68 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada pembahasan ini peneliti akan memaparkan berbagai hal yang terjadi dilapangan berdasarkan dengan hasil yang sebenarnya yang ditemukan oleh peneliti berkaitan dengan judul peniliti yaitu fashion thrifting sebagai bentuk ekspresi diri dikalangan mahasiswa fisip universitas pasundan. Dari berbagai data yang peneliti peroleh dilapangan ini berkaitan dengan dramaturgi mahasiswa, disusun dan dialokasikan sebagai suatu hasil dalam penelitian dengan mengkombinasikan dari berbagai temuan tersebut dengan data-data tambahan yang lainnya. Pemaparan proses penelitian ini dirasa penting yaitu sebagai jawaban yang ingin disampaikan peneliti dalam upaya menentukan arah penelitian dengan memberikan berbagai temuan dilapangan.
Wawancara dilaksanakan terhadap 5 orang informan kunci, 1 orang informan ahli, 1 orang informan akademis dan 1 informan pendukung. Informan yang berhasil untuk diwawancarai secara intensif yaitu ada Melinda, Iqbal, Sabila, Dewo, Widi. untuk informan ahli yaitu dari psikolog ibu Clorinda Vinska, informan akademis Bapak Fazri, dan informan pendukung Rulis Lesmana.
Wawancara dengan informan kunci Melinda dilaksanakan pada hari Jumat 9 September 2022, informan kunci Iqbal dilaksanakan pada hari Senin 12 September 2022, informan kunci Sabila dilaksanakan pada hari Senin 12 September 2022,
69
informan kunci Dewo dilaksanakan pada hari Selasa 13 September 2022, informan kunci Widi dilaksanakan pada hari Rabu 14 September 2022, infroman pendukung Rulis Lesmana dilaksanakan pada hari Rabu 14 September 2022, untuk informan akademis Bapak Fazri dilaksanakan pada hari Selasa 20 September 2022 dan untuk informan ahli psikolog ibu Clorinda pada hari Rabu 28.
Dalam penelitian ini menggunakan teori studi dramaturgi oleh Erving Goffman yang terdiri dari penggung depan dan panggung belakang. Untuk mengungkap hal tersebut maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu dengan cara observasi, wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Dalam tahap analisis peneliti melakukan pembuatan daftar pertanyaan terlebih dahulu untuk proses wawancara lalu melakukan pengumpulan data – data dan studi kepustakaan.
Studi dramaturgi yang digunakan dalam penelitian ini menuntun peneliti unuk observasi atau terjun langsung kelapangan sebagai salah satu cara yang sesuai untuk mengumpulkan suatu data dalam penelitian ini. Data yang tidak terungkap melalui wawancara, dilengkapi dengan data hasil observasi tidak langsung.
4.1.1 Data Informan
Informan adalah seorang yang memberikan informasi kepada orang lain yang belum mengetahui, maka penelitian terhadap informan ini dilakukan mengikuti apa yang dianjurkan oleh cresswell dalam kuswarno bahwa peneliti harus mengumpulkan data wawancara dengan informan yang berjumlah sekita 5- 25 orang, maka peneliti dalam penelitian ini mengambil informan sebanyak delapan
70
orang. Untuk memaparkan studi Dramaturgi penjelasan harus diawali dengan gambaran umum yang termasuk gambaran informan didalamnya.
NO NAMA JENIS
KELAMIN
STATUS
1. Melinda Ramadhianti P Administrasi Publik
18
2. M. Iqbal Hermansyah L Ilmu Komunikasi 19
3. Sabila Fathya Noroni P Kesejahtraan Sosial 19
4. Prabu Reksa Dewo L Hubungan
Internasional 19
5. Widi Nur Fadhilah P Administrasi Bisnis
18
6. Rulis Lesmana L Owner
Brandablestuff 7 Fazri Chandra S.Ikom., M.Ikom L Dosen Universitas
Pasundan 8 Clorinda Vinska, S.Psi,
M.Psi.,Psikolog
P Psikolog
Table Profil Infoman
71
4.1.2 Proses Ekspresi Diri Mahasiswa Fisip Melalui Thrifting Fashion
Ekspresi diri merupakan salah satu upaya individu untuk menumbuhkan kesan tertentu didepan orang lain dengan cara menata perilaku agar orang lain dapat memaknai siapa dirinya dengan apa yang ia inginkan. Dalam proses ekspresi diri tersebut ada suatu pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan mengenai atribut symbol atau brand yang hendak digunakan dan mampu mengekspresikan secara menyeluruh.
Peneliti melakukan teknik wawancara dan dokumentasi untuk memperoleh data dari persiapan mahasiswa sebelum pergi kekampus. Menurut Melinda proses ekspresi diri ditujukan dengan menggunakan simbol/brand pembeda dengan mahasiswa lainnya. Informan Melinda mengatakan bahwa:
“apabila saya berpakaian dengan satu aksen yang heboh dan lebih menonjol, entah dari warna atau bentuknya”
Sejalan dengan pendapat Melinda informan Dewo juga mengungkapkan bahwa proses ekspresi diri menonjolkan simbol/brand khusus yang berbeda dengan mahasiswa lainnya ketika berada dilingkungan kampus. Informan Dewo menyatakan:
“tentu ada, saya suka dari brand carhartt karena carhartt terlihat simple tapi suasana nya membawa elegan dan mewah dan jarang orang memakainya, keren.”
72
Sedangkan informan Sabila menyatakan dalam proses ekspresi diri lebih mengutamakan kenyamanan dan kerapihan tanpa adanya simbol/brand khusus.
Informan Sabila mengakatakan:
“gaada sih, emang akumah termasuk orang yang gak terlalu cari brand, apa yang menurut aku bagus ya pake aja.
Sedangkan informan Iqbal menyatakan bahwa dalam proses ekspresi diri juga mengutamakan kenyamanan dan untuk mempunyai brand khusus yang disukai nya yaitu brand dengan baju polos oversized, Informan Iqbal mengakatakan:
“untuk brand sih paling saya sukanya brand yang kaos polos oversized ya, yang enak dan nyaman dipake nya”.
Menurut informan Widi menyatakan dalam proses ekpresi diri itu bahwa pakaian thrifting hanya mempunyai 1 jenis model yang menjadikan itu tidak sama dengan apa yang dipakai orang lain dan Widi juga mempunyai symbol khusus dalam berpakaian thrifting dengan memakai pakaian vintage. Widi mengatakan:
“kalo symbol sih lebih ke pakaian vintage ya , karna barang thrift itu kadang Cuma 1, jadi pakaiannya gabakal sama kaya orang”.
Adapun hasil dari wawancara yang dilakukan dengan informan akademis yaitu pak Fazri menyatakan bahwa mahasiswa mempunyai plus dan minus dengan contoh yaitu ada seorang mahasiswa yang ingin mempunyai sebuah sepatu
73
airjordan, akan tetapi mahasiswa tersebut tidak mampu untuk membeli itu maka dengan munculnya thrifting ini menjadikan solusi untuk itu sebagai versi dengan harga yang murah, Pak Fazri mengakatakan:
“ada plus minus, kita ini punya budaya timur. Sedangkan mahasiswa itu dari mana pun ada yg dari barat/korea. Missal ada mahasiswa pake airjordan masa kamu gamau pake, sedangkan ada juga airwalk dan juga kompas yang lebih murah, selaras dengan itu semua muncul thrifting sebagai solusi. Dikarenakan mahasiswa pasti ingin mencari itu semua dengan versi murahnya dengan cara thrifting. Yang secara fashion itu sah.”
Berdasarkan hasil wawancara dan juga dokumentasi diambil kesimpulan bahwa Mahasiswa di Fisip Universitas Pasundan dalam proses ekspresi diri lebih menonjolkan simbol-simbol atau brand khusus dan berbeda dengan tampilan mahasiswa lainnya, yang dimana terkadang ketika digunakan akan tidak terasa nyaman dan juga hanya ingin menciptakan citra fashion berbeda. Sehingga ada beberapa mahasiswa yang lebih memilih memakai pakaian yang nyaman dan yang ia sukai untuk digunakan namun terlihat trendi dan juga harga yang terjangkau salah satu solusinya yaitu dengan berbelanja thrifting, karena dalam thrifting sendiri para mahasiswa bebas berekspresi dan memadupadakan gaya berpakaian mereka sendiri tanpa mengikuti cara pakaian yang umum digunakan apalagi dengan adanya thrifting ini jarang sekali ada barang yang sama dalam satu jenis tersebut, seperti contohnya barang vintage.
74
Para mahasiswa juga mempunyai gaya berpakaian nya masing-masing dalam mengekspresikan diri nya. Ada yang memakai pakaian yang menurut mereka nyaman saja, ada yang melihat dari salah satu brand yang mereka gunakan.
4.1.3 Panggung depan (Front Stage) Mahasiswa Fisip Fashion Thrifting Front stage atau panggung depan yaitu tampilan penuh dengan settingan.
Yang merupakan konsep ideal yang ingin ditampilkan oleh seseorang sesuai dengan harapan masyarakat sosial melalui penampilan dan gaya yang ada.
Ketika berada dipanggung depan (front stage), seorang mahasiswa mempunyai beberapa karakteristik yang guna menunjunkan performance sebaik mungkin untuk membedakan dirinya dengan mahasiswa lain sehingga memiliki ciri yang khusus dan terkadang membuat mahasiswa lain yang melihatnya mengagumi.
Salah satunya dengan mengikuti perkembangan fashion thrifting yang dalam segi kenyamanan ketika dipakai kurang, serta terkadang terlalu memaksakan untuk mendapatkan pakaian yang bermerek/brand terkenal. Karena itu cara berpakaian ini bukanlah cara berpakaian asli atau cara berpakaian yang sebenarnya, akan tetapi cara berpakaian yang dibuat-buat.
Pengelolaan kesan yang ingin ditampilkan merupakan suatu gambaran aktor mengenai konsep ideal dari identitasnya yang sekiranya bisa diterima oleh penonton/ khalayak. Berangkat dari cara individu mahasiswa berpakaian dengan merujuk dramaturgi, perbedaan berpakaian terjadi karena perbedaan kepentingan dan tujuan yang ingin dicapai.
75
Kampus adalah tempat berlangsungnya panggung depan yang dilakukan oleh individu mahasiswa tersebut. Disini lah individu mahasiswa mengekspresikan dirinya, dengan pakaian yang sesuai dengan keinginan mereka, yang secara tidak langsung menjadi sebuah ciri khas mereka dalam berpakaian. Hal tersebut dilakukan untuk menunjang penampulan mereka. Individu mahasiswa juga mengelola kesan yang membuat menarik ketika mereka bertemu teman-temannya agar menarik perhatian dan secara tidak langsung pun mempunyai citranya sendiri.
Adapun pendapat menurut Melinda dalam pemilihan fashion yang digunakan ketika berada dilingkungan kampus lebih sopan namun tetap terlihat fashionable, Melinda mengatakan:
“Kalau untuk ke kampus biasanya pemilihan bajunya lebih ke atasan kemeja dan bawahan celana kulot. Kurang lebih seperti itu.”\
Adapun pendapat dari Dewo dan Sabila dalam menggunakan pakaian dilingkungan kampus mereka lebih mengutamakan pakaian yang lebih santai tetapi masih dengan peraturan yang berlaku dikampus, namun terlihat casual. Saudara Dewo mengatakan:
“untuk dikampus, paling casual atau kemeja flannel dan tipe-tipe oversized”
Sepertihalnya sodari Sabila mengakatan:
“pakaian formal, kemeja, kadang yang berkerah”
Sedangkan menurut Iqbal untuk dalam pemilihan pakaian dilingkungan kampus lebih memakai pakaian yang simpel namun untuk hari-hari tertentu tetap
76
menggunakan kemeja sebagaimana peraturan yang ada dikampus, Iqbal mengatakan:
“sejujurnya kalo untuk pemilihan pakaian kekampus tuh lebih kearah yang simple sih, yang sudah saya siapkan untuk kekampus tapi nuntuk hari-hari tertentu menggunakan kemeja.”
Menurut Widi lebih suka memadupadankan pakaian nya ketika berada dikampus seperti mix and macth dengan sepatu dan tas agar terlihat selaras tetapis masih fashionable dan rapih, Widi mengatakan:
“pakaian yang sekiranya macth sama sepatu/tas”
Adapun menurut ibu Clorinda mengatakan dalam pandangan sisi psikolog bahwa mahasiswa ketika berada dilingkungan kampus karena adanya tuntutan atau pressure yang terjadi di lingkungan kampus, yang membuat mahasiswa tersebut bisa menyesuaikan dirinya ketika berada di lingkungan kampus. Ibu Clorinda mengaktakan:
“tentunya mengapa ini terjadi dilingkungan kampus adanya tuntutan atau pressure yang dimana seorang atau individu mahasiswa tersebut menyesuaikan diri dengan lingkungannya tersebut. Ketika ia tidak bisa mengikuti dengan aturan yang ada dilingkungan tersebut tentunya dia mendapat masukan negative, sekecil ia tidak dapat apresiasi atau dari gesture tubuh lingkungan yang terkesan mengintimidatif orang tersebut”
77
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi diambil kesimpulan bahwa Mahasiswa Fisip Universitas Pasundan dalam menampilkan panggung depan dilingkungan kampus lebih mengutamakan kenyamanan dan tentunya tetap fashionable dalam berpakaian dan tidak terlalu sulit untuk digunakan namun tetap tampil modis, walaupun dalam proses pembelajaran dikampus ada hari-hari tertentu yang mewajibkan mahasiswa/mahasiswi menggunakan pakaian yang lebih sopan dan tentunya rapih. Thrifting sangat digemari oleh kalangan mahasiswa fisip karena dibalik harganya yang relatif murah dan tentunya kualitas yang baik, terkadang para mahasiswa mendapatkan pakaian yang sudah jarang ditemui di store pakaian lain namun masih layak untuk dipakai dan dipadupadankan dengan pakaian yang lain.
Adapun influencer atau public figure yang menginspirasi mahasiswa dalam berpakaian thrifting, mereka melihat bagaimana para public figure ini dapat mengekspresikan cara berpakaian mereka secara bebas namun terlihat sopan dan rapih dengan budget yang murah. Hal ini yang membuat para mahasiswa fisip Universitas Pasundan penasaran untuk mencoba pakaian yang menginspirasi mereka dalam berpakaian.
Melinda mengatakan bahwa sudah mengenal thrifting sekitar 2-3 tahun terakhir, Melinda memaparkan:
”sekitar 2 – 3 tahun terakhir”
Melinda juga dalam jarang dan tidak terlalus sering dalam berbelanja barang pakaian thtifting “tidak terlalu sering” akan tetapi ada seseorang influencer yang menginspirasi melinda dalam berpakaian yaitu @ianhugen karena ia menyukai cara berpakaian influencer tersebut, melinda mengakatan:
78 “tidak terlalu sering”
“Cuman ada salah satu influencer yang saya suka cara berpakaiannya. Nama instagramnya @ianhugen_”
Berbeda dengan Melinda, Dewo sudan mengenal thrifting sudah lumayan lama dan juga cukup sering juga dalam berbelanja pakaian thrifting dan untuk influencer yang menginspirasi dewo dalam berpakaian thrifting ialah Sean Whoterspoon karena style nya yang menginspirasi dikalangan milenial “Panutan saya yaitu sean whoterspoon, karena dia menginspirasi fashion dikalangan milenial”,Dewo mengatakan:
“saya berbelanja thrifting 3 tahun kurang lebih dan untuk berbelanja hampir seminggu 1x”
Widi selaku mahasiswa yang baru mengenal thrifting mengakatakan bahwa baru kurang lebih 1 tahun terakhir “Sejak tahun 2021 kurang lebih satu tahunan”
tetapi untuk berbelanja pakaian hampir setiap bulan “Kayaknya hampir setiap bulan” Widi juga mempunyai influencer atau public figure yang dijadikan sebagai inspirasi dalam berpakaian thrifting yaitu chika alifia.
Iqbal dan sabila juga sependapat bahwa sudah mulai berbelanja thrifting sekitar 3 – 4 tahun dan untuk berbelanja pakaian thrifting cukup sering bisa sampai 1 bulan sekali ketika ada keinginan untuk membeli “ketika ada keinginan untuk membeli barang, lumayan sering sih” Sabila mengakatan “lumayan sih, kalo lagi pengen aja bisa 4 bulan sekali” untuk influencer yang menurut Iqbal ini bisa dijadikan inspirasi dalam berpakaian thrifting yaitu “ada, jejow, willy santoso dan juga ahmad faisal” dan untuk sabila tidak adanya public figure yang dijadikan
79
inspirasi dalam berpakaian akan tetapi ia melihat dari banyak olshop khusus thrifting yang bisa dijadikan sebuah kiblat dalam berpakaian, sabila mengakatakan:
“kalo public figure sih gaada, cuman suka nyari dari olshop khusus thrifting gitu loh.”
Sedangkan menurut Ibu Clorinda dilihat dari sudut pandang psikolog menyatakan bahwa karna kebutuhan eksistensi yang tinggi para mahasiswa ini mengikuti gaya role model atau publc figure yang membuat engangement terhadap lingkungan yang berada dikampus sangat tinggi dan sebenarnya mahasiswa ini sedang kebingungan peran karena sebetulnya mahasiswa ini sedang berada difase perkembangan ego identity yang sedan mencari identitas dirinya yang seperti apa.
Ibu Clorinda mengatakan:
“Nah secara psikologis sebetulnya si mahasiswa ini lagi ada difase perkembangan ego identity versus role confusent, jadi mereka tuh lagi nyari sebetulnya identitas dirinya tuh seperti apasih dan kebermaknaan dirinya tuh kayak apa. So sebenarnya mahasiswa ini lagi kebingungan peran. Karna kebutuhan ekstensi nya tinggi membuat simahasiswa ini nyari lingkungan yang cocok menurut dia. Akhirnya dia mengcopying/
mengimitasi terus dia pasti punya role model (artis panutan) sehingga engangment terhadap lingkungan nya sangat tinggi.
80
Bapak Fazri Chandra selaku informan akademis, memaparkan:
“jika kita bicara unpas, dengan tagline nya nyantri nyunda nyakola.
Sebenarnya dari situ saja adab berpakaian itu memang harus yang selaras dengan kesundaan dan keislaman. Lebih dari itu kita juga manusia modern dengan berkembangan zaman. Nah, makanya mereka mengeskspresikan dirnya dengan pakaian yang mereka suka, nyaman dan juga brand. Makanya kalo diliat dari panggung depan mereka sama kayak mahasiswa Indonesia pada umumnya.
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dalam berbelanja pakaian thrifting tersebut dapat dilakukan dengan sering dengan tujuan agar dapat menemukan pakaian yang berbeda lagi lalu dapat menujukan bahwa mereka sangat modis ketika berada diarea kampus atau selama berkuliah. Karena terkadang mahasiswa merasa bosan terhadap pakaian yang sudah mereka beli dan sudah dipakai. Sehingga hal tersebut membuat para mahasiswa fisip Universitas Pasundan unutk mencari pakaian yang baru. Akan tetapi dengan adanya tagline yang ada di Universitas Pasundan yaitu nyatri, nyunda, dan nyakola sebenarnya mahasiswa ini harus selaras dengan pakaian mereka. Di karenakan zaman semakin berkembang individu mahasiswa ini juga butuh mengekspresikan dengan pakaian yang mereka suka.
81
4.1.4 Panggung Belakang (Back Stage) Mahasiswa Fisip Fashion Thrifting
Pada panggung belakang individu mahasiswa akan menampilkan
“seutuhnya” dalam artian identitas aslinya. Di area panggung inilah individu mahasiswa cenderung menunjukan cara berpakaian aslinya, kontras dari cara berpakaian ketika berada di panggung depan. Aktor atau mahasiswa disini adalah individu yang tak berbeda dengan individu lain sebagai warga di lingkungan rumah/
lingkungan tempat tinggalnya. Dipanggung belakang inilah seorang aktor bersikap lebih apa adanya dan menghilangkan kesan sama seperti ketika ia berada di panggung depan.
Rumah ialah tempat dimana kita tinggal atau biasa disebut sebagai tempat tinggal. Didalam lingkungan rumah mahasiswa tidak akan mementingkan pakaian mereka yang selama dia pakai itu nyaman untuk dipakai tanpa melihat brand atau merek tertentu yang mereka pakai. Karena dalam lingkungan rumah atau tempat tinggal mereka biasanya individu mahasiswa ini tidak ingin menampilkan apa yang sudah mereka tampilkan Front Stage.
Melinda mengungkapkan bahwa cara pakaian dia di lingkungan rumah terbilang lebih santa dan yang tidak heboh, pilihan pakaian yang dipakai dirumah terbilang simpel biasanya menggunakan kaos dan celana jeans saja. Melinda mengakatan:
“Kalau untuk dirumah pemilihan pakaiannya tidak yang heboh, lebih kek santai saja dengan kaos dan jeans mungkin seperti itu”
82
Sama halnya dengan Melinda, Sabila Dan Widi pun ketika berada dilingkungan rumah lebih memilih mengenakan pakaian yang lebih terlihat biasa aja dan juga menyesuaikan dengan cuaca. Sabila dan Widi mengakatakan:
“biasanya sih pake piyama, daster juga kadang-kadang”
“sesuai cuaca, karna kalo dirumah pake baju yang biasa aja gaada pemilihan outfit”
Berbeda dengan Iqbal, mengungkapkan bahwa cara berpakaian ketika berada dilingkungan rumah yaitu baju-baju yang sudah terpakai lama, dan sudah tidak cocok ketika dipakai untuk keluar rumah. Iqbal mengakatakan:
“ketika saya berada dilingkungan rumah saya lebih flexsible, yaitu baju-baju yang sudah terpakai lama, yang sudah tidak cocok ketika dibawa keluar rumah.
Dewo mengungkapkan bahwa pakaian yang ia pakai ketika berada dilingkungan rumah hanya seperti pakaian basic, atau kaos polos biasa. Dewo mengakatan:
“cara pakaian yang saya pilih yaitu memakai pakaian basic, atau kaos polos”
Menurut pak Fazri selaku informan akademis mengatakan kalau panggung belakang mahasiswa ini belum mengekspresikan dirinya dengan baik dikarenakan mahasiswa ini sebenarnya belum mengeksplore diri mereka masing-masing, pak Fazri mengatakan:
83
“kalo panggung belakang sih, karna ini bicara dramaturgi ya saya rasa sih temen temen mahasiswa masih belum mengekspresikan dirinya dengan baik.
Mereka belum explore diri mereka”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut bisa disimpulkan bahwa dalam cara berpakaian dan dalam pemulihan pakaian yang akan digunakan di lingkungan rumah atau tempat tinggalnya para mahasiswa fisip Universitas Pasundan bisa dibilang tidak terlalu memperdulikan atau memikirkan mereka berpakaian seperti apa ditambah ada beberapa faktor yang mendukung mereka berpakaian seperti itu, salah satunya karena di lingkungan rumah tempat istirahat dan bersantai yang menjadikan mereka berpakaian seadanya saja, bisa dilihat dari cara berpakaian yang hanya menggunakan daster atau kaos polos, tanpa memiliki brand khusus yang terkenal akan tetapi masih bisa digunakan dengan layak dan tentunya nyaman ketika dipakai.
4.2 Pembahasan
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana panggung depan dan panggung belakang seorang mahasiswa Fisip Universitas Pasundan.
Penelitian ini menggunakan konsep dramaturgi dan metode kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan observasi.
Wawancara mendalam dilakukan untuk mencari data dan dokumentasi langsung dilapangan. Dalam wawancara tersebut, peneliti mendapatkan data atau
84
berupa sebuah informasi bagaimana panggung depan dan panggung belakang mahasiswa tersebut.
Pada wawancara mendalam, peneliti juga menyiapkan beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk diajukan kepada para informan. Data yang didapat dari hasil wawancara diperoleh dari 5 orang mahasiswa, 1 orang informan akademis, 1 orang informan pendukung, dan 1 orang informan ahli. Adapun daftar pertanyaan dan jawaban terlapir di dalam lampiran. Hasil wawancara langsung yang didapatkan melalui informan ini merupakan sebuah data primer dan sumber pokok dalam penelitian, sedangkan hasil data observasi selama penelitian merupakan data sekunder. Data yang diperoleh dari wawancara langsung kepada informan dan hasil data observasi dikategorikan sesuai dengan fokus masalah.
Data yang diperoleh mengenai panggung depan dan panggung belakang terjawab dengan jelas, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian ini.
Setelah data terkumpul dan proses penyusunan yang diperlukan selesai, peneliti menjabarkan hasil dari penelitian mengenai ekspresi diri, panggung depan, dan panggung belakang mahasiswa Fisip Universitas pasundan ketika berada dilingkungan rumah maupun ketika berada dilingkungan kampus.
Berdasarkan hasil wawancara yang didapat dengan informan, maka peneliti dapat menganalisis Ekspresi diri Mahasiswa studi dramaturgi yang meliputi:
85
4.2.1 Proses Ekspresi Diri Mahasiswa Fisip Fashion Thrifting
Dari hasil wawancara, observasi dan studi literatur diperoleh gambaran bahwa proses ekspresi diri mahasiswa fisip Universitas Pasundan melalui fashion thrifting memperlihatkan adanya beberapa faktor penting yang ingin mereka tonjolkan atau memperlihatkan kepada mahasiswa lainnya yang membuat cara berpakaian mereka berbeda dengan mahasiswa lainnya. Dan menjadi sebuah pusat perhatian. Adapun beberaoa faktor tersebut adalah:
a. Interaksi Simbolik
Esensi dari interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia. Tindakan mahasiswa mengenai bagaimana tampilan dirinya yang ingin mahasiswa lainnya ketahui memang akan ditampilkan se-ideal mungkin.
Perilakunya dalam interaksi sosial akan selalu melakukan permainan informasi agar mahasiswa lain mempunyai kesan yang lebih baik terhadap dirinya. Ketika individu mahasiswa tersebut menginginkan identitas lain yang ditonjolkan dari indentititas sebenarnya, disinilah terdapat pemeranan karakter seseorang individu dalam memunculkan simbol-simbol relevan yang diyakini dapat memperkuat identitas pantulan yang ingin ia ciptakan dari identitas yang sesungguhnya.
Dari pengamatan penelitian melalui wawancara para mahasiswa fisip Universitas Pasundan akan lebih menonjolkan simbol-simbol khusus dalam cara mereka berpakaian ketika sedang berada dilingkungan kampus maupun hari hari tertentu yang menjadikan individu mahasiswa berpakaian tertentu.
86 b. Brand
Brand (merek) adalah nama, istilah, tanda, simbol, kata, desain atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan membedakan antara produk dan jasa yang satu dengan yang lain. Kebanyakan orang mungkin akan menjawab thrifting adalah semua yang berkaitan dengan barang yang bekas atau barang loak. Akan tetapi sebenarnya definisi itu kurang tepat, dalam kamus urban thrifting sendiri diartikan sebagai kegiatan berbelanja untuk mendapatkan harga barang yang lebih murah dan tidak pasaran (rare). Dan jika beruntuk, tentunya kita bisa mendapatkan berbagai barang branded original dengan harga yang sangat lebih murah dari harga aslinnya.
Inilah yang menjadikan salah satu alasan kenapa sekarang ini budaya thrifting semakin banyak diminati. Bahkan banyak ditemukan nya brand-brand mahal yang ditemui ketika sedang thrifting seperti Uniqlo, Supreme, TheNorth Face, Adidas, Carthartt, Gucci dan berbagai brand terkenal yang lainnya. Tentu dengan harga yang murah dan jauh dari harga standar tetapi mempunyai kualitas yang masih baik.
Barang-barang branded ini juga bisa dijual kembali dengan harga yang lebih mahal tentunya tetapi masih dibawah harga standar. Dan nyatanya, hal seperti ini banyak diminati oleh orang lain. Inilah kenapa pakaian thrifting menjadi lebih banyak diminati. Alasan lainnya adalah barang-barang thrifting itu tidak pasaran (rare). Untuk satu model bisa saja hanya satu item saja. Jadi tidak perlu untuk takut pakaian kita sama dengan pakaian yang dipakai orang lain. Selain itu, tak jarang
87
kita bisa juga mendapatkan barang vintage yang tahun dahulu 80-90an yang sudah pasti sangat sulit ditemukan pada saat ini.
c. Citra
Citra merupakan sesuatu yang bersifat abstrak karena berhubungan dengan keyakinan, ide dan kesan yang diperoleh dari suatu objek tertentu baik dirasakan secara langsung, melalui panca indra maupun mendapatkan informasi dari suatu sumber. Citra dapat berupa tanggapan positif yang berbentuk dukungan, ikut serta, peran aktif serta tindakan positif lainnya dan tanggapan negatif yang berbentuk penolakan, kebencian atau bentuk negatif lainnya. Citra sendiri akan melekat pada setiap individu, tanggapan positif maupun negatif tergantung dari proses pembentukannya dan pemaknaan dari objek sasaran pembentukan citra. Serta, semua orang memiliki hak untuk memaknai citra personalnya masing-masing.
Citra memperlihatkan bahwa apa yang dipandang sebagai perilaku bergantung bagaimana dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Terbentuknya citra bukan semata-mata terjadi dalam kehidupannya sebagai individu, namun juga dalam relasinya dengan orang lain sebagai mahkluk sosial.
Kesimpulan pada penjelasan diatas mengatakan bahwa Mahasiswa Fisip Universitas Pasundan secara langsung atau tidak langung mempunyai karakter dan juga penampilan nya masing-masing dalam cara berpakaian ketika berada di lingkungan kampus. Mereka lebih memperhatikan jenis pakaian yang bagaimana yang bisa digunakan di lingkungan kampus tetapi masih dapat mengikuti perkembangan fashion yang sedan trend atau yang mereka gemari. Sehingga dapat
88
mengekspresikan dirinya kepada mahasiswa lainnya. Hal ini mereka perlihatkan dengan menggunakan simbol-simbol khusus serta lebih memiliih pakaian yang memiliki nilat lebih seperti brand terkenal.
Menurut Goffman, bahwa umumnya orang-orang berusaha menyajikan diri mereka yang diidealisasikan dalam pertunjukan di panggung depan (Front Stage), merasa bahwa mereka harus menyembunyikan hal-hal tertentu dalam pertunjukannya. Seperti para individu Mahasiswa yang menyesuaikan cara berpakaian mereka selama berada dilingkungan kampus dan menyembunyikan bahwa cara berpakaian mereka tidak sesuai dengan gaya berpakaian yang mereka sukai.
4.2.2. Front stage Mahasiswa Fisip Fashion Thrifting
Panggung depan (Front Stage) adalah bagian individu yang secara teratur berfungsi sebagai cara untuk tampil didepan umum dengan sosok yang ideal.
Panggung depan merupakan sebuah peristiwa dimana mahasiswa fisip atau
“performer” tampil dengan materi yang sebelumnya sudah dipersiapkan dan dirancang pada panggung belakang (Back Stage).
Dari hasil wawancara, dalam memperlihatkan panggung depan (Front Stage) Mahasiswa Fisip Universitas Pasundan sangat memperhatikan atau cukup update dalam perkembangan fashion yang sedang berlangsung, salah satunya yaitu fashion thrifting ini. Dimana mereka bisa mendapatkan pakaian-pakaian yang bisa dibilang memiliki harga yang murah namun dengan kualitas yang baik dan
89
bermerek terkenal, selain itu dengan adanya thrifting ini individu mahasiswa dapat memenuhi keinginan mereka untuk tampil berbeda dengan mahasiswa lainnya.
Mereka bisa lebih mengeksplore atau mix and macth pakaian yang mereka gunakan tanpa harus mengeluarkan budget lebih. Disamping adanya peraturan yang mewajibkan mereka berpakaian sopan dan rapih namun hal itu tidak mengurangi kekreatifan individu mahasiswa untuk menunjukan bahwa adanya pembeda dengan mahasiswa lain.
Banyaknya influencer yang sudah lama bergelut di fashion thrifting ini, membuat para mahasiswa lebih percaya diri untuk menggunakan pakaian yang berbeda dengan mahasiswa lainnya. Para mahasiswa juga mengenakan pakaian tersebut memakainya senyaman mungkin ketika dipakai. Menurut Sudikin (2002), mengakatan bahwa panggung depan (front stage) merupakan suatu panggung yang terdiri dari bagian pertunjukan (appearance) atas penampilan dan gaya (manner).
4.2.3. Backstage Mahasiswa Fisip Fashion Thrifting
Berbicara mengenai panggung belakang tidak sesulit dengan berbicara mengenai panggung depan mereka sebagai mahasiswa, karena pada panggung belakang adanya kecendrungan individu informan memperlihatkan cara berpakaian mereka yang asli. Seperti menggunakan daster, kaos polos, jeans, celana pendek, yang terkesan lebih santai, dan juga nyaman.
Tidak adanya tuntutan untuk memenuhi aturan dan norma yang ada membuat mereka para individu mahasiswa terkesan lebih santai, flexsible dan apa
90
adanya. Lebih bebas mengekspresikan cara berpakaian mereka. Karena dalam dunia mereka atau dalam panggung belakang tidak adanya norma atau aturan yang mengatur benar atau salahnya cara berpakaian mereka. Menurut Sudikin (2002), mengakatan panggung belakang (Back Stage) merupakan panggung penampilan individu yang dimana ia dapat menyesuaikan diri dengan situasi penontonnya. Di panggung inilah segala apa yang dipersiapkan aktor disesuaikan dengan apa yang akan dihadapi dilapangan, untuk menutupi identitas aslinya. Panggung ini juga disebut panggung pribadi, yang tidak boleh diketahui oleh orang lain.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa melihat cara berpakaian dan pemilihan pakaian mereka di panggung belakang diakui para informan jauh lebih nyaman dan tentu saja terkesan lebih santai jika dibandingkan dengan mereka disaat berperan sebagai aktor (mahasiswa). Mereka lebih lepas dan bebas mengekspresikan diri, membicarakan diri mereka dan menunjukan sikap atau suatu perilaku mereka yang sebenarnya. Dikarenakan tidak adanya aturan baku di lingkungan rumah maka membuat para individu mahasiswa menjadi diri mereka seutuhnya.