• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of EXPERIENTIAL MARKETING SEBAGAI VARIABEL PREDICTOR MINAT BELI ULANG DENGAN KEPUASAN KONSUMEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of EXPERIENTIAL MARKETING SEBAGAI VARIABEL PREDICTOR MINAT BELI ULANG DENGAN KEPUASAN KONSUMEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

EXPERIENTIAL MARKETING SEBAGAI VARIABEL PREDICTOR MINAT BELI ULANG DENGAN KEPUASAN

KONSUMEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

Amanda Amelia Putri1*, Salbiah2, Muhammad Pahmi Rohmansyah3, Kurniawati Mulyanti4.

Universitas Islam 45 Bekasi

[email protected]1, [email protected]2, [email protected]3, [email protected]4

(Received: 12 juni 2023; Reviewed: 25 juni 2023; Revised: ; Accepted: 25 juli 2023; Published: 8 Agustus 2023)

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of experiential marketing on consumer satisfaction and repurchase intention of Indonesian iced tea. It is an element of marketing for repurchase that obtains customer satisfaction through experiential marketing elements, namely feel, feel, think, act, and relate. This study uses data obtained directly through distributed questionnaires. The type of research used in this study is a non-probability method with a quantitative approach. The object of this research is Indonesian iced tea consumers. The sampling technique is purposive sampling. By using SPSS and getting a sample of 80 respondents. The method used to collect data was by distributing questionnaires to respondents who had purchased Indonesian iced tea products. The data analysis technique used is the results of validity tests, reliability tests, multiple linear regression tests and T-tests. The results show that the direct effect of experiential marketing on consumer satisfaction directly is 0.759 while the indirect effect of experiential marketing through customer satisfaction on repurchase intention is the multiplication of the beta of experiential marketing on consumer satisfaction and the beta value of repurchase intention, namely: 0.329 x 0.550 = 0.18095.

ABSTRAK

Penelitin ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh experiential marketing terhadap kepuasan konsumen dan minat beli ulang Es Teh Indonesia. Ini merupakan elemen pemasaran untuk pembelian kembali yang mendapatkan kepuasan pelanggan melalui elemen pemasaran experiential, yaitu merasakan, merasa, berfikir, bertindak, dan berhubungan. Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh secara langsung melalui kuesioner yang didistribusikan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non-probality dengan pendekatan kuantitatif. Objek dari penelitian ini adalah para konsumen Es Teh Indonesia. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling.

Dengan menggunakan SPSS dan mendapatkan sampel 80 orang responden. Metode yang digunakan pengumpulan data adalah dengan menyebarkan kuesioner kepada para responden yang sudah pernah melakukan pembelian produk Es Teh Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan adalah Hasil uji validitas,Uji reliabilitas, Uji Regresi linear berganda dan Uji T. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh langsung yang diberikan experiential marketing terhadap kepuasan konsumen secara langsung sebesar 0,759 sedangkan pengaruh tidak langsung experiential marketing melalui kepuasan konsumen terhadap minat beli ulang adalah perkalian antara beta experiential marketing terhadap kepuasan konsumen dan nilai beta minat pembelian kembali, yaitu : 0,329 x 0,550 = 0,18095.

Keywords: Experiential marketing, kepuasan konsumen, minat beli ulang

(2)

PENDAHULUAN

Dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, industri Indonesia semakin berkembang. Hal ini akan menyebabkan persaingan yang intens antara bisnis yang berusaha mengembangkan produk dan jasa baru untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Experiential marketing menurut (Kartajaya) dalam (Danurdara dan Budhi 2016 : 112) pendekatan yang melibatkan perasaan konsumen dan memberikan pengalaman yang berbeda saat mereka menggunakan barang atau jasa. Upaya yang dilakukan oleh produsen untuk menciptakan kesan mendalam kepada pelanggan dengan membangkitkan emosi sehingga dapat mempengaruhi pelanggan untuk membeli kembali produk yang disuguhkan oleh produsen tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sani (2023) yang menyimpulkan bahwa experential marketing berpengaruh positif dan signifikant terhadap minat beli ulang.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh experietial marketing yang dilakukan oleh PT Es Teh Indonesia terhadap minat beli ulang dari pelanggannya. Dengan penelitian ini PT Es The Indonesia dapat mempertimbangkan untuk melakukan perbaikan terhadap bentuk pelayanan yang dilakukan oleh PT Es Teh Indonesia untuk memberikan kepuasan kepada pelanggannya yang selanjutnya pelanggan akan terus melakukan pembelian kembali produk Es Teh. Experiential marketing bukanlah konsep baru namun masih perlu dipertimbangkan dalam penerapannya saat ini. Penerapan experiential marketing dalam bisnis kuliner menarik untuk diteliti karena memiliki potensi pertumbuhan yang besar, dan merupakan kebutuhan primer masyarakat, yang akan selalu memiliki ruang untuk terus tumbuh dan berkembang.

Es Teh Indonesia merupakan brand lokal yang membawa Konsep "TEA TO GO" yang disajikan dengan cara modern dimana disajikan dengan gaya kekinian. Dengan bahan dasar teh, Es Teh Indonesia ini menawarkan berbagai macam minuman dengan cita rasa baru yang sesuai untuk kalangan anak – anak, remaja, dan dewasa. Es Teh Indonesia awalnya didirikan dari sebuah pameran pada tahun 2018 di Kemang village dan Blok M, Jakarta. Es Teh Indonesia memutuskan untuk menambah gerai lagi pada pertengahan tahun 2018, karena mendapatkan feedback yang positif dari pelanggan dan permintaan yang cukup besar. dengan seiringnya waktu Es Teh Indonesia semakin dikenal oleh masyarakat. Pada tahun 2019 Es Teh Indonesia mengubah konsep dari yang di booth menjadi outlet “grab and go”. Di tengah banyaknya minat dan permintaan Es Teh Indonesia akhirnya memutuskan untuk membuka peluang bisnis dan menerima persetujuan konsep kemitraan pada bulan September 2019. Pada tanggal 11 September 2019, Es Teh Indonesia diresmikan sebagai Pt. Es Teh Indonesia Makmur. Pada akhir 2021, Es Teh Indonesia memiliki lebih dari 450 gerai.

Kepuasan pelanggan dapat membuat pelanggan lebih sering membeli suatu produk.

Dengan memastikan tingkat kepuasan pelanggan yang paling tinggi, akan membuat pelanggan menjadi loyal terhadap suatu produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Hal tersebut dapat mempengaruhi minat pembelian kembali terhadap suatu produk.

Di antara banyak merek teh, Es Teh Indonesia adalah salah satu yang berhasil dan terpercaya. Untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat di industri ini di seluruh dunia, pelaku ekonomi harus mampu memuaskan konsumen dengan produk dan layanan berkualitas dengan harga yang kompetitif. Ini berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Respani, 2021).

Hasil wawancara dengan pemilik Es The Indonesia menyatakan bahwa hasil penjualan Es The Indonesia untuk tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi. Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya pesaing Es The Indonesia yang berarti meningkatkan persaingan bisnis dalam komoditi tersebut. Beberapa merek Es teh lokal yang berdekatan dengan lokasi Es The Indonesia antara lain adalah Thai Tea, Mixue, Haus, Menan Tea.

Dari hasil pra survei yang telah dilakukan Terhadap 10 responden terhadap upaya experiential marketing yang dilakukan PT Es The Indonesia memberikan penjelasan bahwa, responden menanggapi cukup baik saja. Namun masih banyak kalangan anak – anak, remaja maupun dewasa yang belum mencoba produk Es Teh Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena masih ada beberapa masyarakat yang belum mengetahui brand Es Teh Indonesia ini. Maka hal tersebut disimpulkan jika pengaruh experiential marketing dengan kepuasan konsumen di katagorikan cukup baik, namun belum dapat dipastikan jika minat untuk membeli kembali Es Teh

(3)

Indonesia juga baik.

Masih berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 Responden yang telah kami lakukan pada staff Es Teh Indonesia terdapat permasalahan dari konsumen bahwa banyak yang berkomentar mengenai rasa yang terlalu manis dan tempat yang tidak terlalu luas’ Artinya konsumen belom merasakan kepuasan yang maksimal terhadap produk Es Teh Indonesia beserta layanannya. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi minat pembelian kembali konsumen terhadap produk Es Teh Indonesia. Penelitian ini ingin menguji apakah experential marketing dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan dan minat beli kembali dimana kepuasan konsumen sebagai variabel intervening. Penelitian Amroni menyimpulkan bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh secara positif dan signifikant terhadap minat beli ulang konsumen. Hasil penelitian Kharolina menjelaskan bahwa experential marketing berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen namun tidak berpengaruh secara langsung terhadap minat beli, sementara itu kepuasan konsumen berpengaruh langsung terhadap minat beli ulang konsumen.

TINJAUAN PUSTAKA

Experiential Marketing

Experiential marketing berfokus pada perasaan pelanggan. Pelanggan akan dapat membedakan barang dan jasa satu sama lain dengan menggunakan lima pendekatan: perasaan, pemikiran, tindakan, dan hubungan sebelum dan sesudah membeli sesuatu. Experiential marketing adalah suatu konsep pemasaran yang bertujuan untuk membentuk pelanggan-

pelanggan yang loyal dengan menyentuh emosi mereka dan memberikan suatu feeling yang positif terhadap produk dan service (Kartajaya, 2004).

Menurut (Schmitt dalam Wibowo 2008:274), experiential marketing dapat bermanfaat untuk satu atau lebih dari tujuan berikut:

1. Meningkatkan kinerja bisnis yang menurun 2. Meningkatkan produk dan layanan pesaing.

3. Menciptakan citra dan citra perusahaan.

4. Menggalakkan inovasi

5. Memotivasi konsumen untuk mencoba, membeli, dan menjadi loyal.

Maka dapat disimpulkan bahwa experiential marketing banyak sekali digunakan oleh pemasaran karena konsep tersebut dapat membentuk pelanggan menjadi loyal terhadap produk kita dengan menyentuh perasaan/emosi pelanggan akan dapat membedakan produk dengan yang lain dan akan memberikan feeling yang positif terhadap produk dan pelayanan kita.

Indikator experiential marketing meliputi:

1. Perasaan (sensasi)

Sensasi, menurut (Schmitt, 1999) adalah jenis pengalaman yang dihasilkan melalui mulut, hidung, lidah, dan kulit. Untuk mencapai estetika , pengecapan indra , peraba/sentuhan, penciuman, dan pendengaran diaktifkan.

2. Rasakan (Feel)

Menurut (Schmitt, 1999) menyatakan bahwa feel (rasa) bertujuan untuk mempengaruhi suasana hati, perasaan, dan emosi yang ditimbulkan oleh peristiwa, agen, orang yang melakukan peristiwa, dan objek suatu hal yang sudah dilihat .

3. Pengalaman (Berpikir)

Fokus Berpikir adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif. mendorong interaksi kognitif dan kreatif mereka dengan produk atau bisnis mereka.

4. ACT

(Schmitt, 1999) menyatakan bahwa tindakan adalah jenis pengalaman yang dirancang untuk memengaruhi perilaku, gaya hidup, dan interaksi pelanggan.

5. Relate

(4)

Relate marketing adalah salah satu cara untuk membangun komunitas pelanggan melalui komunikasi (Kartajaya, 2004).

Kepuasan Konsumen

Menurut (Adisaputro 2019), kepuasan adalah perasaan yang dirasakan seseorang setelah membandingkan kinerja produk yang dirasakan dengan harapan yang diharapkan. Perbedaan antara apa yang diharapkan dari penggunaan produk atau jasa dengan apa yang sebenarnya terjadi dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen. Sebagai contoh, konsumen lebih cenderung untuk tetap setia jika mereka merasa puas dengan nilai yang ditawarkan oleh barang atau jasa tersebut (Umar, 2005: 65). Kepuasan pelanggan berdasarkan pada perasaan senang atau kecewa setelah membandingkan persepsi atau kesan dengan kinerja produk (Sangadji dan Sopiah 2013). Pelanggan akan merasa puas jika produk memenuhi harapan mereka dan mungkin ingin membeli produk tersebut lagi di masa depan. Tetapi jika produk tidak memenuhi harapan pelanggan, mereka tidak akan membeli produk tersebut di kemudian hari. Dari beberapa penjelasan mengenai kepuasan konsumen maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan konsumen yaitu dimana pelanggan akan merasakan puas jika produk tersebut dapat memenuhi harapan mereka dan akan menimbulkan perasaan senang atau kecewa terhadap suatu produk. Hal tersebut muncul karena adanya kepuasan terhadap produk tersebut dimana kita dapat merasakannya setelah membandingkan kinerja produk.

Menurut (Umar 2000: 51), faktor-faktor berikut dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan:

1. Kualitas barang dan jasa yang ditawarkan

2. Variabel pesan: sikap pelanggan tentang produk, perusahaan, dan harapan kepuasan pelanggan; sikap: bagaimana pelanggan menilai layanan perusahaan dan aktivitas penjualan perantara perusahaan seperti agen dan distributor, termasuk ulasan pelanggan sebagai perantara.

3. Layanan purna jual, yang mencakup elemen layanan tambahan seperti garansi dan umpan balik, seperti pengembalian uang dan keluhan.

4. Nilai-nilai perusahaan terdiri dari dua jenis: nilai formal yang ditetapkan oleh perusahaan dan nilai informal yang ditemukan dalam operasi harian perusahaan.

Menurut ( Indrasari 2019: 92 ), terdapat tiga indikator untuk mengukur kepuasan pelanggan:

1. Kesesuaian harapan ini berarti kepuasan diukur berdasarkan ada tidaknya hubungan antara kinerja perusahaan yang sebenarnya dan harapan pelanggan .

2. Minat berkunjung kembali, yang menunjukkan apakah pelanggan puas dengan layanan perusahaan atau ingin menggunakannya lagi.

3. Kesediaan untuk merekomendasikan Anda dapat mengukur tingkat kepuasan pelanggan dengan menanyakan apakah mereka akan merekomendasikan produk atau jasa tersebut kepada orang lain, seperti teman, keluarga, dan orang lain.

Minat Pembelian ulang

Minat pembelian ulang merupakan komponen psikologis yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku seseorang dan juga berfungsi sebagai sumber pendorong yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitasnya. Minat adalah sesuatu yang pribadi dan terkait dengan sikap, dan seseorang yang berminat terhadap suatu hal akan memiliki kekuatan atau dorongan untuk melakukan sejumlah tindakan dalam upaya mendekati atau memperoleh objek tersebut, menurut (Gunarso 2005:12). Jika sebuah minat sudah terbentuk pada diri seseorang,maka minat tersebut cenderung tetap pada objek tersebut selama minat tersebut masih berguna baginya. Oleh karena itu, peminatnya juga cenderung berubah jika objek minat tersebut tidak lagi berfungsi dengan baik. Pada dasarnya, minat adalah sikap yang dapat membuat seseorang merasa senang terhadap sesuatu, situasi , atau ide tertentu, yang biasanya diikuti oleh

(5)

perasaan senang dan cenderung mencari hal-hal yang disukai tersebut.

Menurut (Ferdinand 2002:129), empat tanda dapat menunjukkan minat untuk membeli ulang:

1. Kecenderungan transaksional, atau keinginan untuk membeli sesuatu.Minat referensial, atau kecenderungan untuk merekomendasikan produk tersebut kepada orang lain.

2. Minat preferensial, yang merupakan minat yang menunjukkan sikap seseorang ketika memiliki preferensi utama terhadap produk tersebut. Pemilihan ini hanya dapat dibatalkan jika terjadi sesuatu pada produk yang dipilih.

3. Minat eksploratif, juga dikenal sebagai minat beli, didefinisikan sebagai seseorang yang terus menerus mencari informasi tentang suatu produk yang mereka minati dan menemukan informasi yang mendukung kualitas positif dari produk tersebut.

Hubungan Experiential Marketing dengan Keputusan Konsumen

Mempelajari satu karakter penting konsumen bukan hanya orang yang memilih produk secara rasional, tetapi juga memiliki insting secara emosional mereka untuk bertindak (Schmitt, 1999:29). Kondisi ini terjadi ketika pelanggan sering mengambil bagian dalam pengambilan keputusan yang didorong oleh experiential marketing. Jenis experiential marketing ini memberikan pengalaman dengan menghasilkan perasaan (sensasi), kesenangan, dan pengalaman yang unik dan positif.

Sangat penting bahwa pelanggan dapat merasakan kepuasan dari produk atau tempat yang dikonsumsi melalui penggunaan yang unik, positif, dan menyesuaikan serta tidak lupakan pelanggan. Menurut (Schmitt 1999:16), menunjukkan bahwa pelanggan ini masih memiliki tingkat kepuasan yang sangat tinggi. yang menyatakan bahwa perusahaan akan membandingkan harga dengan kualitas produk dan harga yang dibeli jika kualitas produk melebihi harapan, Menurut (Schmitt 1999:60), experiential marketing adalah strategi pemasaran yang digunakan oleh perusahaan atau pemasar untuk memasarkan produk dengan cara yang menarik daya tarik emosional dan menangkap perhatian konsumen. Menurut (Lin et al. 2009:231), pelanggan membutuhkan lebih banyak produk dari pada jasa.

Studi yang dilakukan oleh (Lin et al. 2009:235-237) menemukan bahwa pengalaman pemasaran dan kepuasan pelanggan berkorelasi positif. Ini menunjukkan bahwa kepuasan yang sangat tinggi dihasilkan dari penghargaan merek yang sangat tinggi. Bisnis dapat memperoleh lebih banyak keuntungan dari hal ini karena pengalaman yang diberikan oleh merek yang lebih kecil akan menyebabkan product tidak memenuhi harapan, sehingga perusahaan tidak akan mengalami kerugian.

Hubungan Experiential Marketing dengan Minat Beli Ulang

Salah satu pendekatan konsumen yang efektif adalah experiental marketing yang

menjadikan pelanggan memiliki pengalaman yang unik, dan menarik.

Experiential Marketing bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan emosi dan fantasi pelanggan

(6)

melalui pembuatan dan penyediaan pengalaman yang berharga secara estetika dan hedonis. Iklan pengalaman diharapkan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan mendorong mereka untuk membeli produk lagi dengan menyediakan pengalaman yang lengkap dan berkesan.

Kotler (2009) menyatakan bahwa kepuasan, adalah perasaan senang atau kecewa yang dihasilkan dari membandingkan kinerja barang atau hasil dengan ekspektasi. Pelanggan tidak akan puas jika kinerja tidak memenuhi ekspektasi. Pelanggan akan puas jika hasilnya sesuai dengan ekspektasi. Minat pembelian ulang, menurut (Anoraga 2000) dalam (Rahayu, dkk. 2016), adalah proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen saat mereka membeli barang yang ditawarkan dan barang yang dibutuhkan, Ini memungkinkan konsumen untuk kembali membeli produk tersebut dan menganjurkannya kepada orang lain (Andrianto, 2017).

Studi yang dilakukan oleh (Caroline Lunnette 2018), (Ni Putu Anggraini dkk 2020), dan (Nyoman Sri Subawa dkk 2020) menemukan bahwa experiential marketing meningkatkan minat beli ulang (repurchase intention).

Hubungan Experiential Marketing, Keputusan Konsumen dan Minat Beli Ulang

Experiential marketing berpengaruh terhadap kepuasan konsumen dan dampaknya pada minat beli ulang. selain itu, kepuasan konsumen secara tidak langsung mempengaruhi minat membeli ulang. Menurut (Febrini dkk 2019), kepuasan dan minat pembelian ulang konsumen dipengaruhi secara tidak langsung oleh kepuasan konsumen.

(Kurniawati dkk, 2018) menemukan bahwa experiential marketing memiliki dampak langsung dan tidak langsung terhadap kepuasan pelanggan dan pembelian ulang. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Octaviana dan Nugrahaningsih, 2018) menemukan bahwa experiential marketing praktik tidak memengaruhi kepuasan pelanggan, tidak mempengaruhi minat untuk membeli kembali, dan kepuasan pelanggan tidak dapat mengontrol minat pembelian ulang dari experiential marketing dan dampaknya terhadap minat beli ulang dengan kepuasan sebagai variabel mediasinya.

Kerangka Pemikiran

E

2

E

1

Minat Beli Ulang Indikator :

1. Kecenderungan transaksional

2. Minat referensial 3. Minat preferensial 4. Minat eksploratif

Experiential Marketing

Indikator :

1.Perasaan (sensasi) 2. Rasakan (Feel) 3. Pengalaman (Berpikir) 4. ACT 5. Relate

Kepuasan Konsumen Indikator :

kepuasan diukur dari ada tidaknya hubungan antara kinerja perusahaan yang diharapkan pelanggan

Minat berkunjung kembali Kesediaan untuk

(7)

H1 : Experiential marketing berpengaruh positif secara langsung terhadap kepuasan konsumen H2 : Experiential marketing melalui kepuasan konsumen berpengaruh positif secara tidak langsung terhadap minat beli ulang

METODE

Penelitian ini menggunakan metode sampling purposive dan non-probability Fokus penelitian ini adalah konsumen Es Teh Indonesia yang pernah membeli Es Teh Menurut (Hair et al. dan Wiyono), jumlah sampel hasil survei dikalikan dengan lima, sehingga total responden dalam survei adalah 16 X 5 = 80 Data yang dikumpulkan melalui kuesioner disusun menggunakan skala Likert. akan menganalisis hasil jawaban responden dengan menggunakan program SPSS 20 dengan menggunakan metode analisis jalur (analisis path).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Reabilitas

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa produk yang menunjukkan variabel Keputusan Konsumen, Minat Beli Ulang, dan experiential marketing semuanya valid. Hasil tersebut ditampilkan dengan nilai r-hitung yang lebih besar dari pada nilai r-tabel. Karena r-tabel untuk 80 responden adalah 0,2199, semua item yang dikoreksi dalam kuesioner dengan nilai lebih dari 0,2199 dinyatakan valid.

Tabel 1. Hasil Uji Validitas Variabel Keputusan Konsumen

No Variabel Item-Total Statistics

Corrected Item-Total Correlation

R-Tabel

Keterangan 1

Keputusan Pembelian

X1.1 0,624 0.2199 VALID

2 X1.2 0,412 0.2199 VALID

3 X1.3 0,663 0.2199 VALID

4 X1.4 0,761 0.2199 VALID

5 X1.5 0,453 0.2199 VALID

Tabel 2. Hasil Uji Validitas Variabel Minat Beli Ulang

No Variabel Item-

Total Statistics

Corrected Item-Total Correlation

R-Tabel

Keterangan 1

Minat Beli Ulang

X2.1 0,677 0.2199 VALID

2 X2.2 0,427 0.2199 VALID

3 X2.3 0,631 0.2199 VALID

4 X2.4 0,703 0.2199 VALID

5 X2.5 0,566 0.2199 VALID

(8)

Tabel 3 Hasil Uji Validitas Variabel Experiential Marketing

No Variabel Item-Total Statistics

Corrected Item-Total

Correlation R-Tabel

Keterangan 1

Experiential Marketing

Y1.1 0,655

0.2199 VALID

2

Y1.2 0,728

0.2199 VALID

3

Y1.3 0,660

0.2199 VALID

4

Y1.4 0,817

0.2199 VALID

5

Y1.5 0,771

0.2199 VALID

6

Y1.6 0,676

0.2199 VALID

Experiential marketing dengan nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel, sehingga juga dikategorikan valid, dan lima indikator variabel yang menentukan keputusan pembelian dan minat beli ulang ditunjukkan dalam Tabel 1. untuk penelitian ini menjadi sah.

Uji Reabilitas

Tabel 4. Hasil Uji Reabilitas

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of

Items

Hasil

0,933 16 Reliabel

Berikut adalah hasil uji reliabilitas yang kami lakukan. Sebagaimana dijelaskan dalam bukunya (Joko Widiyanto, 2010: 43) “dasar pengambilan keputusan dalam pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut :

Jika nilai Cronbach’s Alpha > r tabel maka kuisioner dinyatakan reliabel Jika nilai Cronbach’s Alpha < r tabel maka kuisioner dinyatakan tidak reliabel

Jika nilai cronbach's alpha adalah 0,6. Kuesioner dianggap reliabel jika nilai Cronbach's alpha > 0,6. Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa variabel tersebut memiliki nilai Cronbach's alpha

> 0,6. Oleh karena itu, kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikatakan reliabel.

Sebelum melakukan uji reliabilitas terhadap 80 responden, peneliti melakukan uji reliabilitas terhadap 80 responden yang menunjukkan bahwa masing-masing variabel memiliki Cronbach alpha > 0,6.

(9)

Hasil Uji Normalitas

Gambar di atas menunjukkan plot P-P yang dinormalisasi dari residual regresi standar yang menggambarkan distribusi data pada diagonal, dan distribusi mengikuti arah diagonal plot.

Oleh karena itu, model regresi yang digunakan dalam penelitian ini memperhatikan asumsi normalitas.

Uji Multikolenieritas

Tabel 5. Hasil Uji Multikolenieritas

C o e f f i c i e n t s a

Model

Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 3,554 1,191 2,984 0,004 Experiential

Marketing 0,534 0,094 0,560 5,694 0,000 0,422 2,367 Minat Beli

Ulang

0,250 0,078 0,318 3,229 0,002 0,422 2,367 a. Dependent Variable: Kepuasan Konsumen

Berdasarkan tabel koefisien output pada bagian Commonality Statistics, terlihat bahwa nilai yang diperbolehkan untuk variabel Experiential Marketing (X1) dan minat beli ulang (X2) adalah sebesar 0,422 yang lebih besar dari 0,10. Sedangkan VIF untuk variabel experiential marketing (X1) dan minat beli ulang (X2) adalah sebesar 2,367 < 10,00. Berdasarkan dasar keputusan uji multikolinearitas, dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak menunjukkan adanya multikolinearitas.

(10)

Heteroskedastisitas

Dari scatter plot di atas terlihat bahwa distribusi titik-titik di atas dan di bawah sumbu 0 pada sumbu Y tidak merata dan tidak ada aturan yang ditetapkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala heteroskedastisitas, atau H0 diterima.

Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Hubungan Ecperiential Marketing dengan Kepuasan Konsumen Model Summary

Model R R

Square

Adjusted R Square

Std.

Error of the Estimate

1 .759

a

0,576 0,571 2,570

a. Predictors: (Constant), Experiential Marketing Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std.

Error Beta

1 (Constant) 3,731 1,373 2,717 0,008

Experiential Marketing

0,624 0,061 0,759 10,301 0,000

a. Dependent Variable: Kepuasan Konsumen

(11)

Hasil dari output regresi model I pada bagian tabel “Coefficients” dapat diketahui bahwa nilai signifikansi dari variable yaitu X1 = 0,000 lebih kecil dari 0,05 hasil ini memberikan kesimpulan bahwa regresi model I yakni variable X1 berpengaruh signifikann Terhadap Y

Besarnya nilai R Square yang terdapat pada tabel Model summary adalah sebesar 0,576, Hal ini menunjukan bahwa Experiential Marketing dan Kepuasan Konsumen adalah sebesar 57,8% sementara sisanya 42,2% merupakan kontribusi dari variable-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian, Sementara itu, untuk nilai e1 dapat dicari dengan rumus

e1= 0,649

Uji T

Y= 3,731 + 0,624 X1 + e

Nilai konstant (a) adalah 3,731, yang menunjukkan bahwa jika variabel keputusan konsumen (X1) tidak dianggap secara keseluruhan sebagai 0, maka nilai konstant kepuasan konsumen (Y) adalah 3,731. Jika variabel bebas (X1) konstant, maka nilai experiential marketing sebesar 3,731. Dari hasil perhitungan diatas nilai t-hitung sebesar 2,717 dan t-tabel sebesar 1,66412, maka t-hitung lebih besar dari t-tabel artinya Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa experiential marketing memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen pada produk Es Teh Indonesia.

Hubungan Experiential Marketing dengan Kepuasan Konsumen dan Minat Beli Ulang

Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std.

Error Beta

1 (Constant) 3,364 1,208 2,785 0,007 Experiential

Marketing

0,262 0,078 0,329 3,342 0,001 Kepuasan

Konsumen

0,532 0,095 0,550 5,591 0,000 a. Dependent Variable: Minat Beli Ulang

Berdasarkan pada output regresi model II pada bagian tabel “Coefficients” dapat diketahui bahwa nilai signifikansi dari dua variable yaitu X1 = 0,001 dan Y = 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hasil ini memberi kesimpulan bahwa regresi Model II yakni variable X1 dan Y berpengaruh signifikansi Terhadap Z

Model Summary

Model R R

Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .827

a

0,685 0,676 2,161

a. Predictors: (Constant), Kepuasan Konsumen ,

Experiential Marketing

(12)

Kepuasan Konsumen

Minat Beli Ulang Experiential

Marketing

Besarnya nilai R square yang terdapat pada tabel “Model Summary” adalah sebesar 0,685, hal ini menunjukkan bahwa kontribusi X1 dan Y terhadap Z memberikan kontribusi sebesar 68,5% terhadap variabel Z, sementara sisanya 31,5% merupakan kontribusi dari variabel- variabel lain yang tidak diteliti, sementara untuk nilai e2 = 0,561.

Untuk memastikan kembali dari hasil analisis tersebut dapat dilakukan dengan sobel test, dengan rumus : Z =

Dimana :

a = Koefisien regresi variabel independen terhadap variabel mediasi b = Koefisien regresi variabel mediasi terhadap variabel dependen

SEa = Standar eror of estimation dari pengaruh variabel independen terhadap variabel mediasi SEb = Standar eror of estimation dari pengaruh variabel mediasi terhadap variabel dependen.

Z = Z =

Z= = =

Z = 4,9791

Dari hasil test sobel di atas diperoleh nilai z sebesar 4,9791, karena nilai z yang diperoleh sebesar 4,9791 > 1,96 dengan tingkat signifikan 5%, yang menunujukkan bahwa Kepuasan konsumen dapat memediasi hubungan antara experiential marketing dengan kepuasan konsumen.

Hasil data Output Spss

E

1

= 0,649 E2= 0,532

X => Y, dengan Z sebagai variabel Intervening

Nilai z yang dihasilkan dari rumus sobel sebesar 4,9791. Maka jika nilai z lebih besar dari 1,96 maka signifikan, tetapi jika sebaliknya maka tidak signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai z hitung sebesat 2,9791 lebih besar dibandingkan dengan 1,96 maka signifikan. Perhitungan ini dapat membuktikan bahwa variabel kepuasan pelanggan tidak dapat memediasi hubungan pengaruh antara experiential marketing terhadap minat beli ulang konsumen.

Analisis diatas digunakan untuk menentukan peran pengaruh variabel mediasi terhadap minat beli ulang. Diketahui pengaruh langsung yang diberikan experiential marketing terhadap kepuasan konsumen secara langsung sebesar 0,624 sedangkan pengaruh tidak langsung experiential marketing melalui kepuasan konsumen terhadap minat beli ulang adalah perkalian antara beta experiential marketing terhadap kepuasan konsumen dan nilai beta minat pembelian kembali, yaitu : 0,329 x 0,550 = 0,18095. Dari hasil analisis path dan menurut pendapat (octaviama dan nugrahaningsih, 2018) menyatakan bahwa experiential marketing dalam praktiknya tidak

(13)

mempengaruhi kepuasan pelanggan dan tidak mempengaruhi minat beli ulang, serta kepuasan konsumen tidak dapat mengontrol minat beli ulang dari experiential marketing dan dampaknya terhadap minat beli ulang dengan kepuasan konsumen sebagai variabel mediasi.

Pengaruh total yang diberikan experiential marketing terhadap kepuasan konsumen adalah pengaruh langsung ditambah pengaruh tidak langsung, yaitu : 0,759 + 0,18095 = 0,93995.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas bahwa nilai langsung sebesar 0,759 dan nilai pengaruh tidak langsung sebesar 0,18095. Hal ini menyatakan bahwa nilai pengaruh langsung

dan tidak langsung sama – sama signifikan, maka hal tersebut dikatakan sebagai variabel mediasi yang semu.

PEMBAHASAN

Berdasarkan karakteristik responden pada penelitian ini jika dilihat dari rata – rata pembelian dalam produk Es Teh Indonesia yaitu selama satu bulan sekali. Dan karakteristik responden rata – rata ber usia kurang dari 20 tahun hingga diatas 25 tahun. Maka dari hasil karakteristik responden tersebut dapat dinyatakan bahwa responden merupakan pelanggan yang mencari suasana cafe atau outlet yang nyaman dan ruang yang luas. Sehingga dengan responden yang memiliki rasa nyaman maka hal tersebut akan memberikan kepuasan konsumen dan minat beli ulang terhadap produk Es Teh Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian dengan pengaruh experiential marketing terhadap kepuasan konsumen dan minat beli ulang pada produk Es Teh Indonesia. Menunjukkan bahwa hasil hipotesis pada experiential marketing terhadap kepuasan konsumen berpengaruh positif secara langsung sebesar 0,759 sedangkan pengaruh tidak langsung pada experiential marketing melalui kepuasan konsumen terhadap minat beli ulang sebesar 0,18095. Dimana di dalam penerapan experiential marketing konsumen mendapatkan pengalaman dengan menghasilkan perasaan (sensai), kesenangan, dan pengalaman yang positif dan unik. hal sesuai dengan pernyataan yang dinyatakan oleh Schmitt (1999) dalam (Nurjaya & Waskita, 2021) menyatakan bahwa esensi dari konsep experiential marketing adalah pemasaran dan manajemen yang didorong oleh pengalaman. Dari hasil analisis path menurut pendapat (octaviama dan nugrahaningsih, 2018) menyatakan bahwa experiential marketing dalam praktiknya tidak mempengaruhi kepuasan pelanggan dan tidak mempengaruhi minat beli ulang, serta kepuasan konsumen tidak dapat mengontrol minat beli ulang dari experiential marketing dan dampaknya terhadap minat beli ulang dengan kepuasan konsumen sebagai variabel mediasi.

SIMPULAN

Menurut Hasil Uji hubungan antara keputusan konsumen (X1) dengan minat beli ulang (X2) berdasarkan hasil pembahasan dan olah data dengan menggunakan data SPSS.

1.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa

experiential marketing mampu

mempengaruhi secara positif dan signifikant terhadap kepuasan konsumen.

Namun perlu dicari strategi penerapan experinetial marketing yang lebih mampu dirasakan oleh konsumen agar mempunyai pengaruh yang lebih besar lagi terhadap kepuasan konsumen,

2. Experential Marketing tidak berpengaruh secara tidak langsung terhadap minat beli konsumen. Dapat disimpukan bahwa variabel kepuasan konsumen tidak mampu memediasi penngaruh experential marketing terhadap minat beli konsumen.

SARAN

Berdasarkan temuan penelitian, berikut adalah saran para peneliti untuk Es Teh Indonesia:

1. Memaksimalkan lagi Peneliti KOL (Key Experience Leaders) dan manfaatkan mereka sebaik mungkin untuk menemukan formula yang sesuai dengan target demografi Es Teh

(14)

Indonesia. Hal tersebut dilakukan karena untuk mengenalkan suatu produk Es Teh Indoensia kepada seluruh masyarakat umum melalui selegram atau tiktokkers, dengan cara membantu dalam hal promosi produk Es Teh Indonesia agar mendorong pertumbuhan lebih cepat. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran merek, meningkatkan pemahaman tentang fitur produk dan penyebarkan informasi tentang brand pada produk Es Teh Indonesia. Dikarnakan Tujuan utama seorang KOL untuk pemasaran adalah untuk menyebarkan brand awareness bagi produk perusahaan. Maka dari itu, tim marketing memerlukan KOL yang kredibel di dunia profesional, di luardunia maya. Tak hanya untuk kredibilitas, namun hal ini juga penting untuk audiens perusahaan di luar kehidupan media sosial.

2. Semakin banyak kegiatan offline yang dilakukan oleh Es Teh Indonesia, seperti mengadakan acara dan bazaar, yang tidak hanya berfokus ke acara online. Dikarenakan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak jika tidak berfokus dalam mempromosikan secara offline.

3. Konten Es Teh Indonesia yang valid tidak hanya mencakup konten organik (Konten yang diunggah ke media social tanpa menggunakan iklan berbayar), akan tetapi ada juga konten promosi yang berbayar dan dapat memiliki peluang menjadi terkenal lebih cepat dari pada promosi yang tidak berbayar.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Purnama, d. (2019). KOmunikasi Budaya dan Dokumentasi Kontemporer . Bandung: Unpad Press.

Amroni, Dewi Purbarani Sari, Nurul Aini, Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Minat Beli Ulang (Rebuying) Pada Toko Kue Yosin Di Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon, 2019, Jurnal Ekonomi Bisnis dan Industri Vol 1 no 1

Arumsasi, D., Khafid, M., & Sucihatiningsih. (2015). Pengaruh tingkat kecerdasan, motivasi,

tingkat sosial ekonomi dan kemampuan adaptasi lingkungan siswa sebagai variabel intervening terhadap prestasi belajar ekonomi kelas X SMA NEGERI 1 MRANGGEN Tahun 2014. Jurnal of Economic Education, 57.

Baisyir, F. &. (2021). Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Kepuasan Konsumen dan Dampaknya terhadap Loyalitas Konsumen . Management review, 630.

Barimbang, C. a. (2015). Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Kepuasan Pelanggan (Studi pada Pelanggan Mujigae Resto Citiwalk Bandung). e-proceeding of management.

Danurdara, & Ananta, B. (2016). Pengembangan Experiential Marketing .

Febrini, i. y. (2019). pengaruh Experiential Marketing Terhadap Kepuasan Konsumen Dan Minat Beli Ulang di Warung Kopi Klotok, Kaliurang, Yogyakarta. Manajemen Bisnis .

Harjadi, D. D., & Arraniri, I. (2021). Experiential Marketing &Kualitas produk dalam kepuasan pelanggan generasi Milenial . Cirebon: Yayasan Insan shodiqin Gunung Jati.

Hendrawan , S. A., Pujianto, T., & Dwi, P. (2022). Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Kepuasan Pelanggan di 372 Kopi Setianabudhi Kota Bandung.

Hendrawan, S. A., Pujianto, T., & Purnomo, D. (2022). Pengaruh Experiential Marketing Terhadap kepuasan Pelanggan di 372 KOpi Setiabudhi Kota Bandung. JUrnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 19.

Kharolina, I. d. (2021). Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Minat Pembelian Ulang

(15)

Melalui Kepuasan Konsumen Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Cakrawangsa Bisnis STIMYKPN Volume 2 No 2.

Lamongi, J. d. (2018). Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Minat Beli Ulang Konsumen Di J.CO Donuts dan coffe Manado Twon Square Manado. EMBA.

Nabila, R., Wahyuni, S., & Nugroba, J. A. (2015). Analisis Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Word Of Mouth Sepeda Motor Yamaha .

Novalia, Syifa, A., Balqis, A., & Ramadhana, A. (2021). Pemanfaatan Aplikasi Tiktok Sebaga Media Promosi Untuk Meningkatkan Brand Awareness (Studi Kasus Pada PT. Es Teh Indonesia). Akrab Juara, 87.

Nurjaya, & Waskita, N. I. (2021, Juni). Menciptakan Pengalaman Konsumen Dengan

Experiential Marketing. Agroscience, 11, 91.

Respani, D. L. (2021). Analisis kepuasan konsumen dan positioning waralaba teh instan, studi kasus Es Teh Poci.

Sani Salma Fatharani dan Herwan Abdul Muhyi, 2023, Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Minat Beli Ulang (Studi Pada Blankenheim), Jurnal Ekonomi Efektif, Vol 5 No 4.

Widiastuti, N., Riauwanto, S., & Harwanti, C. A. (2022). Pengaruh Gaya Kepemimpinan melayani dan beban kerja terhadap kepuasan kerja pegawai di kecamatan magelang utara kota magelang dengan motivasi kerja sebagaqi variabel intervening. riset akuntansi dan bisnis indoensia STIE Widya WiWaha, 1235.

Yusuf, J. C., Prayoga, F. R., & Andreani, F. (n.d.). Pengaruh Experiemtial MArketing Terhadap MInat beli ulang di Traveloka.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk variabel Profitabilitas diketahui hasil thitung adalah 4,177 yang mana lebih besar dari ttabel 1,966 4,177 > 1,966 dan nilai signifikansi adalah 0,041 lebih kecil dari

Page | 148 TABLE 6.6: DESIRED GOAL STATE THEMES MIDWIFERY OBSTETRIC UNITS MOU REFFERRAL HOSPITAL RH Principle theme Sub theme MOU A n=5 MOU B n=3 RH An=4 RH B n=5