• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Akibat terjadinya bencana alam kekeringan serta krisis ekonomi yang berkepanjangan pada akhir tahun 1997 permasalahan anak jalanan makin mencuat kepermukaan. Hasil penelitian menunjukkan permasalahan anak jalanan diakibatkan oleh adanya : ketidakserasian keluarga (33 persen), kekerasan dalam keluarga (23 persen) dan kemiskinan atau ketidakmampuan keluarga (98 persen), yang seringkali juga bersifat ganda (Tjahjorini, 2001). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sulistiati (2001) yang mengemukakan alasan anak berada di jalan antara lain karena kemiskinan (membantu orang tua), broken home, tidak betah di rumah/di sekolah dan ingin bebas di jalan serta budaya malas. Kedua hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa penyebab utama dari turunnya anak ke jalan adalah kemiskinan atau ketidakmampuan keluarga. Akibat lebih lanjut dari kondisi ini, orang tua melibatkan anak dalam upayanya mencukupi kebutuhan keluarga.

Bila dikaji lebih jauh upaya penghapusan kemiskinan sesungguhnya sudah merupakan komitmen dunia yang tertuang dalam Konferensi Tingkat Tinggi Pembangunan Sosial di Kopenhagen 1995 yang menegaskan bahwa pembangunan Bidang Sosial dilaksanakan sejalan dengan pembangunan bidang lainnya. Tiga butir penting KTT Kopenhagen, yaitu : (1) Pengentasan kemiskinan, (2) Perluasan lapangan kerja, dan (3) Integrasi sosial. Komitmen dunia lainnya terkait dengan upaya penghapusan kemiskinan tertuang dalam Millenium Development Goal yang ditandatangai oleh 189 negara di Geneva tahun 2000 dan diperkirakan akan tercapai pada tahun 2015. Delapan butir yang disepakati untuk dilakasanakan oleh negara yang turut serta menandatangani, termasuk Indonesia, yaitu : (1) Penghapusan kemiskinan, (2) Pendidikan untuk semua, (3) Persamaan gender, (4) Perlawanan terhadap penyakit, (5) Penurunan angka kematian anak, (6) Peningkatan kesehatan ibu, (7) Pelestarian lingkungan hidup, (8) Kerjasama global.

(2)

Berdasarkan kenyataan di lapangan serta komitmen global di atas, upaya penghapusan kemiskinan menjadi prioritas utama yang fatal dan vital untuk sesegera mungkin dilaksanakan. Hal ini terkait dengan kondisi empirik bahwa permasalahan sosial yang muncul seringkali bersumber pada masalah kemiskinan atau ketidakmampuan keluarga, termasuk permasalahan sosial anak jalanan.

Berdasarkan hasil survei dan pemetaan sosial anak jalanan pada tahun 1999 yang dilakukan oleh Unika Atmajaya Jakarta dan Departemen Sosial dengan dukungan Asia Development Bank, jumlah anak jalanan adalah 39.861 orang, yang tersebar di 12 kota besar. Pada tahun 2004, menurut Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial, jumlah anak jalanan sebesar 98.113 orang, yang tersebar di 30 provinsi. Khusus di wilayah Bandung kurang lebih berjumlah 5.500 anak jalanan (Data Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, 2006) ; di wilayah Bogor 3.023 orang (Data Dinas Sosial Pemda Bogor, 2006) ; dan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta kurang lebih berjumlah 8.000 orang (Data Dinas Sosial DKI Jakarta, 2006). .

Sangat boleh jadi keadaan nyata di lapangan jumlah anak jalanan jauh lebih besar dari jumlah di atas. Hal tersebut menunjukkan bahwa permasalahan anak jalanan merupakan fenomena gunung es, yang dari tahun ke tahun terjadi peningkatan baik dalam jumlah maupun wilayah penyebarannya. Disisi lain masalah anak jalanan, merupakan patologi sosial yang mempengaruhi behavior

anak, dengan pola dan sub kultur yang berkembang di jalanan sebagai daya tarik bagi anak yang masih tinggal di rumah tetapi rentan menjadi anak jalanan, untuk turun ke jalanan. Kecenderungannya bila tidak ada upaya mengatasi bukan hanya sekedar turun, tetapi lambat laun bekerja dan hidup di jalan menyatu dengan anak jalanan lain.

Masalah sosial anak jalanan terkait pula dengan ketidakmampuan anak memperoleh haknya. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 23 (1) yang mengamanatkan bahwa negara dan pemerintah menjamin perlindungan, pemeliharaan dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orangtua, wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggungjawab terhadap anak, khususnya Departemen Sosial

(3)

untuk melakukan perlindungan anak melalui penanganan kasus anak yang memerlukan perlindungan khusus. Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa perlindungan, pemeliharaan dan kesejahteraan anak menjadi salah satu kewajiban negara dan pemerintah untuk memujudkannya.

Hal tersebut dipertegas pada Pasal 59 Tahun 2002 yang mengamanatkan bahwa pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kapada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi dan atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran.

Terkait dengan permasalahan sosial anak jalanan, Pemerintah dalam hal ini Departemen Sosial telah melakukan upaya penanganan melalui kerjasama dengan : Pesantren yang menitipkan beberapa anak jalanan (maksimal 10 orang di pesantren-pesantren) dan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat dengan didirikannya rumah singgah-rumah singgah yang melakukan pembinaan pada anak-anak jalanan serta Mobil Sahabat Anak (MSA).

Di sisi lain Pemerintah Daerah sudah melakukan upaya-upaya penertiban pula. Seperti yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) DKI Jakarta Nomor 3 tahun 1972 yang bertujuan menegakkan keamanan dan ketertiban di tempat-tempat umum, melakukan penggarukan dan penertiban terhadap permasalahan sosial termasuk anak jalanan dari tempat umum. Pada kenyataannya anak jalanan justru menggunakan tempat-tempat umum sebagai lokasi kegiatannya, sehingga anak jalanan menjadi sorotan dan dipermasalahkan bahkan dianggap sebagai pelanggaran. Demikian pula yang terjadi di daerah lain dengan PERDA wilayahnya, seringkali terjadi hal yang sifatnya dilematis.

Meski upaya telah dilakukan pemerintah, namun hingga kini upaya-upaya tersebut belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan dan anak jalanan

(4)

belum dapat terentaskan dari jalanan. Demikian pula rumah perlindungan anak yang tersedia baru satu milik Departemen Sosial yakni di Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur. Seperti disinyalir oleh Seto Mulyadi, Ketua Komnas Perlindungan Anak yang mendesak pemerintah daerah untuk menyediakan rumah perlindungan bagi anak yang terlantar (Warta Kota, 22 November 2005).

Terkait dengan kondisi di atas serta keterbatasan pemerintah dan luasnya permasalahan, upaya memahami dan mengatasi anak jalanan perlu melibatkan seluruh komponen masyarakat sebagai bagian dari sistem. Masyarakat dalam hal ini dipandang sebagai suatu sistem sosial yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu bentuk equilibrium. Upaya masyarakat mencapai Equilibrium hanya mungkin terjadi apabila ada konsensus di antara para anggota masyarakat untuk bersama-sama mengupayakannya.

Hal di atas terkait dengan pernyataan Irwanto (1999) bahwa ”pemahaman terhadap situasi anak jalanan saja tidak akan memberikan jalan keluar yang efektif untuk mengatasi permasalahan anak jalanan. Agar sebuah intervensi efektif, maka diperlukan pemahaman yang menyeluruh mengenai masyarakat dan keluarga-keluarga anak jalanan. Pemahaman makro (struktural) dan mikro (dinamika keluarga) sangat dibutuhkan”. Intervensi efektif seyogyanya dilakukan dengan melihat situasi dan kondisi di luar sistem terkait dengan (extra systemic system)

atau pemahaman secara makro dan di dalam sistem (intra sytemic system) atau pemahaman secara mikro sebagai suatu kesatuan.

Diharapkan dengan hal di atas, model pendekatan yang di tawarkan guna terjadinya perubahan perilaku ke arah yang dikehendaki pada diri anak jalanan, dapat berjalan secara efektif dan efisien. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1979) bahwa “sikap seseorang tidak hanya ditentukan oleh pribadi orang yang bersangkutan, tetapi juga ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan, artinya sikap orang-orang di sekelilingnya terhadap diri orang yang bersangkutan.”

Dalam hal ini perubahan perilaku anak jalanan tidak dapat terjadi bila tidak ada dukungan dari lingkungan. Dukungan dan kepedulian lingkungan tidak

(5)

dapat muncul, manakala masyarakat tidak memahami profil anak jalanan dan strategi pengentasannya yang efektif dan efisien.

Terkait dengan hal di atas diperlukan pemahaman lebih mendasar tentang profil anak jalanan secara akurat. Kejelasan, kecermatan dan kebenaran penyajian data tentang profil anak jalanan tersebut merupakan informasi dasar untuk merencanakan suatu pendekatan. Termasuk pendekatan penyuluhan sebagai salah satu strategi upaya pengentasan. Sekaligus menunjang keefektifan pelaksanaan penanggulangan bagi pemerintah dan masyarakat yang terpanggil dan memiliki kepedulian terhadap permasalahan anak jalanan.

Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut, dapat dirumuskan masalah pokok penelitian ini yaitu “Bagaimana Profil Anak Jalanan dan Strategi Pengetasannya di Bandung, Bogor, dan Jakarta.” Adapun masalah khusus penelitian, adalah :

(1) Bagaimana perbedaan profil anak jalanan dilihat dari daerah penelitian (Bandung, Bogor, dan Jakarta) dan jenis kelamin terkait dengan peubah Latar Belakang Keluarga, Latar Belakang Lingkungan, Ciri Fisik, Ciri Psikologik, Ciri Sosiologik, dan Perilaku Anak Jalanan.

(2) Seberapa besar Latar Belakang Keluarga, Latar Belakang Lingkungan, Ciri Fisik, Ciri Psikologik, Ciri Sosiologik berpengaruh terhadap Perilaku Anak Jalanan.

(3) Bagaimana strategi pengentasan anak jalanan berdasarkan hasil penelitian. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan masalah yang telah dikemukakan, maka secara umum penelitian ini bertujuan menemukan profil anak jalanan khususnya di Bandung, Bogor dan Jakarta, yang dapat memberikan “gambaran kecenderungan” kondisi anak jalanan di Indonesia. Diharapkan dengan diketahuinya profil anak jalanan secara jelas dan akurat, upaya penanggulangan dapat dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat yang berminat menangani dengan lebih terbuka, termasuk menemukan strategi pengentasan yang relatif lebih efektif dan efisien berdasarkan

(6)

hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan penyuluhan. Secara lebih rinci tujuan khusus yang ingin dicapai adalah :

(1) Mengidentifikasi profil anak jalanan di tiga tempat yang berbeda (Bandung, Bogor, dan Jakarta) dan perbedaan jenis kelamin dalam kaitannya dengan penyebab, kondisi kini dan dampaknya bagi perilaku mereka.

(2) Mengkaji pengaruh latar belakang keluarga, latar belakang lingkungan, ciri fisik, ciri psikologik dan ciri sosiologik terhadap perilaku anak jalanan.

(3) Merumuskan unsur-unsur penting yang dapat digunakan untuk membangun strategi pengentasan anak jalanan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu penge-tahuan, dan bagi para praktisi yang berkecimpung dalam upaya mengatasi permasalahan sosial, khususnya yang terkait dengan anak jalanan. Lebih khusus diharapkan bermanfaat bagi :

(1) Pemerintah dan Pihak Terkait.

(a) Sebagai bahan pertimbangan penyusunan kebijakan dalam upaya mening-katkan pelayanan dan pengaturan untuk mengembangkan kualitas perilaku sumber daya anak jalanan.

(b) Memberikan kejelasan kepada pihak-pihak terkait untuk mengambil sikap serta menentukan pilihan dan bertindak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, untuk berpartisipasi mengembangkan kualitas sumber daya anak jalanan sesuai tuntutan pembangunan.

(c) Sebagai bahan acuan bagi petugas sosial yang bergerak dalam upaya mengatasi masalah anak jalanan.

(2) Lembaga Swadaya Masyarakat.

Sebagai bahan acuan/pertimbangan bagi pendamping/petugas sosial dalam upaya meningkatkan pelayanan dan mengatasi masalah anak jalanan.

(3) Perguruan Tinggi.

(a) Memberi sumbangan teoritis berupa tambahan khasanah keilmuan di bidang penyuluhan pembangunan dan penerapan berbagai teori baik teori

(7)

sistem, teori konflik maupun teori pertukaran dalam kelompok kecil anak jalanan.

(b) Sebagai bahan pembanding bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam mengembangkan perilaku sumber daya manusia anak jalanan selaku subyek dalam pembangunan sektor sosial.

(c) Mendorong peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan yang terkait dengan permasalahan anak jalanan.

Referensi

Dokumen terkait

“ Sejak tahun 1925, di Amerika Serikat (AS) sudah ada Undang-undang Mortgage, yaitu peraturan yang berkaitan dengan sektor properti, termasuk kredit pemilikan rumah.

Berdasarkan uraian yang telah diungkapan dalam pelaksanaan Tata Kelola Terintegrasi Grup Victroria, terdiri dari:  Penilaian sendiri atas pelaksanaan tata kelola terintegrasi

Puji syukur kepada tuhan Yang Maha Esa,penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “ Perancangan Sistem Informasi Berbasis Web pada Biro Perjalanan PT.. Rikola Tour dan

[r]

Penyedia diperbolehkan menggunakan salinan dokumen dan piranti lunak yang dihasilkan dari pekerjaan Jasa Konsultansi ini dengan pembatasan sebagai berikut: Tidak

Berdasarkan uraian pembahasan dan permasalahan serta tujuan penelitian “Penerapan SAK EMKM sebagai dasar penyusunan Laporan Keuangan UMKM (studi kasus pada UMKM UD

tersimpan(Trust in Stored Data) terhadap kepercayaan pada e- Government signifikan, ini menunjukkan bahwa jika pihak pemerintahan melakukan jaminan bahwa data milik

Masalah yang teridentifikasi dalam penelitian dengan judul Pendidikan Nilai Karakter Ihsan dan Penerapannya di Pesantren Persatuan Islam 98 Garut, diantaranya: (a)