• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG ISU ISLAM RADIKAL (Studi pada Mahasiswa FISIP Universitas Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI MAHASISWA TENTANG ISU ISLAM RADIKAL (Studi pada Mahasiswa FISIP Universitas Lampung)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

(Skripsi)

Oleh

Guntur Wira Yudha

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG ISU ISLAM RADIKAL (Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP Universitas Lampung)

Oleh

Guntur Wira Yudha

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menggambarkan, dan menjelaskan persepsi mahasiswa tentang isu Islam radikal. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa FISIP Universitas Lampung dimana mahasiswa FISIP mempelajari ilmu sosial dan politik dan juga mahasiswa FISIP yang berfikir kritis dan idealis. Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan secara kualitatif. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 4 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan riset lapangan, observasi lapangan, wawancara, dan studi pustaka. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persepsi mahasiswa yang terkait dengan pemahaman isu Islam radikal dapat dikatakan hampir seragam, terdapat kesamaan pandangan dan sikap terkait dengan isu tersebut. Keempat informan yang mengungkapkan bahwa isu Islam radikal selalu identikkan dengan teroris atau penggunaan kekerasan (garis keras) dalam penerapan beberapa kaidah keagamaan. Dalam aspek ini, media massa turut ambil bagian dalam menciptakan isu Islam radikal terkait dengan teroris.

(3)

STUDENT PERCEPTIONS ON THE ISSUE OF RADICAL ISLAM (Case Studies On Student FISIP University of Lampung)

By

Guntur Wira Yudha

This research’s goal is to determine, describe, and explain the studens perceptions about the issue of radical islam. This research conducted on students of FISIP University of Lampung where students of FISIP University of Lampung studies social and political science and also students of FISIP University of Lampung the critical thinking and idealis. This type of research is descriptive qualitative approach. Total of informants in this research were 4 people. Data collection techniques in this research is used field research , field observation, interview, and literature. The data analysis in this research is used data reduction, data presentation, and drawing conclusions. Based on the research results, it is known that student perceptions related to imderstanding the issue of radical islamic can be common views and attitudes related to this issue. The fourth informant who revealed that the issue of radical islam has always synonymous with terrorism or the use of violence ( hard line ) in the application of some religious rules. In this aspect, the mass media took part in creating radical Islam issue related to terrorist.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 31 Desember

1988 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan

Bapak Zainuddin dan Ibu Zuariyah.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal, pendidikan

pertama yang penulis peroleh yaitu di TK Dwi Warna

Panjang pada tahun 1993-1995. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan

Sekolah Dasar di SDN 1 Panjang Selatan, pada tahun 2001. Sekolah Menengah

Pertama di SLTP Negeri 3 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2004.

Sekolah Menengah Umum di SMA Negeri 6 Bandar Lampung, pada tahun 2007.

Pada Juli tahun 2007 penulis diterima di Perguruan Tinggi Negeri Universitas

Lampung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi melalui jalur

Non Reguler atau Ekstensi.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi FSPI, Anemon Himbio,

serta pernah menjadi tutor BBQ (2009-2010). Penulis juga telah melakukan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Dinas Sosial Provinsi Lampung pada tahun

(9)

Dengan segenap rasa syukurku Atas ranmat, berkah dan segala kemudahan yang

telah diberikan Allah SWT Kupersembahkan karya sederhanaku ini kepada :

Nenek ku tersayang Kau lah inspirasiku.

Usia senja tak membuatmu surut semangat untuk selalu tersenyum.

Tubuh yang tak lagi tegak dan kulit yang sudah keriput tak menghalangimu untuk selalu memperhatikan anak dan cucumu tercinta

Semoga Tuhan memberikan kebahagian dan kedamaian dalam hidupmu Kasih sayangmu abadi dalam hidupku..

Orang Tuaku tercinta

Ayah , Ibu kaulah malaikat dalam hidupku yang menjagaku di dunia ini.

kasih sayangmu tulus tanpa pamrih yang tidak ada duanya di hidupku. Akanku lakukan yang terbaik bagimu semampuku.

Semoga Tuhan Menyayangimu sebagaimana kau telah menyayangiku sedari kecil. Semoga kau selalu mendapatkan rizki yang penuh berkah dan melimpah… amin…

Adikku dan Kakakku Tersayang

Terimakasih karena telah memberikan ku semangat untuk menyelsaikan kuliah dan skripsiku kalian adalah semangat untuk skripsiku.

Seluruh Keluarga Besarku

Sahabat-Sahabat terbaikku

Seeorang yang kelak akan mendampingiku saat suka ataupun duka

(10)

MOTO

Sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib sesuatu kaum sehingga

mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri

(Ar Ra’d :11)

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibu mu dalam keadaan

tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,

penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur

(An Nahl : 78)

Kenalilah kebenaran maka enkau akan tahu mana yang benar.

Sebaik-baik kamu adalah yang paling banyak manfaatnya

(11)

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillaahirobbil’alamiin, segala puji dan syukur bagi Allah, karena hanya

dengan rahmat dan hidayahNya-lah penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Salawat serta salam senantiasa penulis sampaikan kepada junjungan besar Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi Universitas Lampung. Penulis menyadari

bahwa isi yang tersaji di dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan

keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Mama dan Papa yang tidak pernah lelah untuk mendoakan dan membiayai

yang terbaik untukku. Mama dan Papa yang telah membesarkanku dengan

penuh kasih sayang, yang telah mengajariku banyak hal. Terimakasih

karena Mama dan Papa telah menjadi malaikat yang menjagaku di dunia

ini. Semoga Allah SWT memberikan rasa kasih sayang serta kebahagiaan

dan kedamaian serta melindungi Papa dan Mama.

2. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Susetyo, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu

(12)

4. Ibu Dra Anita Damayantie, MH selaku Sekertaris Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan juga

Pembimbing Akademik.

5. Bapak Teuku Fahmi, S. Sos, M. Krim. selaku dosen pembimbing,

terimakasih atas ilmu, motivasi dan nasehat serta kesabaran yang telah

Bapak berikan dalam proses bimbingan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Erna Rochana, M. Si. selaku dosen pembahas, terimakasih atas

ilmu, masukan, saran serta kritik yang telah bapak berikan dalam

penyempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Endry Fatimaningsih, S. Sos, M. Si, selaku dosen pembimbing PKL

terima kasih untuk masukan dan bimbinganya.

8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada

penulis selama menjadi mahasiswa.

9. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung yang telah banyak membantu.

10.Adik dan Kakakku yang telah memberikan semangat yang membuatku

semakin termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Keluarga besarku, keluarga besar di Teluk, Keluarga di Surabaya Keluarga

di Semarang, dan keluarga besar lainya, terimakasih atas doanya semoga

Allah SWT selalu menjaga tali silaturahmi keluarga.

12.Sahabat-sahabat seperjuangan dalam suka dan duka yang telah mewarnai

kisahku saat kuliah dan telah memotivasi serta membantu dalam

(13)

persatu. Sahabat dari SMA Angga Pratama Megananda, Agung Ariyono,

Didik Permadi, Ade Ramadha P, Teguh, Epoy, Resty, Elza,Vivia. Dan

teman-teman yang lainya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu Special

thanks to Rani dan Eza yang banyak membantu dan juga telah menjadi

teman seperjuangan selama mengerjakan skripsi sampai akhir kuliah,

Terima kasih buat Neni, Fitri, Dwi, Dwi Octha, Siska, Tika dll. kasih

untuk teman-teman yang ada di PT. PNM (Persero) yang sudah

memberikan suportnya, trima kasih buat teman dan sahabatku Duwi

Rahayu, Anik SN, Desi Wulandari, Endah, Nanda Pratama Arie, Adi

Marthadinata, Bang Nizar bang Ronald, Jenita Triyana Bang Ari Bang

Rezki, Topan, Candra Yuliska, Bang Yus Sugeng Tisa Trilia, Alied, Aad,

Bawor dan Lainya yang tidak bisa di sebutkan satu-persatu THANKS TO

ALL. Buat Teman-teman ANEMON, MPI, HTI, BIROHMA, RAKATA,

PAHAWANG, CBCL CHAPTER BANDAR LAMPUNG, BENGKEL

SAHABAT MOTOR, BENGKEL MBAH DIN, dan KANTIN UNILA

UYEE.

13. Saudara-saudaraku di FSPI hingga kepengurusan tahun 2014

saudara-saudara FSPI yang tidak bisa disebutkan namanya terimakasih atas

ukhuwah (persaudaraan) yang telah terjalin dengan baik. Semoga Allah

(14)

14.Teman-teman Sosiologi angkatan 2007, terutama teman-teman Sosiologi

Non Reguler, terimaksih atas canda tawa serta semangat yang ditularkan

kepadaku.

15.Terima kasih untuk pak Agung yang sudah memberiikan motivasinya serta

teman- satu lingkaran kalian luar biasa.

16.Teman-teman PKL di Dinas Sosial Provinsi Lampung, Adi, Andika,

Endah, Fani, Indri, Yulia, Tita.

17.Semua teman-teman Jurusan Sosiologi FISIP UNILA semua angkatan.

18.Almamater tercinta

Semoga Allah SWT membalas budi baik bapak, ibu, dan rekan semua, semoga

skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2015

Penulis,

(15)

JUDUL ... i A. Tinjauan Konsep Pustaka ... 8

B. Tinjauan Tentang Mahasiswa ... 10

C. Pengertian Radikalisme ... 17

F. Teknik Pengumpulan Data ... 28

G. Teknik Analisis Data ... 29

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Universitas Lampung ... 31

B. Sejarah Berdirinya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung ... 36

C. Filosofi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung . 39 D. Visi, Misi dan Tujuan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung ... 40

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Informan ... 46

1. Informan Pertama ... 46

(16)

3. Informan Ketiga ... 53

4. Informan Keempat ... 56

B. Pembahasan ... 58

1. Pemahaman tentang Islam radikal ... 58

2 Pemahaman Informan tentang Islam radikal,lalu sikap/tanggapannya Dalam hal gerakan,pemikiran, konsep dan strategi dakwah ... 62

BAB VI PENUTUP A. Simpulan ... 66

B. Saran ... 66

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Munculnya fenomena terorisme di Indonesia telah mengajak kita untuk

mendiskusikan sebuah fenomena yang muncul dari pemberitaan media yaitu

Islam radikal. Setelah pengeboman Kuningan, banyak pihak yang mencoba untuk

mengaitkan pengeboman ini dengan kelompok yang diberi label radikal oleh media

massa. Padahal labelisasi Islam Radikal ini sebenarnya masih sangat perlu dikaji

lebih dalam lagi. Dengan adanya kelompok yang dinilai radikal yang dilabeli oleh

media dan analis terorisme, apakah diskursus berhenti dengan menstigmatisasi

kelompok Islam ini sebagai pelaku teror, tanpa memperhatikan diskursus

historis yang menyebabkan kemunculan aksi terror itu sendiri.

Menjadi menarik bagi penulis untuk menganalisis persepsi mahasiswa FISIP

Universitas Lampung tentang Islam radikal. Dari pemberitaan media, penulis

menangkap bahwa seakan-akan para pengebom Bali adalah mereka yang

terdoktrinasi untuk menghalalkan segala cara dalam memenuhi tuntutan ideologis

(18)

2

Isu Islam radikal kini menjadi perbincangan di kalangan nasional dan

internasional, baik itu masyarakat umum maupun akademisi. Radikalisme Islam

sebagai fenomena historis-sosiologis merupakan masalah yang banyak

diperbincangkan dalam wacana politik dan peradaban global akibat kekuatan

media yang memiliki potensi besar dalam menciptakan persepsi masyarakat di

dunia (Majid, 1995). Fenomena kemunculan berbagai gerakan radikal yang

mengatasnamakan Islam tidak saja di dunia internasional, tetapi juga di sejumlah

wilayah lain di Indonesia. Dewasa ini, perkembangan organisasi Islam radikal

telah menyita begitu banyak perhatian dari sejumlah akademisi, baik dalam

maupun luar negeri.

Munculnya isu-isu politis mengenai radikalisme Islam merupakan tantangan baru

bagi umat Islam untuk menjawabnya. Tidak hanya itu saja media sangat

berperan besar dalam menggembar-gemborkan isu Islam radikal, sehingga

persepsi yang ada pada masyarakat semakin menguatkan bahwa Islam itu

mengajarkan agama dengan kekerasan bahkan pada saat ini pun Islam telah di cap

sebagai teroris. Akhirnya karena persepsi yang telah begitu melekat di

masyarakat mengenai Islam radikal, umat Islam semakin phobia terhadap

ajaran-ajaran dan sunah-sunah Rosul. Hal ini terlihat pada saat masyarakat melihat

orang yang mengikuti sunah-sunah Rosul seperti memanjangkan jenggot,

menggunakan celana di atas mata kaki, orang yang menggunakan gamis, bahkan

untuk kaum wanita yang menggunakan hijab yang besar dan menutup wajahnya

(19)

( http://www.scribd.com/doc/76107292/Radikalisme-Agama-Dan-Masa-Depan-Indonesia#download).

Indonesia adalah negara yang majemuk, berbagai macam pemahaman masyarakat

tentang Islam membuat tampilan Islam itu sendiri dipandang sebagai suatu aliran

tertentu. Dewasa ini yang nampak dan sedang hangat diperbincangkan di

tengah-tengah masyarakat adalah isu mengenai Islam radikal. Kata radikal sendiri sering

kali dikaitkan dengan Islam. Menurut Ismail Hasani. dkk, dalam kajiannya

”Radikalisme Agama di Jabodetabek dan Jawa Barat; Implikasinya Terhadap

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan” ia menjelaskan bahwa Islam radikal di

Indonesia sesunguhnya mengalami proses perubahan yang berkelanjutan (Hasani,

2010).

Radikalisme sendiri diartikan sebagai gerakan yang berpandangan kolot dan

sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka (Nasution,

1995). Sementara itu justru sebaliknya, Islam mengajarkan keyakinan dan tata

cara hidup bermasyarakat yang sesuai dengan bingkai syariah, dimana Islam

memiliki aturan-aturan yang tertera pada Al Quran dan As-Sunnah. Rosulullah

ketika berdakwah untuk memperkenalkan Islam tidak pernah mengajarkan

praktek-praktek yang bersifat radikalisme, beliau menawarkan dahulu untuk

masuk ke dalam Islam, ketika mereka tidak mau menerimanya untuk masuk

Islam rosul pun memberikan pilihan untuk membayar denda karena di dalam

(20)

4

kaum qurais jahiliyah. Kemudian jika mereka tidak mau membayar denda maka

barulah mereka halal untuk diperangi (Suryana, 1996).

Istilah radikalisme untuk menyebut kelompok garis keras dipandang lebih tepat

ketimbang fundamentalisme karena fundamentalisme merupakan gerakan untuk

mengembalikan seluruh perilaku dalam tatanan kehidupan umat Islam kepada

Al-Qur’an dan Al-Hadits (Al-Kattani, 1999). Sebutan fundamentalis memang

terkadang bermaksud untuk menunjuk kelompok pengembali pemurnian ajaran

Islam. Tetapi terkadang istilah fundamentalis juga ditujukan untuk menyebut

gerakan radikalisme Islam (Husein, 1990).

Istilah maupun wacana teroris, radikal, ekstrem dan fundamentalis selalu saja

menjadi trademark Barat untuk memberikan perspektif dan citra negatif pada

dunia Islam dan sekelompok umat Islam. Padahal secara akademis istilah–istilah

tersebut tidak pernah terdefinisikan secara jelas, yang ada hanyalah untuk

menunjuk kepada jenis pemahaman Islam tertentu, sehinggan Istilah ini lebih

banyak bernuansa politis, ketimbang akademis. Padahal secara akademis

istilah-istilah tersebut tidak pernah terdefinisikan secara jelas yang ada hanyalah untuk

menunjuk kepada jenis pemahaman Islam tertentu, sehingga Istilah ini lebih

banyak bernuansa politis, ketimbang akademis. Apalagi, jika kemudian istilah ini

digunakan hanya untuk melakukan stigmatisasi terhadap kelompok-kelompok

Islam, yang memiliki pemahaman Islam yang tidak sesuai dengan Barat

(21)

Secara historis kemunculan radikalisme Islam di Indonesia ini bermula dari

kekecewaan umat Islam yang mana pada waktu itu sangat berkaitan erat dengan

penentuan dasar negara. Ketika itu usulan Ki Bagus Hadikusumo, Wahid

Hasyim, Kasman Singodimejo, dan Teuku Muhammad Hasan mengenai

pengakuan Islam sebagai agama resmi negara, persyaratan presiden harus seorang

muslim, dan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya (dikenal

dengan Piagam Jakarta) ditolak sebagian besar anggota sidang Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Kendatipun penolakan tersebut akhirnya dapat

diterima karena beberapa alasan, umat Islam memandang sebagai tindakan

penipuan dan pengkerdilan cita-cita umat Islam (Muttaqin, 2007).

Realita yang terjadi diIndonesia adalah masih banyak gerakan kekerasan yang

mengatasnamakan pembelaan terhadap agama. Gerakan-gerakan tersebut

mengatasnamakan Islam. Sejak tahun 2000-an peristiwa-peristiwa yang terjadi

diIndonesia yang mengatasnamakan Islam mulai mencuat di Indonesia. Isu ini

semakin diperkuat pasca peledakan gedung WTC (World Trade Center) yang

berada di Amerika. Tidak hanya itu di Indonesia pun Pada tahun 2002 peristiwa

bom Bali semakin menguatkan opini publik terhadap adanya Islam radikal di

Indonesia. Setelah terjadinya peristiwa bom Bali tersebut isu-isu yang membawa

nama Islam terus memojokan Islam, dan mulai membentuk stigma di masyarakat

(22)

6

Setelah masyarakat yang dibuat ketakutan dengan kerasnya Islam, karena pola

pikir di masyarakat yang sudah melekat dengan adanya pemberitan-pemberitaan

yang ada pada media-media, baik itu media cetak maupun elektronik. Kini

pemberitaan itu mulai masuk ke ranah kampus. Targetnya pun tidak lain adalah

mahasiswa dimana mahasiswa ini yang menjadi target sasaranya adalah

mahasiswa. Mahasiswa adalah pemilik masa depan yang diharapkan dapat

berperan sebagai agen perubahan, mahasiswa juga merupakan insan-insan

intelektual yang berada di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang

dididik untuk menjadi calon intelektual bangsa (Hamami, 2005).

Mahasiswa sebagai agen perubahan (agent of change) memiliki peranan yang

sangat penting dalam menyikapi stigma tersebut. Idealnya mahasiswa sebagai

kaum intelektual hendaknya tidak selayaknya menerima mentah-mentah isu

radikalisme Islam yang beredar di masyarakat yang secara tidak langsung sangat

menyudutkan umat Islam saat ini. Apalagi dalam kasus ini menyudutkan agama

tertentu, maka di sini mahasiwa dituntut untuk dapat berfikir jernih dan bisa

memilah-milah isu yang beredar saat ini.

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti mengenai persepsi

mahasiswa tentang isu Islam radikal. Dalam penelitian ini, penulis ingin

mengetahui persepsi mahasiswa di lingkungan FISIP Unila. Pemilihan

lingkungan FISIP Unila menjadi lokasi penelitian didasarkan pada beberapa

(23)

mempelajari tentang kehidupan sosial dan politik, mahasiswa FISIP lebih banyak

yang berfikir idealis karena mahasiswa di FISIP dituntut untuk berfikir kritis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : bagaimana persepsi mahasiswa

tentang isu Islam radikal di lingkungan FISIP Unila?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menggambarkan, dan menjelaskan

persepsi mahasiswa tentang isu Islam radikal.

D. Kegunaan Penelitian

Berdaraskan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan

di atas maka penelitian ini diharapkan dapat :

1) Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi empirik dan

pengetahuan seputar persepsi mahasiswa tentang isu Islam radikal serta dapat

dijadikan sarana untuk memperluas khasanah keilmuan dalam bidang

Sosiologi Islam dan Sosiologi Agama.

2) Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan

kontribusi informasi serta pengetahuan dalam memahami konsep radikalisme

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Persepsi

Persepsi adalah tanggapan untuk penerimaan langsung dari suatu serapan atau

proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca indranya (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 2007). Persepsi juga merupakan kemampuan untuk

membeda-bedakan antara benda yang satu dengan benda yang lainnya,

mengelompokan benda-benda yang berdekatan atau serupa serta dapat

memfokuskan perhatian pada suatu objek (Hamami, 2005).

Menurut Desiderato, persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi

(sensory stimuli). Hubungan dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian

dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak

hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori.

(Rakhmat, 1996)

Di dalam kamus lengkap psikologi, persepsi memiliki beberapa pengertian yang

meliputi antara lain:

(25)

b. Kesadaran dari proses-proses yang organis.

Variabel yang menghalangi atau yang ikut campur tangan berasal dari organisme

untuk melakukan perbedaan di antara prasangka. (Teachener) satu kelompok

pengindraan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman masa

lalu. Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta

merta mengenai sesuatu (Hamami, 2005).

Menurut Crech dan Cout Fiild (dalam Desi Agustina, 2006) bahwa ada dua faktor

utama yang menentukan persepsi seseorang yang pertama adalah fungsional.

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan pengalaman, masa lalu, dan hal lain

yang termasuk dalam faktor personal. Adapun faktor fungsional meliputi:

a. Kebutuhan

Kebutuhan sesaat dan kebutuhan menetap pada diri seseorang akan

mempengaruhi persepsi seseorang.

b. Kesiapan mental

Suasana seseorang akan mempengaruhi dan menentukan persepsi seseorang.

c. Suasana emosi

Seseorang baik dalam keadaan sedih, senang maupun gelisah akan sangat

mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek rangsangan.

d. Latar belakang budaya

Latar belakang dimana orang tersebut bersalah akan memperngaruhi dan

menentukan persepsi seseorang terhadap suatu objek rangsangan.

Faktor kedua yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang adalah faktor

(26)

10

pada sistem syaraf individu. Adapun faktor struktural tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Kemampuan

b. Daya tangkap indrawi

c. Seluruh daya tanggap yang ada pada manusia

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas maka dapat dinyatakan bahwa

persepsi adalah tanggapan yang diberikan oleh seseorang dalam memahami

gejala-gejala atau fenomena yang ada di lingkungan dengan menyimpulkan dan

menafsirkan informasi yang diperoleh melalui pancaindra.

B. Tinjauan tentang Mahasiswa

Ada beberapa pendapat mengenai definisi atau pengertian penting mahasiswa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan mahasiswa adalah

orang yang belajar atau menuntut ilmu pada suatu perguruan tinggi, baik negeri

atau pun swasta (Depdikbud, 1990). Mahasiswa merupakan kelompok generasi

muda penerus bangsa, yang sangat berperan di dalam masyarakat dan mempunyai

sifat dan watak yang kritis. Mahasiswa juga dapat dikatakan sebagai jembatan

untuk menyampaikan aspirasi masyarakat. Ini terbukti dengan adanya

demonstrasi yang dilakukan mahasiswa ketika kebijakan yang diberikan

pemimpin tidak sesuai dengan keinginan rakyat.

Menurut Taufik Abdullah, mahasiswa adalah pemilik masa depan yang

diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan, mahasiswa juga merupakan

(27)

swasta yang dididik untuk menjadi calon intelektual bangsa (Hamami, 2005).

Sedangkan menurut Arbit Sanit mahasiswa merupakan mereka yang belajar

menempuh latihan yang diberikan oleh kaum intelektual dan intelektual teknokrat

untuk menempah posisi mereka dikemudian hari (Hamami, 2005).

Mahasiswa adalah kelompok yang dalam struktur sosial masyarakat berada dalam

kelas menengah. Mereka mudah untuk berinteraksi dengan masyarakat kelas

bawah dan memiliki kemudahan akses serta kemungkinan mobilitas ke kelompok

atas. Oleh karena itulah mahasiswa seringkali dianggap sebagai jembatan nurani

masyarakat banyak yang mampu mewakili aspirasi masyarakat. Menurut Rishard

S. Adnan dan Arvan .P ada beberapa macam tipe-tipe mahasiswa yang

diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Kelompok Idealis Konfrontatif.

Mereka adalah mahasiswa yang aktif di kelompok-kelompok diskusi atau

lembaga-lembaga swadaya masyarakat, kegiatannya senantiasa bernuansa

pemikiran kritis mengenai perkembangan politik, ekonomi, sosial. dan budaya

serta teori yang mendasarinya, mereka ikut dalam aksi-aksi demonstrasi

memperjuangkan hak-hak rakyat yang tertiondas. Ciri khas kelompok ini adalah

non kooperatif, kelompok ini bersikap menolak posisi pemerintah dikarenakan

keyakinan mereka bahwa pemerintah yang berkuasa saat ini tidak sesuai dengan

norma, nilai, dan prinsip-prinsip demokrasi dan hak azasi manusia.

2. Kelompok Idealis Realistis

Kelompok ini juga aktif di berbagai diskusi dan lembaga LSM-LSM. Kelompok

(28)

12

kelompok ini cenderung kompromistis pemerintah tetapi berusaha mencari jalan

di tengah kepenatan iklim politik di tanah air.

3. Kelompok Oportunis.

Kelompok ini menunjukkan keberpihakannya kepada penguasa, mereka adalah

mahasiswa yang cenderung mendukung program-program pemerintah dan

berfihak kepada pemerintah.

4. Kelompok Profesional.

Mereka adalah para mahasiswa yang berorientasi professional dan kurang

berminat terhadap masalah ekonomi dan politik bangsa, mereka memilih untuk

menyelesaikan studi secepat mungkin, kemudian memperoleh pekerjaan yang

dapat menjamin masa depannya.

5. Kelompok Glamour.

Mereka adalah para mahasiswa yang kurang berminat terhadap masalah-masalah

sosial dan politik bangsa perbedaannya mereka memiliki kecenderungan rekreatif,

ciri yang menonjol dari mereka adalah kemampuan berbusana yang cenderung

glamour dan gaya hidupnya yang selalu mengikuti mode (Mediastutie, 2006).

Dalam dunia kampus secara universal mahasiswa terbagi dalam empat tipe atau

kelompok besar atau tipologi mahasiswa, yaitu:

a. Tipe mahasiswa yang berhasil dalam perkuliahan IP atau Indeks Prestasinya

tinggi serta aktif dan berhasil dalm pelbagai organisasi. Tipe mahasiswa yang

di puncak piramida ini sangat langka ditemukan, tipe mahasiswa pertama ini,

merupakan tipe yang ideal bagi mahasiswa, bagi orang tua dan bagi

(29)

b. Tipe mahasiswa yang biasa-biasa dalam perkuliahan Indeks Prestasi (IP)

sedang serta aktif dan berhasil dalam pelbagai organisasi. Mahasiswa tipe

kedua pada piramida ini, bukan kurang pandai atau mampu dalam

perkuliahan. Akan tetapi, kebanyakan mahasiswa tipe ini, belum mampu

menguasai atau me-manage waktu antara kuliah dan organisasi secara

profesional.

c. Tipe mahasiswa berhasil dalam perkuliahan Indeks Prestasi (IP) tinggi, tetapi

tidak terlibat dalam organisasi. Mahasiswa yang menempati posisi ketiga ini,

belajar merupakan santapan setiap hari. Mahasiswa tipe ini, kerap kali

dijuluki mahasiswa rumahan atau lebih senang di rumah ketimbang

membangun tata pergaulan di tengah-tengah kampus maupun masyarakat.

d. Tipe mahasiswa yang memperihatinkan bahkan gagal dalam perkuliahan

Indeks Prestasi (IP) pas-pasan atau gagal, serta tidak aktif dalam organisasi.

Mahasiswa tipe ini, tidak terlalu banyak, namun, mahasiswa tipe ini kerapkali

memberi citra buruk mahasiswa di tengah-tengah masyarakat. Bahkan siap

menambah deretan panjang angka pengangguran. (Ahmad, 2007)

Menurut Indra Kusumah setidaknya ada tiga aspek yang menjadi konsekuensi

identitas mahasiswa yaitu:

1. Aspek Akademis

Dalam aspek ini tuntutan peran mahasiswa hanya satu : belajar, belajar merupakan

tugas inti mahasiswa konsekuensi identitas mahasiswa dalam aspek lain

merupakan derivat dari proses pembelajaran. Mahasiswa sebagai bagian dari

civitas akasdemika harus menjadi insan yang memiliki intelektual karena itu

(30)

14

2. Aspek Organisasional

Tidak semua hal bisa dipelajari di kelas dan di laboratorium. Masih banyak hal

yang bisa dipelajari di luar kelas terutama yang hanya bisa dipelajari dalam

organisasi. Organisasi kemahasiswaan menyediakan kesempatan pengembangan

diri luar biasa dalam berbagai aspek, seperti aspek kepemimpinan, manajemen

keorganisasian, membangun Human Relation, Tim Building, dan sebagainya.

Organisasi juga sekaligus menjadi laboratorium gratis ajang aplikasi ilmu yang

didapat di luar kelas kuliah.

3. Aspek Sosial Politik

Mahasiswa merupakan bagian dari rakyat, bahkan ia merupakan rakyat itu sendiri.

Mahasiswa tidak boleh entitas teralenasi ditengah masyarakatntya sendiri. Ia

dituntut untuk melihat, mengetahui, menyadari, dan merasakan kondisi riil

masyarakatnya yang hari ini sedang dirundung krisis multidimensional.

Keaadaran ini mesti teremosionalisasikan sedemikian rupa sehingga tidak berhenti

dalam tataran kognitif, tapi harus terwujud dalam bentuk aksi advokasi. Dalam

tataran praktis, aksi advokasi ini sering bersinggungan dengan ketidakadilan dan

otoriterianisme kekuasaan.

Kampus memang bukan merupakan masyarakat sesungguhnya (Real Society), tapi

ia merupakan masyarakat semu (Virtual Society) dengan segala kemiripan

kompleksitas permasalahan serta struktur sosial dengan masyarakat sebenarnya.

Oleh karena itu mahasiswa bisa menjadikan kampus sebagai ajang simulasi yang

akan menjadi bekal sebenarnya ketika betul-betul terlibat dan terjun ke

(31)

Mahasiswa sebagai pemuda terdidik merupakan warisan termahal milik bangsa

ini. Dengan segala kemudaannya, mahasiswa berada dalam puncak kekuatan

manusia dalam berbagai aspek potensinya yaitu :

1. Potensi Spiritual

Ketika meyakini sesuatu, seorang pemuda dan mahasiswa sejati akan memberi

secara ikhlas tanpa mengharapkan pamrih. Mereka berjuang dengan sepenuh

hati dan jiwa.

2. Potensi Intelektual

Seorang pemuda dan mahasiswa sejati berada dalam puncak kekuatan

intelektualnya. Daya analisis yang kuat didukung dengan spesialisasi

keilmuan yang dipelajari menjadikan kekritisan mereka berbasis intelektual

karena didukung pisau analisis yang tajam.

3. Potensi Emosional

Keberanian dan semangat yang senantiasa mengebu-gebu dalam dada

berjumpa dengan jiwa muda sang mahasiswa. Kemauan yang keras dan

senatiasa menggelora dalam dirinya mampu menular ke dalam jiwa

bangsanya. Maka, jangan heran mereka pun seringkali menantang arus zaman

dan mampu membelokkan ke arah sejarah sebuah bangsa.

4. Potensi Fisikal

Secara fisik pun mereka berada dalam puncak kekuatan dan di antara dua

kelemahan. Kelemahan pertama adalah kelemahan bayi yang tak berdaya.

Kelemahan kedua adalah ketika tua (pikun). Mahasiswa sejati berlepas diri

(32)

16

Perpaduan keempat potensi di atas yang sedang berada dalam puncak

kekuatannya menjadikan mahasiswa dan gerakan yang dibangunnya

senantiasa diperhitungkan dalam keputusan-keputusan besar sebuah bangsa.

Seseorang yang telah memiliki identitas sebagai mahasiswa, maka ia memiliki

fungsi dan peran sebagai berikut :

1. Intelektual Akademisi

Mahasiswa adalah intelektual-intelektual muda yang merupakan aset bangsa

yang paling berharga. Mereka beraktivitas dalam sebuah Universitas yang

merupakan simbol keilmuan. Kampus sendiri sampai sekarang masih

dianggap sebagai benteng moral bangsa yang masih obyektif dan ilimiah.

2. Cadangan Masa Depan (Iron Stock)

Perjalanan sang waktu menjadikan regenerasi menjadi sebuah keniscayaan.

Mahasiswa adalah calon-calon pemimpin masa depan yang akan datang.

Mereka adalah kuncup yang perlu dipelihara supaya bertumbuh dan

berkembang menjadi bunga-bunga bangsa. Baik buruknya sebuah bangsa

tergantung kepada baik buruknya pemuda dan mahasiswa saat ini.

3. Agen Perubah (Agent Of Change)

Mahasiswa seringkali menjadi pemicu dan pemacu perubahan-perubahan

dalam masyarakat. Perubahan-perubahan yang diinisiasi oleh mahasiswa

terjadi dalam bentuk teoritis maupun praktis.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa mahasiswa adalah orang yang belajar di

(33)

intelektual agar menjadi kaum intelektual muda yang akan berperan sebagai

agen perubahan bagi bangsa di masa depan.

Uraian yang dijelaskan di atas maka pengertian persepsi mahasiswa adalah

tanggapan yang diberikan oleh kaum intelektual yang berperan sebagai agen

perubah yang dapat mengelompokan atau menyimpulkan informasi-informasi

yang ditangkap oleh panca indra dan di implementasikan ke dalam kegiatan

sehari-hari.

C. Pengertian Radikalisme]

1. Konsep Radikalisme

Istilah radikalisme berasal dari bahasa latin radix, yang artinya akar, pangkal dan

bagian bawah, atau bisa juga secara menyeluruh, habis-habisan dan amat keras

untuk menuntut perubahan. sedangkan secara terminologi Radikalisme adalah

aliran atau faham yang radikal terhadap tatanan politik; paham atau aliran yang

menuntut perubahan sosial dan politik dalam suatu negara secara keras

(radikalisme-islam-di-indonesia, http://www.yusufeff84.wordpress.com) diakses

tanggal 24 juli 2011.

Yang dimaksud dengan radikalisme adalah gerakan yang berpandangan kolot dan

sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka (Nasution,

1995). Pada dasarnya, istilah radikalisme sebenarnya bukan merupakan konsep

yang asing. Secara umum ada tiga kecenderungan yang menjadi indikasi

radikalisme. Pertama radikalisme merupakan respons terhadap kondisi yang

(34)

18

penolakan atau bahkan perlawanan. Masalah-masalah yang ditolak dapat berupa

asumsi, ide, lembaga atau nilai-nilai yang dipandang bertanggung jawab terhadap

keberlangsungan kondisi yang ditolak. Kedua, radikalisme tidak berhenti pada

upaya penolakan, melainkan terus berupaya mengganti tatanan tersebut dengan

bentuk tatanan lain. Ciri ini menunjukan bahwa di dalam radikalisme terkandung

suatu program atau pandangan dunia tersendiri. Kaum radikalis berupaya kuat

untuk menjadikan tatanan tersebut sebagai pengganti dari tatanan yang ada. Dengan demikian, sesuai dengan arti kata ‘radic’, sikap radikal mengandalkan

keinginan untuk mengubah keadaan secara mendasar. Ketiga, adalah kuatnya

keyakinan kaum radikalis akan kebenaran program atau ideologi yang mereka

bawa. Sikap ini pada saat yang sama dibarengi dengan panafian kebenaran sistem

lain yang akan diganti dalam gerakan sosial, keyakinan tentang kebenaran

program atau filosofi sering dikombinasikan dengan cara-cara pencapaian yang

mengatasnamakan nilai-nilai ideal seperti kerakyatan atau kemanusiaan. Akan

tetapi kuatnya keyakinan tersebut dapat mengakibatkan munculnya sikap

emosional dikalangan kaum radikalis (radikalisme-islam-di-indonesia,

http://www.yusufeff84.wordpress.com) diakses tanggal 24 juli .

Radikalisme keagamaan sebenarnya fenomena yang biasa muncul dalam agama

apa saja. Radikalisme sangat berkaitan erat dengan fundamentalisme, yang

ditandai oleh kembalinya masyarakat kepada dasar-dasar agama.

Fundamentalisme adalah semacam Ideologi yang menjadikan agama sebagai

pegangan hidup oleh masyarakat maupun individu. Biasanya fundamentalisme

akan diiringi oleh radikalisme dan kekerasan ketika kebebasan untuk kembali

(35)

masyarakat. Melihat fundamentalisme Islam sebagai dua tarikan berseberangan,

yakni, masalah ideologisasi dan politis kemudian Islam selalu akan berada

ditengahnya. Manusia tidak selalu paham sungguh akan perkara itu. Bahwa

fundamentalisme secara serampangan dipahami bagian substansi ajaran Islam.

Sementara fenomena politik dan ideologi terabaikan. Memahami Islam

merupakan aktivitas kesadaran yang meliputi konteks sejarah, sosial dan politik.

Demikian juga dengan memahami perkembangan fundamentalisme Islam.

Tarikan politik dan sosial telah menciptakan bangunan ideologis dalam pikiran

manusia. Nyatanya Islam tidak pernah menawarkan kekerasan atau radikalisme.

Persoalan radikalisme selama ini hanyalah permaianan kekuasaan yang mengental

dalam fanatisme akut. Dalam sejarahnya radikalisme lahir dari persilangan sosial

dan politik, Radikalisme Islam di Indonesia merupakan realitas tarikan

berseberangan itu. (Mubarak: 2008).

Ketika kita melihat gerakan-gerakan keagamaan di Indonesia, kita akan banyak

menemukan beberapa karakter yang sama baik cara, metode dan model yang

sering mereka lakukan. Baik itu gerakan yang baru ataupun yang lama. Dapat

dikatakan bahwa sebagian besar gerakan-gerakan yang diciptakan untuk merespon

aspek-aspek tertentu yang berkaitan dengan kehidupan sosial politik yang bisa

mendatangkan konsekuensi religiusitas tertentu.

2. Radikalisme Dalam Agama

Gerakan radikalisme yang muncul di Indonesia sebagian besar adalah berangkat

dari ketidakpuasan dan adanya keinginan untuk menjadikan atau menerapkan

(36)

20

korupsi, krisis yang berkepanjagan dan ketidak harmonisan antara kaya dan

miskin adalah akibat dari tidak diterapkannya syariat Islam.

Tindakan radikalisme sosial keagamaan sebagai tindakan seseorang atau

sekelompok orang yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan atas

dasar keyakinan agama. Sedangkan sikap radikalisme sosial keagamaan

merupakan kecenderungan untuk membenarkan, mendukung, atau menoleransi

paham atau tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan

tersebut atas dasar klaim paham keagamaan.

Komponen ini mencakup dari pengalaman partisipan atau ketersediaan untuk

turut berpartisipasi dalam tindakan radikal sosial keagamaan, pembenaran,

dukungan, ataupersetujuan terhadap tindakan-tindakan radikal, pemahaman

terhadap jihad sebagai tindakan fisik dengan kekerasan dengan klaim untuk

membela Islam dari ancaman dari luar Islam, pemahaman atas Islamdalam bentuk

Jinayat ataupun muamalat.

Masyarakat Indonesia masih rentan terhadap radikalisme berbasis sosial

keagamaan. Tingkat resistensi terhadap tindakan-tindakan radikal masih belum

kuat. Apabila dilihat lebih jauh lagi maka yang rentan terhadap radikalisme sosial

keagamaan adalah laki-laki yang berusia muda dan tinggal di

pedesaan.faktor-faktor psikologis pun sangat perpengaruh secara signifikan terhadap rendahnya

resistensi atas tindakan radikal, antara lain pemahaman terhadap ajaran Islam

yang cenderung legalistic dan eksklusif (tidak membuka diri terhadap

(37)

minoritas yang rendah, perasaan yang merasa umat Islam merasa dipojokan, dan

hadirnya organisasi-organisasi gerakan radikal.

Gerakan Islam dimasing-masing daerah juga memiliki karakteristik tersendiri,

karena factor demografis, etnis, historis, tujuan dan agenda yang tidak seluruhnya

sama. Akibatnya ideologi dan metode yang digunakan setiap gerakan juga akan

berbeda ada yang bersifat kedaerahan dan ada pula yang bersifat nasional.

Walaupun ada benang merah dan persamaan gerakan Islam dewasa ini yaitu ingin

menegakan syariat Islam di Indonesia. Gerakan tersebut memiliki cara yang

berbeda-beda ada yang menggunakan kekerasan dan tidak sedikitpun yang

menggunakan jalur politik, legal formal dan pendidikan.

D. Kerangka Pemikiran

Manusia adalah makhluk hidup yang terikat dengan manusia sekitarnya. Sebagai

makhluk sosial, manusia selalu melakukan interaksi dengan makhluk lainnya,

karena manusia selalu tergantung dengan makhluk yang lain. Interaksi sosial

merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial

merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan

antara orang perorangan dengan kelompok manusia (Soekanto, 1990).

Dalam kehidupan, interaksi yang dilakukan oleh manusia dikarenakan adanya

komunikasi dan proses sosialisasi yang terjadi. Setiap manusia selalu melakukan

proses sosialisasi dalam kehidupannya. Seperti halnya orang dewasa yang telah

dulu melakukan interaksi dan sosialisasi dalam kehidupan mereka, mahasiswa pun

(38)

22

Islam adalah agama yang mulia, juga merupakan agama yang berkembang pesat

dan memiliki penganut yang cukup banyak diIndonesia. Akhir-akhir ini Islam

sangat terguncang oleh berbagai isu yang tidak mengenakkan, yakni Islam

dituduh sebagai agama teroris, yakni bermula dengan adanya

penyerangan-penyerangan di berbagai daerah maupun berbagai negara yang mengatasnamakan

agama. Belum lagi pemberitaan-pemberitaan miring tentang Islam yang selalu

disudutkan hingga pada akhirnya masyarakat semakin takut untuk Mengikuti apa

yang diajarkan oleh Rosul. Akhirnya masyarakat menjadi asing dengan

sunah-sunah yang ada sehingga enggan untuk lakukannya. Hal ini terjadi karena stigma

yang ada pada mereka sudah melekat kuat dan apa-apa yang berbau Islam

dianggap hal yang asing. Dengan kata lain mahsiswa yang seyogyanya dikatakan

sebagai makhluk yang cerdas dan dapat berfikir kritis sudah sepantasnya dapat

menganalisa serta mempelajari kasus-kasus yang mendera agama Islam yang saat

ini sedang diguncang isu yang tidak mengenakan.

Karena begitu kompleksnya permasalahan yang terjadi yang mendera agama

Islam ini maka sudah sepantasnya mahasiswa berfikir kritis dan tidak menerima

mentah-mentah isu-isu yang berkaitan mengenai agama Islam pada saat ini.

Akibat dari isu ini banyak masyarakat yang terpengaruh hingga mereka menjadi

takut dan antipati terhadap orang-orang Islam yang menjalankan syariat dan sunah

Islam, semisal ketika melihat orang yang berjenggot, bercelana di atas matakaki,

orang yang menggunakan baju gamis dan lain sebagainya.

Pemberian pembelajaran kepada masyarakat serta mahasiswa pada khususnya

(39)

dimaksudkan agar mahasiswa dapat memahami dengan benar ajaran-ajaran Islam

yang sesuai dengan ajaran Rosullulah dan para sahabatnya, supaya tidak menjadi

korban pencucian otak oleh para penganut aliran-aliran sesat yang banyak

berkembang pesat di Indonesia pada saat ini.

Jika melihat masalah yang terjadi di Indonesia saat ini yang berkaitan dengan isu

terorisme, selalu saja tidak luput untuk mengaitkannya dengan Islam. Untuk itu

mahasiswa sebagai agen perubahan hendaknya dapat menanggapi masalah ini

dengan kritis dan berfikir dengan melihat masalah ini dari sudut pandang agama

serta masalah-masalah sosial , yang mana imbasnya adalah seluruh masyarakat

(40)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Metode penelitian adalah urutan kerja yang harus dilakukan dalam melaksanakan

penelitian, termasuk alat-alat apa yang digunakan untuk mengukur maupun untuk

mengumpulkan data serta bagaimana melakukan penelitian di lapangan (Nazir,

1988). Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2000) mendefinisikan

metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tulisan atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati. Metode ini, diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik

(utuh dan menyeluruh). Holistik didasarkan pada suatu premis bahwa tidak ada

sesuatu gejala apapun yang dapat menjelaskan dirinya sendiri. Setiap gejala hanya

dapat dipahami atau dijelaskan maknanya oleh gejala-gejala lainnya yang terkait

dengan gejala tersebut, yang secara bersama-sama gajala-gejala tersebut

merupakan unsur yang saling terkait satu sama lain secara menyeluruh.

Menurut Bikle (dalam Moleong, 2000) ia mengungkapkan bahwa penelitian

kualitatif lebih banyak menekankan segi “proses” daripada “hasil”. Hal ini

disebabkan oleh hubungan bagian-bagian akan jauh lebih jelas apabila diamati

(41)

sangat mementingkan metode pemahaman (verstehen) dari penelitian untuk

membimbingnya menemukan hal-hal yang tidak diduga sebelumnya dalam

membangun sebuah teori. Selain menekankan pentingnya kedudukan penelitian

sebagai instrumen penelitian yang melakukan pengamatan dengan sasaran

penelitian yang dilihat secara holistik (utuh dan menyeluruh), penelitian kualitatif

juga sangat mengutamakan proses penelitian daripada hasil.

Jadi dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu

metode yang menggambarkan data yang ada secara utuh dan menyeluruh, yang

pelaksanaanya tidak terbatas pada pengumpulan data dan penyusunan data saja,

tetapi meliputi sebuah analisis dan sebuah interpretasi data. Dengan alasan

tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk

mengetahui dan menjelaskan persepsi mahasiswa tentang isu Islam radikal.

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, diharapkan penelitian ini dapat

menjelaskan secara menyeluruh dan mendalam objek yang akan diteliti yaitu

persepsi mahasiswa dalam menanggapi isu Islam radikal, khususnya mahasiswa

FISIP Unila.

B. Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, hal yang harus diperhatikan adalah masalah dan fokus

penelitain. Fokus memberikan batasan dalam studi dan batasan dalam

pengumpulan data, sehingga dalam pembatasan ini penelitian akan fokus

memahami masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian. Oleh karena itu

(42)

26

membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan data yang tidak

relevan, agar tidak dimasukkan ke dalam sejumlah data yang sedang

dikumpulkan, walaupun data itu menarik. Perumusan fokus atau masalah dalam

penelitian kualitatif bersifat tentatif, artinya penyempurnaan rumusan fokus atau

masalah itu masih tetap dilakukan sewaktu penelitian sudah berada di lapangan,

bahkan sering kali disamakan dengan masalah yang akan dirumuskan dan menjadi

acuan dalam penentuan fokus penelitian (Lexy J. Moleong, 2000).

Lexy J. Moleong (2000) menjelaskan bahwa ada dua maksud yang ingin dicapai

penelitian dalam merumuskan masalah dengan jalan memanfaatkan fokus.

Pertama, penetapan fokus dapat membatasi studi. Kedua, penetapan fokus itu

berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-inklusi atau kriteria masuk keluar suatu

informasi yang baru diperoleh di lapangan.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian penulis adalah Persepsi

mahasiswa FISIP Unila tentang isu Islam radikal yang kemudian difokuskan

kembali menjadi:

1. Profil informan

2. Pengetahuan mahaasiswa tentang Islam

3. Keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan organisasi keagamaan

4. Persepsi mahasiswa temtang Islam radikal

(43)

C. Lokasi Penelitian

Dalam usaha mencari data yang diperlukan, maka dipilih lokasi penelitian. Lokasi

penelitian yang dipilih yaitu adalah Universitas Lampung tepatnya yaitu pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Alasan memilih lokasi di FISIP yakni

mahasiswa FISIP mempelajari ilmu sosial dan politik dan juga mahasiswa FISIP

yang berfikir kritis dan idealis sehingga peneliti dapat lebih memfokuskan

penelitiannya.

D. Penentuan Informan

Menurut Moleong, informan adalah orang-orang yang ada pada latar penelitian.

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang

situasi dan kondisi latar penelitian. Informan merupakan orang-orang yang secara

langsung terkait pada penelitian (Moleong, 2004). Penentuan informan pada

penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling, dimana pemilihan

informan dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan

ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Adapun kriteria-kriteria informan yang

dipilih adalah mahasiswa FISIP yang pernah atau masih aktif di dalam organisasi

keagamaan baik di internal kampus ataupun eksternal kampus.

E. Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yang akan dijadikan

sumber pengolahan data, yaitu :

(44)

28

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data ini dapat

diperoleh secara langsung maupun mengajukan pertanyaan langsung kepada

sumber data berdasarkan pedoman wawancara yang dibuat oleh penulis, sehingga

jawabannya langsung berasal dari lapangan maupun dari dari sumber itu sendiri.

2) Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi yang telah

dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain. Data ini mendukung data primer, yaitu

data yang mendukung masalah penelitian. Data sekunder biasanya berupa

publikasi dalam bentuk foto dan literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dan informasi pada penelitian ini digunakan

tekhnik pengumpulan data, yaitu:

1. Riset lapangan

Penulis langsung turun ke lapangan untuk, melakukan pengamatan secara

langsung. Riset lapangan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

2. Observasi lapangan

Yaitu cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan

pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi merupakan

pengamatan langsung ke tempat objek penelitian dan penulis ikut terjun langsung.

3. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggali informasi dengan

mengajukan tanya jawab atau percakapan secara langsung dengan sumber data

(45)

Dengan menggunakan metode wawancara ini, diharapkan peneliti akan

mendapatkan data primer yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Studi Kepustakaan

Merupakan pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Cara ini dilakukan dengan

mempelajari dan mengutip dari buku, peraturan-peraturan dan sumber lainnya

yang diperlukan oleh penulis dalam mengembangkan penelitiannya.

G. Teknik Analisis Data

Patton dalam Moleong (2000) mendefinisikan analisis data adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan

satuan urutan dasar. Sedangkan Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2000)

mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal

untuk menentukan tema dan rumusan hipotesis (ide), seperti yang disarankan oleh

data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu.

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis data adalah proses

mengatur urutan data, kategori sehingga bisa dijadikan pola yang memiliki

relevansi dengan teori-teori yang digunakan dalam penelitian, yang kemudian

dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data. Dalam penelitian ini, digunakan metode analisis data

kualitatif dan menggunakan tiga komponen analisis (Patton dalam Moleong,

2000), yaitu :

(46)

30

Data yang diperoleh di lapangan dituangkan ke dalam laporan atau uraian yang

lengkap dan terperinci. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu

dan mengorganisasikan sedemikian rupa, sehingga kesimpulan finalnya dapat

ditarik dan diverifikasi. Dalam penelitian ini reduksi data dilakukan pada data

primer yaitu, hasil wawancara. Data yang diperoleh di-editing, dirangkum,

difokuskan pada hal-hal yang penting dan dibuat kategori-kategori yang

menjelaskan seputar persepsi mahasiswa dalam menanggapi isu Islam radikal.

2. Penyajian (Display) Data

Penyajian data ini dimaksudkan untuk memudahkan Peneliti melihat data secara

keseluruhan dan bagian-bagian penting. Bentuk penyajian data yang digunakan

pada data kualitatif adalah bentuk teks naratif, oleh karena itu informasi yang

kompleks akan disederhanakan ke dalam bentuk tabulasi yang selektif dan mudah

dipahami.

3. Menarik Kesimpulan

Proses ini merupakan kegiatan yang sudah dilakukan sejak pengumpulan data

melalui wawancara dan mengambil/mengutip informasi-informasi terkait dengan

(47)

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Universitas Lampung

Usaha untuk mendirikan perguruan tinggi di daerah keresidenan lampung, timbul

dari dua panitia yang lahir pada tahun 1959, yaitu panita pendirian dan perluasan

sekolah lanjutan (P3SL) di Tanjung karang, yang diketuai oleh Zainal Abidin

Pagar Alam dan sekertarisnya Tjan Djie Soe dan panitia dibentuk di Jakarta pada

tanggal 20 Agustus 1995 dengan ketua Nadirsjah Zaini, M.A dan sekertarisnya

Hilman Hadikusuma. Pada tanggal 19 Januari 1960 mengadakan musyawarah

dengan tokoh-tokoh masyarakat Lampung untuk mempersiapkan berdirinya suatu

perguruan tinggi. Pada waktu itu P3SL dirubah namanya menjadi Panitia

Pendirian Perluasan Sekolah Lanjutandan Fakultas (P3SLF) dengan ketua Zainal

Abidin Pagar Alam dan Sekertarisnya Tjan Djie Soe.

Pada tanggal 19 Juli 1960 Sekertariat Faktultas Ekonomi Hukum Sosial (FEHS)

Lampung dibuka di aula gedung sekolah bekas Hak Wai di jalan Hassanudin No.

34 Teluk Betung, oleh tiga mahasiswa yang mewakili P3SLF, yaitu Hilman

Hadikusuma, Alhusniduki Hamim, dan Abdoel Moeis Rajda Hukum. Pada

(48)

32

P3YPTL, maka kedua panitia tersebut dilebur menjadi satu yayasan dengan nama

Yayasan Pembina Perguruan Tinggi Lampung (YPPTL) dengan akte Wakil

Notaris M.M Effendi No. 24 tanggal 23 November 1960, bertugas membina

fakultas yang baru didirikan tersebut dan mengusahakan perubahan statusnya

menjadi negeri.

Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Universitas Sriwijaya (dr. M. Isa) No.

D-40-7-61 tanggal 14 Februari 1961, terhitung tanggal 1 Februari 1961 ditetapkan

jurusan FEHS Lampung menjadi “cabang” Fakultas Ekonomi Unsri dan bulan

Januari Hukum FHES menjadi cabang Fakultas Hukum Unsri. Pada tanggal 15

Februari 1961 H. Zainal Abidin Pagar Alam ditunjuk sebagai anggota Kurator

Universitas Sriwijaya di Wilayah Lampung atas dasar Surat Keputusan Presiden

Unsri No.UP/031/C-1/1961. Mr. Hoesin Effendi mendapatkan kepercayaan untuk

memimpin Fakultas Hukum dan Drs. Moersalim diberi kepercayaan memimpin

Fakultas Ekonomi.

Pada tahun 1962, Mr. Rusli Dermawan diberi kepercayaan untuk memimpin

penyelenggaran pendidikan pada Fakultas Hukum, dan Drs. P. Sitohang

memimpin Fakultas Ekonomi dengan Drs. Subki E. Harum sebagai sekertaris

fakultas. Dalam rangka penyelesaian studi mahasiswa cabang Fakultas Hukum

dan cabang Fakultas Ekonomi Unsri tersebut, atas persetujuan Presiden Unsri,

pada tahun 1964 diadakan hubungan afiliasi dengan Universitas Indonesia di

(49)

Harapan Masyarakat Lampung untuk memiliki sebuah Universitas Negeri yang

berdiri sendiri dapat terkabul. Hal ini terbukti dengan diterbitkannya surat

Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) No. 195

tahun 1965 yang menyatakan bahwa sejak tanggal 23 September 1965 berdiri

Universitas Lampung (Unila), yang pada saat itu memiliki dua fakultas yaitu

Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi.

Kusno Danupoyo yang pada saat itu sebagai Gubernur Lampung, diangkat

sebagai pejabat Ketua Presidium Universitas Lampung hingga pada tahun 1966

diganti kedudukannya oleh gubernur yang menggantikannya, yaitu Hi. Zainal

Abidin Pagar Alam. Kemudian dikukuhkan melalui keputusan keputusan Presiden

Republik Indonesia No. 73 tahun 1966 tentang pendirian Universitas Lampung.

Pada tahun 1968, institut kesenian dan ilmu pendidikan (IKIP) Jakarta Cabang

Tanjungkarang dengan keputusan Direktorat Jendral Perguruan Tinggi No.1 tahun

1968, diintegrasikan kedalam Unila menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Universitas Lampung semakin maju dan berkembang seiring dengan

perkembangan zaman.

Pada tahun 1967 berdiri sebuah fakultas baru yaitu Fakultas Pertanian berdasarkan

surat keputusan Presidium Unila No. 756/KPTS/1967, yang kemudian

dikukuhkan dengan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.

0206/01973, sehingga sejak tanggal 16 Maret 1973, secara resmi Fakultas

Pertanian menjadi bagian integral dalam wadah Universitas Lampung. Setelah

pendirian Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik dibentuk berdasarkan Surat

(50)

34

Namun karena adanya berbagai kendala, fakultas ini tidak dapat melanjutkan

keberadaannya dan dengan Surat Keputusan No. 101/B/11/72, Fakultas Teknik

tidak menerima mahasiswa baru lagi dan sejumlah mahasiswa fakultas ini

disalurkan ke fakultas lainnya.

Dalam perkembangan selanjutnya dengan dukungan Pemerintah Daerah Provinsi

Lampung, dibentuk lagi Panitian Persiapan Pembukaan Fakultas Teknik Sipil.

Pada tanggal 13 Januari 1978 berdasarkan surat Keputusan Rektor Unila

No.08/KPTS/R/1979 tanggal 8 januari 1979, dibentuk Fakultas Teknik

(persiapan) Unila, dengan pokok pendidikan pengairan, perhubungan dan

konstruksi. Akan tetapi berdasarkan surat Keputusan Presiden RI No.43/M/1978,

Fakultas Teknik (persiapan) Unila ditetapkan sebagai Fakultas Non Reguler

Teknologi . Selanjutnya dalam surat Keputusan Mentri Pendidikan dan

Kebudayaan RI No. 0132/0/1991 tanggal 6 Juni 1995 Fakultas Non Reguler

Teknologi statusnya diubah menjadi Fakultas Teknik.

Pada tahun akademik 1986/1987 dibuka Program Studi (PS) Sosiologi dan

Program Studi Ilmu Pemerintahan, dibawah naungan Fakultas Hukum. Untuk

mengkoordinasikan akademiknya, dibentuk persiapan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik (persiapan FISIP). Dalam perkembangannya berdasarkan surat

Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0333/0/1995, persiapan

FISIP resmi menjadi FISIP. Pada tahun akademik 1989/1990 dibuka program

studi biologi dan kimia dibawah naungan Fakultas Pertanian. Untuk

(51)

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (persiapan FMIPA). Dalam

perkembangannya berdasarkan surat Keputusan Mentri Pendidikan dan

Kebudayaan RI No. 0334/0/1995, persiapan FMIPA resmi menjadi FMIPA.

Pada tahun akademik 2002/2003 dibuka program kedokteran. Berdasarkan SK

Dikti No.3195/D/I/2003, Unila mendapatkan izin menyelenggarakan program

pendidikan Dokter yang tahun ajaran 2002/2003 mulai menerima mahasiswa baru.

Dengan demikian saat ini Unila terdiri dari tujuh fakultas, yaitu Fakultas Hukum,

Fakultas Pertanian, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas

Teknik dan Fakultas Kedokteran. Pada tahun 1999 Unila menyelenggarakan

Program Pascasarjana yang dimulai oleh Program Studi Magister Teknologi

Agroindustri dan Magister Hukum, diikuti oleh Magister Manajemen dan

Agronomi pada tahun 2002, Magister Teknologi, Pendidikan pada tahun 2001 dan

Magister Agribisnis pada tahun 2004. Pada tahun 2002 Unila memiliki program

pascasarjana mengkoordinir dan menetapkan baku mutu program studi

pascasarjana, Unila juga menyelenggarakan Program Diploma.

Pada awalnya, Unila berada di tiga lokasi yaitu jalan Hasanudin No. 34,

Kompleks jalan Jendral Soeprapto No.61 Tanjung Karang dan Kompleks jalan

Sorong Cimeng Teluk Betung. Sejak tahun 1973-1979 telah dibangun kampus

Unila Gedongmeneng dan saat ini semua fakultas sudah berada didalam kampus

tersebut. Sejak tanggal 25 Desember 1965 sampai dengan 28 Mei 1973, Unila

(52)

36

(satu) Provinsi Lampung. Sejak Mei 1973 sampai sekarang Unila dipimpin secara

berurut adalah sebagai berikut :

Prof. Dr. Ir. Hi. Sitamalu Arsyat (1973 - 1981)

Prof. Dr. R. Margono Selamet (1981 – 1990)

H. Alhusniduki Hamim S.E, M.Sc (1990 – 1998)

Prof. Dr.Ir. Muhajir Utomo M.Sc (1998 – 2007)

Prof.Dr.Ir. Sugeng P. Harianto M.S (2007 – sekarang)

B. Sejarah Singkat Berdirinya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Sifat Masyarakat Indonesia yang majemuk yang tercermin dalam komposisi

masyarat di daerah Lampung, karena hampir semua etnis ada. Sejak tahun 1905

Lampung telah menjadi intergrasi antar suku melalui pelaksanaan kognialisasi,

yang kemudian pada tahun 1905an berkembang menjadi program transmigrasi.

Migrasi penduduk ke Lampung tidak hanya melalui koordinasi pemerintahan saja,

tetapi banyak juga yang secara spontan membentuk pemukiman – pemukiman

baru. Keanekaragaman suku dan budaya ini merupakan potensi pembangunan itu

sendiri apabila dibina dan diarahkan sesuai perencanaan yang matang. Dengan

demikian, keanekaragaman suku dan budaya tersebut membutuhkan adanya

sistem pendidikan yang multidisiplin guna memenuhi tuntutan pembangunan serta

(53)

Universitas Lampung sebagai salah satu institusi perguruan tinggi dengan pola

ilmiah pokok yaitu Pembangunan Wilayah Lahan Kering, berupaya ikut serta

memenuhi tuntutan tersebut. Salah satunya adalah mendidik tenaga – tenaga muda

dan potensial yang memiliki dasar – dasar pengetahuan kepemimpinan,

pemberdayaan masyarakat, kebijakan public, komunikasi, organisasi, bisnis dan

manajemen, tata nilai serta perilaku perubahan masyarakat dengan segala

dinamika serta permasalahannya. Untuk itu, Universitas Lampung bersama - sama

dengan pemerintah daerah berusaha mengembangkan fakultas – fakultas baru

yang relevan dengan rencana pengembangan daerah. Salah satu fakultas yang

relevative baru yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unila mulai melaksanakan kegiatan

tridharma perguruan tinggi berdasarkan SK Rektor Universitas Lampung No.

90/KPTS/R/1983 tanggal 28 Desember 1983 tentang Panitian Pendirian Persiapan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Keberadaan FISIP

Unila dalam lingkungan Fakultas Hukum sebagai induk persiapan FISIP,

dikukuhkan dengan Sk Dirjen DIKTI Depdikbud RI No. 103/DIKTI/Kep/1984

tertangal 21 Agustus 1984, oleh karenanya mulai tahun akademik 1985/1986

persiapan FISIP Unila menerima mahasiswa baru melalui jalur PMDK dan

SUPERMARU. Kepanitian pendirian FISIP ini disempurnakan dengan SK Rektor

Universitas Lampung No. 85/KPTS/R/1986 tanggal 22 Oktober 1986 tentang

panitia pembukaan persiapan FISIP Unila. Panitian persiapan ini dipimpin oleh

seorang ketua yang berada dalam naungan dan bertanggung jawab langsung

(54)

38

111/KPTS/R/1989 tanggal 29 Desember 1989, bahwa panitia bertugas dan

bertanggung jawab untuk melaksanakan:

1. Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran

2. Penelitian dalam tangka pengembangan ilmu dan teknologi

3. Pengabdian kepada masyarakat

4. Pembinaan civitas akademika

5. Kegiatan pelayanan administrasi

Adapun ketua persiapan FISIP Unila adalah :

 Drs. A. Kantan Abdullah (1985 – 1991)

 Drs. Abdul Kadir ( 1991 – 1997)

FISIP Unila resmi berdiri sebagai fakultas berdasarkan SK Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan RI tanggal 15 November 1995 No. 0333/0/1995 tentang

pemukaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Pada

awalnya FISIP hanya mendirikan dua program studi yaitu sosiologi dan ilmu

pemerintahan. Status kedua program studi ditingkatkan menjadi jurusan

berdasarkan Sk Dirjen DIKTI Depdikbud RI No. 49/DIKTI/Kep/1997 tentang

pembentukan program studi Ilmu Komunikasi. Pada tanggal 1 Juli 1998 terbit

surat keputusan Dirjen DIKTI No. 22/DIKTI/Kep/1998 tentang pembentukan

program studi strata 1 (satu) reguler yaitu Administrasi Negara dan Ilmu

Administrasi Negara.

Dalam rangka memenuhi harapan masyarakat dan ketersediaan tenaga kerja yang

Referensi

Dokumen terkait

hasil refleksi siklus I agar siklus ke II lebih efektif  Menyiapkan blangko observasi  Menjelaskan materi secara umum hasil dari siklus I  Melakukan Tanya jawab

Dialisis adalah suatu proses pemisahan molekul – molekul besar dari ion – ion sederhana dengan menggunakan membran berdasarkan difusi. Proses ini terjadi karena

Penerapan putusan serta merta seringkali tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya, sehingga akhirnya Mahkamah Agung mengeluarkan SEMA RI No.. Setelah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara komunikasi keluarga dengan kepercayaan diri pada remaja dan hubungan antara persepsi terhadap pola

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ada tersebut, tidak semua diteliti karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang dimiliki oleh penulis, maka

Aplikasi Penilaian Harga Pokok Persediaan Kain Batik Dengan Metode Harga Rata-rata Menggunakan Php dan Mysql Pada Toko Batik

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian dua lubang dan tiga lubang pada ujung cetak tersebut dapat mereduksi faktor konsentrasi tegangan dengan

Pengaruh eksternal berupa latar belakang keluarga dan pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu bentuk pembelajaran sosial yang didapat oleh siswa dimana