• Tidak ada hasil yang ditemukan

ESSAY HUBUNGAN ANTARA GERD DAN NYERI LEHER

yolanda

Academic year: 2023

Membagikan "ESSAY HUBUNGAN ANTARA GERD DAN NYERI LEHER"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Zalfa Aurelia Ramadewi

NIM : 2110715031

Kelas : 11 / S1 Fisioterapi 2021 Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Bapak Fauzi Rahman, S.Pd., M.Pd

Hubungan Antara GERD dan Nyeri Leher

Penyakit Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah penyakit yang mengganggu saluran pencernaan. Patologinya yaitu isi lambung mengalami ekstraksi dengan bantuan pemanasan secara berulang (refluks) ke dalam esofagus sehingga menyebabkan beberapa gejala komplikasi. Faktor yang menyebabkan terjadinya GERD karena adanya ketidakseimbangan faktor ofensif dan defensife dari system pertahanan esofagus dan bahan refluksat lambung. Faktor lain yang berkontribusi pada kondisi ini yaitu kegemukan, diet, konsumsi nikotin, hamil, posisi tidur, stress dan kecemasan.Beberapa gejala yang dirasakan antara lain heartburn, nyeri ulu hati, mual, kesulitan tidur pada malam hari, dan nyeri leher.

Nyeri leher adalah kondisi medis yang disebabkan oleh tekanan-tekanan pada jaringan lunak, tulang, atau sendi dari tulang belakang daerah leher, termasuk postur tubuh yang buruk, cedera, stres, dan ketegangan otot. Patologi dari Fisioterapi yaitu cedera otot dan ligament, arthritis, postur buruk dan kondisi neuorologis. Nyeri leher, yang juga dikenal sebagai cervicalgia, adalah kondisi yang ditandai oleh sensasi tidak nyaman atau nyeri di daerah leher atau leher bawah. Nyeri ini bisa bersifat akut, muncul tiba-tiba dan berlangsung dalam waktu singkat, atau bersifat kronis, berlangsung dalam waktu yang lebih lama.

Nyeri leher dapat berasal dari berbagai penyebab, termasuk ketegangan otot, cedera, postur buruk, peradangan, osteoarthritis, atau kondisi medis lainnya seperti Gastroesophageal Reflux Disease (GERD).

(2)

Gejala yang sering terkait dengan nyeri leher meliputi ketegangan otot, kekakuan leher, nyeri saat memutar atau mencondongkan leher, sakit kepala, dan dalam beberapa kasus, gejala yang lebih serius seperti radikulopati (ketidaknyamanan yang menjalar ke lengan) atau keterbatasan pergerakan. Penanganan nyeri leher biasanya melibatkan terapi fisik, latihan postur, teknik relaksasi, dan dalam beberapa kasus, pengobatan medis tergantung pada penyebabnya. Pemahaman yang baik tentang faktor penyebab dan pengelolaan nyeri leher sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul akibat kondisi ini.

Dalam tubuh manusia lambung sangat berpengaruh pada kondisi tubuh dan Kesehatan, lambung yang memiliki fungsi untuk mencerna makanan yang masuk melalui mulut lalu akan disalurkan melalui kerongkongan. Lambung akan bekerja mengeluarkan enzim dan mengaduk makanan yang telah dicerna dengan Gerakan dari otot lambung sehingga makanan yang kita makan dapat dicerna dengan baik. Tentunya jika lambung manusia bermasalah akan berakibat juga saat makanan masuk ke dalam tubuh, makanan akan sulit mencerna dengan baik dan fases yang dikeluarkan juga kurang sempurna sehingga terkadang menyebabkan sembelit. Makanan di lambung terkadang tidak akan tidak akan selalu langsung diolah. Di kondisi tersebut, makanan akan ditampung dan disimpan oleh lambung hingga siap untuk dicerna Kembali, Lambung juga memiliki kandungan HCl atau asam klorida yang berfungsi menyaring virus dan zat-zat berbahaya masuk ke dalam tubuh kita.

Selain itu, lambung juga memiliki zat-zat lainnya yang dapat menyerap nutrisi baik seperti vitamin B12. Salah satu masalah pada lambung ialah gerd atau yang biasa disebut asam lambung, asam lambung akan naik ke kerongkongan (esophagus) karena disfungsi katup antara lambung dan kerongkongan sehingga menyebabkan gejala seperti nyeri dada dan sensasi terbakar di dada. Asam lambung juga menyebabkan nyeri leher, nyeri ini disebabkan salah satunya saat mengalami heart burn terkadang akan menegangkan otot-otot di leher dan rahang mereka sebagai respons terhadap rasa tidak nyaman hingga menyebabkan nyeri leher.

(3)

Hubungan antara gerd dan nyeri leher ini disebabkan oleh adanya gangguan seperti heart burn, peradangan di tenggorokan yang dapat menyebabkan batuk kronis sehingga menyebabkan ketegangan pada otot leher dan menyebabkan nyeri leher. Orang yang menderita gerd beberapa ada yang susah untuk tidur karena kesulitan bernapas akibat gerd dan heart burn. Gangguan tidur ini lah yang menyebabkan susah untuk tidur. Jika sudah mengalami gerd tentunya kita harus mengobati dengan pelan pelan dari pola makan,tidur dan olahraga. Hindari makanan yang dapat memicu refluks asam, seperti makanan berlemak tinggi,minuman yang mengandung kafein. Berolahraga secara teratur dapat membantu mengurangi gejala GERD dan tidur dengan teratur selama 8 jam.

Penting untuk berkonsultasi dengan dokter dan melakukan pengobatan apa pun untuk GERD, terutama jika mengalami gejala yang parah agar tubuh tidak terjangkit lagi. Obati dahulu penyakit GERDnya baru nyeri leher. Hubungan antara Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) dan nyeri leher adalah kompleks dan sering kali diabaikan. GERD adalah kondisi pencernaan di mana asam lambung yang naik ke kerongkongan dapat mengiritasi saraf-saraf di daerah tersebut, menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Nyeri leher dalam konteks GERD dapat muncul sebagai respons terhadap iritasi saraf leher yang disebabkan oleh refluks asam lambung yang berlebihan. Selain itu, ketegangan otot leher juga bisa terjadi karena otot-otot mencoba melindungi kerongkongan dari refluks asam, yang dapat berkontribusi pada nyeri leher. Jika tidak dikelola dengan baik, hubungan ini dapat memicu nyeri leher kronis yang memengaruhi kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, pengenalan hubungan antara GERD dan nyeri leher menjadi penting dalam diagnosis dan pengelolaan kondisi ini, dengan peran fisioterapi dan perawatan medis yang sesuai untuk membantu pasien meraih perbaikan dan kenyamanan yang lebih baik.

Peran fisioterapi dalam mengelola nyeri leher akibat Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) sangat penting dalam membantu pasien meraih perbaikan dan kualitas hidup yang lebih baik. Fisioterapis dapat memberikan perawatan yang terarah untuk mengatasi aspek fisik dari nyeri leher yang terkait dengan GERD. Ini termasuk merancang program latihan khusus untuk memperbaiki

(4)

postur, mengurangi ketegangan otot leher, dan meningkatkan fleksibilitas. Terapi fisik juga dapat membantu pasien meningkatkan kesadaran postur, sehingga mereka dapat menghindari posisi yang memperburuk gejala GERD dan nyeri leher. Selain itu, fisioterapis dapat memberikan teknik relaksasi dan latihan pernapasan untuk mengurangi stres yang dapat memperburuk refluks asam.

Dengan pendekatan holistik ini, fisioterapi berperan penting dalam mengurangi nyeri leher yang terkait dengan GERD dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

GERD dapat menjadi faktor yang berkontribusi pada nyeri leher, baik melalui iritasi saraf leher akibat refluks asam maupun ketegangan otot leher yang berusaha melindungi kerongkongan. Oleh karena itu, penting untuk memahami keterkaitan antara kedua kondisi ini untuk diagnosis dan pengelolaan yang tepat.

Fisioterapi memainkan peran penting dalam mengatasi nyeri leher yang terkait dengan GERD. Fisioterapis dapat merancang program perawatan yang mencakup latihan postur, peningkatan fleksibilitas, dan relaksasi otot leher. Terapi ini membantu mengurangi ketegangan otot, meningkatkan postur, dan mengurangi stres yang dapat memperburuk refluks asam, sehingga membantu pasien meraih perbaikan nyeri leher dan kualitas hidup yang lebih baik.

Namun, penting untuk diingat bahwa pengobatan harus bersifat holistik dan disesuaikan dengan kebutuhan individu. Diagnosis yang akurat oleh profesional kesehatan dan kolaborasi antara fisioterapis, dokter, dan ahli gizi dapat membantu mengelola baik GERD maupun nyeri leher dengan lebih efektif.

Dengan pendekatan yang komprehensif, pasien dapat mengurangi gejala, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, A. B., & Rahardja, T. (2017). Nyeri Leher: Definisi, Klasifikasi, dan Penanganan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(2), 56-65.

Effendy, C., & Gunawan, P. (2020). Peran Fisioterapi dalam Mengelola Nyeri Leher: Studi Kasus pada Pasien dengan Nyeri Leher Kronis. Jurnal Fisioterapi Indonesia, 7(2), 89-97.

Pratama, R., & Susanti, D. (2019). Efektivitas Terapi Fisik dalam Mengatasi Nyeri Leher Akibat Ketegangan Otot: Penelitian Eksperimental. Jurnal Kesehatan dan Fisioterapi, 6(1), 45-54.

Siregar, A. Y., & Harahap, M. R. (2018). Gastroesophageal Reflux Disease (GERD): Diagnosis dan Manajemen. Kedokteran Usu, 7(2), 167-173.

Referensi

Dokumen terkait