• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dokumen Mengelola Negara

N/A
N/A
Saifuddin Fudin

Academic year: 2023

Membagikan "Dokumen Mengelola Negara"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1. Mengapa Partai Politik, Di Perlukan Dalam Mengelola Negara.

Partai politik memainkan peran yang menentukan dalam sebuah sistem demokrasi modern dan merupakan pilar utama dalam pranata sistem politik. Parpol menerjemahkan nilai dan kepentingan suatu masyarakat dalam proses dari-bawah-ke-atassehingga nilai dan kepentingan dari masyarakat itu menjadi rancangan undang-undang negara, peraturan-peraturan yang mengikat, dan program bagi rakyat

Partai politik memegang peranan penting dalam sistem pemerintahan di negara demokrasi. Dalam menjalankan peran dan fungsinya, partai politik haruslah memegang teguh dan menerapkan sistem politik berintegritas.

Di Indonesia, partai politik dan fungsinya diatur dalam Undang- Undang Nomor 2 tahun 2008 dan UU No 2 Tahun 2011 tentang perubahan atas UU Nomor 2/2008 tentang Partai Politik. Pasal 1 UU Nomor 2 Tahun 2011 menyebutkan, partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Sementara itu, terdapat lima fungsi partai politik di Indonesia berdasarkan Pasal 11 UU Nomor 2/2008, antara lain:

 Sarana pendidikan politik bagi seluruh masyarakat Indonesia agar menjadi WNI yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

 Menciptakan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia demi kesejahteraan masyarakat.

 Menyerap, menghimpun, dan menyalurkan aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara.

(2)

 Tempat WNI dapat berpartisipasi dalam politik.

 Merekrut untuk mengisi jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

a. Hubungan Partai Politik Dalam Pembentukan Pemerintahan Partai politik diakui dan diterima sebagai salah satu wadah rakyat berpartisipasi dalam pemerintahan. Keberadaannya menjadi sarana penghubung untuk mengelola berbagai nilai dan kepentingan serta memperjuangkannya masuk dalam sistem politik melalui wakil- wakilnya di pemerintahan. Posisi yang demikian strategis menempatkan partai politik sebagai kunci institusi demokrasi perwakilan (representative democracy) baik dalam proses pembentukan maupun penyelenggara pemerintahan negara.

Konstitusi Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial.Hal ini dicantumkan dalam Pasal 4 ayat (1) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan bunyi “Presiden Republik Indonesia memegangkekuasaan Pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar”.Pasal tersebut menegaskan amanah sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan negara, akan tetapi sistem pemerintahan presidensial ini diterapkan dalam konstruksi politik multipartai, disebabkan oleh tingkat kemajemukan masyarakat sosial yang kompleks.Partai politik dipandang sebagai suatu institusi demokrasi yang diharapkan dapat menopang terbentuknya pemerintahan yang stabil dan demokratis, meskipun pada kenyataannya tidak jarang justru sebaliknya.Bahkan tidak jarang partai politik justru menjadi pemicu ketidakstabilan pemerintahan.Kondisi demikian tidak terkecuali di Indonesia dengan sistem kepartaian yang ada.

Pada sisi yang lain, partai politik merupakan salah satu wadah

(3)

berserikat dan berkumpul bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam pemerintahan yang dijamin oleh konstitusi. Namun, keberadaanya yang tidak terkendali sebagai akses atas kebebasan dan kesetaraan dalam demokrasi, berpotensi menimbulan polarisasi dan benturan antara kekuatan partai politik yang berdampak terhadapketidakstabilannya pemerintahan.

b. Hubungan Partai Politik Dengan Rekrutmen Kepemimpinan Atmosfer politik pelaksanaan pemilu tahun 2024 sudah mulai terasa. Masyarakat segera disuguhi berbagai intrik dan maneuver para elit, tokoh politik, dan atraksi para calon pemimpin serta para calon legislator dalam meraih simpati massa. Persoalan kepemimpinan penting dibicarakan di tengah bangsa dan terutama parpol yang sedang bersiap menghadapi pelaksanaan pemilu tahun 2024.

Seringkali terjadi dalam praktik penyelenggaraan negara, pejabat publik dari tingkat pusat hingga di daerah tidak dapat membedakan posisinya sebagai pemimpin yang harus mengayomi rakyat dan menjalankan tugas kepemimpinan dengan kedudukannya sebagai pemimpin parpol.

Partai politik seharusnya dapat memainkan peran penting bagi kaderisasi pemimpin. Karena salah satu fungsi partai politik adalah melakukan rekrutmen calon pemimpin untuk seluruh tingkatan, mulai dari tingkat desa, bupati dan wali kota, gubernur, hingga presiden.

Kepemimpinan bangsa ini membutuhkan sosok yang memiliki integritas dalam membangun negeri, bukan mereka yang menjadikan kekuasaan sebagai tujuan. Kepemimpinan adalah isu abadi manusia dan kemanusiaan, karena pemimpinlah yang pada akhirnya akan menentukan apakah sebuah bangsa menjadi besar atau kerdil (Allen dalam Nugroho, 2008: 582). Bahkan dalam pemahaman umum, faktor kepemimpinan juga merupakan faktor penentu utama kesejahteraan dan kemakmuran rakyat suatu negara.

(4)

c. Proses Demokrasi

Saat ini negara-negara demokrasi modern sudah tidak mungkin lagi menerapkan sistem demokrasi langsung seperti pernah terjadi pada beberapa abad lalu. Sistem demokrasi langsung dalam sejarahnya pernah dipraktikkan pada masa Yunani kuno.

Negara demokrasi modern memilih membentuk lembaga perwakilan yang berfungsi menampung berbagai keinginan dan aspirasi warganya. Anggota perwakilan yang duduk dalam lembaga tersebut berasal dari kekuatan politik dalam masyarakat. Kekuatan politik dalam masyarakat diwujudkan dalam partai-partai politik.

negara demokrasi memberi ruang dan tempat kepada partai- partai politik untuk berkompetisi dalam pemilihan umum untuk memperoleh kekuasaan dan menjalankan pemerintahan negara berdasarkan program-program pilihannya. Di samping itu, partai politik dianggap sebagai representasi kelompok warga yang memperjuangkan aspirasi mereka melalui lembaga perwakilan berdasarkan ideologi atau keyakinan yang mereka anut.

partai politik mempunyai peranan penting dalam negara demokrasi, utamanya melakukan pendidikan politik yang memberikan pemahaman tentang hak dan kewajiban warga negara. “Hak dan kewajiban warga negara harus dijamin dalam konstitusi suatu negara.

Kebebasan untuk berkumpul dan berserikat serta menyatakan pendapat merupakan hak warga negara. Kebebasan untuk mendirikan partai politik sebagai wadah berkumpulnya orang-orang serta untuk menyampaikan aspirasi politik warganya, Kesadaran sebagai bangsa yang memiliki cita-cita kemerdekaan ditanamkan secara terus menerus sebagai bagian pendidikan politik. Demikian pula kesadaran akan kesamaan nasib dan sepenanggungan telah mendorong semangat pembentukan organisasi-organisasi atau partai-partai politik yang ada.

(5)

2. NKRI, Terbentuk Karena Adanya Kesamaan Sikap, Pandangan, Tujuan Dan Cita-Cita Dari Seluruh Komponen Rakyat Indonesia.

Terbentuknya Negara Indonesia tidak lain memiliki suatu tujuan yang mulia yaitu mendorong dan menciptakan kesejahteraan umum dalam payung Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Tujuan atau cita-cita tersebut tercermin dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam alinea ke-4 (empat) yaitu:

“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Indonesia adalah Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang selanjutnya disingkat

UUD 1945, sehingga dapat disebut sebagai Negara Hukum Pancasila yang telah termuat dan dirumuskan dalam Pasal: 1 ayat (3) UUD 1945, sebagai berikut: “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”, bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan bangsa yang damai, aman, tertib, sejahtera dan berkeadilan.

a. Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. Dasar filosofis merupakan dasar filsafat atau pandangan hidup yang menjadi dasar cita-cita sewaktu menuangkan hasrat ke dalam suatu rancangan/draf peraturan perundang-undangan.Bagi bangsa

(6)

Indonesia, dasar filosofis itu adalah Pancasila, sehingga pada prinsipnya tidak dibuat dan tidak sah suatu peraturan perundang- undangan yang dibuat jika bertentangan dengan Pancasila sebagai filsafat dan dasar negara Indonesia.

Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesia pada hakikatnya merupakan sumber dari segala sumber hukum dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang meliputi suatu pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum, citacita moral yang luhur yang meliputi suasana kejiwaan dan watak bangsa Indonesia, yang pada tanggal 18 Agustus 1945 telah dipadatkan dan diabstraksikan oleh pendiri negara menjadi lima sila dan ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar filsafat NKRI. Nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 secara yuridis memiliki kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental.

Pembukaan UUD 1945 mengandung pokokpokok pikiran yang diciptakan dan dijelmakan dalam batang tubuh UUD 1945 yaiu dalam pasal-pasalnya. Di dalamnya juga terkandung nilai-nilai Pancasila yang mengandung 4 (empat) pokok pikiran yang apabila dianalisis, maka yang terkandung di dalamnya tidak lain adalah merupakan penjabaran dari nilai-nilai Pancasila itu sendiri yaitu:

1) Pokok pikiran pertama yaitu menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara persatuan yaitu negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indoesia, mengatasi segala paham golongan maupun perseorangan. Pokok pikiran ini merupakan penjabaran dari sila ketiga;

2) Pokok pikiran kedua yaitu menyatakan bahwa negara hendak mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh

(7)

rakyat Indonesia. Dalam hal ini negara berkewajiban mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh warga negara, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pokok pikiran ini sebagai penjabaran dari sila kelima;

3) Pokok pikiran ketiga yaitu menyatakan bahwa negara berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan pemusyawaratan/perwakilan. Hal tersebut membuktikan bahwa Negara Indonesia adalah negara yang demokrasi yaitu kedaulatan berada di tangan rakyat. Pokok pikiran ini merupakan penjabaran dari sila keempat; dan

4) Pokok pikiran keempat yaitu menyatakan bahwa negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini mengandung arti bahwa Negara Indonesia menjunjung tinggi keberadaan semua agama dalam pergaulan hidup di Negara Indonesia. Pokok pikiran ini merupakan penjabaran dari sila pertama dan kedua.

Berdasarkan uraian tersebut, maka keempat pokok pikiran tersebut tidak lain merupakan perwujudan dari sila-sila Pancasila.

Pokok-pokok pikiran ini merupakan dasar fundamental dalam pendirian NKRI dan untuk merealisasikannya, perlu diwujudkan dan dijelmakan lebih lanjut dalam pasalpasal UUD 1945. Dengan kata lain bahwa dalam penjabaran sila-sila Pancasila ke dalam berbagai peraturan perundang-undangan, bukan secara langsung dari sila-sila Pancasila, melainkan melalui Pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari empat pokok pikiran. Kemudian dikonkritisasikan

(8)

dalam pasalpasal UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai macam peraturan perundang-undangan, serta berbagai hukum positif di bawahnya.Maka dapat disimpulkan bahwa Pancasila merupakan dasar yang fundamental bagi Negara Indonesia, terutama dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Asas filosofis peraturan perundang-undangan adalah dasar yang berkaitan dengan dasar filosofis/ideologi negara, dalam arti bahwa peraturan perundang-undangan harus memperhatikan secara sungguh-sungguh nilai-nilai (citra hukum) yang terkandung dalam Pancasila. Setiap masyarakat mengharapkan agar hukum itu dapat menciptakan keadilan, ketertiban, dan kesejahteraan.

Landasan filosofis peraturan perundangundangan selalu mengandung norma-norma hukum yang diidealkan (ideal norms) oleh suatu masyarakat ke arah mana cita-cita luhur kehidupan bermasyarakat dan bernegara hendak diarahkan. Keberlakuan filosofis adalah nilai-nilai filosofis Negara Republik Indonesia terkandung dalam Pancasila sebagai staatsfundamentalnorm. Di dalam rumusan kelima sila Pancasila terkandung nilai-nilai religiusitas Ketuhanan Yang Maha Esa.

b. Landasan Yuridis

Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk peraturan perundangundangan yang baru.

Beberapa persoalan hukum tersebut yaitu peraturan yang sudah

(9)

ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih rendah dari undang-undang sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya sudah ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang sama sekali belum ada.

Keberlakuan yuridis adalah keberlakuan suatu norma hukum dengan daya ikatnya untuk umum sebagai suatu dogma yang dilihat dari pertimbangan yang bersifat teknis yuridis. Secara yuridis, suatu norma hukum itu dikatakan berlaku apabila:

1) Ditetapkan sebagai norma hukum berdasarkan norma hukum yang lebih superior atau yang lebih tinggi seperti dalam pandangan Hans Kelsen dengan teorinya.

2) Ditetapkan mengikat atau berlaku karena menunjukkan hubungan keharusan antara suatu kondisi dengan akibatnya seperti dalam pandangan J.H.A. Logemann;

3) Ditetapkan sebagai norma hukum menurut prosedur pembentukan hukum yang berlaku seperti dalam pandangan W. Zevenbergen;

4) Ditetapkan sebagai norma hukum oleh Lembaga yang memang berwewenang.

Asas yuridis sangat penting artinya dalam penyusunan peraturan perundang-undangan karena berkaitan dengan:

1) Keharusan adanya kewenangan dari pembuat peraturan perundang- undangan, yang berarti bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh badan atau pejabat yang berwenang;

(10)

2) Keharusan adanya kesesuaian antara jenis dan materi muatan peraturan perundang-undangan.

Ketidaksesuaian jenis tersebut dapat menjadi alasan untuk membatalkan peraturan perundangundangan yang dibuat;

3) Keharusan mengikuti tata cara atau prosedur tertentu.

Apabila prosedur/tata cara tersebut tidak ditaati, maka peraturan perundang-undangan tersebut batal demi hukum atau tidak/belum mempunyai kekuatan mengikat; dan

4) Keharusan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya.

Landasan yuridis dapat dibagi 2 (dua) yaitu:

1) Landasan yuridis dan sudut formal yaitu landasan yuridis yang memberikan kewenangan bagi instansi/pejabat tertentu untuk membuat peraturan tertentu; dan

2) Landasan yuridis dan sudut materil yaitu landasan yang memberikan dasar hukum untuk mengatur hal-hal tertentu.

Berdasarkan uraian tersebut, maka landasan yuridis dalam pembentukan undang-undang merupakan ketentuan hukum yang

menjadi sumber hukum/dasar hukum untuk

pembuatan/perancangan suatu undang-undang.

c. Landasan Historis

(11)

Landasan Historis adalah fakta-fakta sejarah yang dijadikan dasar bagi pengembangan pendidikan Pancasila, baik menyangkut formulasi tujuan, pengembangan materi, rancangan model pembelajaran, dan evaluasinya.

Berdasarkan landasan historis, pancasila dirumuskan dan memiliki tujuan yang dipakai sebagai dasar Negara Indonesia.

Proses perumusannya diambil dari nilai-nilai pandangan hidup masyarakat.

Fakta historis tersebut membentang mulai dari kehidupan prasejarah, sejarah Indonesia lama, masa kejayaan nasional, perjuangan bangsa Indonesia melawan sistem penjajahan, proklamasi kemerdekaan, hingga perjuangan mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia.

Nilai-nilai Pancasila sudah ada dalam adat istiadat, kebudayaan, dan agama yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan dahulu. Misalnya, sila Ketuhanan sudah ada pada zaman dahulu, meskipun dalam praktik pemujaan yang beraneka ragam, tetapi pengakuan tentang adanya Tuhan sudah diakui. Dalam of Philosophy disebutkan beberapa unsur yang ada dalam agama, seperti kepercayaan kepada. kekuatan supranatural, perbedaan antara yang sakral dan yang profan, tindakan ritual pada objek sakral, sembahyang atau doa sebagai bentuk komunikasi kepada Tuhan, takjub sebagai perasaan khas keagamaan, tuntunan moral diyakini dari Tuhan, konsep hidup di dunia dihubungkan dengan Tuhan, kelompok sosial seagama dan seiman.

Daftar Pustaka

(12)

Saputra, I. K., & Laksana, I. G. N. D. (2020). Analisis Yuridis, Sosiologis dan Filosofis Terhadap Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi. Jurnal Kerta Wicara, 9(8), 1–8.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthawicara/article/view/61959

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Referensi

Dokumen terkait

Pasar tradisional sebagai salah satu warisan budaya bangsa oleh konstitusi berdasarkan Pasal 32 ayat (1) Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 yang berbunyi

Dan hal ini sejalan dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 1 yang menyatakan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum, tercakup di