• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI MI INSTAN PADA MAHASISWA GIZI UNIVERSITAS BINAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI MI INSTAN PADA MAHASISWA GIZI UNIVERSITAS BINAWAN"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI MI INSTAN PADA MAHASISWA GIZI

UNIVERSITAS BINAWAN

SKRIPSI

Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Gizi

RISKI AMILIA HARDIATI 041811034

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS BINAWAN

JAKARTA 2022

(2)

ii

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Mia Srimiati S.Gz., M.Si. selaku Ketua Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Teknologi Universitas Binawan.

2. Ibu Isti Istianah A.Md.Gz., S.Gz., M.KM. selaku Kepala Prodi Gizi Universitas Binawan dan dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran di dalam mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Lina Agestika, S.Gz., M.HSc. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Gusti Kumala Dewi, SKM., MARS. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Kedua orangtua tercinta yaitu Bapak Hardi dan Ibu Ria Fitri yang telah memberikan bantuan dukungan material maupun moril sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi.

6. Kakak dan Ayuk tersayang yaitu Kakak M. Harriansyah dan Ayuk Julia Riski Hardiati yang telah memberikan bantuan dukungan material maupun moril sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi.

7. Keluarga yang ada di Palembang terkhusus Adik Dinda dan Tiara yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Pihak Prodi Gizi Universitas Binawan yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang diperlukan penulis.

9. Mahasiswa Gizi Angkatan 2018-2021 yang telah membantu menjadi subjek penelitian ini.

10. Teman sepembimbingan yaitu Alma, Okta, dan Tiara yang telah menemani perjuangan menyelesaikan penelitian ini.

(4)

iv

11. Teman-teman Prodi Gizi Angkatan 2018 yang telah memberikan semangat, ilmu, dan dukungan serta membersamai selama studi di Program Studi Gizi.

12. Diri sendiri yang telah mengalahkan rasa malas dan tetap berjuang mengalahkannya hingga sampai pada tahap ini.

13. Semua pihak yang telah berpartisipasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Dengan bantuan tersebut maka penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai sebutan Sarjana Gizi pada Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Teknologi Universitas Binawan.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan saudara-saudara semua. Dan semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, 29 Juli 2022

Penulis

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii DAFTAR ISI

COVER ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

LEMBAR PERYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 4

1.3.1 Pertanyaan Umum ... 4

1.3.2 Pertanyaan Khusus ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.4.1 Tujuan Umum... 4

1.4.2 Tujuan Khusus ... 5

1.5 Hipotesis ... 5

1.6 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Mi Instan ... 7

2.1.1 Pengertian Mi Instan ... 7

2.1.2 Sejarah Mi Instan di Indonesia ... 7

2.1.3 Bahan-Bahan Pembuatan Mi Instan ... 8

2.1.4 Dampak Sering Konsumsi Mi Instan Bagi Kesehatan Tubuh ... 8

2.2 Konsumsi Makanan ... 10

(8)

viii

2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Makanan ... 11

2.3 Remaja ... 16

2.4 Penelitian Terkait ... 17

2.5 Kerangka Teori ... 19

2.6 Kerangka Konsep ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Desain, Waktu, dan Tempat ... 21

3.2 Populasi dan Sampel ... 21

3.3 Instrumen Penelitian ... 22

3.4 Jenis dan Pengumpulan Data ... 23

3.5 Definisi Operasional ... 24

3.6 Alur Penelitian ... 25

3.7 Analisis Data ... 26

3.8 Persetujuan Etik ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 27

4.1 Hasil Penelitian ... 27

4.1.1 Gambaran Umum ... 27

4.1.2 Hasil Analisis Univariat ... 28

4.1.3 Hasil Analisis Bivariat ... 29

4.2 Pembahasan ... 31

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

5.1 Kesimpulan... 37

5.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

LAMPIRAN ... 47

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penelitian Terkait Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Konsumsi Mi Instan ... 17 Tabel 2. Hasil Analisis Univariat... 29 Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat ... 31

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori ... 19

Gambar 2. Kerangka Konsep ... 20

Gambar 3. Alur Penelitian ... 25

Gambar 4. Universitas Binawan ... 27

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Persetujuan Etik ... 48

Lampiran 2. Lembar Penjelasan Penelitian ... 49

Lampiran 3. Informed Consent ... 51

Lampiran 4. Lampiran Kuesioner ... 52

(12)

xii

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI MI INSTAN PADA MAHASISWA GIZI

UNIVERSITAS BINAWAN

Riski Amilia Hardiati1, Isti Istianah2

1Program Studi Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Teknologi, Universitas Binawan Jl. Kalibata Raya, No 25-30, Jakarta Timur 13630

Email: 1[email protected] 2[email protected] ABSTRAK

Makanan olahan merupakan satu dari sekian banyak makanan yang tidak sehat dan sangat digemari oleh masyarakat salah satunya mi instan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi mi instan pada mahasiswa gizi Universitas Binawan. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang melibatkan 76 mahasiswa di Universitas Binawan. Data konsumsi mi instan, pengetahuan gizi, pengaruh teman sebaya, lama penggunaan media sosial, uang saku, dan ketersediaan mi instan menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji chi-square. Data subjek penelitian untuk konsumsi mi instan paling banyak kategori jarang yaitu 46 orang (60.5%), pengetahuan gizi kategori kurang baik yaitu 50 orang (65.8%), pengaruh teman sebaya kategori terpengaruh yaitu 47 orang (61.8%), lama penggunaan media sosial pada kategori lama yaitu 48 orang (63.2%), uang saku pada kategori rendah yaitu 45 orang (59.2%), ketersediaan mi instan pada kategori mudah yaitu 63 orang (82.9%). Data statistik menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi mi instan dengan pengaruh teman sebaya, uang saku, dan ketersediaan mi instan (p < 0.05). Tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dan lama penggunaan media sosial (p > 0.05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi mi instan dengan pengaruh teman sebaya, uang saku, dan ketersediaan mi instan.

Kata kunci: Mahasiswa, konsumsi mi instan, pengetahuan gizi, pengaruh teman sebaya, lama penggunaan media sosial, uang saku, ketersediaan mi instan

1. Mahasiswa Program Studi Gizi S1, Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Teknologi, Universitas Binawan

2. Dosen Pembimbing Program Studi Gizi S1, Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Teknologi, Universitas Binawan

(13)

xiii

FACTORS RELATED TO CONSUMPTION OF INSTANT NOODLES IN NUTRITION STUDENTS OF BINAWAN

UNIVERSITY

Riski Amilia Hardiati1, Isti Istianah2

1Nutrition Study Program, Faculty of Health and Technology, Binawan University Kalibata Raya Street No 25-30, East Jakarta 13630

Email: 1[email protected] 2[email protected] ABSTRACT

Processed food is one of the many unhealthy foods and is very popular with the public, one of which is instant noodles. The purpose of this study was to analyze the factors associated with the consumption of instant noodles in nutrition students at Binawan University. This study used a cross-sectional design involving 76 students at Binawan University. Data on instant noodle consumption, nutritional knowledge, peer influence, length of use of social media, pocket money, and availability of instant noodles used a questionnaire. Data were analyzed using chi-square test.

The research subject data for consumption of instant noodles was the most rare category, namely 46 people (60.5%), nutritional knowledge was in the poor category, namely 50 people (65.8%), the influence of peers in the affected category was 47 people (61.8%), the length of use of social media in the old category is 48 people (63.2%), pocket money in the low category is 45 people (59.2%), the availability of instant noodles in the easy category is 63 people (82.9%). Statistical data showed that there was a relationship between instant noodle consumption and the influence of peers, pocket money, and availability of instant noodles (p < 0.05). There is no relationship between nutritional knowledge and duration of use of social media (p > 0.05). It can be concluded that there is a relationship between the consumption of instant noodles with the influence of peers, pocket money, and the availability of instant noodles.

Keywords: Students, consumption of instant noodles, nutritional knowledge, peer influence, length of use of social media, pocket money, availability of instant noodles

1. Students of the Binawan University, Faculty of Health and Technology, S1 Nutrition Study Program

2. Supervisor of the Binawan University, Faculty of Health and Technology, S1 Nutrition Study Program

(14)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data World Instant Noodles Association (WINA) tahun 2020, angka konsumsi mi instan di dunia sebesar 116,56 miliar porsi. Negara dengan konsumsi mi instan terbanyak di dunia adalah Cina atau Hongkong dengan konsumsi sebanyak 46,35 miliar porsi (WINA, 2020) sedangkan Indonesia berada di posisi kedua dunia sebagai negara terbanyak mengonsumsi mi instan yaitu sebesar 12,64 miliar porsi (WINA, 2020). Sementara itu, diurutan ketiga konsumsi mi instan terbanyak di dunia ada Vietnam sebesar 7,03 miliar porsi, diikuti oleh India sebesar 6,73 miliar porsi, lalu Jepang sebesar 5,97 miliar porsi (WINA, 2020). Dari tahun 2016 sampai tahun 2020, angka konsumsi mi instan di dunia terus mengalami kenaikan (WINA, 2020).

Pada tahun 2016 hingga tahun 2020, Indonesia selalu menduduki posisi kedua konsumsi mi instan tertinggi di dunia (WINA, 2020). Pada tahun 2016 konsumsi mi instan sebesar 13,01 miliar porsi, pada tahun 2017 turun menjadi 12,62 miliar porsi, pada tahun 2018 turun sebesar 12,54 miliar porsi, pada tahun 2019 turun kembali menjadi 12,52 miliar porsi, dan pada tahun 2020 mengalami kenaikan menjadi sebesar 12,64 miliar porsi (WINA, 2020).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, untuk data proporsi kebiasaan konsumsi mi instan/ makanan instan lainnya pada penduduk ≥3 tahun dengan frekuensi 1-6 kali per minggu posisi pertama diduduki oleh Jawa Barat sebesar 65,1%. Lalu posisi kedua Banten sebesar 64,1%

(Riskesdas, 2018). Ketiga Sumatera Selatan sebesar 63,8%, Keempat Bangka Belitung sebesar 63,2%, dan kelima Kepulauan Riau sebesar 62,2% (Riskesdas, 2018). Provinsi DKI Jakarta sendiri memiliki angka yang cukup tinggi yaitu sebesar 60,3% (Riskesdas, 2018).

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2020 menunjukkan tingkat partisipasi konsumsi mi instan di daerah perkotaan dan pedesaan pada bulan Maret 2019 sebesar 72,74 dan pada bulan Maret

(15)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

2020 mengalami kenaikan menjadi 73,03. Data rata-rata konsumsi per kapita sebulan mi instan sebesar 3,626 satuan bungkus ± 80 gram pada bulan Maret 2020 (SUSENAS, 2020).

Makanan olahan merupakan satu dari sekian banyak makanan yang tidak sehat dan sangat digemari oleh masyarakat (Utami, Prabandari and Susetyowati, 2017). Hasil penelitian Insani et al tahun 2021 didapatkan bahwa ada hubungan antara sering konsumsi mi instan dengan kejadian hipertensi. Berdasarkan penelitian Huh et al tahun 2017 menunjukkan hasil bahwa seringnya konsumsi mi instan dapat dikaitkan dengan peningkatan faktor risiko kardiometabolik di antara mahasiswa yang tampaknya sehat berusia 18-29 tahun. Dalam penelitian ini juga ditemukan hubungan positif antara frekuensi konsumsi mi instan dan kadar trigliserida plasma, tekanan darah diastolik, dan kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa di Korea Selatan. Penelitian lain menunjukkan konsumsi mi instan dikaitkan dengan peningkatan prevalensi obesitas abdominal dan hiperglikemia pada wanita. Penelitian lain menunjukkan adanya hubungan konsumsi mi instan dengan risiko metabolik (Yoen and Bae, 2016).

Konsumsi mi instan juga sangat umum dikalangan mahasiswa Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa sebesar 64.86% mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Udana Kupang mengonsumsi mi instan seminggu ≤ 2 per minggu serta masuk ke dalam kategori jarang dan sebesar 13,51% mengonsumsi mi instan ≥ 3 per minggu serta masuk dalam kategori sering (Rochmawati, 2015). Penelitian lain terhadap mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang, sebesar 51,4% mahasiswa mengonsumsi mi instan ≥ 3 per minggu serta masuk dalam kategori sering dan 48,6% mahasiswa mengonsumsi mi instan ≤ 2 per minggu serta masuk ke dalam kategori jarang (Qodariyah., Sulistiyani., and Darundiati, 2017).

Sebagian besar mahasiswa berada pada masa remaja akhir dengan rentang usia (18-25 tahun) yang merupakan periode penting bagi perkembangan perilaku makan. Perilaku makan yang terbentuk selama periode ini akan berlanjut ke kehidupan selanjutnya (Jauziyah et al, 2021).

(16)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

Terdapat berbagai faktor yang mungkin berhubungan dengan konsumsi makanan pada individu. Faktor lingkungan seperti pendidikan orang tua dan budaya, serta faktor individu seperti alasan pemilihan makanan, kebiasaan makan, jenis kelamin, dan citra tubuh dapat dikaitkan dengan perilaku konsumsi makan pada remaja (Story et al, 2000). Selain itu, perilaku atau kebiasaan makan pada remaja dipengaruhi oleh faktor lain yaitu pengetahuan dan sikap internal. Faktor ekternal yaitu ketersediaan pangan, teman sebaya, media massa, dan uang saku (Arza., Yulastri. and Fridayati, 2018).

Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan dengan mewawancarai 48 mahasiswa gizi Universitas Binawan, sebanyak 66,7%

gemar mengonsumsi mi instan dengan frekuensi 1-3 kali per minggu.

Melihat fenomena-fenomena tentang perilaku atau kebiasaan konsumsi mi instan serta faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan konsumsi mi instan pada mahasiswa, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi mi instan pada mahasiswa gizi Universitas Binawan.

1.2 Identifikasi Masalah

Konsumsi makanan yang tidak sehat contohnya mi instan selama remaja dapat berdampak pada masalah kesehatan di kemudian hari, seperti hipertensi, peningkatan faktor risiko kardiometabolik, kadar trigliserida plasma, tekanan darah diastolik, dan kadar glukosa darah, obesitas abdominal dan hiperglikemia pada wanita, dan risiko metabolik (Insani et al, 2021. Huh et al, 2017. Yoen and Bae, 2016). Indonesia berada di posisi kedua dunia sebagai negara terbanyak mengonsumsi mi instan yaitu sebesar 12,64 miliar porsi (WINA, 2020). Proporsi kebiasaan konsumsi mi instan/ makanan instan lainnya pada penduduk ≥ 3 tahun dengan frekuensi 1-6 kali per minggu pada provinsi DKI Jakarta sendiri memiliki angka yang cukup tinggi yaitu sebesar 60,3% (Riskesdas, 2018). Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan dengan mewawancarai 48

(17)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

mahasiswa gizi Universitas Binawan, sebanyak 66,7% gemar mengonsumsi mi instan dengan frekuensi 1-3 kali per minggu.

1.3 Pertanyaan Penelitian 1.3.1 Pertanyaan Umum

Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan konsumsi mi instan pada mahasiswa gizi Universitas Binawan?

1.3.2 Pertanyaan Khusus

1. Bagaimana gambaran konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan?

2. Bagaimana gambaran karakteristik subjek penelitian pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan?

3. Bagaimana hubungan pengetahuan gizi dengan konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan?

4. Bagaimana hubungan pengaruh teman sebaya dengan konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan?

5. Bagaimana hubungan lama penggunaan media sosial dengan konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan?

6. Bagaimana hubungan uang saku dengan konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan?

7. Bagaimana hubungan ketersediaan mi instan di wilayah tempat tinggal dengan konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan?

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi mi instan pada mahasiswa gizi Universitas Binawan.

(18)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan.

2. Mengetahui gambaran karakteristik subjek penelitian pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan.

3. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi dengan konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan.

4. Menganalisis pengaruh teman sebaya dengan konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan.

5. Menganalisis lama penggunaan media sosial dengan konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan.

6. Menganalisis hubungan uang saku dengan konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan.

7. Menganalisis hubungan ketersediaan mi instan di wilayah tempat tinggal dengan konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan.

1.5 Hipotesis

1. Ada hubungan pengetahuan gizi dengan konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan.

2. Ada hubungan pengaruh teman sebaya dengan konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan.

3. Ada hubungan lama penggunaan media sosial dengan konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan.

4. Ada hubungan uang saku dengan konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan.

5. Ada hubungan ketersediaan mi instan dengan konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan.

(19)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini untuk meningkatkan berpikir kritis terhadap suatu masalah di sekitar kita atau lingkungan masyarakat dan bisa menghasilkan sebuah karya imiah dan bermanfaat.

1.6.2 Bagi Masyarakat Umum

Penelitian ini bisa memberi pengetahuan dan informasi pada masyarakat khususnya mahasiswa.

1.6.3 Bagi Peneliti Lain

Memberikan gambaran referensi dalam melakukan penelitian menambah pengetahuan, wawasan, dan sebagai bahan bacaan untuk mengembangkan variabel dan metode penelitian yang berbeda pada penelitian selanjutnya.

(20)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mi Instan

2.1.1 Pengertian Mi Instan

Mi instan ditemukan oleh Momofuku Ando dari Nissin Foods di Jepang pada tahun 1958 dengan nama Chicken Ramen.

Mi instan didefinisikan sebagai produk yang dibuat dari bahan baku utama tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lainnya dan bahan tambahan pangan yang diizinkan, dikukus, digoreng atau dikeringkan, dan matang setelah dimasak atau diseduh menggunakan air mendidih atau air panas dalam waktu singkat beserta bumbu dan atau tanpa pelengkapnya yang terdapat dalam kemasan (SNI, 2018).

Mi Instan adalah suatu produk yang dibuat dari tepung terigu dan/atau tepung beras dan/atau tepung dan/atau pati lainnya sebagai bahan utama, dengan atau tanpa penambahan bahan lain (CODEX, 2018). Mi instan adalah mi kering yang sudah jadi disiapkan dan dimakan setelah menambahkan air panas selama 3-5 menit. Di samping mi ada sachet kaldu bubuk dan serpihan sayuran kering, daging atau makanan laut dalam paket (Shim et al., 2019).

Mi instan menjadi makanan yang diakui secara global dan asupannya secara global semakin tinggi. Kelebihan mi instan seperti dari nutrisi, rasa, keamanan, kenyamanan, harga terjangkau, dan jangka waktu simpan yang lama telah membuat mi instan menjadi semakin terkenal (Gulia, Dhaka and Khatkar, 2014).

2.1.2 Sejarah Mi Instan di Indonesia

Industri mi instan di Indonesia dimulai pada tahun 1950 – 1960 sebagai industri mi basah dan mi kering. Pada bulan April tahun 1968, untuk pertama kalinya PT Lima Satu Sankyu menjadi pionir industry mi instan di Indonesia. Mi instan di Indonesia pertama kali diproduksi oleh PT Lima Satu Sankyu (kemudian

(21)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

diproses dan berganti nama menjadi PT Supermie Indonesia) dan PT Sanmaru Foods Manufacturing Indonesia Ltd. didirikan pada tahun 1968. Pada tahun yang sama, merek mi instan Supermie diperkenalkan ke publik untuk pertama kali diperkenalkan di Indonesia. Pada tahun 1972, merek mi instan Indomie diperkenalkan ke publik dan menjadi merek kedua di Indonesia dan paling terkenal. Saat mi instan pertama kali diperkenalkan ke masyarakat Indonesia pada tahun 1969, banyak orang yang tidak menyangka mi instan bisa dijadikan sebagai salah satu bahan makanan pokok. Disebabkan mi instan itu sendiri memiliki harga yang terjangkau, dapat disajikan dengan mudah dan awet membuat Indomie dapat berkembang pesat diiringi dengan diterimanya mi instan di Indonesia. Indomie Kuah Rasa Kaldu Ayam menjadi yang pertama produk Indomie yang diperkenalkan dan saat itu memiliki rasa yang sesuai dengan selera lidah masyarakat Indonesia. Pada tahun 1982, penjualan produk Indomie meningkat secara signifikan dengan diperkenalkannya rasa lain yaitu Indomie Kuah Rasa Kari Ayam. Produk Indomie mencapai puncak popularitas pada tahun 1983 dengan diluncurkannya rasa lain yaitu Indomie Mi Goreng (Puspasari, 2004).

2.1.3 Bahan-Bahan Pembuatan Mi Instan

Mi instan terbuat dari tepung terigu, tepung kanji, air, garam atau kansui (campuran garam alkali natrium karbonat, kalium karbonat, dan natrium fosfat), dan bahan lain yang memperbaiki tekstur dan cita rasa mi, dimasak sebagian dengan cara dikukus dan kemudian dimasak dan dikeringkan dengan proses penggorengan (Gulia, Dhaka, and Khatkar, 2014)

2.1.4 Dampak Sering Konsumsi Mi Instan Bagi Kesehatan Tubuh 1. Hipertensi

Berdasarkan penelitian Insani et al tahun 2021, terdapat hubungan yang signifikan antara sering mengonsumsi mi instan dengan kejadian hipertensi pada masyarakat berumur

(22)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

≥60 tahun di Desa Aek Loba Afdeling 1. Hasil ini sejalan dengan studi di Korea Selatan yang menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kejadian hipertensi dengan konsumsi mi instan diantara perempuan (Kim et al, 2019).

Studi lainya juga mengatakan bahwa seseorang yang mengonsumsi mi instan secara berlebihan dapat lebih berisiko untuk memiliki beberapa faktor risiko kardiometabolik, seperti halnya hipertensi (Huh et al, 2017). Hubungan sering konsumsi mi instan dan kejadian hipertensi bisa terjadi dikarenakan kandungan monosodium glutamate (MSG) pada mi instan. Hal ini dibuktikan melalui studi yang dilakukan di Jiangsu yang menjelaskan bahwa MSG secara positif mempengaruhi tekanan darah (Shi et al, 2011). Konsumsi MSG berlebihan juga berhubungan dengan risiko sindrom metabolik, dimana salah satunya merupakan hipertensi (Rusmevichientong et al, 2021). Meskipun menurut studi di Kota Semarang bahwa kadar MSG pada kemasan mi instan pada umumnya masih di bawah standar dosis yang digunakan WHO/FDA, hal ini tidak menjamin bahwa konsumer tidak akan berlebihan dalam menggunakan MSG pada makanan (Rachma and Saptawati, 2021).

2. Risiko Kardiometabolik

Mahasiswa yang sering mengonsumsi mi instan lebih cenderung memiliki beberapa faktor risiko kardiometabolik.

Seringnya konsumsi mi instan dikaitkan dengan prevalensi hipertrigliseridemia yang lebih tinggi. Subjek penelitian dengan frekuensi konsumsi mi instan yang lebih tinggi lebih cenderung memiliki beberapa faktor risiko kardiometabolik.

Dalam penelitian ini, menemukan hubungan positif antara frekuensi konsumsi mi instan dan kadar trigliserida plasma, tekanan darah diastolik, dan kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa Korea (Huh et al, 2017).

(23)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

3. Obesitas abdominal

Konsumsi mi instan dikaitkan dengan peningkatan prevalensi obesitas perut dan hiperglikemia pada wanita. Mi instan dapat membuat seseorang akan lebih cepat merasa lapar dan bisa bikin obesitas, dikarenakan mi instan termasuk makanan berindeks glikemik tinggi yaitu 46. Pemakaian minyak yang dikemas bersama mi juga bisa menjadi pemicu kenaikan berat badan (Yoen and Bae, 2016).

4. Hiperglikemia

Konsumsi mi instan dikaitkan dengan peningkatan prevalensi hiperglikemia hanya pada wanita Korea (Yoen and Bae, 2016). Mi instan umumnya tinggi karbohidrat olahan tetapi rendah serat (Kim et al, 2000). Hal ini berkorelasi dengan tingginya indeks glikemik (IG) atau beban glikemik mi instan yang tinggi. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa mi instan yang diproduksi di Korea memiliki GI 71-87 dan mi instan dikategorikan sebagai makanan IG tinggi. (Yun et al, 2016. Song et al, 2012)

5. Komposisi tubuh

Ada hubungan frekuensi konsumsi mi instan dengan komposisi tubuh pada siswi kelas 3 SMAN 12 Kota Banda Aceh. Kebiasaan mengonsumsi mi instan dapat mempengaruhi komposisi tubuh siswi yang sebagian besar mengalami obesitas. Data komposisi tubuh sampel berdasarkan indeks massa tubuh (IMT), rasio lingkar pinggang panggul (RLPP), persen lemak tubuh (PLT), dan lingkar lengan atas (LILA).

(Al-R, Lianti and Khazanah, 2014).

2.2 Konsumsi Makanan

Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah tertentu setiap hari sebagai sumber energi dan zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam jangka panjang dapat memberi

(24)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

akibat yang negatif bagi kesehatan. Dengan demikian dapat disebut bahwa status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh pola makan.

Konsumsi makanan adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk mendapatkan zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau preferensi sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat (Sedioetama, 2000).

2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Makanan 1. Faktor Individu

a. Kebiasaan makan

Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia terhadap makanan meliputi sikap, kepercayaan, serta pemilihan dalam mengonsumsi makanan yang didapat dengan berulang-ulang (Prasasti and Indrawati, 2019).

b. Kesehatan

Kesadaran kesehatan merupakan kesadaran, kepedulian, dan motivasi untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan dan kualitas hidup dalam rangka mencegah penyakit dan menggabungkannya dengan perilaku sehat (Newsom et al, 2005).

c. Citra tubuh

Citra tubuh adalah penilaian mengenai ukuran, berat badan, dan bagian tubuh lainnya yang terdiri dari komponen persepsi, subjektif, dan perilaku (Thompson, 1996).

d. Harga diri

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa harga diri merupakan salah satu faktor yang dapat meyebabkan perilaku makan yang tidak normal. Hasil penelitian yang

(25)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

dilakukan pada remaja di primary care menunjukkan bahwa rasa rendah diri dapat menyebabkan gejala depresi dan gejala gangguan perilaku makan (Courtney, Gambos, dan Johnson, 2008).

e. Pemilihan dan arti makanan

Pemilihan makanan (food choice) menurut FSA (Food Standard Agency) diartikan sebagai proses ketika memilih makanan untuk dikonsumsi yang dikatakan dampak dari pengaruh persaingan, penguatan, dan interaksi berbagai faktor.

f. Pengetahuan gizi

Pengetahuan gizi didefinisikan sebagai pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi dalam makanan, makanan yang aman dimakan sehingga tidak menyebabkan timbulnya penyakit dan cara pengolahan makanan dengan baik sehingga zat gizi yang ada di dalam makanan tidak hilang dan/ atau berkurang serta cara hidup sehat (Notoatmojo, 2012). Menurut Almatsir tahun 2002, pengetahuan gizi adalah apa yang diketahui berkaita dengan makanan yang berhubungan dengan kesehatan yang optimal. Tingkat pengetahuan gizi mempengaruhi sikap dan perilaku mengenai pemilihan makanan sehingga akan berpengaruh terhadap keadaan gizi yang bersangkutan.

g. Pertumbuhan dan status pubertas

Pubertas terjadi pada awal masa remaja menandai proses peralihan dari masa anak-anak menuju masa remaja.

Pada masa ini biasanya ketika muncul kesadaran mengenai citra tubuh. Perubahan yang dramatis dalam bentuk dan ukuran tubuh dapat menciptakan emosi yang saling bertentangan sehingga sehingga dapat merasa

(26)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

ketidakpuasan terhadap citra tubuh dan pada akhirnya menyebabkan gangguan pola makan (Brown, 2005).

h. Psikologi

Beberapa penelitian telah menunjukkan adanya hubungan antara emosi dengan konsumsi makanan. Pada sejumlah orang, stres dapat mengakibatkan kelebihan makan (overeating) dan sebaliknya. Pada remaja di Amerika, gejala depresi berkorelasi dengan perilaku makan tidak sehat, melewatkan waktu makan, dan cenderung mengonsumsi makanan manis (Oliver, Wardle, and Gibson, 2000).

i. Jenis kelamin

Ada perbedaan antara pria dan wanita dalam hal yang melatarbelakangi pada pemilihan makanan. Penelitian terdahulu menemukan wanita memiliki lebih banyak alasan juga pertimbangan dalam menentukan pilihan makanan dibanding pria.

j. Usia

Seiring dengan bertambahnya usia terjadi perubahan perilaku makan. Konsumsi makan dipengaruhi oleh pengaruh usia melalui beberapa proses biologis (seperti pertumbuhan), konteks, dan gaya saat ini, faktor sosial, dan faktor psikologis. Ada perbedaan besar dalam asupan makanan di antara semua kelompok usia (Gibney et al, 2005).

k. Pendapatan dan uang saku

Uang saku didefinisikan sebagai uang tambahan yang diberikan orang tua kepada anaknya untuk keperluan pendidikan dan kebutuhan sehari-hari selama sebulan (Vhalery et al., 2019).

2. Faktor lingkungan

(27)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

a. Pola asuh orang tua, besar keluarga, dan karakteristik keluarga

Faktor-faktor seperti tingkat pendidikan orang tua, b orang tua, dan bimbingan orang tua merupakan hal yang penting dalam membangun perilaku makan sehat. Orang tua khususnya ibu berperan sangat penting dalam menentukan kebiasaan makan anak sejak lahir. Oleh sebab itu tingkat pendidikan orang tua memiliki peran yang penting agar dapat menyediakan pilihan makanan sehat dan membentuk pola makan sehat. Penelitian yang dilakukan di Palma de Mallorca pada remaja usia 14-18 tahun menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu berhubungan dengan kualitas diet dibandingkan indikator lain seperti pekerjaan orang tua maupun status sosial ekonomi (Tur et al., 2004)

b. Teman sebaya

Teman sebaya dapat memberikan dampak terhadap perilaku makan remaja. Hal ini diakibatkank remaja menghabiskan sebagian besar waktunya dengan teman dan makan merupakan bagian penting dari kegiatan bersosialisasi (Cutle et al., 2011).

c. Sosial, budaya, norma, dan nilai di masyarakat

Pola kebudayaan suatu kelompok masyarakat sangat mempengaruhi perilaku makan, antara lain: jenis, waktu, dan cara dalam mengonsumsi makanan. Selain itu, pengaruh budaya juga menciptakan pola pantangan atau mitos dalam perilaku makan seseorang, sehingga hal ini mengakibatkan risiko kekurangan zat gizi (Suhardjo, 1989).

d. Trend/mode makanan, makanan cepat saji (fast food) Trend makanan cepat saji semakin berkembang pesat di Indonesia. Berdasarkan data market sisa dari beberapa sektor industri di Indonesia ditemukan bahwa

(28)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

perkembangan restoran fast food dari tahun ke tahun semakin bertambah mencapai 22,1% pada tahun 2008 (SWA 01/XXIII/ Februari 2008). Hasil riset menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia mengonsumsi fast food dalam seminggu mencapai 28% (Acnielsen online consumer survey, 2007).

e. Makanan di Sekolah

Makanan di sekolah dapat melatarbelakangi pemilihan makanan dan kualitas diet pada remaja sebab remaja mengonsumsi sebagian besar proporsi makanan dari total makanan sehari di sekolah sebesar 35-40% (Story et al., 2002).

3. Faktor Makrosistem

a. Sistem sosial, ekonomi, dan politik

Ketimpangan dalam sistem sosial ekonomi mengakibatkan keterbatasan ketika memilih makanan serta keterbatasan dalam hal daya beli dan akses ke sumber makanan (Jenkins and Horner, 2005).

b. Faktor produksi dan distribusi dan Ketersediaan makanan Kurangnya ketersediaan makanan di lingkungan masyarakat berpenghasilan rendah dan minoritas dapat berdampak signifikan pada perilaku makan, pilihan makanan, dan kulitas diet remaja (Langevin, et al., 2007).

Kurangnya akses ke toko maupun supermarket yang menjual makanan dapat membatasi pilihan makanan sehingga mempengaruhi kualitas diet (Wrobleski, 2010) c. Media massa

Radio, televisi, brosur, iklan, dan bentuk media massa lainnya secara efektif dapat mengubah kebiasaan makan (Suhardjo., 1989). Pengaruh media berupa iklan televisi telah berhasil meningkatkan konsumsi makanan cepat saji yang tinggi akan lemak dan kalori (Katherine,

(29)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

2002). Selain itu, media massa juga dapat mempengaruhi persepsi citra tubuh pada remaja dan kaum dewasa muda (Story et al, 2002). Namun, sulit untuk mempelajari secara empiris pengaruh media pada perilaku individu. Hal ini dikarenakan sebagian besar remaja terpapar oleh media dan sulit untuk menemukan jumlah kelompok kontrol yang memadai (Story et al, 2002).

2.3 Remaja

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009, masa remaja didefinisikan sebagai proses pertumbuhan dan perkembangan yang berkelanjutan serta merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa muda. Berdasarkan usia, remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early adolescence (12-16 tahun) dan remaja akhir/late adolescence (17-25 tahun).

Mahasiswa umumnya berusia 18-25 tahun yang termasuk pada kategori remaja akhir dan dewasa awal. Umumnya pada masa ini terdapat masa transisi dari masa remaja menuju manusia dewasa. Kehidupan sebagai mahasiswa merupakan masa terjadinya proses pembentukan jati diri, perubahan lingkungan, dan perubahan kepribadian. Mahasiswa melalui masa transisi yang kuat karena perubahan lingkungan yang ditandai dengan pola makan yang tidak sehat dan kurang aktivitas fisik.

Penurunan kualitas diet sering terjadi pada masa ini. Terdapat pergeseran dramatis terhadap kualitas diet pada masa transisi dari remaja ke dewasa muda, konsumsi makanan berkualitas rendah meningkat hingga dua kali lipat dan konsumsi makanan berkualitas tinggi menurun 10%

(Nurkhopipah et al, 2017).

(30)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

2.4 Penelitian Terkait

Tabel 1. Penelitian Terkait Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Konsumsi Mi Instan

No Penulis dan Tahun Judul Metode Hasil

1 Wiwin Efrizal, (2020) http://jurnal

ilmiah.stikes citradelima.ac.id /index.php/JI/

article/view/119

Perilaku Konsumsi Mi Instan Pada Remaja di Bangka Belitung

Penelitian kuantitatif menggunakan metode angket

Perilaku konsumsi mi instan telah dilakukan 84,4% subjek penelitian saat usia Sekolah Dasar dengan

persentase 71,1%

mengonsumsinya 1-3 bungkus per minggu. Perilaku lain saat pengolahan/penyajiannya

sebanyak 51,1% subjek penelitian

berpendapat senang

menambahkan

bumbu/bahan makanan lain untuk meningkatkan rasa/selera dan asupan gizi

2 Audina El Islami Arza, Asmar Yulastri, Dan Lucy Fridayati, (2014) http://ejournal.

unp.ac.id /index.php /jhet/article /view/7240

Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Konsumsi Mi Instan Pada Mahasiswa

Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam konsumsi mi instan pada mahasiswa adalah pengaruh dari teman sebaya.

Faktor yang paling rendah pengaruhnya terhadap konsumsi mi instan adalah sikap.

Pengetahuan mahasiswa mengenai mi instan tergolong baik.

3 Vera Utami, Yayi Suryo Prabandari, Susetyowati (2017)

https://journal.

ugm.ac.id/

bkm/article/

view/13036

Determinan konsumsi mi instan pada mahasiswa Universitas Sriwijaya

Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

Faktor individu merupakan faktor yang paling berpengaruh meliputi kendala waktu, rasa, aroma, harga didukung dengan faktor lingkungan sosial yang meliputi pola hubungan keluarga dan pola pertemanan. Faktor lingkungan fisik meliputi akses yang mudah dan ketersediaan mi instan yang mencukupi serta faktor lingkungan makro meliputi tidak

(31)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

No Penulis dan Tahun Judul Metode Hasil

adanya kebijakan kampus, norma sosial di masyarakat serta iklan berpengaruh terhadap konsumsi mi instan varian rasa baru.

4 Septa Katmawanti, Nurnaningsih Herya Ulfah (2016)

http://journal2 .um.ac.id/

index.php/

preventia/

article/view/3891

Analisis faktor yang

mempengaruhi pola konsumsi mi instan pada mahasiswa di Universitas Negeri Malang

Penelitian ini menggunakan metode cross sectional

46% mahasiswa mengetahui mengenai pengolahan mi instan, faktor yang mempengaruhi pola konsumsi mi instan adalah pengetahuan, perilaku dan faktor sosial budaya

5 Rita Julya, Ayu Fitriani, Rr. Dewi Ngaisyah (2018)

http://medika.

respati.ac.id /index.php/

Medika/article/

view/141

Faktor–faktor yang

mempengaruhi pola makan mi instan di kalangan mahasiswa di Yogyakarta

Jenis penelitian

ini yaitu

penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional.

Faktor yang berhubungan dengan pola makan mi instan adalah pengetahuan (p-value 1.000), persepsi (p-value 0.024) dan uang saku (p-value 0.008).

6 Annisa Destiani, Muhammad Atoillah Isfandiari, dan Risna Nur Fajariyah (2021)

https://www.e-journal.

unair.ac.id/

MGI/article /view/21034

Risiko Pola Konsumsi Dan Status Gizi Pada Kejadian Hipertensi Masyarakat Migran Di Indonesia

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional

Sebagian besar subjek penelitian berjenis kelamin perempuan (51,24%), kategori usia dewasa (58,63%), pola konsumsi fast food sering (89,42%), pola konsumsi mi instan sering (56,63%), dan status gizi normal (72,42%).

7 Nurdin Rahman, Nikmah Utami Dewi, Fitra (2016) https://jurnal.

fkm.untad.

ac.id/index.php /preventif

/article/view/82/39

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Makan Pada Remaja Sma Negeri 1 Palu

Jenis penelitian survei analitik dengan

pendekatan Cross Sectional Study

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendapatan orang tua (ρ= 0,004) dan pengetahuan gizi (ρ = 0,000) dengan perilaku makan.

Dalam penelitian ini ditemukan pula tidak ada hubungan antara teman sebaya (ρ= 1,000) dengan perilaku makan.

(32)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

2.5 Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Krummel (1996), Brown (2005) Lingkungan

1. Budaya 2. Trend

3. Makanan cepat saji 4. Karakteristik keluarga 5. Perilaku makan orang tua 6. Lingkungan rumah 7. Pola makan keluarga 8. Pengaruh teman sebaya

Individu 1. Kebiasaan makan 2. Status kesehatan 3. Citra tubuh

4. Pemilihan makanan 5. Kepercayaan 6. Status pubertas 7. Psikologi 8. Pertumbuhan 9. Uang bulanan 10. Pengetahuan gizi

Gaya Hidup Sistem Makro

1. Sistem sosial, ekonomi, dan politik 2. Sistem produksi dan distribusi makanan 3. Ketersediaan makanan

4. Media massa

Perilaku Konsumsi

Status Gizi

(33)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep Pengetahuan Gizi

Pengaruh Teman Sebaya

Uang Saku Lama Penggunaan

Media Sosial

Ketersediaan Mi Instan

Variabel Independen Variabel Dependen

Konsumsi Mi Instan

(34)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain, Waktu, dan Tempat

Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional, dengan pendekatan cross-sectional (potong lintang). Penelitian ini dilakukan di Program Studi Gizi Universitas Binawan yang beralamat di Jl. Dewi sartika – Kalibata Raya, Jakarta Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Juni tahun 2022.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif di Prodi Gizi Universitas Binawan pada tahun 2022 sebanyak 221 orang.

3.2.2 Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara acak (stratified random sampling). Dalam penelitian ini dibutuhkan 69 orang dari setiap mahasiswa per kelas yang terpilih akan diambil menjadi subjek penelitian.

Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut:

n = 𝑁

1+(𝑁𝑒²)

n = 221

1+(221 x 0,1²)

n = 221

3,21

n = 68,84 dibulatkan menjadi 69 orang

± 10% = 62 ~ 76 orang Keterangan :

n = Sampel

N = Jumlah populasi

e = Persentase kelonggaran ketidaktelitian/ error, kesalahan pengambilan sampel yang ditolelir (10%)

(35)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

d = derajat kepercayaan

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus slovin didapatkan sampel sebesar 69 orang, untuk mengantisipasi terjadinya kehilangan subjek penelitian maka peneliti menambahkan jumlah sampel sebesar 10%. Sehingga didapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan menjadi minimal 62 orang dan maksimal 76 orang.

3.2.2.1. Kriteria Sampel a. Kriteria Inklusi

Peneliti telah menetapkan kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Mahasiswa aktif di Prodi Gizi Universitas Binawan.

2) Usia 18-25 tahun.

3) Mengonsumsi mi instan dalam sebulan terakhir.

b. Kriteria Eksklusi

Peneliti menetapkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Tidak bersedia menjadi subjek penelitian.

2) Memiliki penyakit tertentu.

3.3 Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan pada penelitiaan ini adalah kuesioner menggunakan google form, terdiri dari:

1. Kuesioner Karakteristik Subjek penelitian meliputi Nama, Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Semester, Tempat Tinggal, Berat Badan, dan Tinggi Badan terdapat pada Blok A.

2. Kuesioner Konsumsi Mi Instan terdiri dari 3 pertanyaan meliputi suka/tidak mengonsumsi mi instan, jenis mi instan yang disukai, dan frekuensi konsumsi mi instan dalam seminggu terdapat pada Blok B.

3. Kuesioner Pengetahuan Gizi terdiri dari 15 pertanyaan pilihan ganda yang mencakup pertanyaan tentang kandungan mi instan, bahan

(36)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

pembuatan mi instan, dan dampak sering konsumsi mi instan terdapat pada Blok C.

4. Kuesioner Pengaruh Teman Sebaya terdiri dari 8 pertanyaan pengaruh teman sebaya pilhan ya/tidak terdapat pada Blok D.

5. Kuesioner Lama Penggunaan Media Sosial terdiri dari 3 pertanyaan meliputi media sosial yang digunakan, konten apa saja yang dilihat, dan lama penggunaan media sosial pilihan ≤ 5 jam/ > 5 jam terdapat pada Blok E.

6. Kuesioner Uang Saku terdiri dari 1 pertanyaan pilihan ≤ 500 ribu/ >

500 ribu dalam sebulan terdapat pada Blok F.

7. Kuesioner Ketersediaan Mi Instan terdiri dari 8 pertanyaan ketersediaan mi instan di kost/ rumah dan sekitarnya pilihan tersedia/tidak tersedia terdapat pada Blok G.

3.4 Jenis dan Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung yang berasal dari pengisian kuesioner oleh subjek penelitian meliputi karakteristik, pengetahuan gizi, pengaruh teman sebaya, lama penggunaan media sosial, uang saku, ketersediaan mi instan, dan konsumsi mi instan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari subjek penelitian meliputi data gambaran umum Universitas Binawan, jumlah mahasiswa di Program Studi Gizi Universitas Binawan Jakarta, dokumen kepustakaan, data-data terkait diperoleh dari buku, media cetak atau elektronik, jurnal, dan lainnya yang berkaitan dengan masalah diteliti.

(37)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

3.5 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Dependen Konsumsi Mi

Instan

Perilaku konsumsi pangan merupakan pola-pola konsumsi yang bersumber dari hayati dan air, diolah maupun tidak diolah, diperuntukkan sebagai makanan atau minuman untuk konsumsi manusia terhadap ketersediaan pangan, daya beli, pengetahuan, dan sikap (Nursiah and Haris, 2018).

Kuesioner Pengisian kuesioner

1. Jarang = ≤ 2 x/minggu 2. Sering = ≥ 3x/minggu (Destiani et al., 2021)

Ordinal

Independen Pengetahuan

Gizi

Hasil persepsi manusia, atau hasil seseorang yang mengetahui sesuatu tentang suatu objek melalui panca inderanya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Wahyuni et al, 2015)

Kuesioner Pengisian kuesioner

1. Kurang baik = <75% jawaban benar 2. Baik = ≥75% jawaban benar (Jauziyah et al., 2021)

Ordinal

Pengaruh Teman Sebaya

Peranan teman yang dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat konsumsi mi instan (Putra., 2016)

Kuesioner Pengisian kuesioner

1. Tidak terpengaruh = <4 jawaban benar

2. Terpengaruh = ≥4 jawaban benar (Jauziyah et al., 2021)

Ordinal

Lama penggunaan Media Sosial

Lama penggunaan atau durasi akses media sosial dalam sehari (Fernando dan Hidayat., 2020)

Kuesioner Pengisian kuesioner

1. Singkat = ≤5 jam 2. Lama = >5 jam

(Fernando dan Hidayat., 2020)

Ordinal

Uang saku Uang saku adalah uang tambahan yang berasal dari orang tua untuk anaknya sebagai pemenuhan keperluan pendidikan dan keperluan sehari-hari dalam sebulan (Vhalery et al., 2019)

Kuesioner Pengisian kuesioner

1. Rendah = ≤Rp500.000 2. Tinggi = >Rp500.000

(Kurniawan and Widyaningsih., 2017)

Ordinal

Ketersediaa n Mi Instan

Keterjangkauan untuk mendapatkan mi instan (Arza et al., 2018)

Kuesioner Pengisian kuesioner

1. Tidak mudah = <4 jawaban benar 2. Mudah = ≥4 jawaban benar

(Suhaila, 2019)

Ordinal

(38)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

3.6 Alur Penelitian

Gambar 3. Alur Penelitian

Pengambilan data awal pada mahasiswa Gizi Universitas Binawan pada bulan Desember 2021. Data yang peneliti ambil adalah frekuensi konsumsi mi instan

dalam seminggu pada mahasiswa

Sampel dalam penelitian ini adalahmahasiswa aktif di Prodi Gizi Universitas Binawan pada tahun 2022 sebanyak 76 orang yang memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi. Penelitian ini ditentukan dengan metode stratified random sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif di Prodi Gizi Universitas Binawan pada tahun 2022 sebanyak 221 orang.

Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat kepada subjek penelitian terkait penelitian.

Peneliti menganalisis data

Peneliti menyajian hasil data dan memberikan kesimpulan Peneliti membagikan surat persetujuan menjadi subjek penelitian

Peneliti membagikan kuesioner terdiri dari karakteristik, pengetahuan gizi, pengaruh teman sebaya, lama penggunaan media sosial, uang saku,

ketersediaan mi instan, dan konsumsi mi instan.

Peneliti melakukan pengolahan data seperti editing, coding, tabulating, cleaning data, dan data entry.

(39)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

3.7 Analisis Data

Analisis data diartikan sebagai pengolahan data yang dilakukan dengan tujuan mengetahui hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menganalisis data secara deskriptif. Semua data dari kuesioner diolah menggunakan program Software komputer. Data univariat meliputi karakteristik subjek penelitian (umur, jenis kelamin, tempat tinggal, dan status gizi), konsumsi mi instan, pengetahuan gizi, pengaruh teman sebaya, lama penggunaan media sosial, uang saku, dan ketersediaan mi instan.

2. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (pengetahuan gizi, pengaruh teman sebaya, lama penggunaan media sosial, uang saku, dan ketersediaan mi instan) dengan variabel dependen (konsumsi mi instan). Analisis ini menggunakan program Software komputer dengan uji statistik Chi- Square, dengan tingkat kepercayaan (CI) 95%. Apabila p-value yang diperoleh p <0,05 maka terdapat hubungan yang bermakna.

3.8 Persetujuan Etik

Peneliti telah mengajukan persetujuan etik di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA dan lolos kaji etik dengan No : 03/22.04/01728-KEPK.

(40)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum

Sumber: Profil Universitas Binawan, 2022

Gambar 4. Universitas Binawan

Batas wilayah Universitas Binawan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sebelah Timur: terdapat Jl. Dewi Sartika 2. Sebelah Barat: terdapat kali Ciliwung 3. Sebelah Selatan: terdapat Jl. Raya Kalibata 4. Sebelah Utara: terdapat RSUD Budhi Asih

Sejarah berdirinya Universitas Binawan bermula dengan berdirinya Yayasan Binawan pada tanggal 28 Februari 2000 dengan berdirinya Yayasan Binawan, setelah itu Yayasan Binawan mendirikan atau menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam ilmu terapan dan sains serta berbagai sekolah pendidikan kejuruan dan berbagai kursus keahlian yang berkaitan dengan berbagai ilmu tersebut. Pada tanggal 5 Juli 2001 berdirilah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Binawan.

(UBinawan) Universitas Binawan terbentuk pada tanggal 24 Juli 2018 sebagai perubahan bentuk STIKes Binawan

(41)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 606/KPT/I/2018 Tentang Izin Perubahan Bentuk Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan menjadi Universitas Binawan di Jakarta yang didukung oleh Yayasan Binawan. Saat ini Universitas Binawan memiliki lima Fakultas dengan empat belas Program Studi diberbagai jenjang dari Program Diploma (D3 dan D4), Program Sarjana, hingga Pendidikan Profesi.

4.1.2 Hasil Analisis Univariat

Berdasarkan tabel 2, adapun distribusi subjek penelitian menurut usia yang paling banyak berusia dari 18 sampai 21 tahun sebanyak 58 orang (76.3%), dengan jenis kelamin yang paling banyak perempuan sebanyak 72 orang (94.7%), bertempat tinggal paling banyak menetap sebanyak 65 orang (85.5%), dengan status gizi normal sebanyak 41 orang (53.9%), memiliki konsumsi mi instan kategori jarang sebanyak 46 orang (60.5%), dengan pengetahuan gizi kategori kurang baik sebanyak 50 orang (65.8%), memiliki pengaruh teman sebaya kategori terpengaruh sebanyak 47 orang (61.8%), dengan lama penggunaan media sosial kategori lama sebanyak 48 orang (63.2%), memiliki uang saku kategori rendah sebanyak 45 orang (59.2%), dengan ketersediaan mi instan kategori mudah sebanyak 63 orang (82.9%).

(42)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

Tabel 2. Hasil Analisis Univariat

Variabel Jumlah Persentase (%) Usia

18-21 Tahun 58 76.3

22-25 Tahun 18 23.7

Jenis Kelamin

Laki-laki 4 5.3

Perempuan 72 94.7

Tempat Tinggal

Tidak Menetap 11 14.5

Menetap 65 85.5

Status Gizi

Gizi Kurang 15 19.7

Normal 41 53.9

Gizi Lebih 20 26.3

Konsumsi Mi Instan

Jarang 46 60.5

Sering 30 39.5

Pengetahuan Gizi

Kurang Baik 50 65.8

Baik 26 34.2

Pengaruh Teman Sebaya

Tidak Terpengaruh 29 38.2

Terpengaruh 47 61.8

Lama Penggunaan Media Sosial

Singkat 28 36.8

Lama 48 63.2

Uang Saku

Rendah 45 59.2

Tinggi 31 40.8

Ketersediaan Mi Instan

Tidak Mudah 13 17.1

Mudah 63 82.9

Sumber: Data Primer, 2022 4.1.3 Hasil Analisis Bivariat

Berdasarkan tabel 3. hasil analisis, terlihat bahwa pada subjek penelitian paling banyak dengan pengetahuan gizi kategori kurang baik memiliki konsumsi mi instan kategori sering yaitu 22 orang (44.0%). Hasil uji statistik (Chi-Square) menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan dengan p-value sebesar 0.383.

(43)

Program Studi Gizi Universitas Binawan

Menurut hasil analisis, terlihat bahwa pada subjek penelitian paling banyak dengan pengaruh teman sebaya kategori tidak terpengaruh memiliki konsumsi mi instan kategori sering yaitu 18 orang (62.1%). Hasil uji statistik (Chi-Square) menunjukkan ada hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan dengan p-value sebesar 0.003.

Menurut hasil analisis, terlihat bahwa pada subjek penelitian paling banyak dengan lama penggunaan media sosial kategori lama memiliki konsumsi mi instan kategori sering yaitu 18 orang (37.5%). Hasil uji statistik (Chi-Square) menunjukkan tidak ada hubungan antara lama penggunaan mi instan dengan konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan dengan p-value sebesar 0.828.

Menurut hasil analisis, terlihat bahwa pada subjek penelitian paling banyak dengan uang saku kategori tinggi memiliki konsumsi mi instan kategori sering yaitu 17 orang (54.8%). Hasil uji statistik (Chi-Square) menunjukkan ada hubungan antara uang saku dengan konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan dengan p-value sebesar 0.042.

Menurut hasil analisis, terlihat bahwa pada subjek penelitian paling banyak dengan ketersediaan mi instan kategori mudah memiliki konsumsi mi instan kategori sering yaitu 29 orang (46.0%). Hasil uji statistik (Chi-Square) menunjukkan ada hubungan antara ketersediaan mi instan dengan konsumsi mi instan pada Mahasiswa Gizi Universitas Binawan dengan p-value sebesar 0.024.

Gambar

Tabel 1. Penelitian Terkait Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Konsumsi  Mi Instan ..........................................................................................................
Tabel 1. Penelitian Terkait Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Konsumsi Mi Instan
Gambar 1. Kerangka Teori
Gambar 2. Kerangka Konsep Pengetahuan Gizi
+5

Referensi

Dokumen terkait

[14] Meskipun demikian terdapat pula responden dengan pengetahuan gizi kategori tinggi lebih banyak memiliki perilaku makan seimbang yaitu 74,4%, berbekal

Tabel 5.3 Distribusi data berdasarkan pengetahuan siswa, sikap siswa, peran ibu, peran guru, peran teman sebaya berhubungan dengan tindakan konsumsi jajanan pada siswa

Hasil uji statistik (Logrank) terlihat bahwa ada perbedaan yang bermakna antara ISPB dengan ketahanan gizi buruk 6 bulan. Dilihat dari nilai median dan

[14] Meskipun demikian terdapat pula responden dengan pengetahuan gizi kategori tinggi lebih banyak memiliki perilaku makan seimbang yaitu 74,4%, berbekal

Hubungan Pola Makan, Tingkat Kecukupan Energi, dan Protein dengan Status Gizi pada Remaja.. “Pengantar Kesehatan

Tabel 5 menunjukkan bahwa subjek yang memiliki asupan lemak yang tidak sesuai sebanyak 58 subjek yang terdiri 26 44,8% subjek memiliki status gizi tidak normal dan 32 55,2% subjek

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi mahasiswa tingkat akhir S1 Fakultas Kesehatan Universitas MH.

Status gizi baik memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan umum dapat optimal.2 Status gizi dapat mempengaruhi prestasi belajar.3 Status gizi