• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Investasi Keuangan Rumah Tangga

N/A
N/A
Sri Utami

Academic year: 2024

Membagikan " Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Investasi Keuangan Rumah Tangga"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PILIHAN INVESTASI KEUANGAN RUMAH TANGGA

(Studi Kasus pada Dosen dan Karyawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

YESI SEPTIANI 135020101111016

JURUSAN ILMU EKONOMI PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017

(2)

FACTORS AFFECTING THE CHOICE UPON FAMILY FINANCIAL INVESTMENT (A Case Study on the Lecturers

and the Administration Staffs at the faculty of Economics and Business University of Brawijaya)

MINOR THESIS

By : YESI SEPTIANI 135020101111016

DEPARTMENT OF ECONOMICS FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS

UNIVERSITY OF BRAWIJAYA MALANG

2017

(3)

(4)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PILIHAN INVESTASI KEUANGAN RUMAH TANGGA

(Studi Kasus Dosen dan Karyawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya) Yesi Septiani, Khusnul Ashar

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email : yesi_septi@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan investasi keuangan rumah tangga. Penilitian ini berdasarkan pada teori siklus hidup oleh Albert Ando, Richard Bumberg dan Franco Modigliani dengan memilih sampel penelitian sebanyak 50 responden dosen dan karyawan yang bekerja di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang yang merupakan masyarakat perkotaan dengan tingkat pendidikan tinggi sehingga mengerti berbagai pilihan investasi keuangan. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang kemudian dianalisis dengan Regresi Linier Berganda menggunakan E-Views untuk mengetahui pengaruh umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendpatan, kepemilikan rumah dan motivasi menabung terhadap pilihan investasi keuangan. Regresi Linier Berganda dilakukan dua kali, yaitu terhadap tabungan dan deposito. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk tabungan, variabel umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan, kepemilikan rumah dan motivasi menabung berpengaruh signifikan. Sedangkan untuk deposito, variabel status pernikahan dan pendapatan memiliki pengaruh signifikan.

Kata Kunci : Investasi, aset keuangan, tabungan, deposito, aset riil, return, risiko.

A. PENDAHULUAN

Rumah tangga adalah unit terkecil dalam perekonomian memiliki peran sebagai basis konsumen dan penyedia faktor produksi. Di samping konsumsi, rumah tangga berusaha menyisihkan pendapatan untuk ditabung dan pembentukan investasi. Ketika seseorang memiliki tujuan dan keinginan atau kebutuhan yang akan dicapai, orang-orang akan menentukan berapa banyak dana yang dibutuhkan dan mulai menyimpannya. Pada setiap tambahan penghasilan, tabungan dan investasi penting untuk meningkatkan kekayaan. Kebanyakan orang susah membedakan antara konsep menabung dan investasi. Menabung terjadi ketika orang melakukan konsumsi kurang dari pendapatan yang diterimanya. Sedangkan investasi terjadi ketika adanya pembelian beberapa aset untuk keuntungan di masa depan. Investasi tidak hanya berarti investasi uang pada saham, obligasi dan sebagainya. (Shivakumar dan Thimmaiah, 2015)

Pendapatan per kapita Indonesia masih rendah dibanding negara tetangga seperti Singapore, Malaysia dan Thailand. Pendapatan masyarakat semakin habis untuk konsumsi, yang dapat melahirkan gaya hidup konsumtif. Berdasarkan Survey Konsumen Bank Indonesia Tahun 2015, rata-rata tingkat konsumsi masyarakat dari berbagai tingkat pendapatan sebesar 67,69% dan rata- rata menabung sebesar 18,58%. Untuk dapat meningkatkan pendapatan, salah satu caranya adalah berinvestasi. Menurut Senduk (2004), produk investasi pada umumnya yang tersedia di pasaran antara lain: 1) Tabungan di bank; 2) Deposito di bank; 3) saham; 4) properti; 5) barang-barang koleksi; 6) emas; 7) mata uang asing; dan 8) obligasi. Dalam tulisan ini, difokuskan hanya kepada aset investasi keuangan.

Aset properti masih mendominasi komposisi total aset rumah tangga. Aset keuangan senantiasa fluktuasi dari tahun ke tahun dan jumlahnya tidak pernah menembus angka 10%. Dari total aset keuangan rumah tangga tahun 2014, sebesar 67,72% merupakan simpanan di bank;

11,23% merupakan simpanan non bank; 14,5% berupa investasi di pasar modal; dan 6,55%

merupakan aset keuangan lain terdiri dari piutang usaha dan non usaha (Bank Indonesia, 2014).

Terlepas dari potensi keuntungan investasi di pasar modal Indonesia, harus diakui bahwa penetrasi masyarakat berinvestasi di pasar modal relatif kecil. Pembentukan investasi sektor rumah tangga atau household investment merupakan persoalan sosial ekonomi. Berdasarkan teori siklus hidup, terdapat 3 periode perjalanan hidup manusia yang menerangkan pola penerimaan dan pengeluaran konsumsi, selanjutnya dapat menentukan pola investasi pada aset keuangan.

(5)

Pilihan investasi keuangan rumah tangga dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan, status pernikahan, pendapatan, kepemilikan rumah dan motivasi menabung. Menurut George Korniotis dan Alok Kumar (2005), investor yang berumur lebih tua akan memilih suatu jenis investasi yang risikonya rendah dan terdiversifikasi dengan baik. Tingkat pendidikan dapat membuka wawasan pengetahuan rumah tangga terhadap peluang dan manfaat investasi keuangan. Pasangan yang sudah menikah umumnya memiliki perbedaan rencana dibanding orang yang belum menikah.

Adanya pernikahan memunculkan kebutuhan jangka pendek dan panjang sehingga perlu berinvestasi, salah satunya pada instrumen keuangan tertentu. Selanjutnya faktor ekonomi seperti tingkat pendapatan dan terpenuhinya kebutuhan akan tempat tinggal mendorong rumah tangga untuk menempatkan asetnya pada berbagai investasi keuangan. Dalam berinvestasi, faktor psikologi berupa motivasi menabung turut menentukan instrumen aset keuangan apa yang akan dipegang. Jika motivasi menabung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka ia akan memiliki tabungan, bukan instrumen keuangan di pasar modal.

Pilihan investasi keuangan rumah tangga dapat berbeda-beda di berbagai lapisan masyarakat, salah satunya adalah pilihan investasi keuangan rumah tangga yang berprofesi sebagai dosen dan pegawai di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Braawijaya (FEB UB). Orang-orang yang bekerja di lingkungan pendidikan tentu memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan kecakapan tertentu. Kedua faktor tersebut menentukan kualitas hidup yang mempengaruhi tingkat konsumsi, menabung dan investasi. Rumah tangga yang berada pada usia produktif tentu tak luput dari gelombang demografi, yang nantinya akan mengalami masa pensiun sehingga penting berinvestasi untuk masa tua. Pada kenyataannya, pilihan investasi keuangan bagi masyarakat sangat banyak, tidak hanya pada tabungan dan deposito. Sebagai unit produktif yang memiliki penghasilan, pada bentuk investasi keuangan apa sajakah dosen dan karyawan menyimpan dananya? Variabel apa saja kah yang mempengaruhi responden memiliki investasi keuangan tersebut? Pertanyaan inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian ini. Profil investor harus dipahami dengan baik oleh pemangku kebijakan untuk meningkatkan basis investor.

B. TINJAUAN PUSTAKA Teori Hipotesa Siklus Hidup

Model siklus hidup dikembangkan oleh Albert Ando, Richard Brumberg dan Franco Modigliani yang menerangkan pengeluaran konsumsi masyarakat mendasarkan kepada prospek pendapatan jangka panjang. Hal ini bertujuan untuk mengalokasikan konsumsi dengan cara terbaik selama masa hidup, ketika situasi ekonomi sedang baik maupun buruk. Hipotesis ini mengasumsikan tabungan sebagai akibat dari keinginan individu untuk menjamin konsumsi di hari tua. Satu tujuan pentingnya adalah untuk memelihara tingkat pendapatan ketika memasuki masa pensiun yang tak memungkinkan lagi untuk bekerja. Oleh karena itu, orang bekerja dan cenderung menabung sehingga dapat menambah simpanan untuk pensiun dan kemudian membelanjakan tabungan mereka yang terkumpul pada masa tua. (Samuelson dan Nordhaus, 2004).

Begitu seseorang dilahirkan ia sudah mempunyai kebutuhan-kebutuhan hidup yang menuntut untuk dipenuhi meskipun jelas bahwa pada usia tersebut ia sama sekali belum dapat berpartisipasi dalam pembentukan produk nasional. Ini berarti bahwa pendapatan yang diperoleh adalah sebesar nol. Dengan pendapatan sebesar nol, positifnya jumlah pengeluaran konsumsi memaksa orang tersebut melaksanakan dissaving. Baru setelah ia dewasa dan memasuki angkatan kerja atau labor force ia dapat memperoleh pendapatan, sekalipun bisa terjadi dissavingnya baru tidak akan terlihat lagi setelah ia mencapai umur B. Apabila titik b telah terlampaui, penabungan atau saving mereka bertanda positif. Pada usia tertentu, T misalnya, kemampuan untuk memperoleh pendapatan mencapai puncaknya. Olah karena itulah setelah tercapai umur T kurva YY mempunyai arah menurun. Dengan kurva konsumsi CC mulai umur P terjadi lagi dissaving. (Soediyono, 1985) Teori Hipotesa Pendapatan Permanen

Hipotesa pendapatan permanen dikembangkan oleh Milton Friedman menjelaskan bahwa konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan permanen, atau dengan kata lain konsumsi saat ini tidak tergantung pada pendapatan saat ini (sementara) tapi pada pendapatan permanen. Teori ini mengasumsikan tidak ada korelasi antara pendapatan permanen dengan pendapatan sementara karena dianggap kebetulan saja dan pendapatan sementara tidak mempengaruhi konsumsi yang membuat pola konsumsi lebih merata antar waktu. Hal tersebut menentukan kestabilan pengeluaran yang terus dipertahankan selama hidupnya.

(6)

Yang dimaksud dengan pendapatan permanen adalah tingkat pendapatan rata-rata yang diekspektasi/diharapkan dalam jangka panjang. Sumber pendapatan itu berasal dari pendapatan upah/gaji (expected labor income) dan nonupah/non gaji (expected income from assets) (Rahardja dan Manurung, 2008). Pendapatan sementara dan konsumsi sementara menurut Soediyono (1985) diartikan sebagai pendapatan atau konsumsi yang menyimpang dari yang normal. Baik pendapatan sementara maupun konsumsi sementara dapat bertanda positif maupun negatif. Konsumsi permanen tergantung pendapatan permanen, tidak ada hubungan antara konsumsi sementara dengan pendapatan sementara menunjukkan kenaikan atau penurunan pada pendapatan pasti meningkatkan atau menurunan tabungan (bukan konsumsi).

Menurut Zhong dan Xiao (1995), hipotesis siklus hidup dan dipotesis pendapatan permanen tersebut mengasumsikan kategori aset yang dimiliki oleh rumah tangga bersifat substitusi sempurna (fungibility assumption). Sehingga dapat diasumsikan sejumlah rupiah dalam obligasi dapat dikonversikan secara bebas ke dalam rekening cek, misalnya. Model ini tidak ada perbedaan berbagai instrumen keuangan lainnya yang dimiliki oleh rumah tangga.

Instrumen Investasi Keuangan

Menurut Hadi (2013), aset dalam pengertian luas adalah setiap kepemilikan yang mempunyai nilai tukar atau harga. Aset dapat digolongkan ke dalam aset riil dan aset finansial. Aset riil merupakan aset yang memiliki bentuk fisik tertentu dan nilainya terkait dengan bentuk fisiknya, seperti bangunan, tanah, mesin, dan sejenisnya. Sementara, aset finansial merupakan klaim khusus atas sejumlah manfaat di masa depan. Aset finansial terdiri dari tabungan, deposito, saham, reksa dana, valuta asing dan obligasi.

Variabel Yang Mempengaruhi Pilihan Investasi Keuangan Rumah Tangga 1. Umur

George Korniotis dan Alok Kumar (2005), menjelaskan bahwa investor yang berumur lebih tua akan memilih suatu jenis investasi yang risikonya rendah dan terdiversifikasi dengan baik. Hal diatas disebabkan investor yang lebih tua menunjukkan sikap konservatif dalam menentukan perilaku investasi mereka, dan cenderung diversifikasi portofolio pada sedikit aset berisiko (Baker&Haslem, 1974; Lease&Schlarbaum, 1977 dalam Zhong dan Xiao, 1995).

2. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendikan seseorang, maka semakin tinggi tingkat pemahaman terhadap kompleksitas investasi (Davar dan Gill, 2009). Tingkat pendidikan dapat membedakan pengetahuan seseorang tentang manajemen keuangan keluarga yang diperlukan untuk masa depan dengan melakukan investasi.

3. Status Pernikahan

Investor yang tidak menikah tidak memiliki tanggungan karena ia hidup sendiri dan bebas.

Namun sebaliknya, dengan adanya pernikahan, rumah tangga mulai mengatur strategi untuk meningkatkan kehidupan masa depan yang lebih baik. Penghasilan yang diterima saat ini diinvestasikan untuk mengahadapi konsumsi masa tua, kebutuhan anak-anak atau untuk mewujudkan suatu pembelian. Status pernikahan dapat membedakan kecenderungan orang terhadap risiko, dimana orang yang sudah menikah cenderung risk taker dibandingkan yang masih lajang. Berdasarkan Hallison dan Bertaut (1992); Ioannides (1992); Bertaut dan Starr-McCluer (2002) yang dikutip dari Clark (2011), adanya pernikahan menunjukkan perubahan kepemilikan aset investasi keuangan seperti saham. Kehadiran pasangan dan tambahan sumber pendapatan menghasilkan tujuan keuangan berbeda jika dibandingkan dengan yang masih lajang.

4. Pendapatan

Secara ekonomis, pembentukan portofolio investasi rumah tangga dilakukan dengan mengelola pendapatan yang diterima baik pendapatan tetap maupun dari pendapatan tambahan. Pengelolaan pendapatan sesuai strategi pendapatan tetap dialokasikan untuk konsumsi, tabungan, aktiva tetap dan aktiva finansial lainnya. Orang yang berpenghasilan tinggi mengambil risiko lebih besar dibanding orang yang berpendapatan rendah. Kenaikan pendapatan menggiring sikap rumah tangga terhadap preferensi risiko yaitu risk taker.

5. Kepemilikan Rumah

Menurut Bodie dan Crane (1997) kepemilikan rumah berpengaruh signifikan terhadap proporsi kepemilikan aset portofolio oleh rumah tangga. Pemilik rumah mempertimbangkan rumah mereka sebagai safe aset dan penopang untuk investasi aset berisiko seperti saham, hal tersebut berarti

(7)

bahwa lebih aman secara finansial jika rumah tangga memiliki keduanya yaitu rumah tinggal dan aset portofolio. Keamanan kondisi keuangan rumah tangga terjadi ketika memiliki rumah tinggal terlebih dahulu baru kemudian mengalokasikan investasi pada aset keuangan. Kullmann dan Siegel (2005) menemukan fakta bahwa persentase kekayaan aset keuangan meningkat seiring kenaikan pemilik rumah sendiri.

6. Motivasi Menabung

Xiao dan Noring (1994) mengatakan bahwa motivasi untuk mengkonsumsi saat ini dan yang akan datang dapat didefinisikan sebagai kebutuhan financial yang merefleksikan kebutuhan yang dideskripsikan oleh Maslow. Motivasi menabung dilihat dari 6 tingkatan yang dikaitkan dengan persepsi kebutuhan investasi keuangan rumah tangga. Tingkat kebutuhan financial paling rendah memfokuskan pada konsumsi saat ini sedangkan yang paling tinggi adalah konsumsi masa depan.

Hal ini berarti bahwa ketika sebuah keluarga mempunyai sumber keuangan yang memadai (pendapatan, aset dan keuangan bersih) lebih memungkinkan memiliki kebutuhan financial lebih tinggi. Menurut Lancasters (1966) yang dikutip dari Xiao dan Noring (1994), 6 motivasi dalam menabung adalah daily expense, emergency, purchase, retirement, children, dan growth. Pada penelitian ini, hanya menggunakan responden yang memilih satu motivasi menabung prioritas yakni motivasi menabung emergency. Hal ini cukup beralasan untuk mengasumsikan bahwa rumah tangga harus menyisihkan sebagian uangnya untuk berjaga-jaga. Semuanya bisa saja mengalami kondisi tidak diharapkan yang pada akhirnya dapat memicu ketegangan dari sisi keuangan. Kondisi ini dapat mengurangi investasi yang telah dikumpulkan pada waktu sebelumnya, yang mana aset keuangan yang paling liquid untuk memenuhi kebutuhan yang harus dipenuhi pada saat itu juga. (Huston dan Chang, 1997)

Hipotesis :

Ha: Diduga faktor umur, tingkat pendidikan, status pernikahan, pendapatan, rumah dan motivasi menabung mempengaruhi pilihan investasi keuangan.

H0: Diduga faktor umur, tingkat pendidikan, status pernikahan, pendapatan, rumah dan motivasi menabung tidak mempengaruhi pilihan investasi keuangan.

C. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif pada penelitian dimaksudkan agar model matematis, statistik dan ekonometrika dalam angka-angka dapat diinterpretasikan atau dianalisa secara deskriptif.

Populasi dan Sampel

Populasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dosen dan pegawai tetap yang bekerja di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Sedangkan sampel penelitian ini adalah dosen dan pegawai tetap yang bekerja di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang sebanyak 50 responden.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung kepada responden melalui kuisioner yang dirancang sesuai konsep dan variabel yang telah ditentukan. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau data yang data yang sudah diolah dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar, serta data-data lain yang bersifat mendukung serta memiliki relevansi terhadap data primer dan topik penelitian secara menyeluruh.

.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini mnggunakan kuisioner. Metode kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi mengenai umur, tingkat pendidikan, status pernikahan, pendapatan, kepemilikan rumah dan motivasi menabung dan pilihan investasi keuangan yang dimiliki.

(8)

Metode Analisis Data Penelitian

Agar data yang dikumpulkan dapat dimanfaatkan, maka perlu diolah dan dianalisis untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Pengolahan data menggunakan bantuan program E- Views 7.

A. Uji Analisis Regresi Berganda

Uji Analisis Regresi Berganda (Ordinary Least Square atau OLS) dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk keperluan analisis maka perlu mengidentifikasi variabel-variabel ekonomi yang dimaksudkan teori ke dalam sebuah rumusan model sebagai berikut:

Dimana :

Y = Pilihan investasi keuangan (jutaan rupiah)

β0 = Konstanta

β1, β2, β3 = Koefisien regresi masing-masing variabel independen δ1, δ2, δ3 = Koefisien dummy masing-masing variabel independen

e = error term

AGE = Umur (tahun)

EDUC = Tingkat pendidikan (tahun)

MRRD = Status pernikahan (1=menikah; 0=tidak menikah) INCM = Pendapatan (juta rupiah)

HOME = Kepemilikan rumah tinggal (1=memiliki rumah milik sendiri; 0 = kos, mengontrak, bersama orang tua)

MOTIVEMER = motivasi menabung (menabung untuk keperluan darurat=1; motivasi menabung lainnya=0).

OLS merupakan model analisis regresi yang meminimalkan tingkat kesalahan pengganggu.

Untuk mencapai hasil OLS yang optimal maka asumsi-asumsi yang ada harus dipenuhi. Untuk itu diperlukan uji statistik dan uji asumsi klasik.

B. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mencapai asumsi BLUE (Best Linear Unbiased Estimation) yaitu model persamaan yang bebas dari pelanggaran asumsi klasik melalui uji multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan normalitas.

C. Uji Statistika

Uji satistika untuk menentukan seberapa tepat frekuensi yang teramati cocok dengan frekuensi yang diharapkan melaui uji t (t-test), uji F (F-test) dan uji koefisien determinasi (R2).

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1: Karakteristik Demogafi Responden

Variabel Kategori Frekuensi Prosentase

Umur 25-34 17 34%

35-44 9 18%

44-54 6 12%

54-60 14 28%

61-69 4 8%

Jenis Kelamin Laki-laki 32 64%

Perempuan 18 36%

Tingkat Pendidikan

SMA 6 12%

D1 1 2%

D2 0 0%

D3 0 0%

S1 6 12%

S2 20 40%

S3 17 34%

(9)

Variabel Kategori Frekuensi Prosentase Status

Pernikahan

Menikah 45 90%

Belum Menikah 4 10%

Pendapatan per bulan

< 2.500.000 3 6%

2.500.001-5.000.000 9 18%

5.000.001-7.500.000 10 20%

7.500.001-10.000.000 8 16%

10.000.001-12.500.000 13 26%

>12.500.001 7 14%

Kepemilikan Rumah Tinggal

Milik Sendiri 45 90%

Kos/ Mengontrak/ Bersama orang tua 5 10%

Motivasi Menabung

Dana Darurat 30 60%

Selain Dana Darurat 20 40%

Sumber: Data Primer, 2017. (Diolah)

Responden yang bekerja di FEB UB paling muda berusia 25 tahun, dan paling tua berusia 67 tahun. Perbedaan umur akan mempengaruhi sikap dan toleransi terhadap risiko. Presentase kaum laki-laki sebesar 64% lebih tinggi dibanding kaum perempuan yang sebesar 36%. Kondisi riil saat penelitian adalah banyak dijumpai responden laki-laki yang berada di kampus dibanding perempuan. Adapun hasil menunjukkan laki-laki sebagai kepala keluarga memiliki penghasilan relatif lebih tinggi dibanding perempuan. Responden yang menempuh pendidikan terakhir S2 mencapai 40%; S3 sebesar 34%; dan 12% masing-masing untuk pendidikan terakhir S1 dan SMA.

Sesuai dengan teknik pengambilan sampel purposive accidental sampling, mayoritas pendidikan terakhir S2 dan S3 bekerja sebagai dosen, sedangkan pendidikan terakhir SMA dan S1 merupakan responden yang bekerja sebagai pegawai. Responden menikah mencapai 90% dibanding yang belum menikah sebesar 10%. Dengan pengambilan sampel pada usia diatas 25 tahun, merupakan usia matang untuk membina rumah tangga sehingga banyak responden yang telah menikah.

Responden dengan pendapatan paling rendah yaitu <2.500.000 sebesar 6%, tingkat pendapatan 10.000.001-12.500.000 per bulan paling banyak mencapai 26%. Pendapatan terkait dengan golongan pekerjaan dan seringkali dikaitkan dengan lama bekerja. 10% responden memiliki rumah tinggal dengan status bukan milik sendiri, 90% lainnya memiliki rumah tinggal milik sendiri. Dari sebagian kecil yang belum memiliki rumah tinggal sendiri karena belum menikah, jadi masih bisa tinggal bersama orang tua, kos atau mengontrak. Motivasi menabung dana darurat dipilih responden sebesar 60%, sedangkan sisanya sebesar 40% memiliki motivasi menabung selain dana darurat antara lain untuk kebutuhan sehari-hari, anak-anak, untuk melakukan pembelian di kemudian hari, persiapan pensiun dan untuk menumbuhkan dana yang telah diinvestasikan.

Pilihan Investasi Keuangan Responden

Berdasarkan hasil penelitian dari 50 responden, diketahui seluruhnya memiliki tabungan di bank dan beberapa responden memiliki kombinasi aset investasi keuangan seperti deposito, saham, reksa dana dan valuta asing. Untuk kepemilikan berdasarkan jenis instrumen investasi yang dimiliki adalah sebagai berikut:

 dari 50 responden, seluruhnya memiliki tabungan di bank (100%);

 dari 50 responden, 13 orang yang memiliki deposito (26%);

 dari 50 responden, 3 responden yang memiliki saham (6%);

 dari 50 responden, 2 responden yang memiliki reksa dana (4%); dan

 dari 50 responden, 1 responden yang memiliki valuta asing (2%).

Perbedaan return dan risiko aset instrumen keuangan perlu dimanfaatkan untuk mengatur keuangan keluarga. Sebagian dana disimpan dalam tabungan, dan sebagian lainnya ditempatkan di aset investasi keuangan lain. pilihan investasi masyarakat di Indonesia berbeda dengan acuan teoritis yang berlatar di negara Amerika. Adanya kemajuan teknologi, rumah tangga di Amerika memiliki kecenderungan tinggi untuk berinvestasi pada aset keuangan karena. Prosedur kepemilikan aset riil membutuhkan biaya transaksi tinggi dan regulasi pemerintah yang ketat sehingga kekayaan masyarakat lebih banyak dialokasikan dalam bentuk instrumen aset keuangan yang memberikan return maksimal dengan risiko tertentu. Sedangkan di Indonesia, aset riil dinilai

(10)

lebih menjanjikan keuntungannya. Masyarakat lebih banyak yang memilih berinvestasi pada aset riil yang wujudnya terlihat. Dalam penelitian ini, uji regresi linear berganda dilakukan terhadap tabungan dan deposito. Hal ini dikarenakan 2 aset keuangan tersebut dimiliki oleh banyak responden sehingga jumlah sampel tersebut mencukupi untuk di uji regresi linier berganda.

Hasil Koefisien Determinasi (R2)

Hasil regresi linier berganda terhadap tabungan, diperoleh nilai R2 sebesar 0.780153. Hal ini berarti 78% variasi tabungan diapat dijelaskan oleh variabel umur, tingkat pendidikan, status pernikahan, pendapatan, kepemilikan rumah tinggal sendiri dan motivasi menabung, sedangkan 22% lainnya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Lalu regresi terhadap deposito diperoleh nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0.898513. Variabel umur, tingkat pendidikan, status pernikahan, pendapatan, kepemilikan rumah tinggal dan motivasi menabung mempengaruhi deposito sebesar 89%, 11% sisanya dijelaskan oleh variabel di luar model.

Hasil Uji F (Simultan)

Dalam uji regresi linier berganda terhadap tabunan, diperoleh Prob. F sebesar 0,00000 kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tabungan.

Sedangkan hasil regresi linier berganda terhadap deposito, nilai Prob.F sebesar 0.008926 kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen dalam model secara simultan berpengaruh signifikan terhadap investasi pada deposito.

Hasil Uji t (Parsial)

Tabel 2: Hasil Uji Parsial (t-test)

Variabel Bebas Tabungan Deposito

Umur Signifikan Tidak Signifikan

Tingkat Pendidikan Signifikan Tidak Signifikan

Status Pernikahan Signifikan Signifikan

Pendapatan Signifikan Signifikan

Kepemilikan Rumah Tinggal Sendiri

Signifikan Tidak Signifikan

Motivasi Menabung Dana Darurat

Signifikan Tidak Signifikan

Sumber: Ilustrasi Penulis, 2017.

Variabel Yang Mempengaruhi Pilihan Investasi Keuangan Pada Tabungan

Berdasarkan hasil uji hipotesa terhadap tabungan, ada pengaruh signifikan dan negatif antara umur dan tabungan. Hubungan yang tidak linear antara tabungan dan umur dimana usia tua pada saat orang-orang memasuki masa pensiun maka akan melakukan penarikan tabungan yang dimiliki atau dissaving. Orang yang berusia tua cenderung bersikap konservatif dalam perilakunya terhadap aset keuangan. Banyak dijumpai responden yang berusia tua lebih memilih berinvestasi pada aset riil seperti tanah, rumah atau perumahan yang dapat disewakan. Hubungan negatif dan signifikan juga sesuai menurut penelitian yang dilakukan oleh Ahmad dan Asghar (2004).

Hasil uji hipotesa menunjukkan bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh signifikan terhadap tabungan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka turut meningkatkan kecenderungan untuk menabung. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad dan Asgar (2004), pendidikan merupakan penentu untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi yang berdampak pada kenaikan jumlah tabungan. Selain itu, keterkaitan antara tingkat pendidikan dan tabungan dapat dilihat dari orang tua berpendidikan tinggi tentu memperhatikan pada kualitas pendidikan anak-anak mereka. Pendidikan tinggi pada orang tua menjadi lebih terencana dalam banyak hal dan mendorong untuk menyimpan uang, salah satunya dalam bentuk tabungan di bank.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa status pernikahan berpengaruh negatif dan signifikan. Hasil ini sesuai dengan Rehman et.al. (2011), orang dengan status yang tidak menikah atau belum menikah, tidak memiliki tanggung jawab terhadap keluarga. Dia memiliki pengeluaran yang lebih rendah dan tentu memiliki banyak uang yang ditabung untuk masa depan. Namun dengan adanya pernikahan, total pengeluaran mengalami peningkatan dibanding sebelumnya

(11)

karena adanya tanggung jawab keluarga. Selain itu proporsi untuk menabung setelah menikah tentu berbeda dibanding saat masih lajang. Penurunan tabungan ini mengindikasikan tingginya tingkat konsumsi setelah pernikahan sehingga peluang investasi menjadi turun.

Pendapatan memiliki pengaruh yang signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Rehman et. al (2011), bahwa semakin tinggi pendapatan, maka marginal propersity to save (MPS) juga meningkat. Variabel kepemilikan rumah tinggal memiliki pengaruh yang signifikan. Kepemilikan rumah tinggal yang tetap merupakan sarana pembianaan keluarga dan turut memberikan ketenangan dan perlindungan pada penghuninya tanpa berpindah-pindah. Kepemilikan rumah seringkali dikaitkan dengan simbol kemapanan dan memiliki tingkat penghasilan tertentu.

Tentunya dari sejumlah penghasilan tersebut dapat digunakan ditabung di bank. Selanjutnya, berdasarkan uji statistik, motivasi menabung dana darurat berpengaruh signifikan pada tabungan.

Aset yang dimiliki dalam bentuk tabungan tergolong memiliki likuiditas tinggi. Dari sudut pandang psikologi, terdapat beberapa pertimbangan terkait perilaku menabung dan tujuan tertentu yang menyertainya. Menurut Huston dan Chang (1997) yang motivasi menabung untuk antisipasi dana darurat digunakan untuk menutup pengeluaran terkait kondisi yang darurat yang menimbulkan kekacauan keuangan tanpa menurunkan tingkat kehidupannya. Berbeda jika memiliki motivasi menabung yang lain seperti pensiun, untuk anak-anak dan sengaja untuk menumbuhkan dana yang ditanam, maka responden akan memiliki aset keuangan yang sesuai, bukan tabungan lagi seperti asuransi dan saham.

Variabel Yang Mempengaruhi Pilihan Investasi Keuangan Pada Deposito

Berdasarkan hasil uji hipotesa, variabel umur tidak signifikan terhadap pilihan investasi keuangan deposito. Hubungan negatif umur dengan investasi, ketika responden pada usia muda (kurang lebih 30 tahun) cenderung memiliki tingkat investasi yang rendah. Lalu seiring kenaikan usia, memasuki kelompok usia pertengahan orang-orang meningkatkan investasinya. Usia pertengahan merupakan usia yang cukup matang dalam perkembangan karir dan financial mendorong meningkatnya toleransi pada risiko. Sehingga hal ini bisa mendukung pembentukan investasi baru dan investasi yang telah ada sebelumnya mulai ditingkatkan. Terakhir, pada kelompok usia senja atau yang sudah turun produktivitasnya mulai menarik investasinya yang berdampak pada tingkat investasi yang mulai menurun secara tajam. Tapi hubungan ini tidaklah signifikan yang berarti tidak sesuai dengan hipotesa. Dalam hal berinvestasi pada deposito, responden yang berumur tua tidak serta merta bersifat risk averse. Investasi pada deposito memiliki risiko yang rendah, alih-alih bebas risiko. Investasi ini dimiliki oleh segala jenis usia baik muda maupun tua, yang nyaris datar dilihat dari segi usia sehingga faktor pendapatan lah yang paling banyak menentukan. Berinvestasi pada deposito tidak banyak menguras tenaga dan fikiran bagi responden yang berusia tua.

Berdasarkan uji statistika, tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap pilihan investasi keuangan pada deposito. Kepemilikan deposito lebih banyak dimiliki oleh responden dengan pendidikan terakhir S2 (18 tahun pendidikan formal), bukan S3 (21 tahun pendidikan formal). Namun responden pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki karakter demografis yang yang serupa sebagaimana hal ini menghasilkan perilaku investasi yang sama atau tidak jauh berbeda. (Cunningham, 2001). Status pernikahan memiliki pengaruh negatif dan signifikan. Sesuai dengan tahap kehidupan (stages of life) dalam progresifitas keluarga,transisi terbesar dalam hidup seseorang adalah ketika pasangan memutuskan untuk menikah, yang melibatkan begitu banyak penyesuaian setelah menikah, dan bentuknya bisa sangat radikal, mulai dari kemantapan di dalam pekerjaan, kelahiran anak, pertumbuhan anak sampai usia remaja, anak- anak menginjak dewasa dan hidup mendiri, dan kemudian orang tua benar-benar tinggal berdua saja dirumah (Lubis et. al., 2013). Adanya pernikahan menambah daftar tuntutan akan kesejahteraan dan berbagai kebutuhan yang tidak sedikit jumlahnya, tidak imbangnya antara pendapatan dan pengeluaran rumah tangga yang menikah ini seringkali memicu dissaving untuk menutup kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Pendapatan berpengaruh signifikan terhadap investasi deposito. Hasil ini sesuai dengan penelitian Clark (2011) bahwa responden yang memiliki kesejahteraan financial (yang dilihat dari kekayaan, pendapatan dan tingkat pendidikan) mampu berinvestasi lebih efisien namun juga sanggup menerima risiko yang lebih besar. Berdasarkan pengujian secara statistik, kepemilikan rumah tinggal tidak memiliki pengaruh signifikan pada investasi deposito. Kepemilikan rumah tinggal milik sendiri sudah dimiliki oleh sebagian besar responden. Hanya sebagian kecil yang kos atau mengontrak atau tinggal bersama orang tua, merupakan responden muda (memasuki

(12)

kelompok usia pertengahan) dan belum menikah. Investasi pada aset keuangan ini dapat dilakukan oleh orang yang memiliki rumah tinggal sendiri atau tidak, tidak ada perbedaan diantara keduanya.

Karena meskipun belum memiliki rumah tinggal sendiri, namun kebutuhan akan tempat tinggal telah terpenuhi dengan baik yang tidak menyebabkan pindah tempat tinggal dengan frekuensi yang tinggi. Berbeda dengan acuan teoritis yang menggunakan latar belakang di Amerika bahwa seseorang yang memiliki rumah bukan berarti terus selamanya tinggal di tempat itu. Perpindahan tempat tinggal mengikuti pekerjaan dengan frekuensi yang relatif tinggi dan apabila anggota keluarga yang menempati rumah tersebut berkurang sehingga kepemiliikan rumah menjadi beragam, bisa di sewa atau di beli dengan jangka waktu yang sangat lama. Dan lamanya jangka waktu pembayaran tersebut tidak sejalan dengan lama seseorang tinggal di tempat itu. Di Indonesia, memiliki tempat tinggal sendiri akan menjadi permanen yang dapat menciptakan kestabilan dan kenyamanan yang mendukung aktivitas hidupnya termasuk dalam berinvestasi.

Selanjutnya dalam pengujian secara statistik, motivasi menabung antisipasi dana darurat memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap investasi pada deposito. Hubungan yang tidak linier menunjukkan bahwa responden yang memiliki motivasi menabung antisipasi dana darurat akan mengurangi investasi pada deposito dengan menempatkan dananya pada instrumen investasi lain. Orang yang memiliki motivasi menabung antisipasi dana darurat tidak lantas menempatkan dananya pada deposito. Dengan melihat pada karakteristik likuiditas deposito yang intermediate, responden dengan motivasi menabung antisipasi dana darurat memilih instrumen keuangan yang bisa dicairkan secepat mungkin. Menurut Johnson and Widdows (1985) yang dikutip dari Huston dan Chang (1997), 3 ukuran kepemilikan dana darurat dengan berbagai tingkat likuiditas adalah sebagai berikut:

1. Quickaset dimiliki dalam bentuk simpanan, cek dan rekening di pasar uang.

2. Intermediatequick assets ditambah sertifikat deposito dan sertifikat tabungan.

3. Comprehensive intrmediate assets ditambah nilai saham dan obligasi.

E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada dosen dan keryawan yang bekerja di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya serta analisis menggunakan alat regresi linear berganda, maka didapatkan hasil kesimpulan sebagai berikut:

1. Responden memiliki aset keuangan yang ditempatkan pada satu atau lebih instrumen keuangan.

Kombinasi kepemilikan aset keuangan yaitu sebagai berikut: Dari 50 responden seluruhnya memiliki tabungan di bank, 13 dari 50 responden memiliki deposito, 3 dari 50 responden memiliki saham, 2 dari 50 responden memiliki reksa dana; dan 1 dari 50 responden yang berinvestasi pada valuta asing.

2. Hasil uji simultan menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap tabungan dan investasi pada deposito.

3. Untuk tabungan, variabel yang berpengaruh signifikan adalah umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan, kepemilikan rumah tinggal dan motivasi menabung.

4. Untuk deposito, variabel pendapatan dan status pernikahan memiliki pengaruh signifikan.

Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengingat pentingnya faktor pendapatan merupakan sumber tabungan dan investasi, maka insentif di bidang pendidikan, seperti memperbanyak kompetisi akademis dan subsidi biaya pendidikan serta insentif pencapaian suatu kinerja tentu dapat meningkatkan tingkat pendapatan yang pada gilirannya juga dapat meningkatkan kemampuan menabung dan investasi.

2. Mekanisme kompensasi yang efektif berguna menghadapi fakta semakin rendahnya investasi oleh orang-orang yang menginjak masa tua. Peningkatan umur tidak harus membuat berhenti berinvestasi pada aset keuangan. Sehingga, pelayanan dan saran profesional keuangan setidaknya dapat mengimbangi efek-efek ini.

3. Kepemilikan rumah tinggal sendiri merupakan aset yang paling penting untuk rumah tangga.

Penelitian ini menunjukkan seluruh responden memiliki tabungan dan ditemukan hubungan yang kuat antara kepemilikan rumah tinggal sendiri dengan tabungan di bank. Oleh karenanya, kepemilikan rumah tinggal bagi masyarakat dalam program satu juta rumah harus ditingkatkan

(13)

lagi perkembangannya. Di samping itu, dari segi perbankan kebijakan harus dibuat untuk mengatasi kendala pembiayaan kredit perumahan rakyat. Jika pasar kredit perumahan rakyat berkembang baik, maka ada dampak substitusi antara kepemilikan rumah tinggal dan aset investasi keuangan. Komitmen orang-orang terhadap kewajiban membayar cicilan perumahan mendorong mereka bersifat konservatif dengan memegang tabungan lebih banyak dibanding aset yang berisiko lainnya.

Daftar Pustaka

Ahmad, M. and Asghar, T. 2004. Estimation of Saving Behavior in Pakistan Using Micro data.

The Lahore Journal of Economics, 9(2).

Bank Indonesia. 2015. Kajian Stabilitas Keuangan Nomer 25, September 2015.

http://www.bi.go.id/. Diakses 7 November 2016.

____________. 2014. Kajian Stabilitas Keuangan Nomer 24, Maret 2014. http://www.bi.go.id/.

Diakses 7 November 2016.

Bodie, C. Dan Crane, D. B. 1997. Personal Investing: Advice, Theory, and Evidence. Financial Analysts Journal.

Clark, Samuel. F. 2011. Imperfect Decision or Untapped Potential Indicators of US Households investment Efficiency. Thesis. Purdue University. ProQuest Information and Learning. UMI Number 1501184.

Cunningham, Allison Elizabeth. 2001. An Economic Analysis Of The Factors Affecting Household Financial Asset Allocation Decision. Thesis. The University of Guelph. ProQuest Information and Learning.

Davar, Y. P., dan Gill, S. 2009. Antecedents of Households Investment Decision-Making Process:

A Study of the Indian Households. South Asian Journal of Management.

Hadi, Nor. 2013. Pasar Modal Acuan Teoritis Dan Praktis Investasi Keuangan Pasar Modal.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Huston, S. J. dan Chang, R. 1997. Adequate Emergency Fund Holdings and Household Type.

Association for Financial Counseling and Planning Education.

Korniotis, G. M. dan Kumar, A. 2005. Do Older Investors Make Better Investment Decision?.

Social Science Research Network (SSRN).

Kullmann, C. Dan Siegel, S. 2005. Real Estate and It’s Role in household Portofolio Choice. EFA

2003 Annual Conference Paper No. 918

Sauder School of Business Working Paper.

Lubis, A. N., Sadalita I., Fachrudin K. A., dan Meliza J. 2013. Perilaku Investor Keuangan.

Medan: USU Press.

Rehman, H. U., Chaudry, I. S., Faridi, M. Z. Dan Bashir, F. 2011. Rural-Urban Saving Differentials in Pakistan. A Research Journal of South Asian Studies Vol. 26, No. 1, January-June 2011, pp. 19-35

Samuelson dan Nordhaus. 2004. Ilmu Makroekonomi. Jakarta: Media Global Edukasi.

Senduk, Safir. 2004. Seri Perencanaan Keuangan Keluarga: Mengatur Pengeluaran Secara Bijak.

Jakarta: Elex Media Komputindo.

Shivakumar dan Thimmaiah, N. B. 2015. Saving and Investment Behavior of School Teachers: A Study With Reference To Mysore City, Karnataka.International Journal Of Management Research And Business Strategy aavol. 3 No.4 Otober 2015

Soediyono. 1985. Ekonomi Makro: Analisa IS-LM dan Permintaan-Penawaran Agregatif: Edisi Ketiga. Yogyakarta: Liberty Offset.

Xiao, J.J dan Noring, F. E. 1994. Perceive Saving Motives and Hierarchical Financial Needs.

Financial Counceling and Planning, Volume 5, 1994.

Zhong, L. X., dan Xiao, J J. 1995. Determinants of Family Bond and Stock Holdings. Journal of the Family Economics and Resource Management Division of AAFCS.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor tingkat pendapatan, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, dan umur perkawinan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin di Medan.. Ketahanan pangan merupakan kondisi dimana manusia bisa mencukupi

strata satu di Fakultas Pertanian dengan judul: Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga (Studi Kasus: Desa Kepala Sungai, Kecamatan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor tingkat pendapatan, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, dan umur perkawinan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor tingkat pendapatan, tingkat pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, dan umur perkawinan

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Medan Tuntungan. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Pangan Rumah Tangga di Desa Karang Gading Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat... Data Hasil

Kemudian dilanjutkan dengan beberapa hasil penelitian empiris yang menemukan faktor-faktor yang memengaruhi tabungan rumah tangga yang dikembangkan dari hubungan antara