(Skripsi)
Oleh
Guntur Wira Yudha
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PERSEPSI MAHASISWA TENTANG ISU ISLAM RADIKAL (Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP Universitas Lampung)
Oleh
Guntur Wira Yudha
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menggambarkan, dan menjelaskan persepsi mahasiswa tentang isu Islam radikal. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa FISIP Universitas Lampung dimana mahasiswa FISIP mempelajari ilmu sosial dan politik dan juga mahasiswa FISIP yang berfikir kritis dan idealis. Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan secara kualitatif. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 4 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan riset lapangan, observasi lapangan, wawancara, dan studi pustaka. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persepsi mahasiswa yang terkait dengan pemahaman isu Islam radikal dapat dikatakan hampir seragam, terdapat kesamaan pandangan dan sikap terkait dengan isu tersebut. Keempat informan yang mengungkapkan bahwa isu Islam radikal selalu identikkan dengan teroris atau penggunaan kekerasan (garis keras) dalam penerapan beberapa kaidah keagamaan. Dalam aspek ini, media massa turut ambil bagian dalam menciptakan isu Islam radikal terkait dengan teroris.
STUDENT PERCEPTIONS ON THE ISSUE OF RADICAL ISLAM (Case Studies On Student FISIP University of Lampung)
By
Guntur Wira Yudha
This research’s goal is to determine, describe, and explain the studens perceptions about the issue of radical islam. This research conducted on students of FISIP University of Lampung where students of FISIP University of Lampung studies social and political science and also students of FISIP University of Lampung the critical thinking and idealis. This type of research is descriptive qualitative approach. Total of informants in this research were 4 people. Data collection techniques in this research is used field research , field observation, interview, and literature. The data analysis in this research is used data reduction, data presentation, and drawing conclusions. Based on the research results, it is known that student perceptions related to imderstanding the issue of radical islamic can be common views and attitudes related to this issue. The fourth informant who revealed that the issue of radical islam has always synonymous with terrorism or the use of violence ( hard line ) in the application of some religious rules. In this aspect, the mass media took part in creating radical Islam issue related to terrorist.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 31 Desember
1988 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan
Bapak Zainuddin dan Ibu Zuariyah.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal, pendidikan
pertama yang penulis peroleh yaitu di TK Dwi Warna
Panjang pada tahun 1993-1995. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan
Sekolah Dasar di SDN 1 Panjang Selatan, pada tahun 2001. Sekolah Menengah
Pertama di SLTP Negeri 3 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2004.
Sekolah Menengah Umum di SMA Negeri 6 Bandar Lampung, pada tahun 2007.
Pada Juli tahun 2007 penulis diterima di Perguruan Tinggi Negeri Universitas
Lampung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi melalui jalur
Non Reguler atau Ekstensi.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi FSPI, Anemon Himbio,
serta pernah menjadi tutor BBQ (2009-2010). Penulis juga telah melakukan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Dinas Sosial Provinsi Lampung pada tahun
Dengan segenap rasa syukurku Atas ranmat, berkah dan segala kemudahan yang
telah diberikan Allah SWT Kupersembahkan karya sederhanaku ini kepada :
Nenek ku tersayang Kau lah inspirasiku.
Usia senja tak membuatmu surut semangat untuk selalu tersenyum.
Tubuh yang tak lagi tegak dan kulit yang sudah keriput tak menghalangimu untuk selalu memperhatikan anak dan cucumu tercinta
Semoga Tuhan memberikan kebahagian dan kedamaian dalam hidupmu Kasih sayangmu abadi dalam hidupku..
Orang Tuaku tercinta
Ayah , Ibu kaulah malaikat dalam hidupku yang menjagaku di dunia ini.
kasih sayangmu tulus tanpa pamrih yang tidak ada duanya di hidupku. Akanku lakukan yang terbaik bagimu semampuku.
Semoga Tuhan Menyayangimu sebagaimana kau telah menyayangiku sedari kecil. Semoga kau selalu mendapatkan rizki yang penuh berkah dan melimpah… amin…
Adikku dan Kakakku Tersayang
Terimakasih karena telah memberikan ku semangat untuk menyelsaikan kuliah dan skripsiku kalian adalah semangat untuk skripsiku.
Seluruh Keluarga Besarku
Sahabat-Sahabat terbaikku
Seeorang yang kelak akan mendampingiku saat suka ataupun duka
MOTO
Sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
(Ar Ra’d :11)
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibu mu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur
(An Nahl : 78)
Kenalilah kebenaran maka enkau akan tahu mana yang benar.
Sebaik-baik kamu adalah yang paling banyak manfaatnya
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillaahirobbil’alamiin, segala puji dan syukur bagi Allah, karena hanya
dengan rahmat dan hidayahNya-lah penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
Salawat serta salam senantiasa penulis sampaikan kepada junjungan besar Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi Universitas Lampung. Penulis menyadari
bahwa isi yang tersaji di dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Mama dan Papa yang tidak pernah lelah untuk mendoakan dan membiayai
yang terbaik untukku. Mama dan Papa yang telah membesarkanku dengan
penuh kasih sayang, yang telah mengajariku banyak hal. Terimakasih
karena Mama dan Papa telah menjadi malaikat yang menjagaku di dunia
ini. Semoga Allah SWT memberikan rasa kasih sayang serta kebahagiaan
dan kedamaian serta melindungi Papa dan Mama.
2. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Susetyo, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu
4. Ibu Dra Anita Damayantie, MH selaku Sekertaris Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan juga
Pembimbing Akademik.
5. Bapak Teuku Fahmi, S. Sos, M. Krim. selaku dosen pembimbing,
terimakasih atas ilmu, motivasi dan nasehat serta kesabaran yang telah
Bapak berikan dalam proses bimbingan skripsi ini.
6. Ibu Dr. Erna Rochana, M. Si. selaku dosen pembahas, terimakasih atas
ilmu, masukan, saran serta kritik yang telah bapak berikan dalam
penyempurnaan skripsi ini.
7. Ibu Endry Fatimaningsih, S. Sos, M. Si, selaku dosen pembimbing PKL
terima kasih untuk masukan dan bimbinganya.
8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis selama menjadi mahasiswa.
9. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung yang telah banyak membantu.
10.Adik dan Kakakku yang telah memberikan semangat yang membuatku
semakin termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
11.Keluarga besarku, keluarga besar di Teluk, Keluarga di Surabaya Keluarga
di Semarang, dan keluarga besar lainya, terimakasih atas doanya semoga
Allah SWT selalu menjaga tali silaturahmi keluarga.
12.Sahabat-sahabat seperjuangan dalam suka dan duka yang telah mewarnai
kisahku saat kuliah dan telah memotivasi serta membantu dalam
persatu. Sahabat dari SMA Angga Pratama Megananda, Agung Ariyono,
Didik Permadi, Ade Ramadha P, Teguh, Epoy, Resty, Elza,Vivia. Dan
teman-teman yang lainya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu Special
thanks to Rani dan Eza yang banyak membantu dan juga telah menjadi
teman seperjuangan selama mengerjakan skripsi sampai akhir kuliah,
Terima kasih buat Neni, Fitri, Dwi, Dwi Octha, Siska, Tika dll. kasih
untuk teman-teman yang ada di PT. PNM (Persero) yang sudah
memberikan suportnya, trima kasih buat teman dan sahabatku Duwi
Rahayu, Anik SN, Desi Wulandari, Endah, Nanda Pratama Arie, Adi
Marthadinata, Bang Nizar bang Ronald, Jenita Triyana Bang Ari Bang
Rezki, Topan, Candra Yuliska, Bang Yus Sugeng Tisa Trilia, Alied, Aad,
Bawor dan Lainya yang tidak bisa di sebutkan satu-persatu THANKS TO
ALL. Buat Teman-teman ANEMON, MPI, HTI, BIROHMA, RAKATA,
PAHAWANG, CBCL CHAPTER BANDAR LAMPUNG, BENGKEL
SAHABAT MOTOR, BENGKEL MBAH DIN, dan KANTIN UNILA
UYEE.
13. Saudara-saudaraku di FSPI hingga kepengurusan tahun 2014
saudara-saudara FSPI yang tidak bisa disebutkan namanya terimakasih atas
ukhuwah (persaudaraan) yang telah terjalin dengan baik. Semoga Allah
14.Teman-teman Sosiologi angkatan 2007, terutama teman-teman Sosiologi
Non Reguler, terimaksih atas canda tawa serta semangat yang ditularkan
kepadaku.
15.Terima kasih untuk pak Agung yang sudah memberiikan motivasinya serta
teman- satu lingkaran kalian luar biasa.
16.Teman-teman PKL di Dinas Sosial Provinsi Lampung, Adi, Andika,
Endah, Fani, Indri, Yulia, Tita.
17.Semua teman-teman Jurusan Sosiologi FISIP UNILA semua angkatan.
18.Almamater tercinta
Semoga Allah SWT membalas budi baik bapak, ibu, dan rekan semua, semoga
skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat. Amin.
Bandar Lampung, Januari 2015
Penulis,
JUDUL ... i A. Tinjauan Konsep Pustaka ... 8
B. Tinjauan Tentang Mahasiswa ... 10
C. Pengertian Radikalisme ... 17
F. Teknik Pengumpulan Data ... 28
G. Teknik Analisis Data ... 29
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Universitas Lampung ... 31
B. Sejarah Berdirinya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung ... 36
C. Filosofi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung . 39 D. Visi, Misi dan Tujuan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung ... 40
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Informan ... 46
1. Informan Pertama ... 46
3. Informan Ketiga ... 53
4. Informan Keempat ... 56
B. Pembahasan ... 58
1. Pemahaman tentang Islam radikal ... 58
2 Pemahaman Informan tentang Islam radikal,lalu sikap/tanggapannya Dalam hal gerakan,pemikiran, konsep dan strategi dakwah ... 62
BAB VI PENUTUP A. Simpulan ... 66
B. Saran ... 66
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Munculnya fenomena terorisme di Indonesia telah mengajak kita untuk
mendiskusikan sebuah fenomena yang muncul dari pemberitaan media yaitu
Islam radikal. Setelah pengeboman Kuningan, banyak pihak yang mencoba untuk
mengaitkan pengeboman ini dengan kelompok yang diberi label radikal oleh media
massa. Padahal labelisasi Islam Radikal ini sebenarnya masih sangat perlu dikaji
lebih dalam lagi. Dengan adanya kelompok yang dinilai radikal yang dilabeli oleh
media dan analis terorisme, apakah diskursus berhenti dengan menstigmatisasi
kelompok Islam ini sebagai pelaku teror, tanpa memperhatikan diskursus
historis yang menyebabkan kemunculan aksi terror itu sendiri.
Menjadi menarik bagi penulis untuk menganalisis persepsi mahasiswa FISIP
Universitas Lampung tentang Islam radikal. Dari pemberitaan media, penulis
menangkap bahwa seakan-akan para pengebom Bali adalah mereka yang
terdoktrinasi untuk menghalalkan segala cara dalam memenuhi tuntutan ideologis
2
Isu Islam radikal kini menjadi perbincangan di kalangan nasional dan
internasional, baik itu masyarakat umum maupun akademisi. Radikalisme Islam
sebagai fenomena historis-sosiologis merupakan masalah yang banyak
diperbincangkan dalam wacana politik dan peradaban global akibat kekuatan
media yang memiliki potensi besar dalam menciptakan persepsi masyarakat di
dunia (Majid, 1995). Fenomena kemunculan berbagai gerakan radikal yang
mengatasnamakan Islam tidak saja di dunia internasional, tetapi juga di sejumlah
wilayah lain di Indonesia. Dewasa ini, perkembangan organisasi Islam radikal
telah menyita begitu banyak perhatian dari sejumlah akademisi, baik dalam
maupun luar negeri.
Munculnya isu-isu politis mengenai radikalisme Islam merupakan tantangan baru
bagi umat Islam untuk menjawabnya. Tidak hanya itu saja media sangat
berperan besar dalam menggembar-gemborkan isu Islam radikal, sehingga
persepsi yang ada pada masyarakat semakin menguatkan bahwa Islam itu
mengajarkan agama dengan kekerasan bahkan pada saat ini pun Islam telah di cap
sebagai teroris. Akhirnya karena persepsi yang telah begitu melekat di
masyarakat mengenai Islam radikal, umat Islam semakin phobia terhadap
ajaran-ajaran dan sunah-sunah Rosul. Hal ini terlihat pada saat masyarakat melihat
orang yang mengikuti sunah-sunah Rosul seperti memanjangkan jenggot,
menggunakan celana di atas mata kaki, orang yang menggunakan gamis, bahkan
untuk kaum wanita yang menggunakan hijab yang besar dan menutup wajahnya
( http://www.scribd.com/doc/76107292/Radikalisme-Agama-Dan-Masa-Depan-Indonesia#download).
Indonesia adalah negara yang majemuk, berbagai macam pemahaman masyarakat
tentang Islam membuat tampilan Islam itu sendiri dipandang sebagai suatu aliran
tertentu. Dewasa ini yang nampak dan sedang hangat diperbincangkan di
tengah-tengah masyarakat adalah isu mengenai Islam radikal. Kata radikal sendiri sering
kali dikaitkan dengan Islam. Menurut Ismail Hasani. dkk, dalam kajiannya
”Radikalisme Agama di Jabodetabek dan Jawa Barat; Implikasinya Terhadap
Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan” ia menjelaskan bahwa Islam radikal di
Indonesia sesunguhnya mengalami proses perubahan yang berkelanjutan (Hasani,
2010).
Radikalisme sendiri diartikan sebagai gerakan yang berpandangan kolot dan
sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka (Nasution,
1995). Sementara itu justru sebaliknya, Islam mengajarkan keyakinan dan tata
cara hidup bermasyarakat yang sesuai dengan bingkai syariah, dimana Islam
memiliki aturan-aturan yang tertera pada Al Quran dan As-Sunnah. Rosulullah
ketika berdakwah untuk memperkenalkan Islam tidak pernah mengajarkan
praktek-praktek yang bersifat radikalisme, beliau menawarkan dahulu untuk
masuk ke dalam Islam, ketika mereka tidak mau menerimanya untuk masuk
Islam rosul pun memberikan pilihan untuk membayar denda karena di dalam
4
kaum qurais jahiliyah. Kemudian jika mereka tidak mau membayar denda maka
barulah mereka halal untuk diperangi (Suryana, 1996).
Istilah radikalisme untuk menyebut kelompok garis keras dipandang lebih tepat
ketimbang fundamentalisme karena fundamentalisme merupakan gerakan untuk
mengembalikan seluruh perilaku dalam tatanan kehidupan umat Islam kepada
Al-Qur’an dan Al-Hadits (Al-Kattani, 1999). Sebutan fundamentalis memang
terkadang bermaksud untuk menunjuk kelompok pengembali pemurnian ajaran
Islam. Tetapi terkadang istilah fundamentalis juga ditujukan untuk menyebut
gerakan radikalisme Islam (Husein, 1990).
Istilah maupun wacana teroris, radikal, ekstrem dan fundamentalis selalu saja
menjadi trademark Barat untuk memberikan perspektif dan citra negatif pada
dunia Islam dan sekelompok umat Islam. Padahal secara akademis istilah–istilah
tersebut tidak pernah terdefinisikan secara jelas, yang ada hanyalah untuk
menunjuk kepada jenis pemahaman Islam tertentu, sehinggan Istilah ini lebih
banyak bernuansa politis, ketimbang akademis. Padahal secara akademis
istilah-istilah tersebut tidak pernah terdefinisikan secara jelas yang ada hanyalah untuk
menunjuk kepada jenis pemahaman Islam tertentu, sehingga Istilah ini lebih
banyak bernuansa politis, ketimbang akademis. Apalagi, jika kemudian istilah ini
digunakan hanya untuk melakukan stigmatisasi terhadap kelompok-kelompok
Islam, yang memiliki pemahaman Islam yang tidak sesuai dengan Barat
Secara historis kemunculan radikalisme Islam di Indonesia ini bermula dari
kekecewaan umat Islam yang mana pada waktu itu sangat berkaitan erat dengan
penentuan dasar negara. Ketika itu usulan Ki Bagus Hadikusumo, Wahid
Hasyim, Kasman Singodimejo, dan Teuku Muhammad Hasan mengenai
pengakuan Islam sebagai agama resmi negara, persyaratan presiden harus seorang
muslim, dan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya (dikenal
dengan Piagam Jakarta) ditolak sebagian besar anggota sidang Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Kendatipun penolakan tersebut akhirnya dapat
diterima karena beberapa alasan, umat Islam memandang sebagai tindakan
penipuan dan pengkerdilan cita-cita umat Islam (Muttaqin, 2007).
Realita yang terjadi diIndonesia adalah masih banyak gerakan kekerasan yang
mengatasnamakan pembelaan terhadap agama. Gerakan-gerakan tersebut
mengatasnamakan Islam. Sejak tahun 2000-an peristiwa-peristiwa yang terjadi
diIndonesia yang mengatasnamakan Islam mulai mencuat di Indonesia. Isu ini
semakin diperkuat pasca peledakan gedung WTC (World Trade Center) yang
berada di Amerika. Tidak hanya itu di Indonesia pun Pada tahun 2002 peristiwa
bom Bali semakin menguatkan opini publik terhadap adanya Islam radikal di
Indonesia. Setelah terjadinya peristiwa bom Bali tersebut isu-isu yang membawa
nama Islam terus memojokan Islam, dan mulai membentuk stigma di masyarakat
6
Setelah masyarakat yang dibuat ketakutan dengan kerasnya Islam, karena pola
pikir di masyarakat yang sudah melekat dengan adanya pemberitan-pemberitaan
yang ada pada media-media, baik itu media cetak maupun elektronik. Kini
pemberitaan itu mulai masuk ke ranah kampus. Targetnya pun tidak lain adalah
mahasiswa dimana mahasiswa ini yang menjadi target sasaranya adalah
mahasiswa. Mahasiswa adalah pemilik masa depan yang diharapkan dapat
berperan sebagai agen perubahan, mahasiswa juga merupakan insan-insan
intelektual yang berada di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang
dididik untuk menjadi calon intelektual bangsa (Hamami, 2005).
Mahasiswa sebagai agen perubahan (agent of change) memiliki peranan yang
sangat penting dalam menyikapi stigma tersebut. Idealnya mahasiswa sebagai
kaum intelektual hendaknya tidak selayaknya menerima mentah-mentah isu
radikalisme Islam yang beredar di masyarakat yang secara tidak langsung sangat
menyudutkan umat Islam saat ini. Apalagi dalam kasus ini menyudutkan agama
tertentu, maka di sini mahasiwa dituntut untuk dapat berfikir jernih dan bisa
memilah-milah isu yang beredar saat ini.
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti mengenai persepsi
mahasiswa tentang isu Islam radikal. Dalam penelitian ini, penulis ingin
mengetahui persepsi mahasiswa di lingkungan FISIP Unila. Pemilihan
lingkungan FISIP Unila menjadi lokasi penelitian didasarkan pada beberapa
mempelajari tentang kehidupan sosial dan politik, mahasiswa FISIP lebih banyak
yang berfikir idealis karena mahasiswa di FISIP dituntut untuk berfikir kritis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : bagaimana persepsi mahasiswa
tentang isu Islam radikal di lingkungan FISIP Unila?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menggambarkan, dan menjelaskan
persepsi mahasiswa tentang isu Islam radikal.
D. Kegunaan Penelitian
Berdaraskan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan
di atas maka penelitian ini diharapkan dapat :
1) Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi empirik dan
pengetahuan seputar persepsi mahasiswa tentang isu Islam radikal serta dapat
dijadikan sarana untuk memperluas khasanah keilmuan dalam bidang
Sosiologi Islam dan Sosiologi Agama.
2) Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
kontribusi informasi serta pengetahuan dalam memahami konsep radikalisme
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Konsep Persepsi
Persepsi adalah tanggapan untuk penerimaan langsung dari suatu serapan atau
proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca indranya (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2007). Persepsi juga merupakan kemampuan untuk
membeda-bedakan antara benda yang satu dengan benda yang lainnya,
mengelompokan benda-benda yang berdekatan atau serupa serta dapat
memfokuskan perhatian pada suatu objek (Hamami, 2005).
Menurut Desiderato, persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi
(sensory stimuli). Hubungan dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian
dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak
hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori.
(Rakhmat, 1996)
Di dalam kamus lengkap psikologi, persepsi memiliki beberapa pengertian yang
meliputi antara lain:
b. Kesadaran dari proses-proses yang organis.
Variabel yang menghalangi atau yang ikut campur tangan berasal dari organisme
untuk melakukan perbedaan di antara prasangka. (Teachener) satu kelompok
pengindraan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman masa
lalu. Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta
merta mengenai sesuatu (Hamami, 2005).
Menurut Crech dan Cout Fiild (dalam Desi Agustina, 2006) bahwa ada dua faktor
utama yang menentukan persepsi seseorang yang pertama adalah fungsional.
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan pengalaman, masa lalu, dan hal lain
yang termasuk dalam faktor personal. Adapun faktor fungsional meliputi:
a. Kebutuhan
Kebutuhan sesaat dan kebutuhan menetap pada diri seseorang akan
mempengaruhi persepsi seseorang.
b. Kesiapan mental
Suasana seseorang akan mempengaruhi dan menentukan persepsi seseorang.
c. Suasana emosi
Seseorang baik dalam keadaan sedih, senang maupun gelisah akan sangat
mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek rangsangan.
d. Latar belakang budaya
Latar belakang dimana orang tersebut bersalah akan memperngaruhi dan
menentukan persepsi seseorang terhadap suatu objek rangsangan.
Faktor kedua yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang adalah faktor
10
pada sistem syaraf individu. Adapun faktor struktural tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Kemampuan
b. Daya tangkap indrawi
c. Seluruh daya tanggap yang ada pada manusia
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas maka dapat dinyatakan bahwa
persepsi adalah tanggapan yang diberikan oleh seseorang dalam memahami
gejala-gejala atau fenomena yang ada di lingkungan dengan menyimpulkan dan
menafsirkan informasi yang diperoleh melalui pancaindra.
B. Tinjauan tentang Mahasiswa
Ada beberapa pendapat mengenai definisi atau pengertian penting mahasiswa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan mahasiswa adalah
orang yang belajar atau menuntut ilmu pada suatu perguruan tinggi, baik negeri
atau pun swasta (Depdikbud, 1990). Mahasiswa merupakan kelompok generasi
muda penerus bangsa, yang sangat berperan di dalam masyarakat dan mempunyai
sifat dan watak yang kritis. Mahasiswa juga dapat dikatakan sebagai jembatan
untuk menyampaikan aspirasi masyarakat. Ini terbukti dengan adanya
demonstrasi yang dilakukan mahasiswa ketika kebijakan yang diberikan
pemimpin tidak sesuai dengan keinginan rakyat.
Menurut Taufik Abdullah, mahasiswa adalah pemilik masa depan yang
diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan, mahasiswa juga merupakan
swasta yang dididik untuk menjadi calon intelektual bangsa (Hamami, 2005).
Sedangkan menurut Arbit Sanit mahasiswa merupakan mereka yang belajar
menempuh latihan yang diberikan oleh kaum intelektual dan intelektual teknokrat
untuk menempah posisi mereka dikemudian hari (Hamami, 2005).
Mahasiswa adalah kelompok yang dalam struktur sosial masyarakat berada dalam
kelas menengah. Mereka mudah untuk berinteraksi dengan masyarakat kelas
bawah dan memiliki kemudahan akses serta kemungkinan mobilitas ke kelompok
atas. Oleh karena itulah mahasiswa seringkali dianggap sebagai jembatan nurani
masyarakat banyak yang mampu mewakili aspirasi masyarakat. Menurut Rishard
S. Adnan dan Arvan .P ada beberapa macam tipe-tipe mahasiswa yang
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kelompok Idealis Konfrontatif.
Mereka adalah mahasiswa yang aktif di kelompok-kelompok diskusi atau
lembaga-lembaga swadaya masyarakat, kegiatannya senantiasa bernuansa
pemikiran kritis mengenai perkembangan politik, ekonomi, sosial. dan budaya
serta teori yang mendasarinya, mereka ikut dalam aksi-aksi demonstrasi
memperjuangkan hak-hak rakyat yang tertiondas. Ciri khas kelompok ini adalah
non kooperatif, kelompok ini bersikap menolak posisi pemerintah dikarenakan
keyakinan mereka bahwa pemerintah yang berkuasa saat ini tidak sesuai dengan
norma, nilai, dan prinsip-prinsip demokrasi dan hak azasi manusia.
2. Kelompok Idealis Realistis
Kelompok ini juga aktif di berbagai diskusi dan lembaga LSM-LSM. Kelompok
12
kelompok ini cenderung kompromistis pemerintah tetapi berusaha mencari jalan
di tengah kepenatan iklim politik di tanah air.
3. Kelompok Oportunis.
Kelompok ini menunjukkan keberpihakannya kepada penguasa, mereka adalah
mahasiswa yang cenderung mendukung program-program pemerintah dan
berfihak kepada pemerintah.
4. Kelompok Profesional.
Mereka adalah para mahasiswa yang berorientasi professional dan kurang
berminat terhadap masalah ekonomi dan politik bangsa, mereka memilih untuk
menyelesaikan studi secepat mungkin, kemudian memperoleh pekerjaan yang
dapat menjamin masa depannya.
5. Kelompok Glamour.
Mereka adalah para mahasiswa yang kurang berminat terhadap masalah-masalah
sosial dan politik bangsa perbedaannya mereka memiliki kecenderungan rekreatif,
ciri yang menonjol dari mereka adalah kemampuan berbusana yang cenderung
glamour dan gaya hidupnya yang selalu mengikuti mode (Mediastutie, 2006).
Dalam dunia kampus secara universal mahasiswa terbagi dalam empat tipe atau
kelompok besar atau tipologi mahasiswa, yaitu:
a. Tipe mahasiswa yang berhasil dalam perkuliahan IP atau Indeks Prestasinya
tinggi serta aktif dan berhasil dalm pelbagai organisasi. Tipe mahasiswa yang
di puncak piramida ini sangat langka ditemukan, tipe mahasiswa pertama ini,
merupakan tipe yang ideal bagi mahasiswa, bagi orang tua dan bagi
b. Tipe mahasiswa yang biasa-biasa dalam perkuliahan Indeks Prestasi (IP)
sedang serta aktif dan berhasil dalam pelbagai organisasi. Mahasiswa tipe
kedua pada piramida ini, bukan kurang pandai atau mampu dalam
perkuliahan. Akan tetapi, kebanyakan mahasiswa tipe ini, belum mampu
menguasai atau me-manage waktu antara kuliah dan organisasi secara
profesional.
c. Tipe mahasiswa berhasil dalam perkuliahan Indeks Prestasi (IP) tinggi, tetapi
tidak terlibat dalam organisasi. Mahasiswa yang menempati posisi ketiga ini,
belajar merupakan santapan setiap hari. Mahasiswa tipe ini, kerap kali
dijuluki mahasiswa rumahan atau lebih senang di rumah ketimbang
membangun tata pergaulan di tengah-tengah kampus maupun masyarakat.
d. Tipe mahasiswa yang memperihatinkan bahkan gagal dalam perkuliahan
Indeks Prestasi (IP) pas-pasan atau gagal, serta tidak aktif dalam organisasi.
Mahasiswa tipe ini, tidak terlalu banyak, namun, mahasiswa tipe ini kerapkali
memberi citra buruk mahasiswa di tengah-tengah masyarakat. Bahkan siap
menambah deretan panjang angka pengangguran. (Ahmad, 2007)
Menurut Indra Kusumah setidaknya ada tiga aspek yang menjadi konsekuensi
identitas mahasiswa yaitu:
1. Aspek Akademis
Dalam aspek ini tuntutan peran mahasiswa hanya satu : belajar, belajar merupakan
tugas inti mahasiswa konsekuensi identitas mahasiswa dalam aspek lain
merupakan derivat dari proses pembelajaran. Mahasiswa sebagai bagian dari
civitas akasdemika harus menjadi insan yang memiliki intelektual karena itu
14
2. Aspek Organisasional
Tidak semua hal bisa dipelajari di kelas dan di laboratorium. Masih banyak hal
yang bisa dipelajari di luar kelas terutama yang hanya bisa dipelajari dalam
organisasi. Organisasi kemahasiswaan menyediakan kesempatan pengembangan
diri luar biasa dalam berbagai aspek, seperti aspek kepemimpinan, manajemen
keorganisasian, membangun Human Relation, Tim Building, dan sebagainya.
Organisasi juga sekaligus menjadi laboratorium gratis ajang aplikasi ilmu yang
didapat di luar kelas kuliah.
3. Aspek Sosial Politik
Mahasiswa merupakan bagian dari rakyat, bahkan ia merupakan rakyat itu sendiri.
Mahasiswa tidak boleh entitas teralenasi ditengah masyarakatntya sendiri. Ia
dituntut untuk melihat, mengetahui, menyadari, dan merasakan kondisi riil
masyarakatnya yang hari ini sedang dirundung krisis multidimensional.
Keaadaran ini mesti teremosionalisasikan sedemikian rupa sehingga tidak berhenti
dalam tataran kognitif, tapi harus terwujud dalam bentuk aksi advokasi. Dalam
tataran praktis, aksi advokasi ini sering bersinggungan dengan ketidakadilan dan
otoriterianisme kekuasaan.
Kampus memang bukan merupakan masyarakat sesungguhnya (Real Society), tapi
ia merupakan masyarakat semu (Virtual Society) dengan segala kemiripan
kompleksitas permasalahan serta struktur sosial dengan masyarakat sebenarnya.
Oleh karena itu mahasiswa bisa menjadikan kampus sebagai ajang simulasi yang
akan menjadi bekal sebenarnya ketika betul-betul terlibat dan terjun ke
Mahasiswa sebagai pemuda terdidik merupakan warisan termahal milik bangsa
ini. Dengan segala kemudaannya, mahasiswa berada dalam puncak kekuatan
manusia dalam berbagai aspek potensinya yaitu :
1. Potensi Spiritual
Ketika meyakini sesuatu, seorang pemuda dan mahasiswa sejati akan memberi
secara ikhlas tanpa mengharapkan pamrih. Mereka berjuang dengan sepenuh
hati dan jiwa.
2. Potensi Intelektual
Seorang pemuda dan mahasiswa sejati berada dalam puncak kekuatan
intelektualnya. Daya analisis yang kuat didukung dengan spesialisasi
keilmuan yang dipelajari menjadikan kekritisan mereka berbasis intelektual
karena didukung pisau analisis yang tajam.
3. Potensi Emosional
Keberanian dan semangat yang senantiasa mengebu-gebu dalam dada
berjumpa dengan jiwa muda sang mahasiswa. Kemauan yang keras dan
senatiasa menggelora dalam dirinya mampu menular ke dalam jiwa
bangsanya. Maka, jangan heran mereka pun seringkali menantang arus zaman
dan mampu membelokkan ke arah sejarah sebuah bangsa.
4. Potensi Fisikal
Secara fisik pun mereka berada dalam puncak kekuatan dan di antara dua
kelemahan. Kelemahan pertama adalah kelemahan bayi yang tak berdaya.
Kelemahan kedua adalah ketika tua (pikun). Mahasiswa sejati berlepas diri
16
Perpaduan keempat potensi di atas yang sedang berada dalam puncak
kekuatannya menjadikan mahasiswa dan gerakan yang dibangunnya
senantiasa diperhitungkan dalam keputusan-keputusan besar sebuah bangsa.
Seseorang yang telah memiliki identitas sebagai mahasiswa, maka ia memiliki
fungsi dan peran sebagai berikut :
1. Intelektual Akademisi
Mahasiswa adalah intelektual-intelektual muda yang merupakan aset bangsa
yang paling berharga. Mereka beraktivitas dalam sebuah Universitas yang
merupakan simbol keilmuan. Kampus sendiri sampai sekarang masih
dianggap sebagai benteng moral bangsa yang masih obyektif dan ilimiah.
2. Cadangan Masa Depan (Iron Stock)
Perjalanan sang waktu menjadikan regenerasi menjadi sebuah keniscayaan.
Mahasiswa adalah calon-calon pemimpin masa depan yang akan datang.
Mereka adalah kuncup yang perlu dipelihara supaya bertumbuh dan
berkembang menjadi bunga-bunga bangsa. Baik buruknya sebuah bangsa
tergantung kepada baik buruknya pemuda dan mahasiswa saat ini.
3. Agen Perubah (Agent Of Change)
Mahasiswa seringkali menjadi pemicu dan pemacu perubahan-perubahan
dalam masyarakat. Perubahan-perubahan yang diinisiasi oleh mahasiswa
terjadi dalam bentuk teoritis maupun praktis.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa mahasiswa adalah orang yang belajar di
intelektual agar menjadi kaum intelektual muda yang akan berperan sebagai
agen perubahan bagi bangsa di masa depan.
Uraian yang dijelaskan di atas maka pengertian persepsi mahasiswa adalah
tanggapan yang diberikan oleh kaum intelektual yang berperan sebagai agen
perubah yang dapat mengelompokan atau menyimpulkan informasi-informasi
yang ditangkap oleh panca indra dan di implementasikan ke dalam kegiatan
sehari-hari.
C. Pengertian Radikalisme]
1. Konsep Radikalisme
Istilah radikalisme berasal dari bahasa latin radix, yang artinya akar, pangkal dan
bagian bawah, atau bisa juga secara menyeluruh, habis-habisan dan amat keras
untuk menuntut perubahan. sedangkan secara terminologi Radikalisme adalah
aliran atau faham yang radikal terhadap tatanan politik; paham atau aliran yang
menuntut perubahan sosial dan politik dalam suatu negara secara keras
(radikalisme-islam-di-indonesia, http://www.yusufeff84.wordpress.com) diakses
tanggal 24 juli 2011.
Yang dimaksud dengan radikalisme adalah gerakan yang berpandangan kolot dan
sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka (Nasution,
1995). Pada dasarnya, istilah radikalisme sebenarnya bukan merupakan konsep
yang asing. Secara umum ada tiga kecenderungan yang menjadi indikasi
radikalisme. Pertama radikalisme merupakan respons terhadap kondisi yang
18
penolakan atau bahkan perlawanan. Masalah-masalah yang ditolak dapat berupa
asumsi, ide, lembaga atau nilai-nilai yang dipandang bertanggung jawab terhadap
keberlangsungan kondisi yang ditolak. Kedua, radikalisme tidak berhenti pada
upaya penolakan, melainkan terus berupaya mengganti tatanan tersebut dengan
bentuk tatanan lain. Ciri ini menunjukan bahwa di dalam radikalisme terkandung
suatu program atau pandangan dunia tersendiri. Kaum radikalis berupaya kuat
untuk menjadikan tatanan tersebut sebagai pengganti dari tatanan yang ada. Dengan demikian, sesuai dengan arti kata ‘radic’, sikap radikal mengandalkan
keinginan untuk mengubah keadaan secara mendasar. Ketiga, adalah kuatnya
keyakinan kaum radikalis akan kebenaran program atau ideologi yang mereka
bawa. Sikap ini pada saat yang sama dibarengi dengan panafian kebenaran sistem
lain yang akan diganti dalam gerakan sosial, keyakinan tentang kebenaran
program atau filosofi sering dikombinasikan dengan cara-cara pencapaian yang
mengatasnamakan nilai-nilai ideal seperti kerakyatan atau kemanusiaan. Akan
tetapi kuatnya keyakinan tersebut dapat mengakibatkan munculnya sikap
emosional dikalangan kaum radikalis (radikalisme-islam-di-indonesia,
http://www.yusufeff84.wordpress.com) diakses tanggal 24 juli .
Radikalisme keagamaan sebenarnya fenomena yang biasa muncul dalam agama
apa saja. Radikalisme sangat berkaitan erat dengan fundamentalisme, yang
ditandai oleh kembalinya masyarakat kepada dasar-dasar agama.
Fundamentalisme adalah semacam Ideologi yang menjadikan agama sebagai
pegangan hidup oleh masyarakat maupun individu. Biasanya fundamentalisme
akan diiringi oleh radikalisme dan kekerasan ketika kebebasan untuk kembali
masyarakat. Melihat fundamentalisme Islam sebagai dua tarikan berseberangan,
yakni, masalah ideologisasi dan politis kemudian Islam selalu akan berada
ditengahnya. Manusia tidak selalu paham sungguh akan perkara itu. Bahwa
fundamentalisme secara serampangan dipahami bagian substansi ajaran Islam.
Sementara fenomena politik dan ideologi terabaikan. Memahami Islam
merupakan aktivitas kesadaran yang meliputi konteks sejarah, sosial dan politik.
Demikian juga dengan memahami perkembangan fundamentalisme Islam.
Tarikan politik dan sosial telah menciptakan bangunan ideologis dalam pikiran
manusia. Nyatanya Islam tidak pernah menawarkan kekerasan atau radikalisme.
Persoalan radikalisme selama ini hanyalah permaianan kekuasaan yang mengental
dalam fanatisme akut. Dalam sejarahnya radikalisme lahir dari persilangan sosial
dan politik, Radikalisme Islam di Indonesia merupakan realitas tarikan
berseberangan itu. (Mubarak: 2008).
Ketika kita melihat gerakan-gerakan keagamaan di Indonesia, kita akan banyak
menemukan beberapa karakter yang sama baik cara, metode dan model yang
sering mereka lakukan. Baik itu gerakan yang baru ataupun yang lama. Dapat
dikatakan bahwa sebagian besar gerakan-gerakan yang diciptakan untuk merespon
aspek-aspek tertentu yang berkaitan dengan kehidupan sosial politik yang bisa
mendatangkan konsekuensi religiusitas tertentu.
2. Radikalisme Dalam Agama
Gerakan radikalisme yang muncul di Indonesia sebagian besar adalah berangkat
dari ketidakpuasan dan adanya keinginan untuk menjadikan atau menerapkan
20
korupsi, krisis yang berkepanjagan dan ketidak harmonisan antara kaya dan
miskin adalah akibat dari tidak diterapkannya syariat Islam.
Tindakan radikalisme sosial keagamaan sebagai tindakan seseorang atau
sekelompok orang yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan atas
dasar keyakinan agama. Sedangkan sikap radikalisme sosial keagamaan
merupakan kecenderungan untuk membenarkan, mendukung, atau menoleransi
paham atau tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan
tersebut atas dasar klaim paham keagamaan.
Komponen ini mencakup dari pengalaman partisipan atau ketersediaan untuk
turut berpartisipasi dalam tindakan radikal sosial keagamaan, pembenaran,
dukungan, ataupersetujuan terhadap tindakan-tindakan radikal, pemahaman
terhadap jihad sebagai tindakan fisik dengan kekerasan dengan klaim untuk
membela Islam dari ancaman dari luar Islam, pemahaman atas Islamdalam bentuk
Jinayat ataupun muamalat.
Masyarakat Indonesia masih rentan terhadap radikalisme berbasis sosial
keagamaan. Tingkat resistensi terhadap tindakan-tindakan radikal masih belum
kuat. Apabila dilihat lebih jauh lagi maka yang rentan terhadap radikalisme sosial
keagamaan adalah laki-laki yang berusia muda dan tinggal di
pedesaan.faktor-faktor psikologis pun sangat perpengaruh secara signifikan terhadap rendahnya
resistensi atas tindakan radikal, antara lain pemahaman terhadap ajaran Islam
yang cenderung legalistic dan eksklusif (tidak membuka diri terhadap
minoritas yang rendah, perasaan yang merasa umat Islam merasa dipojokan, dan
hadirnya organisasi-organisasi gerakan radikal.
Gerakan Islam dimasing-masing daerah juga memiliki karakteristik tersendiri,
karena factor demografis, etnis, historis, tujuan dan agenda yang tidak seluruhnya
sama. Akibatnya ideologi dan metode yang digunakan setiap gerakan juga akan
berbeda ada yang bersifat kedaerahan dan ada pula yang bersifat nasional.
Walaupun ada benang merah dan persamaan gerakan Islam dewasa ini yaitu ingin
menegakan syariat Islam di Indonesia. Gerakan tersebut memiliki cara yang
berbeda-beda ada yang menggunakan kekerasan dan tidak sedikitpun yang
menggunakan jalur politik, legal formal dan pendidikan.
D. Kerangka Pemikiran
Manusia adalah makhluk hidup yang terikat dengan manusia sekitarnya. Sebagai
makhluk sosial, manusia selalu melakukan interaksi dengan makhluk lainnya,
karena manusia selalu tergantung dengan makhluk yang lain. Interaksi sosial
merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan
antara orang perorangan dengan kelompok manusia (Soekanto, 1990).
Dalam kehidupan, interaksi yang dilakukan oleh manusia dikarenakan adanya
komunikasi dan proses sosialisasi yang terjadi. Setiap manusia selalu melakukan
proses sosialisasi dalam kehidupannya. Seperti halnya orang dewasa yang telah
dulu melakukan interaksi dan sosialisasi dalam kehidupan mereka, mahasiswa pun
22
Islam adalah agama yang mulia, juga merupakan agama yang berkembang pesat
dan memiliki penganut yang cukup banyak diIndonesia. Akhir-akhir ini Islam
sangat terguncang oleh berbagai isu yang tidak mengenakkan, yakni Islam
dituduh sebagai agama teroris, yakni bermula dengan adanya
penyerangan-penyerangan di berbagai daerah maupun berbagai negara yang mengatasnamakan
agama. Belum lagi pemberitaan-pemberitaan miring tentang Islam yang selalu
disudutkan hingga pada akhirnya masyarakat semakin takut untuk Mengikuti apa
yang diajarkan oleh Rosul. Akhirnya masyarakat menjadi asing dengan
sunah-sunah yang ada sehingga enggan untuk lakukannya. Hal ini terjadi karena stigma
yang ada pada mereka sudah melekat kuat dan apa-apa yang berbau Islam
dianggap hal yang asing. Dengan kata lain mahsiswa yang seyogyanya dikatakan
sebagai makhluk yang cerdas dan dapat berfikir kritis sudah sepantasnya dapat
menganalisa serta mempelajari kasus-kasus yang mendera agama Islam yang saat
ini sedang diguncang isu yang tidak mengenakan.
Karena begitu kompleksnya permasalahan yang terjadi yang mendera agama
Islam ini maka sudah sepantasnya mahasiswa berfikir kritis dan tidak menerima
mentah-mentah isu-isu yang berkaitan mengenai agama Islam pada saat ini.
Akibat dari isu ini banyak masyarakat yang terpengaruh hingga mereka menjadi
takut dan antipati terhadap orang-orang Islam yang menjalankan syariat dan sunah
Islam, semisal ketika melihat orang yang berjenggot, bercelana di atas matakaki,
orang yang menggunakan baju gamis dan lain sebagainya.
Pemberian pembelajaran kepada masyarakat serta mahasiswa pada khususnya
dimaksudkan agar mahasiswa dapat memahami dengan benar ajaran-ajaran Islam
yang sesuai dengan ajaran Rosullulah dan para sahabatnya, supaya tidak menjadi
korban pencucian otak oleh para penganut aliran-aliran sesat yang banyak
berkembang pesat di Indonesia pada saat ini.
Jika melihat masalah yang terjadi di Indonesia saat ini yang berkaitan dengan isu
terorisme, selalu saja tidak luput untuk mengaitkannya dengan Islam. Untuk itu
mahasiswa sebagai agen perubahan hendaknya dapat menanggapi masalah ini
dengan kritis dan berfikir dengan melihat masalah ini dari sudut pandang agama
serta masalah-masalah sosial , yang mana imbasnya adalah seluruh masyarakat
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Metode penelitian adalah urutan kerja yang harus dilakukan dalam melaksanakan
penelitian, termasuk alat-alat apa yang digunakan untuk mengukur maupun untuk
mengumpulkan data serta bagaimana melakukan penelitian di lapangan (Nazir,
1988). Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2000) mendefinisikan
metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tulisan atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Metode ini, diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik
(utuh dan menyeluruh). Holistik didasarkan pada suatu premis bahwa tidak ada
sesuatu gejala apapun yang dapat menjelaskan dirinya sendiri. Setiap gejala hanya
dapat dipahami atau dijelaskan maknanya oleh gejala-gejala lainnya yang terkait
dengan gejala tersebut, yang secara bersama-sama gajala-gejala tersebut
merupakan unsur yang saling terkait satu sama lain secara menyeluruh.
Menurut Bikle (dalam Moleong, 2000) ia mengungkapkan bahwa penelitian
kualitatif lebih banyak menekankan segi “proses” daripada “hasil”. Hal ini
disebabkan oleh hubungan bagian-bagian akan jauh lebih jelas apabila diamati
sangat mementingkan metode pemahaman (verstehen) dari penelitian untuk
membimbingnya menemukan hal-hal yang tidak diduga sebelumnya dalam
membangun sebuah teori. Selain menekankan pentingnya kedudukan penelitian
sebagai instrumen penelitian yang melakukan pengamatan dengan sasaran
penelitian yang dilihat secara holistik (utuh dan menyeluruh), penelitian kualitatif
juga sangat mengutamakan proses penelitian daripada hasil.
Jadi dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu
metode yang menggambarkan data yang ada secara utuh dan menyeluruh, yang
pelaksanaanya tidak terbatas pada pengumpulan data dan penyusunan data saja,
tetapi meliputi sebuah analisis dan sebuah interpretasi data. Dengan alasan
tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk
mengetahui dan menjelaskan persepsi mahasiswa tentang isu Islam radikal.
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, diharapkan penelitian ini dapat
menjelaskan secara menyeluruh dan mendalam objek yang akan diteliti yaitu
persepsi mahasiswa dalam menanggapi isu Islam radikal, khususnya mahasiswa
FISIP Unila.
B. Fokus Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, hal yang harus diperhatikan adalah masalah dan fokus
penelitain. Fokus memberikan batasan dalam studi dan batasan dalam
pengumpulan data, sehingga dalam pembatasan ini penelitian akan fokus
memahami masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian. Oleh karena itu
26
membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan data yang tidak
relevan, agar tidak dimasukkan ke dalam sejumlah data yang sedang
dikumpulkan, walaupun data itu menarik. Perumusan fokus atau masalah dalam
penelitian kualitatif bersifat tentatif, artinya penyempurnaan rumusan fokus atau
masalah itu masih tetap dilakukan sewaktu penelitian sudah berada di lapangan,
bahkan sering kali disamakan dengan masalah yang akan dirumuskan dan menjadi
acuan dalam penentuan fokus penelitian (Lexy J. Moleong, 2000).
Lexy J. Moleong (2000) menjelaskan bahwa ada dua maksud yang ingin dicapai
penelitian dalam merumuskan masalah dengan jalan memanfaatkan fokus.
Pertama, penetapan fokus dapat membatasi studi. Kedua, penetapan fokus itu
berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-inklusi atau kriteria masuk keluar suatu
informasi yang baru diperoleh di lapangan.
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian penulis adalah Persepsi
mahasiswa FISIP Unila tentang isu Islam radikal yang kemudian difokuskan
kembali menjadi:
1. Profil informan
2. Pengetahuan mahaasiswa tentang Islam
3. Keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan organisasi keagamaan
4. Persepsi mahasiswa temtang Islam radikal
C. Lokasi Penelitian
Dalam usaha mencari data yang diperlukan, maka dipilih lokasi penelitian. Lokasi
penelitian yang dipilih yaitu adalah Universitas Lampung tepatnya yaitu pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Alasan memilih lokasi di FISIP yakni
mahasiswa FISIP mempelajari ilmu sosial dan politik dan juga mahasiswa FISIP
yang berfikir kritis dan idealis sehingga peneliti dapat lebih memfokuskan
penelitiannya.
D. Penentuan Informan
Menurut Moleong, informan adalah orang-orang yang ada pada latar penelitian.
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang
situasi dan kondisi latar penelitian. Informan merupakan orang-orang yang secara
langsung terkait pada penelitian (Moleong, 2004). Penentuan informan pada
penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling, dimana pemilihan
informan dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan
ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Adapun kriteria-kriteria informan yang
dipilih adalah mahasiswa FISIP yang pernah atau masih aktif di dalam organisasi
keagamaan baik di internal kampus ataupun eksternal kampus.
E. Jenis Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yang akan dijadikan
sumber pengolahan data, yaitu :
28
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data ini dapat
diperoleh secara langsung maupun mengajukan pertanyaan langsung kepada
sumber data berdasarkan pedoman wawancara yang dibuat oleh penulis, sehingga
jawabannya langsung berasal dari lapangan maupun dari dari sumber itu sendiri.
2) Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi yang telah
dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain. Data ini mendukung data primer, yaitu
data yang mendukung masalah penelitian. Data sekunder biasanya berupa
publikasi dalam bentuk foto dan literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dan informasi pada penelitian ini digunakan
tekhnik pengumpulan data, yaitu:
1. Riset lapangan
Penulis langsung turun ke lapangan untuk, melakukan pengamatan secara
langsung. Riset lapangan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
2. Observasi lapangan
Yaitu cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan
pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi merupakan
pengamatan langsung ke tempat objek penelitian dan penulis ikut terjun langsung.
3. Wawancara
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggali informasi dengan
mengajukan tanya jawab atau percakapan secara langsung dengan sumber data
Dengan menggunakan metode wawancara ini, diharapkan peneliti akan
mendapatkan data primer yang berkaitan dengan penelitian ini.
4. Studi Kepustakaan
Merupakan pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Cara ini dilakukan dengan
mempelajari dan mengutip dari buku, peraturan-peraturan dan sumber lainnya
yang diperlukan oleh penulis dalam mengembangkan penelitiannya.
G. Teknik Analisis Data
Patton dalam Moleong (2000) mendefinisikan analisis data adalah proses
mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan
satuan urutan dasar. Sedangkan Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2000)
mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal
untuk menentukan tema dan rumusan hipotesis (ide), seperti yang disarankan oleh
data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis data adalah proses
mengatur urutan data, kategori sehingga bisa dijadikan pola yang memiliki
relevansi dengan teori-teori yang digunakan dalam penelitian, yang kemudian
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data. Dalam penelitian ini, digunakan metode analisis data
kualitatif dan menggunakan tiga komponen analisis (Patton dalam Moleong,
2000), yaitu :
30
Data yang diperoleh di lapangan dituangkan ke dalam laporan atau uraian yang
lengkap dan terperinci. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu
dan mengorganisasikan sedemikian rupa, sehingga kesimpulan finalnya dapat
ditarik dan diverifikasi. Dalam penelitian ini reduksi data dilakukan pada data
primer yaitu, hasil wawancara. Data yang diperoleh di-editing, dirangkum,
difokuskan pada hal-hal yang penting dan dibuat kategori-kategori yang
menjelaskan seputar persepsi mahasiswa dalam menanggapi isu Islam radikal.
2. Penyajian (Display) Data
Penyajian data ini dimaksudkan untuk memudahkan Peneliti melihat data secara
keseluruhan dan bagian-bagian penting. Bentuk penyajian data yang digunakan
pada data kualitatif adalah bentuk teks naratif, oleh karena itu informasi yang
kompleks akan disederhanakan ke dalam bentuk tabulasi yang selektif dan mudah
dipahami.
3. Menarik Kesimpulan
Proses ini merupakan kegiatan yang sudah dilakukan sejak pengumpulan data
melalui wawancara dan mengambil/mengutip informasi-informasi terkait dengan
IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Universitas Lampung
Usaha untuk mendirikan perguruan tinggi di daerah keresidenan lampung, timbul
dari dua panitia yang lahir pada tahun 1959, yaitu panita pendirian dan perluasan
sekolah lanjutan (P3SL) di Tanjung karang, yang diketuai oleh Zainal Abidin
Pagar Alam dan sekertarisnya Tjan Djie Soe dan panitia dibentuk di Jakarta pada
tanggal 20 Agustus 1995 dengan ketua Nadirsjah Zaini, M.A dan sekertarisnya
Hilman Hadikusuma. Pada tanggal 19 Januari 1960 mengadakan musyawarah
dengan tokoh-tokoh masyarakat Lampung untuk mempersiapkan berdirinya suatu
perguruan tinggi. Pada waktu itu P3SL dirubah namanya menjadi Panitia
Pendirian Perluasan Sekolah Lanjutandan Fakultas (P3SLF) dengan ketua Zainal
Abidin Pagar Alam dan Sekertarisnya Tjan Djie Soe.
Pada tanggal 19 Juli 1960 Sekertariat Faktultas Ekonomi Hukum Sosial (FEHS)
Lampung dibuka di aula gedung sekolah bekas Hak Wai di jalan Hassanudin No.
34 Teluk Betung, oleh tiga mahasiswa yang mewakili P3SLF, yaitu Hilman
Hadikusuma, Alhusniduki Hamim, dan Abdoel Moeis Rajda Hukum. Pada
32
P3YPTL, maka kedua panitia tersebut dilebur menjadi satu yayasan dengan nama
Yayasan Pembina Perguruan Tinggi Lampung (YPPTL) dengan akte Wakil
Notaris M.M Effendi No. 24 tanggal 23 November 1960, bertugas membina
fakultas yang baru didirikan tersebut dan mengusahakan perubahan statusnya
menjadi negeri.
Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Universitas Sriwijaya (dr. M. Isa) No.
D-40-7-61 tanggal 14 Februari 1961, terhitung tanggal 1 Februari 1961 ditetapkan
jurusan FEHS Lampung menjadi “cabang” Fakultas Ekonomi Unsri dan bulan
Januari Hukum FHES menjadi cabang Fakultas Hukum Unsri. Pada tanggal 15
Februari 1961 H. Zainal Abidin Pagar Alam ditunjuk sebagai anggota Kurator
Universitas Sriwijaya di Wilayah Lampung atas dasar Surat Keputusan Presiden
Unsri No.UP/031/C-1/1961. Mr. Hoesin Effendi mendapatkan kepercayaan untuk
memimpin Fakultas Hukum dan Drs. Moersalim diberi kepercayaan memimpin
Fakultas Ekonomi.
Pada tahun 1962, Mr. Rusli Dermawan diberi kepercayaan untuk memimpin
penyelenggaran pendidikan pada Fakultas Hukum, dan Drs. P. Sitohang
memimpin Fakultas Ekonomi dengan Drs. Subki E. Harum sebagai sekertaris
fakultas. Dalam rangka penyelesaian studi mahasiswa cabang Fakultas Hukum
dan cabang Fakultas Ekonomi Unsri tersebut, atas persetujuan Presiden Unsri,
pada tahun 1964 diadakan hubungan afiliasi dengan Universitas Indonesia di
Harapan Masyarakat Lampung untuk memiliki sebuah Universitas Negeri yang
berdiri sendiri dapat terkabul. Hal ini terbukti dengan diterbitkannya surat
Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) No. 195
tahun 1965 yang menyatakan bahwa sejak tanggal 23 September 1965 berdiri
Universitas Lampung (Unila), yang pada saat itu memiliki dua fakultas yaitu
Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi.
Kusno Danupoyo yang pada saat itu sebagai Gubernur Lampung, diangkat
sebagai pejabat Ketua Presidium Universitas Lampung hingga pada tahun 1966
diganti kedudukannya oleh gubernur yang menggantikannya, yaitu Hi. Zainal
Abidin Pagar Alam. Kemudian dikukuhkan melalui keputusan keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 73 tahun 1966 tentang pendirian Universitas Lampung.
Pada tahun 1968, institut kesenian dan ilmu pendidikan (IKIP) Jakarta Cabang
Tanjungkarang dengan keputusan Direktorat Jendral Perguruan Tinggi No.1 tahun
1968, diintegrasikan kedalam Unila menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Lampung semakin maju dan berkembang seiring dengan
perkembangan zaman.
Pada tahun 1967 berdiri sebuah fakultas baru yaitu Fakultas Pertanian berdasarkan
surat keputusan Presidium Unila No. 756/KPTS/1967, yang kemudian
dikukuhkan dengan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.
0206/01973, sehingga sejak tanggal 16 Maret 1973, secara resmi Fakultas
Pertanian menjadi bagian integral dalam wadah Universitas Lampung. Setelah
pendirian Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik dibentuk berdasarkan Surat
34
Namun karena adanya berbagai kendala, fakultas ini tidak dapat melanjutkan
keberadaannya dan dengan Surat Keputusan No. 101/B/11/72, Fakultas Teknik
tidak menerima mahasiswa baru lagi dan sejumlah mahasiswa fakultas ini
disalurkan ke fakultas lainnya.
Dalam perkembangan selanjutnya dengan dukungan Pemerintah Daerah Provinsi
Lampung, dibentuk lagi Panitian Persiapan Pembukaan Fakultas Teknik Sipil.
Pada tanggal 13 Januari 1978 berdasarkan surat Keputusan Rektor Unila
No.08/KPTS/R/1979 tanggal 8 januari 1979, dibentuk Fakultas Teknik
(persiapan) Unila, dengan pokok pendidikan pengairan, perhubungan dan
konstruksi. Akan tetapi berdasarkan surat Keputusan Presiden RI No.43/M/1978,
Fakultas Teknik (persiapan) Unila ditetapkan sebagai Fakultas Non Reguler
Teknologi . Selanjutnya dalam surat Keputusan Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No. 0132/0/1991 tanggal 6 Juni 1995 Fakultas Non Reguler
Teknologi statusnya diubah menjadi Fakultas Teknik.
Pada tahun akademik 1986/1987 dibuka Program Studi (PS) Sosiologi dan
Program Studi Ilmu Pemerintahan, dibawah naungan Fakultas Hukum. Untuk
mengkoordinasikan akademiknya, dibentuk persiapan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (persiapan FISIP). Dalam perkembangannya berdasarkan surat
Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0333/0/1995, persiapan
FISIP resmi menjadi FISIP. Pada tahun akademik 1989/1990 dibuka program
studi biologi dan kimia dibawah naungan Fakultas Pertanian. Untuk
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (persiapan FMIPA). Dalam
perkembangannya berdasarkan surat Keputusan Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No. 0334/0/1995, persiapan FMIPA resmi menjadi FMIPA.
Pada tahun akademik 2002/2003 dibuka program kedokteran. Berdasarkan SK
Dikti No.3195/D/I/2003, Unila mendapatkan izin menyelenggarakan program
pendidikan Dokter yang tahun ajaran 2002/2003 mulai menerima mahasiswa baru.
Dengan demikian saat ini Unila terdiri dari tujuh fakultas, yaitu Fakultas Hukum,
Fakultas Pertanian, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas
Teknik dan Fakultas Kedokteran. Pada tahun 1999 Unila menyelenggarakan
Program Pascasarjana yang dimulai oleh Program Studi Magister Teknologi
Agroindustri dan Magister Hukum, diikuti oleh Magister Manajemen dan
Agronomi pada tahun 2002, Magister Teknologi, Pendidikan pada tahun 2001 dan
Magister Agribisnis pada tahun 2004. Pada tahun 2002 Unila memiliki program
pascasarjana mengkoordinir dan menetapkan baku mutu program studi
pascasarjana, Unila juga menyelenggarakan Program Diploma.
Pada awalnya, Unila berada di tiga lokasi yaitu jalan Hasanudin No. 34,
Kompleks jalan Jendral Soeprapto No.61 Tanjung Karang dan Kompleks jalan
Sorong Cimeng Teluk Betung. Sejak tahun 1973-1979 telah dibangun kampus
Unila Gedongmeneng dan saat ini semua fakultas sudah berada didalam kampus
tersebut. Sejak tanggal 25 Desember 1965 sampai dengan 28 Mei 1973, Unila
36
(satu) Provinsi Lampung. Sejak Mei 1973 sampai sekarang Unila dipimpin secara
berurut adalah sebagai berikut :
Prof. Dr. Ir. Hi. Sitamalu Arsyat (1973 - 1981)
Prof. Dr. R. Margono Selamet (1981 – 1990)
H. Alhusniduki Hamim S.E, M.Sc (1990 – 1998)
Prof. Dr.Ir. Muhajir Utomo M.Sc (1998 – 2007)
Prof.Dr.Ir. Sugeng P. Harianto M.S (2007 – sekarang)
B. Sejarah Singkat Berdirinya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
Sifat Masyarakat Indonesia yang majemuk yang tercermin dalam komposisi
masyarat di daerah Lampung, karena hampir semua etnis ada. Sejak tahun 1905
Lampung telah menjadi intergrasi antar suku melalui pelaksanaan kognialisasi,
yang kemudian pada tahun 1905an berkembang menjadi program transmigrasi.
Migrasi penduduk ke Lampung tidak hanya melalui koordinasi pemerintahan saja,
tetapi banyak juga yang secara spontan membentuk pemukiman – pemukiman
baru. Keanekaragaman suku dan budaya ini merupakan potensi pembangunan itu
sendiri apabila dibina dan diarahkan sesuai perencanaan yang matang. Dengan
demikian, keanekaragaman suku dan budaya tersebut membutuhkan adanya
sistem pendidikan yang multidisiplin guna memenuhi tuntutan pembangunan serta
Universitas Lampung sebagai salah satu institusi perguruan tinggi dengan pola
ilmiah pokok yaitu Pembangunan Wilayah Lahan Kering, berupaya ikut serta
memenuhi tuntutan tersebut. Salah satunya adalah mendidik tenaga – tenaga muda
dan potensial yang memiliki dasar – dasar pengetahuan kepemimpinan,
pemberdayaan masyarakat, kebijakan public, komunikasi, organisasi, bisnis dan
manajemen, tata nilai serta perilaku perubahan masyarakat dengan segala
dinamika serta permasalahannya. Untuk itu, Universitas Lampung bersama - sama
dengan pemerintah daerah berusaha mengembangkan fakultas – fakultas baru
yang relevan dengan rencana pengembangan daerah. Salah satu fakultas yang
relevative baru yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unila mulai melaksanakan kegiatan
tridharma perguruan tinggi berdasarkan SK Rektor Universitas Lampung No.
90/KPTS/R/1983 tanggal 28 Desember 1983 tentang Panitian Pendirian Persiapan
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Keberadaan FISIP
Unila dalam lingkungan Fakultas Hukum sebagai induk persiapan FISIP,
dikukuhkan dengan Sk Dirjen DIKTI Depdikbud RI No. 103/DIKTI/Kep/1984
tertangal 21 Agustus 1984, oleh karenanya mulai tahun akademik 1985/1986
persiapan FISIP Unila menerima mahasiswa baru melalui jalur PMDK dan
SUPERMARU. Kepanitian pendirian FISIP ini disempurnakan dengan SK Rektor
Universitas Lampung No. 85/KPTS/R/1986 tanggal 22 Oktober 1986 tentang
panitia pembukaan persiapan FISIP Unila. Panitian persiapan ini dipimpin oleh
seorang ketua yang berada dalam naungan dan bertanggung jawab langsung
38
111/KPTS/R/1989 tanggal 29 Desember 1989, bahwa panitia bertugas dan
bertanggung jawab untuk melaksanakan:
1. Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
2. Penelitian dalam tangka pengembangan ilmu dan teknologi
3. Pengabdian kepada masyarakat
4. Pembinaan civitas akademika
5. Kegiatan pelayanan administrasi
Adapun ketua persiapan FISIP Unila adalah :
Drs. A. Kantan Abdullah (1985 – 1991)
Drs. Abdul Kadir ( 1991 – 1997)
FISIP Unila resmi berdiri sebagai fakultas berdasarkan SK Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan RI tanggal 15 November 1995 No. 0333/0/1995 tentang
pemukaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Pada
awalnya FISIP hanya mendirikan dua program studi yaitu sosiologi dan ilmu
pemerintahan. Status kedua program studi ditingkatkan menjadi jurusan
berdasarkan Sk Dirjen DIKTI Depdikbud RI No. 49/DIKTI/Kep/1997 tentang
pembentukan program studi Ilmu Komunikasi. Pada tanggal 1 Juli 1998 terbit
surat keputusan Dirjen DIKTI No. 22/DIKTI/Kep/1998 tentang pembentukan
program studi strata 1 (satu) reguler yaitu Administrasi Negara dan Ilmu
Administrasi Negara.
Dalam rangka memenuhi harapan masyarakat dan ketersediaan tenaga kerja yang