Novianti Stotus Kewo rga nega roa n Go nd a.... 371
STATUS KEWARGAN EGARAAN GAN DA BAGI DIASPORA INDONESIA
DATAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL DUAL NATIONALITY
FOR I N DONESIAN DIASPO RAS
IN
INTERNATIONAL LAW PERSPECNVENovianti
(Pusat Pengkajian, Pengolahan Data, dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR Rl, Gedung Nusantara I Lt. 2, Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta t027O, Indonesia,
e-mai
l:
novi_dpr@ya hoo.com)Naskah
diterima
14 November 2OL4, direvisi 24 November 20L4, disetujui 5 Desember 2074.ABSTRACT
The status of duol notionolity for lndonesion diasporos raises the pro- and contra-opinions. /t is questioned in this paper how nationotity is viewed from the perspective of international law, ond how the status of duol notionolity is examinated bosed on Law No. 72/2006, ond also how the nationolity status
for
the lndonesian diasporas is olso viewed. The writer found that the stotusof
nationalityin
the internationol law hos been regulated in severol internotional conventions such as lJniversol Decloration of Human Rights ond the Covenant on Political ond Civil Rights.Dual nationality status according to Low No. 12/2006 is limited
for
children up to the oge of 78 yeors. Further, the status of dual nationality for tndonesion diosporas has constroints with the implementotion the internotional civil low, porticutarty with the principle of notionality, and olso with Low. No. 76/2006. The writer, therefore, soid thot on immigrotion problem solving con be an olternative woy out for the lndonesion diasporas.Keywords: notionolity stotus, internotional low, Indonesian diospora, duol nationolity, Low No.12/2006
ABSTRAK
Status kewarganegaraan ganda bagi diaspora Indonesia menimbulkan pro dan kontra. Tulisan ini menganalisis statu:
kewarganegaraan dalam perspektif hukum internasional dan bagaimana status kewarganegaraan ganda menurut UL No.12 Tahun 2006 serta bagaimana status kewarganegaraan bagi diaspora Indonesia. Hasil analisis mengungkapkar bahwa status kewarganegaraan dalam perspektif hukum internasional diatur: dalam beberapa konvensi internasional antara lain Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan Konvenan tentang Hak Sipil dan Politik. Status kewarganegaraar ganda menurut
UU
No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia menerapkan asaskewarganegaraan ganda terbatas hanya untuk anak sampai berumur 18 tahun. Sedangkan status kewarganegaraar ganda bagi diaspora Indonesia meghadapi kendala terkait dengan pendekatan hukum perdata internasional yakn dengan prinsip nasionalitas dan UU No.12 Tahun 2006. Oleh karena
itu
pendekatan keimigrasian dapat menjad alternatif utama bagi diaspora lndonesia.Kata kunci: status kewarganegaraan, hukum internasional, diaspora Indonesia, kewarganegaraan ganda, UU No' L2l2006
terakhir ini. Menurut data Pupulation
Foctf. PENDAHUTUAN UNDP tahun 20L2, sekitar 232 juta orang
di
dunia berimigrasi dan tinggal di
luar negaranya.
A.
LatarBelakang
Jumlahini
meningkatdari
L75iuta
orang padaGlobalisasi
telah
meningkatkanjumlah tahun 2000 dan L54 juta orang pada
tahun migrasi secara dramatis dalam beberapatahun
1990. Sifatdari
migrasitersebut telah
berubah372
dari laju migrasi satu arah dari
negaraberkembang ke negara maju dan meninggalkan
tanah
kelahirannyauntuk menetap di
negarabaru secara permanen, menjadi migrasi
ke berbagai negara, baikdari
negara berkembangke negara maju, migrasi
antar-sesama negaraberkembang, maupun dari negara miskin
ke negara miskin. Karakter migrasi pun berubah di manakaum migran hidup di
negarabaru
dan negara asalnya secara simultan melalui sirkulasiekonomi, ide, aspirasi politik, dan
kegiatan sosial di tanah air walaupun mereka menetap di negara barunya.lKaum migran beserta
keturunannyapada umumnya dikenal dengan
diaspora.Keterlibatan diaspora dalam upaya
pembangunan di negara asal, baik di
sektorpublik dan privat sudah berjalan cukup
lama,misalnya dalam hal remitansi. Bank
Dunia mencatat bahwa dari diaspora yang tersebar di232
negara,jumlah remitansi
yangdikirim
ketanah air mencapai lebih dari U5400
miliartahun
2OL0,di mana
US325miliar dikirim
ke negara berkembang.2Terkait
dengan status kewarganegaraan, sebagian besar dari diaspora yang sudahcukup
lamatinggal di
negeri asingkemudian mempunyai kesempatan
untukmemiliki status
kewarganegaraan negara yang ditinggafinya. Berawal dari
permonentresidency atau hak untuk menetap
jangkapanjang, yang kemudian bisa
ditingkatkanmenjadi hak untuk
menjadiwarga
negara. Haltersebut menjadi kesempatan bagi
diaspora yang sudah lamatinggal di luar
negeri karenamemiliki status warga negara maju
akanmembawa banyak kemudahan bagi
mereka.Dengan memiliki paspor salah satu
negaraEropa misalnya, seseorang bisa
berpindahtempat tinggal dan berpindah kerja
dalamwilayah Uni
Eropatanpa perlu mendapat
ijin kerja yang dlperlukanoleh
warga asing. Status kewarganegaraanjuga membuka
akses padawelfare system (seperti housing benefit
dan 1 Tim Advokasi Diaspora Indonesia, Kerongko Acuan Seminor Nasionol tentang Peneropon Dwikeworgonegaroon bogi Diosporo lndonesio, Fakuftas Hukum Universitas Indonesia, tanggal 22 Oktober 2OI4.'
tbid.Kojion Vol. 79 No.4 Desember 2014 hal.
3t1-
325unemployment benefitl pada
masing-masing negara. Singkatnya,ada
berbagaifaktor
yangmenjadi 'penarik' bagi warga
Indonesia yang tinggal di luar negeri untuk mendapatkan statuskewarganegaraan negara yang
didiaminya.Namun pengaturan kewarganegaraan
Indonesia yang umumnya
merupakan warisan
dari sistem hukum Belanda sampai saat
initidak memperbolehkan warganya
untukmemperoleh status
kewarganegaraan ganda.Jika seseorang ingin mendapat
status kewarganegaraannegara lain, maka ia
harus meninggalkan status WNI-nya.3Selain itu, para diaspora
lndonesia menginginkan agar dwikewarganegaraan ganda bisa diterapkandi
Indonesia. Haltersebut
gunamemberikan kapasitas penuh bagi
paradiaspora untuk tetap dianggap
sebagaiwarganegara sehingga dapat
memberikan keuntunganlebih
kepada lndonesia. Terdapatbeberapa alasan yang mendasar
mengapalndonesia
harus
menerapkandwikewarganegaraan, di antaranya
karena dwikewarganegaraan memberikan keuntunganekonomi dan humon capital. Studi
yangdilakukan oleh Leblang dengan
membandingkan 133 negara dalam
kurunwaktu
1980-2009 menunjukkandwikewarganegaraan turut mendorong
remitansi yang lebih besar karena
kebijakan tersebut didesain untuk menimbulkan perasaaninklusif dan
pengakuandari tanah air. Hal
inimenjadikan diaspora
sebagaiaset untuk
so,Jtdiplomacy mewakili negara asalnya.a
Duta Besar Indonesia untuk
Amerika Serikat,Dino Patti
Djalal, mendukung wacanadwikewarganegaraan secara selektif
bagi diaspora Indonesiadi luar negeri
berdasarkan analisisuntung dan rugi,
baikdari
sisi inovasi,teknologi, maupun modal bagi
kepentingan Indonesia.Menurut
Dino,jika
dwikewarganegaraan ataukewarganegaraan ganda diterapkan
bagit "Diaspora dan
Kewarganegaraan Indonesia,,, http://donowidiatmoko.wordoress.com/2012103/01/, diakses tanggal 25 Oktober 2014.4 Tim Advokasi Diaspora Indonesia, op.cit
Novianti Stotus Kewa rgo nega roo n Ga nda....
diaspora Indonesia
di luar
negeri akan menjadinilai lebih bagi kemajuan
Indonesia. Terlebih,banyak orang
Indonesiayang sudah
memiliki kewarganegaraanlain, seperti Amerika
atauAustralia, tetapi hati dan jiwanya tetap
Indonesia. Selainitu,
dwikewarganegaraan jugaakan memberi manfaat dalam
transferteknologi
dan investasidari
diaspora lndonesiake dalam negeri yang selama ini
dinikmatinegara
tempat
merekatinggal.'
Namun pendapat Yang
berbedadikemukakan
oleh
pakar Hukum Internasionaldari Universitas Indonesia (Ul),
Hikmahanto Juwanao yang mengatakan pemerintah dan DPRharus mencermati betul aspirasi
diasporalndonesia yang tidak
memilikikewarganegaraan lndonesia (WNA)
untukmemperoleh kewarganegaraan
ganda'Kewarganegaraan ganda
menurutnya
memilikipotensi masalah yang besar dan
rawandisalahgunakan. Selain rawan penyalahgunaan,
warga negara yang mempunyai
duakewarganegaraan akan kesulitan
jika
lndonesia misalnya berkonflik dengan negaradi
mana dia juga menjadi warga negara.Dalam hukum
kewarganegaraan Indonesia, Undang-Undang No.12 Tahun 2006tentang
KewarganegaraanRepublik
Indonesiamemperbolehkan status
kewarganegaraan ganda,namun itu
hanyaterbatas berlaku
bagianak dari pasangan pernikahan
campuranantara warga negara lndonesia dan
warga negara asing. Saat anak mencapai usia dewasa (18tahun),
maka sang anak harus memutuskan status kewarganegaraannya sendiri.'Dari perspektif hukum
internasional,menurut
Pasal1 Konvensi Den
Haag Tahun1930 dinyatakan bahwa penentuan
statuskewarganegaraan
merupakan
hakmutlak
dari negara yangbersangkutan. Namun
demikianhak mutlak tidak boleh
bertentangan373
dengan Generol Principles (Prinsip
Umum/.
Ada pun prinsip umum tersebut, adalah: tidak bolehbertentangan dengan
konvensi-konvensi internasional, tidak boleh bertentangan dengankebiasaan international, dan tidak
bolehbertentangan dengan prinsip-prinsip
hukumyang secara internasional diterapkan
dalamhal
penentuan kewarganegaraan.B. Perumusan Masalah
Persoalan status
kewarganegaraankhususnya kewarganegaraan
ganda(dwikewarganegaraan)
merupakan salah
satuisu menarik dan menimbulkan
perdebatanterkait dengan keinginan para
diasporaIndonesia mendapatkan
kewarganegaraanganda dan isu di bidang keimigrasian
yangselama ini diklaim sebagai hal
yangmenghambat para diaspora
untukmenumpahkan rasa
cinta dan keinginan
kuatdalam membangun Indonesia dari
negerilain/tempat mereka bermukim. Oleh
karenaitu,
permasalahan dalam tulisan ini adalah:1.
Bagaimanastatus
kewarganegaraan dalam perspektif h ukum internasional?2. Bagaimana pengaturan
kewarganegaraanganda menurut Undang-Undang
No.12Tahun
2OOGtentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia?.3.
Bagaimanastatus
kewarganegaraan ganda bagi diaspora Indonesia?C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah
untukmengetahui status kewarganegaraan
dalamperspektif hukum internasional,
pengaturanmengenai dwikewarganegaraan
ataukewarganegaraan ganda dalam
Undang-Undang No. t2 Tahun 2006
tentangKewarganegaraan Republik Indonesia,
danmenganalisis status
kewarganegaraan ganda bagi diaspora lndonesia.t
"Kewarganegaraan Ganda Selektif Untungkan Indonesia", http://m.bisnis.com/quick-news/read/2013u06/791184795. diakses tanggal 27 Oktober 2014.6
"Cermati Aspirasi Kewarganegaraan Ganda Diaspora WNA", http: | | w ww.\o nn.com I r ead | 2O L3 | A8 / 26 /1877 51/'
dia kses Ta n gga | 2 7Oktober 2014.
t
Lihat Pasal4
Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.314
D. Kerangka Pemikiran
1.
Status KewarganegaraanWarga negara merupakan salah satu
hal
a.yang bersifat prinsipal dalam
kehidupanbernegara. Tidaklah mungkin suatu
negaradapat berdiri tanpa adanya warga
negara.Setiap negara mempunyai hak untuk
menentukan siapa saja yang dapat
menjadiwarga
negaranya,dalam hal ini setiap
negaraberdaulat, hampir tidak ada
pembatasan.Namun demikian suatu negara harus tetap menghormati prinsip-prinsip umum
hukuminternasional.s Atas dasar inilah
diperlukanadanya pengaturan mengenai
kewarganegaraan.
Terkait
kewarganegaraan, sangat
penting artinya
bagi setiap orang agar kedudukannya sebagai subjekhukum yang berhak menyandang hak
dankewajiban hukum dapat dijamin
secara legaldan aktual. Terlebih dalam lalu lintas
hukumInternasional, status kewarganegaraan
itudapat menjadi jembatan bagi setiap
warganegara untuk menikmati keuntungan
dari hukum lnternasional.s Sebagaimana dinyatakanoleh
A.W.Bradleydan
K.D. Ewing, nasionalitasdan status
kewarganegaraanmenghubungkan
b.seseorang dengan
orang lain dalam
pergaulan Internasional.loTerkait dengan status kewarganegaraan
terdapat beberapa
asas-asasyang
mendasarihukum
kewarganegaraan.
Asaskewarganegaraan
dapat dilihat dari dua
hal,yaitu dari
kelahiran dan perkawinan. Dari segi kelahiran terbagi lagi menjadi dua asas yaitu iussoli dan ius sanguinis, sedangkan dari
segi perkawinanterbagi
lagi menjadi dua asas, yaituE
Koerniatmanto Soetoprawiro, Hukum Keworgonegoroon don Keimigrosion lndonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,199O, hlm. 1.t
"To the extent to which individuals are not directly subjec* ofKajian Vol. 19 No. 4 Desember 2014 hal. 311 - j25
asas persamaan derajat dan asas
kesatuan hukum.11dengan
statusKelahiran
Pada
umumnya penentuan kewarganegaraandilihat dari
segi kelahiran seseorang. Seperti yang disebutdi
atas, adadua macam asas kewarganegaran
berdasarkan kelahiran, yaitu
ius soli
dan rus
sanguinis. Kedua istilah ini berasal
dari bahasa Latin./us berarti hukum, dalil,
atau pedoman, sedangkansoli
berasaldari
katasolum yang berarti negeri, tanah
ataudaerah.
Dengandemikian, ius soli
berartipedoman yang berdasarkan tempat
ataudaerah. Dalam kaitan dengan
asaskewarganegaraan ini, ius soli
berarti kewarganegaraan seseorang ditentukan olehtempat
kefahirannya. Sementara sanguinis berasal dari kata sanguis yangberarti
darah.Dengan demikian, ius sanguinis
berartipedoman yang berdasarkan darah
atauketurunan. Dalam kaitannya dengan
asaskewarganegaraan
ini, ius sanguinis
berarti kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh keturunannya atau orang tuanya.Perkawinan
Selain dari sisi kelahiran,
penentuankewarganegaraan dapat didasarkan
padaaspek perkawinan yang mencakup
asaskesatuan hukum dan asas
persamaanderajat.
Asas persamaanhukum
didasarkan pandangan bahwasuami istri
adalah suatuikatan yang tidak
terpecahkan sebagaiinti dari
masyarakat. Dalam menyelenggarakankehidupan bersama, suami istri
perlumencerminkan suatu kesatuan yang
bulat termasuk dalam masalah kewarganegaraan.Berdasarkan asas ini diusahakan
status kewarganegaraansuami dan istri
adafah sama dan satu.Selanjutnya Undang-Undang No. t2
internotionat low, notionality is the link between them ond internotionat TahUn 2006 tentang KeWafganegafaan RepUblik
low. lt is through the medium of their nationolity thot individuols con
normolty enjoy benefits from internotionat law". *"u"n i"i"i"er
r"l lndonesia memberikan definisi
tentangArthur watts (Edl, oppenheim's tnternationol Low, gth edition, Harlow: pewarganegaraan adalah
tata cara bagi
OrangLongman, 1992,p.849.
10 A.W. Bradley and K.D. Ewin1, Constitutionat and Administrotive Law,
13th edition, Harlow: Longman Pearson, 2OO3, p.425. " tbid,
Novionti Stotus Kewo rgo ne go rao n Go ndo.. "
asing untuk memperoleh
kewarganegaraanRepublik Indonesia melalui
permohonan.Dalam undang-undang dinyatakan
bahwakewarganegaraan Republik Indonesia
dapatjuga diperoleh melalui pewarganegaraan.
2.
Diaspora IndonesiaMerujuk pada beberapa referensi
dariilmuwan barat, kata diaspora diduga
berasaldari bahasa Yunani diaspeiro, yang
secarasederhana sering diterjemahkan
sebagai"penyebaran". Dari literatur yang ada,
kata diospeiro mulai digunakan pada awal abad ke-5SM oleh Sophocles, Herodotus,
danThucydides. Sedangkan penggunaan
kata"diaspora" sebagai kata baru dilakukan oleh 70 sarjana
Yahudi
legendarisdi Alexandria
padaabad ke-3 SM ketika mereka
menerjemahkanAlkitab lbrani
ke dalam bahasa Yunani. Namundafam Alkitab Septuogint itu, kata
diasporatidak mengacu pada disperse
bersejarah(pergerakan
dan
penyebaran manusiadi
masa lampau)tetapi
diterjemahkan dalam beberapa kata Yunaniseperti apoikia
(imigrasi), poroikia (penyefesaian di luar negeri),
metoikia(emigrasi), metoikesio
(transportasi),oikhmalosia (tahanan masa perang),
dana poka I u psi s (wa hyu ). 12
Seiring dengan berjalannya
waktu,
kata diaspora yang dimaknai sebagai "penyebaran"manusia mulai dipergunakan oleh para
ahli sejak pertengahan abad ke-20. Dalam konteksini, para ahli
cenderung sepakat bahwa tahun1965 merupakan tahun munculnya
istilahJewish diosporo dan Block/African
diasporo.Kajian mengenai
pergerakandan
penyebarankaum Yahudi (Jewish diasporal serta
situasi kehidupan orang-orangberkulit hitam/Afrika
diluar negara Afrika {Block/African
diasporolmendominasi khazanah akademis
setelahlahirnya istilah tersebut. Selain itu, juga
adakajian mengenai orang-orang Palestina
danChina meskipun dalam lingkup yang
lebihterbatas. Secara umum, setidaknya
sampait' M. lman Santoso, "Diaspora, Migrasi Internasional dan Kewarganegaraan Ganda", dalam Seminar Diasporo dan Dinamiko Konsep Keworgonegoroon di lndonesio, Fakultas Hukum Universitas fndonesia tanggal 22 Oktober 2OL4.
315
pertengahan
abad 20, pengertian
diaspora diEropa hanya berkaitan dengan teologi
ataustudi tentang agama.
Baru padatahun
1986 Gabriel Sheffermenulis buku berjudul A
NewField of Study: Modern Diasporas
inlnternational
Politics, yang memberikan definisi yanglebih
luastentang
diaspora, namun jauhlebih rumit. Sheffer menambahkan
elemenmendasar, yaitu pemeliharaan
hubungan dengantempat
asal. Diasporamodern
adalahkelompok etnis minoritas migran asal
yang bertempat tinggal dan bertindak di negara tuanrumah, tetapi mempertahankan
hubungansentimental dan material yang kuat
dengan tanah air atau negara asal mereka.13lstilah "diaspora" dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia,diartikan
sebagai"tercerai- berainya suatu bangsa yang tersebar
diberbagai penjuru dunia". Menurut
penggagas ClD, sekaligusDuta
BesarRepublik
Indonesiauntuk Amerika Serikat, Dino Patti
Djalalmenyebutkan, "Kami mengambil
definisidiaspora yang luas, yakni mencakup
setiaporang
Indonesiayang berada di luar
negeri,baik yang berdarah maupun yang
berjiwaIndonesia apa pun status hukum,
bidangpekerjaan, latar belakang etnis,
dankesukuannya
dan tidak membedakan
antarapribumi maupun non-pribumi." Dino
jugamenuliskan,
"Lebih dari itu, orang
asing yangpecinta
Indonesiaatau mempunyai
hubungankeluarga dengan warga Indonesia,
jugadianggap sebagai bagian dari
DiasporaIndonesia".lo
SedangkanM. lman
Santosolsmenyimpulkan 4 (empat) kategori
diaspora, yaitu: {1) Orang lndonesia berpaspor Indonesia;(2) orang
Indonesiayang kemudian
menjadiwarga negara lain; (3) orang-orang
yangmenjadi keturunan Indonesia; (4)
parapecinta/sim patisan I ndonesia.
" lbid.
to "Kewarganegaraan Ganda Selektif Untungkan Indonesia", op.cit, tt M. lman Santoso, op.cif,
316
II. PEMBAHASAN
A. Status
Kewarganegaraandalam
Hukum InternasionalKonsepsi
hukum internasional
tentangkewarganegaraan atau nasionalitas
padaawalnya hanya negara yang diakui
sebagaisubjek hukum internasional.16
Status seseorangdalam hukum internasional terkait
erat dengan semakin
berkembangnyaperhatian masyarakat internasional
terhadapperlindungan hak asasi manusia.
Dewasa iniindividu telah diakui sebagai subjek
hukuminternasional yang mampu
menanggung hakdan
kewajibandi
hadapan hukum,seperti
hak mengklaimatau menuntut
negaradi
hadapanpengadilan internasional .Misalnya:
The Conventionon the Settlement of
lnvestment Disputes,L965; the
Europeon Convention onHumon Rights, 1950. Dengan
nasionalitas,individu berhak atas hak-hak yang terkait dengan hukum internasional:
memperolehpaspor yang memungkinkan
individuberpergian ke luar negeri, berhak
ataspekerjaan yang terkait dengan
perwakilan diplomatik di luar negeri.17Status kewarganegaraan
merupakan bagiandari
hak asasi manusia. Oleh karena itusetiap manusia berhak untuk
mendapatkanstatus kewarganegaraan. Pengakuan
statuskewarganegaraan bagi seseorang
akanmelahirkan hak dan kewajiban hukum
bagi orang yang bersangkutan, baik secara nasionalmaupun internasional. Ada pun
instrumenhukum
internasionalyang
mencantumkan hak kewarganegaraan antara lain:1.
Deklarasi Universal HAM 1948 dalam Pasal 15ayat
(1)dan ayat
(2) yang menyatakan"(L) Setiap orang berhak atas
sesuatu kewarganegaraan.(2) Tidak seorang
pundengan semena-mena dapat
dicabuttt f Wayan Parthiana, Perjanjion lnternosionol, Bandung: Mandar Maju, 2002. hlm.19.
17 Huafa Adolf, Keworganegoraon (Nosionotitas) Menurut Hukum lnternosional, makalah disampaikan dalam Diskusi mengenai Penyusunan RUU tentang Kewarganegaraan Ganda, di Gedung DpR Rl tanggal 28 Oktobet 2014.
Kajion Vol. 19 No. 4 Desember 2014 hol. 311 - 325
kewarganegaraannya
atau ditolak
hanya untuk mengganti kewarganegaraannya".Konvensi Internasional
penghapusanSegala Bentuk Diskriminasi Rasial
1965,pada
Pasal5 huruf d romawi (iii)
yang menyatakan"Untuk
memenuhi kewajiban- kewajiban dasaryang
dicantumkan dalam Pasal2
Konvensiini,
Negara-negara pihakmelarang dan menghapuskan
segala bentuk diskriminasi ras serta menjamin haksetiap orang tanpa membedakan
ras,warna kulit,
asal bangsadan
sukubangsa,untuk
diperlakukan samadi
depan hukum,terutama untuk menikmati hak di
bawah ini: (d) Hak sipil lainnya, khususnya: (iii) Hak untuk memiliki kewarganegaraan".Kovenan lnternasional Hak Sipil dan Politik
1965 dalam Pasal 24 ayat (3)
yangmenyatakan bahwa "setiap anak
berhak untuk memperoleh kewarganegaraan".Konvensi Internasional
mengenai Penghapusan SegalaBentuk
Diskriminasiterhadap
Perempuan L979,dalam
Pasal 9ayat (1) dan ayat (2) yang
menyatakanbahwa "(U Negara-negara Pihak
wajib memberikan kepada perempuan hak yang sama dengan laki-lakiuntuk
memperoleh,mengubah atau
mempertahankan kewarganegaraannya. Negara-negara Pihakkhususnya wajib menjamin bahwa
baikperkawinan dengan orang asing
maupunperubahan
kewarganegaraanoleh
suami selama perkawinan,tidak
secara otomatismengubah kewarganegaraan
istri, menjadikannyatidak
berkewarganegaraan atau memaksakan kewarganegaraan suami kepadanya.(2)
Negara-negara Pihak wajib memberikan kepada perempuan hak yangsama dengan laki-laki berkenaan
dengan kewarganegaraan anak-anak mereka".Konvensi Hak Anak 1989, pada Pasal 7 ayat
(1) dan ayat (2) menyatakan "(L)
Anak harus didaftarkan segera sesudah kelahiran dan harus mempunyai hak sejaklahir
atassuatu nama, hak untuk
memperoleh kewarganegaraan,dan sejauh
mungkin,hak untuk mengetahui dan dirawat
oleh 2.3.
4.
5.
Novionti Stotu s Kewo rgo nego rao n G a nda..'.
orang tuanya. (2) Negara-negara
Pihakharus menjamin
pelaksanaanhak-hak
ini sesuai dengan hukum nasional mereka dankewajiban mereka menurut
instrumen-instrumen internasional yang
relevandalam
bidangini.
Selanjutnyadalam
Pasal8
ayat (1) dan(2)
menyatakan bahwa "(L)Negara-negara Pihak harus
berusahamenghormati hak anak
untukmempertahankan identitasnya,
termasukkewarganegaraan, nama dan
hubungankeluarga seperti yang diakui oleh
hukumtanpa campur tangan
yangtidak sah.
(2)Apabila seorang anak secara tidak
sahdicabut beberapa atau semua
unsuridentitasnya, maka
Negara-negara Pihakharus memberikan bantuan
danperlindungan yang tepat dengan
tujuansecara cepat membentuk
kembaliidentitasnya."
Dari ketentuan hukum internasional
diatas maka jelas bahwa
masYarakatinternasional mengakui bahwa
status' kewarganegaraan merupakan hal yang penting.Hal ini berkaitan
denganyurisdiksi
seseorangapabila melakukan tindakan hukum di
suatunegara lain dan status
kewarganegaraan merupakan bagiandari
hak asasi manusia yangbersifat universal dan harus dihormati
oleh siapa pun secara internasional.Terkait dengan
kewarganegaraanganda, relevansi hukum internasional
yangmendasari dwikewarganegaraan, di
manalndonesia sebagai salah satu anggota PBB, telah meratifikasi
tnternotionol
Covenant on Civil ondPoliticol
Rights (ICCPR)yang bertumpu
pada DeklarasiUniversal Hak Asasi
Manusia,dalambentuk
Undang-UndangNo. 12 tahun
2005tentang
Pengesahanlnternotional
Covenant on Civil and Political Rights (kovenan internasionaltentang
hak-haksipil dan politik)
pada Article13 menyatakan:
7) Everyone has the right to freedom of
movement and residence
within the
borders of each stote.317
2)
Everyone has theright to
leave ony country,including his own, ond to return to
hiscountry.
Article t5:
1)
Everyone has theright
to a nationolity.2) No one sholl be arbitrorily
deprivedof
his notionolity nor denied theright
to change his notionality.Article L7:
7)
Everyone hos theright
to own property olone os well os in ossociotion with others.2) No one shall be arbitrarily deprived of
his propertyKewarganegaraan ganda
secara konseptualdapat
dimaknai secarasempit
danluas. Dalam arti sempit,
kewarganegaraan ganda mengacu konsep "dwikewarganegaraan"(duol citizenship/notionolityl pada
status seseorang yang memiliki dua kewarganegaraan dari dua negara yang berbeda. Dalamarti
luas, kewarganegaraan ganda diperluastidak
hanyaterbatas pada dwikewarganegaraan,
namunjuga lebih dari Z/banVak
kewarganegaraan(ptu ro t/ m u tti pl
e
citi ze nsh ip/
nationo t ity ).18Klaim terhadap
dwikewarganegaraanjuga didasarkan pada pengakuan hak
asasimanusia yang mengglobal yang telah
diakui oleh hampir semua negara. Walaupun hak atas kewarganegaraan ganda secara universal tidakdijamin sebagai hak asasi, karena
dibatasihanya untuk satu kewarganegaraan,
namunbukti di berbagai negara,
pentingnyadwikewarganegaraan disituasikan
dalamkerangka pikir hak asasi manusia.ls
Klaim kewarganegaraan ganda sebagai hak asasi juga tidak terlepas dari tanggung jawab realisasi hakasasi manusia yang bertumpu pada
rezimtt
Spiro, dalam esainya mengenai dual citizenship (dwi kewarganegaraan) sebagai hak asasi, mengeneralisasi permasalahan tersebut sebagai masalah plural citizenship pada umumnya. Lihat Peter J. Spiro, "Dual Citizenship As Human Right", lnternotionol lournol ofConstitutionol Low,Yol.8 No. 1,2010, p. 111.
1e Pasal 15 (1) UDHR, merumuskan jaminan hak atas kewarganegaraan, dengan norma: "Everyone has the right to a notionoli{' ), Pasal 24 (3)
ICCPR, menegaskan .iaminan serupa bagi anak dengan frase " Every child hos the right to ocquire o notionolity."
318
negara dalam merealisasikan hak asasi individu.
Oleh
karena sebagian besarjaminan
hak asasibersifat universal, maka kegagalan
atauketidakoptimalan suatu negara
dalammerealisasikan hak asasi warga
negaranya, menjadi dasar bagi seorang warga negara untukmendapatkan kewarganegaraan dari
negaralainnya, tanpa kehilangan
kewarganegaraan asalnya, agar hak asasinyadapat
direalisasikan secara penuh.Konsekuensi dari prinsip bahwa
hak asasi manusiatidak terbagi
(indivisible), salingberkaitan (interrelated) dan
saling bergantung(interdependentl, menyiratkan
kebebasanuntuk memilih kewarganegaraan,
termasukklaim atas dwikewarganegaraan,
pastiberkorelasi dengan upaya
merealisasikan hak asasilainnya,
misalnyahak atas
penghidupanyang layak, hak atas pekerjaan, hak
atas pendidikan, atau bahkan hak atas rasa aman.'oWalaupun pengakuan
terhadapdwikewarganegaraan mulai meluas,
namun sebagian negara selalu mengaitkan pengakuantersebut
berdasarkan"ikatan
khusus" terhadapnegaranya. Artinya, pengakuan
dwikewarganegaraan sangat
dimungkinkanuntuk diberikan dengan kriteria tertentu.
Kriteria tersebut selalu dihubungkan
denganikatan dengan negara, warga negara
atau komunitas politiknya dalamarti
luas.Sebagai contoh, walaupun
AmerikaSerikat (AS) mengakui
dwikewargenegaraan karena asas ius soli dalam hal kelahiran anak diwilayahnya (tanpa melihat
kewarganegaraanorang tuanya, kecuali tidak berlaku
bagidiplomat)
atau caralain,
namun apabila warganegara AS melakukan naturalisasi
ataspermohonan sendiri atau wakilnya ke
negaralain atau
mengucapkanjanji setia (oath of ollegiancel ke negara asing,
menyebabkan kehilanganstatus
sebagaiwarga
negara 45.21Bahkan El Savador yang
mengakuikewarganegaraan ganda dalam arti
luas(banyak kewa rga n e gar aan f m u I iti pl e
20 Lihat Deklarasi dan Program Aksi Wina (1993).
"
United States Office of Personnel Management Investigations Service, CitEens h i p Law of Th e World, 20OL, p. 9.Kajian VoL 79 No. 4 Desember 2014 hoL 311 - 325
citizenshipl, namun pengakuan
kewarganegaraan ganda tersebut
hanyadimungkinkan bagi warga negara
yangmendapatkan kewarganegaraan El
Savador karena kelahiran(by birth), dan tidak
berlaku warga negara karena naturalisasi.22B. Kewarganegaraan Ganda
Menurut
Undang-Undang No. L2 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik IndonesiaDalam kebijakan hukum nasional
terkait
dengan status kewarganegaraan,
setelahreformasi terjadi perubahan
Undang-Undang Dasar Negara Republik lndonesia Tahun 1945.Perubahan terhadap perlindungan hak
asasimanusia terlihat sangat sifnifikan
sehinggaberdampak pada perubahan
undang-undangtentang kewarganegaraan.
Reformasi peraturan perund ang-undangankewarganegaraan bertujuan
memberikanperlindungan hak asasi manusia
terhadapwarga negara tanpa menganggu
kedaulatan negara Republik Indonesia.Undang-Undang Dasar Negara Republik
lndonesia Tahun 1945 Pasal 28 D ayat
(3)menyatakan
bahwa setiap orang berhak
atasstatus
kewarganegaraan.Selain itu,
dalam Undang-UndangNo. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusiapada
Pasal 26 ayat (1) danayat (2)
dinyatakan:"(1)
Setiaporang
berhakmemiliki, memperoleh, mengganti,
atau mempertahankanstatus
kewarganegaraannya.(2) Setiap orang bebas
memilih kewarganegaraannyadan tanpa
diskriminasi berhak menikmati hak-hak yang bersumber dan melekat pada kewarganegaraannya serta wajibmelaksanakan kewajibannya sebagai
warganegara sesuai dengan ketentuan
peraturanperundang-undangan." Selanjutnya,
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak Pasal5
menyatakan bahwasetiap anak berhak atas suatu nama
sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan.Dari beberapa ketentuan
hukumnasional tersebut, jelas hukum
nasionalmenganggap
bahwa status
kewarganegaraan" tbid, p.7!.
Novianti Stofus Kewarganegoraan Gando....
merupakan hak asasi manusia yang penting dan
telah diakui
secarayuridis. Untuk itu
menjadisangat penting bagi setiap orang
untukmendapatkan kepastian akan
statuskewarganegaraannya,
guna mengetahui
hakdan kewajiban hukum orang yang bersangkutan
serta untuk menjamin perlindungan
hak asasinya.Terkait dengan definisi
kewarganegaraan,
Pasal L angka 2
Undang-Undang
Nomor
12 Tahun2006
menyebutkan, Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yangberhubungan dengan warga negara.
Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru
inimemuat
asas-asaskewarganegaraan
umumataupun universal. Adapun
asas-asas yang dianut dalam undang-undang kewarganegaraanyakni:
asasfus sanguinis,
asasius soli,
asaskewarganegaraan tunggal, dan
asaskewarganega raan ganda terbatas.
Pada dasarnya Indonesia menganut asas
atau prinsip
kewarganegaraantunggal, tetapi
agarada perlindungan hak
asasi manusia dan kebebasan maka bisa sajaorang memiliki
dua kewarganegaraan,tetapi setelah berusia
L8tahun atau sudah kawin harus memilih
salah satunya. Asas kewarganegaraan tunggal (singlenotionolity) tersebut telah dianut
sejakproklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17
Agustus 1945 dengan menerbitkan
Undang-Undang No 3 Tahun 1946
tentangKewarganegaraan Republik Indonesia,
yangdiganti dengan
Undang-UndangNo 62
Tahun1958 dan terakhir diperbaharui
dengan Undang-UndangNo 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia,di
manapada dasarnya prinsip
kewarganegaraan tunggaltetap
dipertahankan.Kewarganegaraan ganda lbipathridel menurut Undang-Undang Nomor L2
Tahun2006 dapat digunakan dengan
beberapapelunakan. Penggunaan bipothride tersebut
digunakan secara terbatastidak
secara penuh.Kewarganegaraan
ganda ini dapat
diberikankepada anak sebagai pengecualian. Hal
initerkait dengan status hukum anak agar
anak379
tersebut mendapatkan perlindungan
hukum dari negara yang bersangkutan.23Apabila
dikaji dari
pasal-pasaldi
dalamUndang-Undang Nomor t2 Tahun
2006,kewarganegaraan ganda terjadi
karenaperkawinan campuran dan kelahiran di
luarwilayah Republik
Indonesiadengan
orangtua warga negara Indonesia. Halini terlihat
dalam Pasal4 huruf c, huruf d, huruf h, dan huruf
l,Pasal
5
dan Pasal6
Undang-UndangNomor
12 Tahun 2006.Pasal
4 huruf c: "Anak yang lahir
dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WargaNegara Indonesia dengan ibu warga
negara asing"Menurut
Bagir Manan, kewarganegaraanayah merupakan dasar utama
menentukan kewarganegaraanseorang anak. Anak
yanglahir dari suatu perkawinan yang sah
akan mengikuti kewarganegaraan ayahnya.2a Di sini berlaku dua asas:L.
Asasius sanguinis. Meskipun lahir di
luarwilayah negara Rl, tetapi karena ibu
danbapaknya Warga Negara Indonesia,
anak tersebut adalah Warga Negara Indonesia.2. Asas ius soli. Karena negara tempat kelahiran menjalankan
asasius soli,
anaktersebut adalah warga negara tempat
kelahiranSelanjutnya dalam Ketentuan
Pasal 4huruf I yakni "anak yang dilahirkan di
luarwilayah negara Republik Indonesia dari seorang
ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia yangkarena ketentuan dari negara tempat
anak tersebut dilahirkan memberikankewarganegaraan kepada anak
yangbersangkutan". Ketentuan Pasal
inimenyebabkan anak
memiliki
kewarganegaraan ganda.2sPasal
5 ayat (L): "
Anakwarga
negara lndonesiayang lahir di luar
perkawinan yang sah, belum berusia 18tahun
danbelum
kawindiakui secara sah oleh ayahnya
yang"
Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Toto Negoro lndonesia, Jakarta: PT Bhuana llmu Populer, 2007. hlm. 669.2o Bagir Manan, Hukum Keworqonegoroan lndonesio dolom IJU Nomor 72 tohun 2006,Yogvakafta: Ull Press, 2009, hlm. 70.
u tbid.hlm.78.
320
berkewarganegaraan asing
tetap
diakui sebagaiWarga Negara Indonesia". Ayat ini
mengatur pengakuananak tidak sah oleh ayah
biologiswarga negara asing, menurut ketentuan
ini,anak tersebut tetap
berkewarganegaraanIndonesia (mengikuti ibu). Apakah
anaktersebut akan memiliki
kewarganegaraan ganda,hal ini tergantung pada hukum
negara ayah yang mengakui. Kalau hukum negara ayahyang
mengakuimenentukan
anak yang diakui adalah warga negara, maka anaktersebut
akanmemiliki
kewarganegaraan ganda. Kalau tidak,anak tersebut tetap hanya Warga
Negara Indonesia (mengikuti ibu).Selanjutnya, Pasal 5 ayat (2):
"AnakWarga Negara Indonesia yang belum berusia 5
tahun diangkat
secarasah
sebagaianak
olehwarga negara asing berdasarkan
penetapan pengadilantetap diakui
sebagai Warga Negara Indonesia." Ketentuan ayat (2) secaranormatif
serupa dengan ayat (1).Berdasarkan pasal-pasal di
atas,kewarganegaraan ganda dapat saja
terjadi,tetapi
halitu
dibatasi hanya sampai pada umur 18tahun atau
sudahkawin.
Halini
ditegaskandi dalam
Pasal6 UU Nomor 12 Tahun
2006 yang menyatakan:Ayat (1): "Dalam hal status
kewarganegaraanRepublik lndonesia terhadap
anak sebagaimana dimaksud dalam pasal4huruf
c,huruf
d,huruf
h,huruf
l, danPasal 5 berakibat
anak berkewarganegaraanganda,
setelahberusia 18 tahun atau sudah
kawinanak tersebut harus
menyatakanmemilih
salah
satukewarganegaraannya."
Ayat (2): "Pernyataan untuk
memilihkewarganegaraan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat secaratertulis dan disampaikan
kepadapejabat dengan
melampirkandokumen sebagaimana
ditentukandalam peraturan
perundang-undangan."
Kojion Vol. 19 No. 4 Desember 2014 hal. 311 - 325
Ayat (3): "Pernyataan untuk
memilihkewarganegaraan
sebagaimana dimaksud padaayat
(2) disampaikandalam waktu paling lambat 3
(tiea)tahun setelah anak berusia
18(delapan belas) tahun atau
sudah kawin."Pengaturan yang terdapat dalam Pasal 6
sama sekali tidak mengatur akibat
tidakmelaksanakan kewajiban yang
diharuskan dalam Pasal 6 dan hal ini semestinya ditentukandalam
undang-undang.Terkait
dengan Pasal 6 tersebut, terdapat dua persoalan hukum dalammemilih kewarganegaraan yakni:
pertomo;dianggap
memilih
kewarganegaraan Indonesia,dan
keduo;dianggap
memilihkewarganegaraan
asing. Dua pilihan
tersebutsama-sama mengandung persoalan
hukum.Terhadap pilihan pertama, bahwa
anggapan secarahukum,
anak (orang)tersebut
memilih kewarganegaraan Indonesia,mengikat
negarakewarganegaraan rangkap
anak(orang)tersebut hal ini akan tergantung
kepadahukum kewarganegaraan negara
yangbersangkutan, atau atas dasar
perjanjianbilateral antara Indonesia dan negara
yangbersangkutan. Salah satu resiko
yaitumenyangkut hak dan kewajiban
terhadap negara yang tidak "mengakui" pelepasan secarasepihak tersebut. Pilihan kedua
jugamengandung persoalan hukum yakni, pertomd;
hal tersebut bertentangan dengan
kewajibanmelindungi warga negara dan prinsip
tidakmemberi kemudahan melepaskan
kewarganegaraan Indonesia. Keduo;
hukumdan sikap
negaraterhadap
kewarganegaraan ganda anak (orang) tersebut.Pemerintah Indonesia
pernahmenerbitkan ketentuan tentang
pengaturanpemilihan
kewarganegaraan lndonesia melalui Persetujuan Perihal Pembagian Warga Negara L.N. 1950 No 2, Republik lndonesia Serikat dan Kerajaan Netherland, {P3WNtahun
L950) yangintinya adalah pengaturan untuk
memilih Kewarganegaraan Indonesia atau Kewarganegaraan Belanda setelah serah terimaNovionti Stotus Keworgonegoroon Gondo..'.
kedaulatan dilakukan
oleh
Pemerintah Belanda kepada Pemerintah Indonesia. Di samping itu,Indonesia juga mengenal adanya
Undang- UndangNo
2 Tahun 1958tentang
PersetujuanPerjanjian antara Pemerintah Rl dan
R.R.T.mengenai Soal
Dwi-Kewarganegaraan, karenapada masa itu Pemerintah
R.R.T./RRCmenyatakan bahwa
seluruh keturunan
Cina di seluruhdunia
adalah warganegara RRC, hal ini menyebabkanterjadinya
dwikewarganegaraanbagi keturunan Cina di berbagai
negaratermasuk Indonesia dan karena
lndonesiamenganut prinsip kewarganegaraan
tunggalmaka dikeluarkanlah ketentuan
Pemerintahyang
mengharuskanuntuk memilih
salah satukewarganegaraan bagi keturunan Cina
diIndonesia, Pemerintah RRC sendiri
padaahirnya mencabut ketentuan bahwa
seluruhketurunan
Cinadi
seluruhdunia
adalah warga negaranya.'uC.
Kewarganegaraan Ganda bagi
Diasporalndonesia
Diaspora lndonesia
meruPakankelompok yang
dapat
berperanpenting
dalam upaya promosi Indonesia di luar negeri. Namundi sisi lain kelompok diaspora
jugamenginginkan aspirasinya didengarkan
olehpemerintah. Salah satu isu yang
menjadikepentingan kelompok diaspora adalah
isu kewarganegaraanganda. Kelompok
diasporamenginginkan Indonesia
menerapkankewarganegaraan ganda sehingga
mereka dapatmenjadiWNt
sekaligus warga negara daritempat di mana ia tinggal. Keinginan
paradiaspora Indonesia agar
kewarganegaraanganda bisa diterapkan di
Indonesiamenimbulkan pro dan kontra,
menurutpandangan anggota diaspora terdapat beberapa keuntungan
dwikewarganegaraan bagi pemerintah, yaitu:27L. Dapat meningkatkan hubungan
ekonomiantara dua negara, memperluas
basisekonomi, mendorong
Perkembangan321
perdagangan, investasi yang
membuka lapangan pekerjaan.2. Pemegang
dwikewarganegaraan berpengaruh pada keputusanekonomi
danpolitik di negara di mana
merekaberdomisili, sedemikian rupa
sehinggakeputusan yang dibuat
dapatmenguntungkan negara Rl
3.
Dwikewarganegaraan akan menjadi pengikatdan menghindari kehilangan para
tenagaahli yang berbakat, berintelektual,
dan berpendidikan tinggi.4. Dwikewarganegaraan sangat baik
dalam mendukung investasi di lndonesia.5. Dwikewarganegaraan
dapatmemperkenalkan budaya Indonesia
ke
luar negeri.Selain pendapat diaspora,
pendapatyang pro terhadap
kewarganegaraan ganda juga menyatakan:281. Meningkatnya perekonomian (PDB
naik, kemudahantransaksi,
investasi,bisnis
danmendorong pembangunan
danpengembangan).
Meningkatkan daya
saing dan penerimaan negara.2.
Penciptaan lapangan kerja baru.3. Transfer broin/skills/competency
sebagai brain capitol dan investasijangka panjang.4. Jembatan untuk investasi, negosiasi,
alih teknologi dan pembangunan Infrastruktur.5. Mendorong peningkatan hubungan
kerjasama antara negara (ekonomi,
sosial, hukum).Beberapa alasan di atas tentu
sajaterlihat sangat logis dan dapat
memberikan keuntungan yang besar bagi bangsa Indonesia.Namun bagi mereka yang kontra
terhadapkonsep dwikewarganegaraan tersebut terdapat beberapa alasan, antara lain:2e
L. Menimbulkan kewajiban ganda
(pajak,military
servicesl;2u M. lman Santoso, op.cit.
2t Tim Advokasi Diaspora Indonesia, op.cit
"
Azis Syamsuddin, Penguoton Legislosi Bogi lntegrosi Diospora tndonesio, dalam Seminar Diaspora dan Dinamika Konsep Kewarganegaraan di Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Indonesia tanggal 22 Oktober 2014."
tbid.322 Kajian Vol. 19
No. 4 Desember 20i.4 hol.
3j.l-
3252. Masih bisa mendapat perlakuan berbeda dengan yang lain, lalu pengaturan
status (politik dansosial);
personal anakitu
akan mengikuti kaidah negara3.
Kebingungandalam
mengimplementasihak
yang mana, dan bagaimana bila ketentuan yangdan kewajiban sebagai seorang warga satu
melanggarasas ketertiban umum
padanegara; ketentuan
negara yanglain.
Dengan demikian4. Rendahnya partisipasi sosial bagi kedua
salah satu asas yang terkandung dalam UU No.negara; L2 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan5. Mendorong keluarga atau kerabat untuk
Republik lndonesia,yaitu asas ius
soli secarapindah/migrasi; terbatas dan asas kewarganegaraan
ganda6. Penurunan loyalitas terhadap bangsa dan terbatas,
sebenarnyadapat dikatakan
sebagainegara; solusi pemerintah
Indonesiaguna
mengatasi7. Memungkinkannya tindakan ilegal atau permasalahan dwikewarganegaraan
denganmenghindarihukum; tetap menjamin perlindungan hak
asasi8.
Mengancam identitaspolitik
dan pertahanan negara.Dwikewarganegaraan dari sisi konstitusi
adalah ketika
Undang-UndangDasar
1945dibentuk, tidak ada satu pun dari
beberapagolongan yang ada di Indonesia
mengakuiadanya kebangsaan lain selain
bangsaIndonesia. Prinsip kesetiaan, persatuan,
dankebangsaan menjadi yang utama.
Wacana dwikewarganegaraansaat ini belum
menjadiisu utama karena yang terpenting
adalahmeningkatkan komitmen, keseriusan,
dan tanggungjawab
negarauntuk melindungi
danmenjamin hak
asasiwarga negara
Indonesia.Salah satu permasalahan yang
mungkindihadapi dengan diterapkannya
dwikewarganegaraan adalah dalam pendekatan hukum perdata Internasional antara lain
terkait dengan prinsip nasionalitas, karena
status personal seseorang harustunduk
pada hukumnegaranya. Memiliki
kewarganegaraan gandaberarti tunduk kepada dua yurisdiksi,
danapabila dikaji dari segi hukum
perdatainternasional kewarganegaraa n ganda memiliki
potensi masalah, misalnya dalam
halpenentuan status personal yang
didasarkanpada asas nasionalitas, maka seorang
anak(diaspora)
misalnyaberarti
akantunduk
padaketentuan
negara nasionalnya.Bila
ketentuanantara hukum
negarayang satu
dengan yanglainnya tidak bertentangan maka tidak
adamasalah, namun bagaimana bila terdapat pertentangan antara hukum
negara yang satumanusia.
Selain itu, menyusun
regulasikewarganegaraan ganda dalam
hukum kewarganegaraan hampirsulit
dapat dilakukanapabila tidak dilakukan bersama
denganperubahan
undang-undang kewarganegaraan,yaitu
Undang-Undang No. 12 Tahun 20OG atau setidaknyaperlu
diselaraskan. Dalam Undang- UndangNo.
12 Tahun 2005terdapat
berbagai substansi yang berkaitan dengan permasalahan kewarganegaraan ganda,di
antaranya tentangpenegasan asas kewarganegaraan
tunggal,persyaratan naturalisasi,
kewarganegaraanterbatas untuk anak, tata cara
kehilangan kewarganegaraan,dan
lainnya. Bahkan secarategas UU No.12 Tahun 2006 tidak
mengakuiadanya kewarganegaraan ganda.
Tanpasinergitas pengaturan tentang
kewarganegaraan ganda di dalam
undang-undang tersendiri akan melanggar
Undang-Undang No. 72 Tahun 2006
kecuali substansinyainheren dengan
Undang-Undang 12 Tahun 2006. Dapat saja kemudian undang-undang tersendiri tentang
kewarganegaraanganda
dianggap sebagairevisi atas
substansitertentu dalam
Undang-UndangNo.
12 Tahun2006. Namun legislasi seperti ini
akanmempengaruhi efektivitas
pelaksanaanundang-undang tersebut. Lahirnya
Undang- Undangtentang
Kewarganegaraan Ganda akanmenimbulkan kebingungan di
kalanganbirokrasi yang justru berakibat kepada
tidakefektifnya di tingkat
pelaksanaan.Selain
ituadanya Undang-Undang
KewarganegaraanNovianti Status Kewarganegaraan Ganda...'
Ganda
tersendiri dari
Undang-UndangNo'
12 Tahun2006
akanmenimbulkan
permasalahandualisme hukum kewarganegaraan
karena beberapa substansinya yang beririsan.3s.Melihat masih sulitnYa
Peluangmewujudkan dwikewarganegaraan
dilndonesia, maka pendekatan
keimigrasiandalam menjamin dan
menjaga rasacinta
paradiaspora Indonesia dapat menjadi alternatif
utama penyelesaiannya. Terkait
denganpersoalan keimigrasian tersebut dan
denganmelihat praktek di negara lain, seperti
India, dengan konsep pemberian Overseos Citizenshipof Indio (OCl) di mana pemegang
OCI yangmerupakan eks-warga negara lndia
dapatmelakukan perjalanan ke India tanpa
harusmemiliki visa. Selain itu pemilik OCI
dapatbekerja tanpa disertai dengan izin
kerjawalaupun
tetap
ada batasan-batasan pekerjaantertentu.
Halini
berbeda dengandi
Indonesiabahwa WNA sekaliPun eks-WNl
tetaP mendapatkan perlakuan samayaitu
keharusanmemiliki visa dan izin tinggal
layaknya WNA.Perbedaan
aturan ini kerap kali
menimbulkanisitlah "dipersulit" oleh
petugas lmigrasi, yang sebenarnya menjalankanaturan yang
berlakudi
lndonesia. Selainitu,
pemegang OCI memilikikesempatan untuk langsung
memeperolehkewarganegaraan Indianya setelah
yangbersangkutan melepaskan
kewarganegaraanlainnya. Hal ini tentu
sajatidak berlaku
dantidak diatur dalam peraturan
perundang-undangan di Indonesia.
Para diaspora Indonesia
sebenarnyamenginginkan agar keberadaannya di
luarnegeri dapat
diberdayakanuntuk
kepentinganIndonesia. Di sisi lain, ada pula
keinginanmereka untuk dapat menanamkan
investasisekaligus memberdayakan potensi
ekonomimereka untuk masyarakat Indonesia,
yangselama
ini
hanya dipandang dari segi remitansi.Tentu saja pemahaman yang lebih tepat
mengenai alasantuntutan diaspora
lndonesia323
atas dwikewarganegaraan perlu dielaborasi dari pandangan komunitas tersebut.
Masalah ini pun sebenarnya
cukupmendapatkan jalan keluar
berdasarkan Undang-UndangNo. 6 Tahun 2011
tentangKeimigrasian, yang menjamin
eks-WNlmendapatkan status sebagai
"penduduk"dengan serta merta, tanpa harus
memenuhisyarat jangka waktu bertempat tinggal
dilndonesia, dengan berbagai
fasilitaskeimigrasian yang memudahkan
eks-WNlkeluar masuk
Indonesia,misalnya izin
masukkembali. Menjadi penduduk
Indonesia(permanent residentl, tidak menjadikan
eks-WNI tersebut kehilangan
kewarganegaraan existing-nya.Namun demikian, dengan
status sebagai penduduk lndonesia, eks-WNl memilikihak yang sama dengan orang asing
denganstatus penduduk lndonesia. Artinya,
hampirtidak ada perbedaan antara penduduk
yangmerupakan eks-WNl dengan penduduk
yangmerupakan orang asing yang tidak
memilikiikatan
khusus (speciolfie) dengan
Indonesia.Bahkan secara pragmatis, status
sebagaipenduduk Indonesia membuat eks-WNl
danketurunannya tidak memiliki beberapa
hak mendasar layaknya WNl,seperti
hakmilik
atas tanah, dan hak untuk memilih dalam pemilihan umum dan sebagainya.Bagi diaspora berstatus sebagai
WNl, persoalan jangkawaktu
perizinan keimigrasian, seperti izin masuk kembali yang memiliki jangkawaktu tertentu, menjadi hambatan
tersendiriketika tuntutan mobilitasnya di luar
negerisangat tinggi dan niat untuk
berkontribusiterhadap kemajuan Indonesia iuga
tinggi.Tuntutan
dwikewarganegaraandari
komunitasdiaspora Indonesia mencerminkan
konsep kewarganegaraanyang bukan hanya
masalahstatus hukum
(citizenshipos sfotus),
namunjuga
mencerminkankonsep
kewarganegaraan sebagaiidentitas dan
perasaanyang
bersifatkolektif3l dari komunitas ini
sebagai bagian dari "bangsa" lndonesia.t Wahyu Eftendi, Problemotika Keworgonegoroon Gando, dalam Seminar Diaspora dan Dinamika Konsep Kewarganegaraan di lndonesia, Fakultas Hukum Universitas Indonesia tanggal 22 Oktober 2014.
" Linda Bozniak mengemukakan empat konsep kewarganegeraan,
yakni: (1) kewarganegaraan sebagai status hukum; (2)
kewarganegaraan sebagai hak; (3) kewarganegaraan sebagai aktivitas
politik; dan (4) kewarganegaraan sebagai bentuk identitas dan