1
Evalusi Kuat Tarik Belah Fiber Reinforced Engineered
Cementitious Composites Akibat Penggunaan High Volume Fly Ash dan Abu Sekam Padi
David Wilson1, Muhammad Aswin2,*
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan
1Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara
2Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan
E-mail: 1[email protected], 2[email protected]
Abstrak.Beton merupakan bahan bangunan dan bahan konstruksi yang penggunaannya semakin meningkat tetapi pemenuhan akan bahan baku beton semakin berkurang. Salah satu alternatifnya adalah penggunaan Fiber Reinforced Engineered Cementitious Composites (FR-ECC) dengan cara mengganti sebagian agregat halus dengan Fly Ash dan Abu Sekam Padi serta dengan penambahan serat Polypropylene (PP). Pada penelitian ini, akan dilakukan penelitian tentang dampak penggunaan High Volume Fly Ash (FA) dengan persentase 0%;
45%; 50% dari berat semen dan Abu Sekam Padi (ASP) dengan konsentrasi 0%; 5% dari berat semen terhadap kuat tarik belah FR-ECC. Sampel dibuat sebanyak 72 buah benda uji berupa silinder dengan ukuran 100 mm x 200 mm dengan 6 jenis variasi campuran abu sekam padi dan FA dimana tiap variasi campuran tersebut terdapat 4 variasi polypropylene fibre (PP) yaitu 0%;0,1%;0,2%;0,3%. Jumlah sampel untuk tiap variasi adalah 3 buah sampel. Sampel yang sudah dicetak direndam di bak rendam selama 22 hari kemudian dikeluarkan dari bak perendam dan dibiarkan kering dengan suhu ruangan sampai hari ke-28. Pengujian kuat tarik belah FR-ECC dilakukan pada umur 28 hari dengan menggunakan compression machine test.
Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa nilai kuat tarik belah optimum terdapat pada variasi FA45-ASP0 0,2% PP fiber. Adapun nilai kuat tarik belah HVFA FR-ECC FA45-RHA0 untuk polypropylene fiber 0%; 0,1%; 0,2% dan 0,3% adalah 5,65 Mpa; 5,81 MPa; 6,08 MPa dan 5,78 MPa sedangkan kuat tarik belah untuk FA0-RHA0 yang tidak menggunakan fly ash maupun abu sekam padi dengan variasi polypropylene fiber 0%; 0,1%; 0,2% dan 0,3% adalah 4,78 MPa; 4,83 MPa; 5,10 MPa; 4,30 MPa. Sehingga persentase kenaikan kuat tarik belah HVFA FR-ECC FA45-RHA0 dibandingkan dengan FA0-RHA0 adalah 18,20%; 20,29%;
19,22%; 34,41%.
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Beton konvensional memiliki kapasitas regangan hanya 0,1 persen oleh karena itu beton sangat rapuh dan kaku. Kurangnya kemampuan untuk ditekuk adalah penyebab utama kegagalan beton.
Enginereed Cementitious Composites (ECC) mampu menunjukkan fleksibilitas yang tinggi karena memiliki kekuatan kuat tarik lebih dari 3% hingga 5% dibandingkan dengan 0,01% dari beton normal dan bertindak lebih seperti logam ulet [1].
Lepech, dkk (2008)[2] menyebutkan bahwa ECC menunjukkan kemampuan unik untuk mengalami deformasi besar dalam tegangan, mirip dengan logam ulet yang berasal dari beban yang berkelanjutan. Kemunculan retak pada ECC sebesar 80 pada regangan 1%. Regangan lebih lanjut
2
dapat ditahan dengan retak halus sampai ECC penuh dengan keretakan. Retak sebesar 80 sangat ideal untuk menahan dampak beban yang berulang, sehingga ECC sangat ideal utuk pertimbangan daya tahan.
Penelitian ini khusus membahas tentang kuat tarik belah ECC, yang memanfaatkan penggunaan limbah pertanian berupa sekam padi (dalam bentuk abu), serta fly ash sebagai salah satu material by-product.1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memanfaatkan abu sekam padi dan fly ash dalam mengurangi pencemaran lingkungan.
2. Untuk mengkaji kuat tarik belah FR-ECC dengan varisi fly ash 0%, 45%, 55% dan abu sekam padi 0%, 5% untuk setiap variasi serat polypropylene 0%, 0.1%, 0.2%, dan 0.3%.
3. Mengkaji pola retak setiap variasi FR-ECC yang berbasis HVFA dengan abu sekam padi.
2.Tinjauan Pustaka
2.1.Teori Engineered Cementitious Composite (ECC)
Desain dari ECC menunjukkan kapasitas daktilitas tarik yang luar biasa, walaupun didalam ECC terdapat serat dalam fraksi volume 2%. Perilaku perkerasan regangan pada ECC sangat mirip dengan logam ulet dan menunjukkan kapasitas regangan 500-600 kali lebih tinggi dari beton normal [4]. Serat dalam ECC sangat penting karena dapat mengurangi jumlah retak dan menambah kapasitas tarik.
2.2. Material Penyusun ECC
Secara umum, material penyusun Engineered Cementitious Composites (ECC) serupa denga Self-Compacting Composite (SCC) yang menggunakan material semen portland, agregat, air ( dengan rasio water/cement yang rendah), dan admixture superplastisizer. Agregat kasar tidak digunakan karena cenderung memengaruhi unik perilaku ulet dari komposit. ECC tidak menggunakan serat dalam jumlah besar. Secara umum 2% atau kurang volume serat telah memadai, meskipun komposit dirancang untuk aplikasi structural [3]. Serat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polypropylene fiber.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan dan Rekayasa Beton Fakultas Teknik USU. Dalam penelitian ini dilakukan kajian yang bersifat eksperimental. Adapun tahapan-tahapan atau prosedur kegiatan penelitian secara umum meliputi: a. Penyediaan mateiral yang digunakan, b. Pengujian chemical content abu sekam padi dan fly ash, c. Pemeriksaan keterediaan alat yang digunakan, d.
Perencanaan campuran/mix design ECC dan beton normal, e. Trial mix dan flowability test, f.
Pembuatan benda uji, g. Perawatan benda uji (curing), h. Pengujian kuat tarik belah umur 28 hari dan i. Analisis data.
3.1. Perencanaan Campuran (Mix Design)
Pada penelitian ini digunakan SNI 03-2834-2000 [5] sebagai acuan perencanaan campuran beton normal. Hingga saat ini belum ada peraturan dalam menentukan komposisi atau mix design dari komposit Engineered Cementitious Composite (ECC). Sehingga, perencanaan mix design ECC dalam penelitian ini mengacu terhadap hasil penelitian atau riset dari Victor Li dan peneliti lainnya dan
3
percobaan “trial and error”. Setelah melakukan trial mix didapatkan mix design FR-ECC per 1 m3 sebagai berikut:
Tabel 1. Contoh Perencanaan Campuran (Mix Design ) ECC
No. Mix Design Faktor Berat/Vol (kg/m3)
1 Semen (C) 1,00 490,00
2 Fly Ash: 45%*C 0,45 220,50
3 Abu Sekam Padi: 5%*C 0,05 24,50
4 Pasir Silika 0,60 294,00
5 Air: fas (=W/C) 0,40 196,00
6 Polypropylene Fiber (PP): (Vf = 0.1%) 0,001 0.92
7 Superplasticizer: 1,52%*(C+FA) 0,0152 10,80
TOTAL 1236,72
Sumber : Data Primer 3.2. Matrix Benda Uji
Pembuatan benda uji silinder ukuran diameter 100 mm dan tinggi 200 mm terdiri dari beberapa variasi abu terbang dan abu sekam padi yang masing-masing berjumlah 3 buah dan dilakukan uji tarik pada umur 28 hari. Jumlah keseluruhan benda uji adalah 72 buah dan matriks benda uji dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Matrix Benda Uji FR-ECC
No Variasi
Fly Ash
Sika
Polypropylene Abu sekam padi
Uji Kuat Tarik Belah Beton
28 hari
1 0%
0%
0%
3 0,1%
3 0.2%
3 0.3%
3
2 0%
0%
5%
3
0,1% 3
0,2% 3
0,3% 3
3 45 %
0%
0%
3
0,1% 3
0,2% 3
4
0,3% 3
4 45%
0%
5 %
3
0,1% 3
0,2% 3
0,3% 3
5 55%
0%
0%
3
0,1% 3
0,2% 3
0,3% 3
6 55%
0%
5%
3
0,1% 3
0,2% 3
0,3% 3
Total 72
Sumber : Data Primer
3.3. Uji Berat Volume
Berat volume (BV) merupakan rasio antara berat dan volume total benda uji FR-ECC dihitung menurut persamaan berikut:
... (1) Keterangan:
BV = Berat Volume (kg/m3) M = Massa (kg)
V = Volume (m3)
3.4.Uji Kuat Tarik Belah
Rumus yang digunakan untuk perhitungan kuat tarik belah beton menurut SNI 2491-2014 [6] adalah:
………...……….………(2) Keterangan :
= kuat Tarik Belah (MPa)
P = beban maksimum yang ditunjukkan oleh mesin uji(N) = diameter benda uji silinder (mm)
L = panjang benda uji silinder (mm)
5
4. Hasil dan Pembahasan4.1.Berat Volume
Pengujian berat volume pada FR-ECC dilakukan untuk memeriksa perbandingan berat volume FR- ECC pada setiap variasi FA dan ASP dengan penambahan serat polypropylene pada umur 28 hari.
Hasil pengujian berat volume dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3: Berat Volume HVFA FR-ECC
No Variasi BERAT VOLUME ECC (kg/mᶟ)
0 % PP 0,1 % PP 0,2 % PP 0,3 % PP 1 FA0-RHA0 2062,60 2032,64 2011,21 1994,17 2 FA45-RHA0 2217,15 2182,90 2151,71 2104,59 3 FA55-RHA0 2310,36 2245,81 2191,08 2145,17 4 FA0-RHA5 2050,16 2026,26 2008,65 1986,82 5 FA45-RHA5 2208,39 2155,73 2130,93 2092,68 6 FA55-RHA5 2293,22 2197,75 2146,35 2107,28
Sumber : Data Primer
Sumber : Data Primer
Gambar 1: Berat Volume HVFA FR-ECC
Berdasarkan dari Tabel 3 dan Gambar 1 dapat diketahui bahwa penambahan material fly ash kedalam ECC meningkatkan berat volume seperti pada variasi FA45-RHA0-0% dan FA55-RHA0-0%
sebesar 2217,15 kg/m³ dan 2310,36 kg/m³ dibandingkan dengan variasi FA0-RHA0-0% sebesar 2062,60 kg/m³ persentase kenaikan sebesar 7,49% dan 12,01%. Tetapi, peningkatan persentase fiber 0% sampai 0,3% membuat berat volume menurun seperti pada variasi FA55-RHA5 sebesar 4,34%;
2062.60 2217.15 2310.36 2050.16 2208.39 2293.22
2032.64 2182.90 2245.81 2026.26 2155.73 2197.75
2011.21 2151.71 2191.08 2008.65 2130.93 2146.35
1994.17 2104.59 2145.17 1986.82 2092.68 2107.28
1800.00 1900.00 2000.00 2100.00 2200.00 2300.00 2400.00
FA0-RHA0 FA45-RHA0 FA55-RHA0 FA0-RHA5 FA45-RHA5 FA55-RHA5
BERAT VOLUME (Kg/m³)
BERAT VOLUME RATA-RATA HVFA ECC UMUR 28 HARI
0 % PP 0,1 % PP 0,2 % PP 0,3 % PP
6
6,84% dan 8,82%. Jika penambahan RHA membuat berat volume menurun seperti pada variasi FA45- RHA0-0% dengan FA45-RHA5-0% sebesar 2217,15 kg/m³ dan 2208,39 kg/m³ berat volume menurun sebesar 0,4%. Dalam penelitian ini nilai optimum berat volume terdapat pada variasi FA55-RHA5-0%dengan nilai 2310,36 kg/ m³.
4.2.Uji Kuat Tarik Belah
Kekuatan Tarik Belah yang terjadi pada FR-ECC diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan rumus kuat tarik pada Persamaan 2, Adapun nilai kuat tarik belah yang terjadi pada setiap variasi FR- ECC adalah sebagai berikut:
Tabel 4.
Kuat Tarik Belah FR-ECC (FA0-RHA0)
No Variasi Kuat Tarik Belah (MPa)
1 FA0-RHA0-0% 4,78
2 FA0-RHA0-0.1% 4,83
3 FA0-RHA0-0.2% 5,10
4 FA0-RHA0-0.2% 4,30
Sumber : Data Primer
Sumber : Data Primer
Gambar 2.
Kuat Tarik Belah FR-ECC (FA0-RHA0)
4.78
4.83
5.1
4.3
3.8 4 4.2 4.4 4.6 4.8 5 5.2
0% 0,1% 0,2% 0,3%
Kuat Tarik Belah (MPa)
Polyproyplene Fiber
KUAT TARIK BELAH FR-ECC (FA0-
RHA0)
7
Tabel 5.Kuat Tarik Belah FR-ECC (FA0-RHA5)
No Variasi Kuat Tarik Belah (MPa)
1 FA0-RHA5-0% 4,78
2 FA0-RHA5-0.1% 4,83
3 FA0-RHA5-0.2% 5,10
4 FA0-RHA5-0.2% 4,30
Sumber : Data Primer
Sumber : Data Primer
Gambar 3. Kuat Tarik Belah FR-ECC (FA0-RHA5)
Tabel 6.
Kuat Tarik Belah FR-ECC (FA45-RHA0)
No Variasi Kuat Tarik Belah (MPa)
1 FA45-RHA0-0% 5.65
2 FA45-RHA0-0.1% 5.81
3 FA45-RHA0-0.2% 6.08
5.07
5.23
5.33
5.14
4.9 4.95 5 5.05 5.1 5.15 5.2 5.25 5.3 5.35
0% 0,1% 0,2% 0,3%
Kuat Tarik Belah (MPa)
Polypropylene Fiber
KUAT TARIK BELAH FR-ECC (FA0-
RHA5)
8
4 FA45-RHA0-0.2% 5.78
Sumber : Data Primer
Sumber : Data Primer
Gambar 4. Kuat Tarik Belah FR-ECC (FA45-RHA0) Tabel 7.
Kuat Tarik Belah FR-ECC (FA45-RHA5)
No Variasi Kuat Tarik Belah (MPa)
1 FA45-RHA5-0% 5.37
2 FA45-RHA5-0.1% 5.55
3 FA45-RHA5-0.2% 5.79
4 FA45-RHA5-0.2% 5.41
Sumber : Data Primer 5.65
5.81
6.08
5.78
5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 6 6.1 6.2
0% 0,1% 0,2% 0,3%
Kuat Tarik Belah (MPa)
Polypropylene Fiber
KUAT TARIK BELAH FR-ECC (FA45-
RHA0)
9
Sumber : Data PrimerGambar 5. Kuat Tarik Belah FR-ECC (FA45-RHA5) Tabel 8.
Kuat Tarik Belah FR-ECC (FA55-RHA0)
No Variasi Kuat Tarik Belah (MPa)
1 FA55-RHA0-0% 5.32
2 FA55-RHA0-0,1% 5.64
3 FA55-RHA0-0,2% 5.87
4 FA55-RHA0-0,3% 5.48
Sumber : Data Primer
Sumber : Data Primer
Gambar 6. Kuat Tarik Belah FR-ECC (FA55-RHA0)
5.37
5.55
5.79
5.41
5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9
0% 0.1% 0.2% 0.3%
Kuat Tarik Belah (MPa)
Polypropylene Fiber
KUAT TARIK BELAH FR-ECC (FA45- RHA5)
5.32
5.64
5.87
5.48
5 5.2 5.4 5.6 5.8 6
0% 0,1% 0,2% 0,3%
Kuat Tarik Belah (MPa)
Polyproyplene Fiber
KUAT TARIK BELAH FR-ECC (FA55-
RHA0)
10
Tabel 9.Kuat Tarik Belah FR-ECC (FA55-RHA5)
No Variasi Kuat Tarik Belah (MPa)
1 FA55-RHA5-0% 4.88
2 FA55-RHA5-0,1% 5.27
3 FA55-RHA5-0,2% 5.43
4 FA55-RHA5-0,3% 4.98
Sumber : Data Primer
Sumber : Data Primer
Gambar 7. Kuat Tarik Belah FR-ECC (FA15-RHA15)
Berdasarkan Tabel dan Gambar diatas menunjukkan bahwa peningkatan kadar fly ash dari 45% menjadi 55% pada ECC menunjukkan tren penurunan kuat tarik belah seperti pada variasi FA45- RHA0-0% dengan variasi FA55-RHA0-0% sebesar 5,78 MPa dan 5,48 Mpa terjadi penurunan sebesar 5,47% , hal ini disebabkan karena jika persentase fly ash diatas 50% menyebabkan produksi berkurang dalam proses hidrasi semen sehingga menghasilkan lebih sedikit yang menyebabkan kuat tarik belah menurun oleh sebab itu penggunaan kadar fly ash yang paling baik dalam penelitian ini adalah pada saat kadar fly ash sebesar 45%. Dari Gambar 4.8 juga menunjukkan bahwa penggunaan abu sekam padi juga meningkatkan kekuatan tarik belah seperti pada variasi FA0-RHA0- 0,2% dengan FA0-RHA5-0,2% sebesar 5,10 MPa dan 5,33 MPa terjadi peningkatan sebesar 4,5%, tetapi penggunaan abu sekam padi pada variasi yang telah menggunakan fly ash menunjukkan penurunan kuat tarik belah seperti pada variasi FA55-RHA0-0,2% dengan variasi FA55-RHA5-0,2%
sebesar 5,87 MPa dan 5,43 MPa terjadi penurunan sebesar 8,1%.
Penggunaan polypropylene fiber juga meningkatkan kuat tarik belah pada FR-ECC untuk persentase 0%;0,1%;0,2% tetapi pada saat persentase fiber 0,3% nilai kuat tarik belah mengalami penurunan.
4.88
5.27 5.43
4.98
4.6 4.8 5 5.2 5.4 5.6
0% 0,1% 0,2% 0,3%
Kuat Tarik Belah (MPa)
Polypropylene Fiber
KUAT TARIK BELAH FR-ECC (FA55-
RHA5)
11
Dari penelitian, dapat diketahui bahwa kuat tarik belah optimum umur 28 hari terdapat pada variasi FA45-RHA0-0,2% dengan kadar fly ash sebesar 45%, polypropylene fiber sebesar 0,2% dan tanpa menggunakan abu sekam padi yaitu sebesar 6,08 MPa.4.3.Pola Retak
Pola retakan setiap variasi setelah dilakukan pengujian tarik ditunjukkan oleh gambar berikut ini:
Sumber : Data Primer
Gambar 8: Kondisi Pola Retak FR-ECC (FA0-RHA0): a) fiber 0%; b) fiber 0,1%; c) fiber 0,2%; d) fiber 0,3%
(a) (b)
(c) (d)
(a) (b)
12
Sumber : Data PrimerGambar 9: Kondisi keruntuhan FR-ECC (FA0-RHA5): a) fiber 0%; b) fiber 0,1%; c) fiber 0,2%; d) fiber 0,3%
Sumber : Data Primer
Gambar 10: Kondisi pola retak FR-ECC (FA45-RHA0): a) fiber 0%; b) fiber 0,1%; c) fiber
0,2%; d) fiber 0,3%
(c) (d)
(b)
(c) (d)
(a)
13
„
Sumber : Data Primer
Gambar 11: Kondisi Pola Retak FR-ECC (FA45-RHA5): a) fiber 0%; b) fiber 0,1%; c) fiber
0,2%; d) fiber 0,3%
(a) (b)
(c) (d)
(a) (b)
14
Sumber : Data PrimerGambar 12: Kondisi Pola Retak FR-ECC (FA55-RHA0): a) fiber 0%; b) fiber 0,1%; c) fiber 0,2%; d) fiber 0,3%
Sumber : Data Primer
Gambar 13: Kondisi pola retak FR-ECC (FA55-RHA5): a) fiber 0%; b) fiber 0,1%; c) fiber 0,2%; d) fiber 0,3%
(c) (d)
(a) (b)
(c) (d)
15
Berdasarkan hasil pola retak pada Gambar diatas dapat dilihat bahwa benda uji yang menggunakan fiber setelah dilakukan pengujian kuat tarik belah hanya retak dan tidak sampai terbelah, tidak seperti benda uji yang tidak menggunakan fiber menyebabkan benda ujinya terbelah.5. Kesimpulan dan Saran 5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil pengujian komposisi kimia Fly Ash (FA) dan Abu Sekam padi (ASP) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) diketahui bahwa senyawa paling dominan yaitu sebesar 34,88% dan 81,28%.
2. Dalam penelitian ini, penambahan persentase fly ash sebesar 45% dan 55%. Pengunaan fly ash diatas 50% menyebabkan kuat tarik belah FR-ECC menurun ini dikarenakan produksi berkurang dalam proses hidrasi semen sehingga menghasilkan lebih sedikit yang menyebabkan kuat tarik belah menurun.
3. Penggunaan RHA dan FA sebagai material tambahan dalam campuran FR-ECC berdampak pada berat volume FR-ECC
4. Nilai kuat tarik belah optimum FR-ECC terdapat pada variasi FA45-RHA0 yaitu dengan persentase fly ash sebesar 45% dan tanpa menggunakan abu sekam padi pada umur 28 hari untuk variasi polypropylene fiber 0%, 0.1%, 0.2%, 0.3% berturut-turut yaitu 5,65 Mpa; 5,81 MPa; 6,08 MPa dan 5,78 MPa. Nilai yang paling optimum terdapat pada persentase fiber 0.2% yaitu 6,08 MPa. Kekuatan kuat tarik belah meningkat pada persentase fiber 0% sampai 0,2% dan kuat tarik belah belah akan menurun pada saat fiber 0,3% tetapi nilai kuat tarik belah masih lebih tinggi dari ECC yang tidak menggunakan fiber.
5. Fly ash dan Abu Sekam padi dapat diajukan sebagai bahan material tambahan meningkatkan kuat tarik belah FR-ECC.
5.2.Saran
Untuk penelitian lebih lanjut dalam peningkatan pemanfaatan abu sekam padi dan fly ash sebagai bahan pengganti sebagian semen dalam campuran FR-ECC, diberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Menggunakan tempat pembakaran khusus abu sekam padi yang ada pengaturan suhu pembakaran dan dengan penambahan zat additive karena sangat berpengaruh dalam hasil nilai kuat tarik belah beton.
2. Menentukan variasi faktor air semen yang optimum dengan membuat beberapa variasi faktor air semen terhadap FR-ECC.
3. Melakukan pengecekan sifat fisik dari fly ash pada penelitian selanjutnya karena ukuran partikel dari fly ash berpengaruh pada nilai kuat tarik belah FR-ECC.
4. Melakukan pengayakan ataupun treatment RHA pada penelitian selanjutnya yang menghasilkan abu yang lebih halus agar memberikan perbandingan hasil nilai kuat tarik belah FR-ECC.
5. Untuk umur perawatan diperlukan pengujian hingga 56 hari perendaman mengingat proses pengikatan fly ash tidak sama dengan semen yang hanya 28 hari umur perawatan.
6. Melakukan uji durabilitas HVFA FR-EC
16
6. Daftar Pustaka[1] Srinivasa. C. H., D. V. (2014). A Literature Review on Engineered Cementitious Composites for Structural Applications. International Journal of Engineering Research & Technology (IJERT), 3(12), 531–537. www.ijert.org
[2] Lepech, M. D., Li, V. C., Robertson, R. E., & Keoleian, G. A. (2008). Design of green engineered cementitious composites for improved sustainability. ACI Materials Journal, 105(6), 567–575.
[3] Li, V. C. (2008). Engineered cementitious composite (ecc): Material, structural, and durability performance. Concrete Construction Engineering Handbook, Second Edition, 1001–1048.
[4] Bang, J. W., Ganesh Prabhu, G., Jang, Y. Il, & Kim, Y. Y. (2015). Development of Ecoefficient Engineered Cementitious Composites Using Supplementary Cementitious Materials as a Binder and Bottom Ash Aggregate as Fine Aggregate. International Journal of Polymer Science, 2015.
https://doi.org/10.1155/2015/681051
[5] SNI 03-2834-2000 (2000) “SNI 03-2834-2000: Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal”, Badan Standar Nasional Indonesia, pp. 1–34.
[6] Method, S. T., Strength, S. T., & Specimens, C. C. (2014). Metode uji kekuatan tarik belah spesimen beton silinder Standard Test Method for Splitting Tensile Strength of.