hasil Rendemen, Susut Pengeringan dan Kadar Abu 22 F.Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Daun Ceguk 24 G.Penetapan Kadar Flavonoid dan Fenol Total Ekstrak Etanol 26 70% Daun Ceguk

H.Penetapan Kadar Antioksidan Metode DPPH 27

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 30

A. Simpulan 30

B. Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN 33

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI...,Putri Anastasya Simamora,Farmasi UHAMKA,2021

(7)

DAFTAR TABEL

Hlm

Tabel 1. Hasil Ekstraksi Ultrasonik berdasarkan perbedaan suhu 22

Tabel 2. Hasil Organoleptik Ekstrak Daun Ceguk 22

Tabel 3. Hasil Rendemen, Susut Pengeringan, dan Kadar Abu 23 Tabel 4 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Daun Ceguk 24 Tabel 5. Hasil uji total fenolik, flavonoid dari ekstrak etanol daun ceguk 26 Tabel 6. Hasil % inhibisi dan nilai IC50 Antioksidan Daun Ceguk 29 Tabel 7. Hasil Absorbansi Kurva Kalibrasi Kuarsetin 57

Tabel 8. Hasil Kadar Flavonoid Total Ekstrak 58

Tabel 9. Hasil Absorbansi Kurva Kalibrasi Asam Galat 67

Tabel 10. Hasil Kadar Fenolik Total Ekstrak 68

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Hlm

Gambar 1. Tanaman Ceguk (Quisqualis Indica L) 4

Gambar 2. Struktur Flavonoid 7

Gambar 3. Struktur Kimia Fenol 8

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI...,Putri Anastasya Simamora,Farmasi UHAMKA,2021

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Hlm

Lampiran 1. Skema Prosedur Kerja 33

Lampiran 2. Surat Determinasi Daun Ceguk (Quisqualis indica L.) 34

Lampiran 3. Surat Sertifikasi Etanol 70% 35

Lampiran 4. Surat Sertifikasi Acetic Anhidride 36

Lampiran 5. Surat Sertifikasi Methanol pa 37

Lampiran 6. Surat Sertifikasi Quarcetin 38

Lampiran 7. Surat Sertifikasi Alumunium Chloride Anhidrat 39

Lampiran 8. Surat Sertifikasi analisis DPPH 40

Lampiran 9. Surat Sertifikasi Folin Ciocalteu 41

Lampiran 10. Surat Sertifikasi Na2CO3 42

Lampiran 11. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Daun Ceguk 43 Lampiran 12. Hasil Karakteristik Mutu Ekstrak Daun Ceguk 46 Lampiran 13. Spektrum Panjang Gelombang Maksimum Kuarsetin 53

Lampiran 14. Grafik Operating Time Kuarsetin 54

Lampiran 15. Kurva Baku Kuarsetin 55

Lampiran 16. Perhitungan Panjang Gelombang dan Kurva Kalibrasi Kuersetin 56 Lampiran 17. Perhitungan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Daun Ceguk 58 Lampiran 18. Absorbansi Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat 63

Lampiran 19. Operating Time Asam Galat 64

Lampiran 20. Kurva Baku Asam galat 65

Lampiran 21. Perhitungan Panjang Gelombang dan Kurva Kalibrasi Asam galat

66 Lampiran 22. Perhitungan Kadar Fenolik Total Ekstrak Daun Ceguk 68

Lampiran 23. Perhitungan Pembuatan Larutan DPPH 73

Lampiran 24. Panjang Gelombang DPPH 75

Lampiran 25. Operating Time Kuarsetin dengan DPPH 76

Lampiran 26. Perhitungan Hasil IC50 Kuarsetin 77

Lampiran 27. Perhitungan Hasil Ekstrak Daun Ceguk Suhu 35ºC 78 Lampiran 28. Perhitungan Hasil Ekstrak Daun Ceguk Suhu 45ºC 79 Lampiran 29. Perhitungan Hasil Ekstrak Daun Ceguk Suhu 55ºC 80 Lampiran 30. Dokumentasi Alat dan Bahan Penelitian 81

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tubuh manusia membutuhkan proteksi dari radikal bebas, radikal bebas merupakan molekul atom atau elektron yang tidak berpasangan, radikal bebas berasal dari luar tubuh yaitu berupa makanan yang banyak mengandung bahan pengawet, pewarna sintetik, asam lemak tidak jenuh, pestisida, polusi, asap rokok dan radiasi ultraviolet adapun radikal bebas dari dalam tubuh yaitu endogen yang terbentuk dari sisa metabolisme , karbohidrat dan protein. Adapun dilakukan pencegahan terpapar radikal bebas yaitu dengan antioksidan (Sari Nirmala, 2015) Antioksidan dapat mencegah radikal bebas dan diperoleh dalam bentuk sintetik dan alami. Karna efek samping antioksidan sintetik yang menjadikan antioksidan alami menjadi pilihan utama. Antioksidan alami yang ada didalam tanaman dan rempah- rempahan mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan dari stress oksidatif, pada tumbuhan dan rempah- rempahan terdapat zat yang dapat menyerap radikal bebas yaitu senyawa polifenol, flavonoid dan senyawa fenolik (Nooman et al, 2008)

Flavonoid merupakan senyawa yang berasal dari bahan alam yang berkhasiat sebagai antioksidan, antivirus, antibakteri, antimutagenik dan penghambat beberapa enzim. Flavonoid terdapat enzim xanthinoksidase berfungsi untuk menangkap radikal bebas (Cos et al, 1998) adapun senyawa fenol berkhasiat sebagai antioksidan, pencegahan dan pengobatan penyakit degeneratif, kanker, penuaan dini, dan gangguan imun tubuh. Kedua senyawa tersebut hampir terdapat pada bagian tanaman yaitu buah, kulit luar batang, akar, dan daun (Apsari and Susanti 2011)

Tanaman Ceguk (Quisqualis indica L.) banyak tersebar di wilayah iklim tropis dan diketahui aktivitas farmakologi sebagai antipiretik, anthelmentik dan diare, tanaman ceguk bagian daun diketahui memiliki aktivitas antipiretik. Ekstrak methanol pada dosis 100 mg/kg dan 200 mg/kg yang diinduksikan pada tikus wistar dengan hasil aktivitas antipiretik cukup baik. Ekstrak daun ceguk diketahui memiliki khasiat anthelmentik terhadap Ascaris suum secara in vitro (Singh et al, 2013) dan bagian biji diketahui memiliki aktivitas antidiare (Sahu et al, 2012).

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI...,Putri Anastasya Simamora,Farmasi UHAMKA,2021

(11)

Tanaman ini selain memiliki aktivitas farmakologi yang cukup baik juga memiliki aktivitas antioksidan yang cukup baik juga.

Pada penelitian (Singh et al, 2013) ekstrak daun ceguk yang diekstraksi dengan metode maserasi memiliki kadar fenolik total sebesar 39,45 mg/GAE, dan daya antioksidan dengan metode DPPH didapatkan nilai IC50 sebesar 30,65 µg/ml, dan nilai IC50 diketahui merupakan golongan antioksidan sangat kuat untuk perlindungan tubuh dari radikal bebas.

Pada penelitian ini metode ekstraksi yang dipilih metode ultrasonik.

Metode ultrasonik diketahui memiliki keunggulan dibandingkan metode maserasi karena metode ultrasonik menggunakan gelombang ultrasonik akustik dengan frekuensi lebih besar dari 16 sampai 20 kHz . Sedangkan metode maserasi kurang efisien dalam waktu ektraksi, suhu ekstraksi, keamanan dan meningkatkan jumlah rendemen kasar (Handayani, 2016). Suhu ektraksi dapat mempengaruhi proses ekstraksi, karena semakin tinggi suhu akan menyebabkan kelarutan senyawa fenol semakin besar didalam pelarut. Dengan meningkatkan suhu, proses difusi terjadi dengan cepat sehingga proses ekstraksi juga berjalan lebih cepat.

Akan tetapi dengan operasi peningkatan suhu perlu diperhatikan bahwa terlalu tinggi suhu dapat menyebabkan kerusakan bahan atau sampel ekstraksi yang digunakan (Martua Ibrahim et al, 2015) Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Wayan et al, 2017 dan Sekarsari et al, 2019 yaitu menggunakan proses ekstraksi metode ultrasonik dengan pengaruh suhu ekstraksi suhu 35ºC, 45 ºC dan 55ºC terhadap daun sirsak dilaporkan bahwa pada suhu 45ºC membuktikan hasil yang terbaik dan nilai aktivitas antioksidan yang tinggi. Penelitian tentang pengaruh suhu ekstraksi daun ceguk (Quisqualis indica L.) dengan metode ultrasonik belum pernah dilaporkan, maka pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui suhu ekstraksi dengan metode ultrasonik yang optimal untuk mengekstraksi daun ceguk, sehingga menghasilkan kandungan flavonoid dan fenol yang tinggi dan memiliki antioksidan yang kuat.

B. Permasalahan Penelitian

Permasalahan yang dapat diteliti yaitu apakah suhu ekstraksi mempengaruhi penarikan senyawa flavonoid, fenol total dan aktivitas antioksidan pada daun ceguk (Quisqualis indica L.) dengan menggunakan metode ultrasonik.

(12)

3

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh suhu ekstraksi terhadap kandungan senyawa fenol, flavonoid total dan aktivitas antioksidan pada daun ceguk (Quisqualis indica L.) dengan metode ultrasonik.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait pengaruh suhu ekstraksi dan kadar fenol, flavonoid total dari tanaman Quisqualis indica L. terhadap uji aktivitas antioksidan dengan metode ultrasonik.

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI...,Putri Anastasya Simamora,Farmasi UHAMKA,2021

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, R., & Susanti, H. (2012). Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak Metanol Kelopak Bunga Merah(Hibiscus sabdariffa Linn) dengan Variasi Tempat Tumbuh Secara Spektrofotometri Determination Of Total Phenolic Content of Methanolic Extracts Red Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) Calyxs in Variation of Growing Area by Spectrophotometry. Jurnal Ilmiah Kefarmasian , 2(1), 73–80.

Apsari, P. D., & Susanti, H. (2011). Perbandingan Kadar Fenolik Total Ekstrak Metanol Kelopak Merah dan Ungu Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa, Linn) Secara Spektrofotometri. Fakultas Farmasi , Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta , 2(1), 73–77.

Chang, Yang Hua- Ming, Wen Mei-Hwei, & Chern Chuan-Jiing. (2002).

Estimation of Total Flavonoid Content in Propolis by Two Complementary Colorimetric Methods. Journal of Food and Drugs Analysis , 10(3), 178–

182.

Cos, P., Li, Y., Calomme, M., Hu, J. P., Cimanga, K., Poel, B. van, Pieters, L., Vlietinck, A. J., & Berghe, D. vanden. (1998). Structure-Activity Relationship and Classification of Flavonoids as Inhibitors of Xanthine Oxidase and Superoxide Scavengers. Departement of Pharmaceutical Sciences, 61(1), 71–76.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Farmakope Herbal Indonesia Edisi I.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Parmameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat . Farmakope Herbal Indonesia Edisi II.

Dröge, W. (2002). Free radicals in the physiological control of cell function.

Physiological Reviews, 82(1), 47–95.

https://doi.org/10.1152/physrev.00018.2001

Hanani, endang. (2015). Analisis Fitokimia. Jakarta: EGC. Hlm. 10-11, 69, 75, 83, 114, 123, 148-149, 150, 177, 191, 202, 235, 247.

Handayani, H., & Heppy Sriherfyna, F. (2016). Antioxidant Extraction of Soursop Leaf with Ultrasonic Bath (Study of Material: Solvent Ratio and Extraction Time) (Vol. 4, Issue 1).

Handayani, S., Najib, A., & Wati, N. P. (2018). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Daruju (Acanthus ilicifolius L.) dengan Metode Perendaman Radikal Bebas 1,1 Diphenyl-2-Picrylhidrazil (DPPH). In Jurnal Fitofarmaka

Indonesia (Vol. 5, Issue 2).

www.jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/fitofarmakaindonesia

Molyneux, P. (2004). The use of the stable free radical diphenylpicryl-hydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity. Songklanakarin Journal of Science and Technology , 26(2), 212–219.

Nooman A. Khalaf, Shakya K. Ashok, Alif Al-Othman, El- Agbar Zaha, & Farah Husni. (2008). Antioxidant Activity of Some Common Plants. Faculity of Pharmacy and Medical Sciences , 51–55.

Robards, K., Prenzler, P. D., Tucker, G., Swatsitang, P., & Glover, W. (1999).

Phenolic compounds and their role in oxidative processes in fruits. 66(4), 401–436. www.elsevier.com/locate/foodchem

(14)

32

Sahu, J., Kumar Patel, P., & Dubey, B. (2012). Quisqualis indica Linn: A review of its medicinal properties Antimicrobial View project Quisqualis indica View project. https://www.researchgate.net/publication/312535916

Sari Nirmala, A. (2015). Antioksidan Alternatif Untuk Menangkal Bahaya Radikal Bebas Pada Kulit. In Elkawnie: Journal of Islamic Science and Technology (Vol. 1, Issue 1). www.jurnal.ar-raniry.com/index.php/elkawnie Sekarsari, S., Rai Widarta, W., Agung, A., Ngurah, G., & Jambe, A. (2019).

Pengaruh Suhu dan Waktu Ekstraksi dengan Gelombang Ultrasonik Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) The Influence of Time and Temperature with Ultrasonic Waves on Antioxidant Activity of Extracts Guajava Leaves (Psidium Guajava L.). 8(3), 267–277.

Setyantoro Edi, M., Haslina, & Wahjuningsih Budi, S. (2019). The Effect of Time of Extraction with Ultrasonic Methods on the Content of Vitamin C, Protein and Phytochemicals of Corn Hair Extract (Zea Mays L.). 53–67.

Singh, N., Mohan, G., Sharma, R. K., & Gnaneshwari, D. (2013). Evaluation of anti-diarrhoeal activity of Quisqualis indica L. leaves. In Indian Journal of Natural Products and Resources (Vol. 4, Issue 2).

Vabairagi, Klsenthikumar, & Sandu, N. (2012a). Investigasi farmakognostik dan fitokimia daun dan bunga Quisqualis indica Air terjun. Artikel Penelitian Int J Pharm Biomed Sci, 2012(1), 13–19. www.pharmainterscience.com

Vabairagi, Klsenthikumar, & Sandu, N. (2012b). Investigasi farmakognostik dan fitokimia daun dan bunga Quisqualis indica Air terjun. Artikel Penelitian Int J Pharm Biomed Sci, 2012(1), 13–19. www.pharmainterscience.com

Wayan, N., Yuliantari, A., Rai, W., Dan I, W., Gede, D., & Permana, M. (2017).

Pengaruh Suhu dan Waktu Ekstraksi Terhadap Kandungan Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan Daun Sirsak (Annona muricata L.) Menggunakan Ultrasonik The Influence of Time and Temperature on Flavonoid Content and Antioxidant Activity of Sirsak Leaf (Annona muricata L.) Using Ultrasonic.

Zou, T. bin, Xia, E. Q., He, T. P., Huang, M. Y., Jia, Q., & Li, H. W. (2014).

Ultrasound-assisted extraction of mangiferin from mango (Mangifera indica L.) leaves using response surface methodology. Molecules, 19(2), 1411–

1421. https://doi.org/10.3390/molecules19021411

PENGARUH SUHU EKSTRAKSI...,Putri Anastasya Simamora,Farmasi UHAMKA,2021

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan untuk mengetahui perbandingan waktu ekstraksi dengan bantuan microwave selama 10 dan 30 menit terhadap aktivitas antioksidan, kadar fenol

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode penetapan kadar flavonoid dalam ekstrak air daun sendok telah tervalidasi dan ekstrak hasil MAE menunjukkan kadar

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

Pembuatan larutan stok sampel Ekstrak etanol daun pandan wangi ditimbang sebanyak 1000 mg menggunakan cawan porselen kemudian dilarutkan menggunakan etanol p.a secukupnya sampai semua

Pengaruh Metode Pengeringan terhadap Kadar Flavonoid Total pada Daun Jinten Coleus amboinicus Lour.. Indonesian Journal of Pharmaceutical Education,