MODUL 3
KAJIAN RESEP : ASPEK ADMINISTRASI DAN ASPEK FARMASETIK
3.1 Sub CPMK
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian resep berdasarkan aspek administrasi dan aspek farmasetik
3.2 Metode dan Bentuk Pembelajaran
Praktikum ini dilakukan dengan metode student-centered learning menggunakan bentuk problem- based learning
3.3 Alokasi Waktu
a. Pengumpulan jurnal/tugas pendahuluan : 5 menit b. Tes awal/akhir : 10 menit
c. Penjelasan dosen : 15 menit
d. Diskusi telaah kasus berkelompok : 60 menit e. Presentasi individu : 5 x 15 menit
f. Penutup dan Masukkan : 5 menit
3.4 Tinjauan Pustaka mengenai Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada Apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik untuk
menyediakan dan menyerahkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan bagi pasien. Resep terbagi menjadi beberapa jenis:
a. Resep standar (R/. Officinalis), yaitu resep yang komposisinya telah dibakukan dan dituangkan ke dalam buku farmakope atau buku standar lainnya.
Penulisan resep sesuai dengan buku standar.
b. Resep magistrales (R/. Polifarmasi), yaitu resep yang sudah dimodifikasi atau diformat oleh dokter, bisa berupa campuran atau tunggal yang diencerkan dalam pelayanannya harus diracik terlebih dahulu.
c. Resep medicinal. Yaitu resep obat jadi, bisa berupa
obat paten, merek dagang maupun generik, dalam pelayanannya tidak mengalami peracikan.
d. Resep obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama generik dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanannya bisa atau tidak mengalami peracikan.
Gambar 3.1 Contoh Resep
3.5 Tinjauan Pustaka mengenai Kajian Resep
Pengkajian dan pelayanan resep merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep,
penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP, termasuk peracikan obat dan penyerahan disertai pemberian informasi.
Pengkajian dan pelayanan resep dilakukan untuk semua resep yang masuk tanpa kriteria pasien. Kegiatan pengkajian dan pelayanan resep dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis adanya masalah terkait obat.
Selain itu kegiatan ini dilakukan sebagai upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error). Pengkajian dan pelayanan resep dilakukan untuk semua resep yang masuk tanpa ada kriteria khusus pasien.
Apoteker harus melakukan pengkajian Resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
1. Persyaratan administrasi meliputi :
a. Nama, alamat, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, berat badan (harus diketahui untuk pasien pediatri, geriatri, kemoterapi, gangguan ginjal, epilepsi, gangguan hati dan pasien bedah) dan tinggi badan pasien (harus diketahui untuk pasien pediatri, kemoterapi).
b. Nama, No. SIP/SIPK dokter (khusus resep narkotika), alamat, serta paraf, kewenangan klinis dokter, serta akses lain.
c. Tanggal resep.
d. Ada tidaknya alergi.
2. Persyaratan farmasetik meliputi:
a. Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan dan jumlah obat.
b. Stabilitas dan Obat Tidak Tercampurkan (OTT).
c. Aturan dan cara penggunaan.
3. Persyaratan klinis meliputi:
a. Ketepatan indikasi, obat, dosis dan waktu/jam penggunaan obat.
b. Duplikasi pengobatan.
c. Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).
d. Kontraindikasi.
e. Interaksi obat.
Gambar 3.2 Contoh Alur Pelayanan Resep
Prosedur pelaksanaan kajian resep
1. Terima resep elektronik atau resep manual yang diserahkan ke bagian farmasi.
2. Jika sudah menggunakan sistem informasi, cetak resep elektronik.
3. Jika resep manual tidak terbaca, hubungi dokter penulis resep.
4. Periksa kelengkapan administratif berupa identitas pasien (nama, usia/tanggal lahir), berat badan (terutama pasien pediatri), tinggi badan (pasien kemoterapi), tanggal resep, nama dokter.
5. Lakukan pengkajian resep dengan menceklis formulir verifikasi resep di belakang resep manual sesuai dengan kertas kerja.
6. Berikan tanda ceklis di kolom Ya (jika hasil pengkajian sesuai) atau Tidak (jika hasil pengkajian tidak sesuai) pada masing-masing hal yang perlu dikaji.
7. Jika ada hal yang perlu dikonfirmasi, hubungi dokter penulis resep (hasil konfirmasi dengan dokter dicatat di resep).
8. Berikan garis merah untuk obat golongan Narkotika dan garis biru untuk obat psikotropika.
9. Informasikan dan minta persetujuan tentang harga resep pada pasien beli tunai.
10. Simpan hasil pengkajian resep.
11. Membuat laporan pengkajian resep setiap bulan.
3.6 Referensi Perkuliahan
Permenkes RI, 2016. Peraturan Menteri kesehatan No 72 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit.
Permenkes RI, 2016. Peraturan Menteri kesehatan No 73 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.
RSUD dr. Muhammad Zein Painan, 2022. PEDOMAN PENULISAN RESEP YANG BENAR DI RUMAH SAKIT TAHUN 2022
3.7 Tugas Pendahuluan (dikerjakan sebelum praktikum, ditulis di buku jurnal) a. Jelaskan istilah dari komponen yang terdapat pada resep!
b. Jelaskan masalah-masalah yang mungkin terjadi pada resep!
c. Kerjakan resep dan lengkapi Lembar Pengkajian Resep bagian Kajian Administratif dan Kajian Farmasetik pada Lampiran 3!
3.8 Tugas Praktikum
1. Pelajari resep yang diberikan!
2. Lakukan dan diskusikan secara berkelompok mengenai hasil kajian administrasi dan Farmasetik!
3. Buatlah presentasi mengenai hasil yang dilakukan dan dipresentasikan oleh perwakilan kelompok!
LAMPIRAN 3.1 LEMBAR PENGKAJIAN RESEP
1. Kajian Administratif Informasi Resep
Komponen Resep Deskripsi Komponen Ada/Tidak Ada
Nama Dokter SIP Dokter
Alamat/ Ruangan/
Poli/Bangsal Praktek No. Telp Dokter Tanggal Resep TTD / Cap Dokter
Superscriptio (Tanda rx) Inscriptio
Subscriptio Signatura Asuransi Pasien Riwayat Alergi Obat Nama Pasien TTL/Umur Pasien TB/BB Pasien Alamat/ Ruangan/
Poli/Bangsal Pasien No. Telp Pasien
Analisis Administrasi
Komponen Permasalahan Solusi
Identitas Dokter Identitas Obat Identitas Pasien Kesimpulan :
...
...
2. Kajian Farmasetik Informasi Farmasetik Obat
Nama Obat Bentuk, Kekuatan, dan Jumlah Sediaan
Cara Penyiapan dan Aturan Pakai Sediaan
Stabilitas dan Penyimpanan Sediaan
Kelarutan dan Inkompatibilitas Sediaan
Analisis Farmasetik
Komponen Nama Obat Permasalahan Solusi
Bentuk, Kekuatan, dan Jumlah Sediaan Cara Penyiapan dan Aturan Pakai Sediaan Stabilitas dan
Penyimpanan Sediaan Kelarutan dan
Inkompatibilitas Sediaan Kesimpulan :
...
3. Kajian Klinis
Informasi Farmakologi Obat Nama Merek dan
Generik Obat Golongan Obat Indikasi Regimen Terapi pada Resep Regimen Terapi pada Referensi
Analisis Klinis (Drug related Problems/DRP)
Komponen Nama Obat Masalah Solusi
Indikasi Tidak Tertangani Obat Tanpa Indikasi
Pemilihan Obat Kurang Tepat Over Dosis/Dosis Toksik Dosis Subterapi
Reaksi Obat Merugikan Interaksi Obat
Gagal Menerima Terapi Kesimpulan :
...
LAMPIRAN 3.2 Tugas Pendahuluan (Resep) SHIFT RABU
KLINIK UTAMA UNISBA
Jl. Tamansari No.1, Tamansari, Kec. Bandung Wetan,Kota Bandung
Telepon: (022) 4203368
LAMPIRAN 3.3 Tugas Pendahuluan (Resep) SHIFT KAMIS
KLINIK UTAMA UNISBA
Jl. Tamansari No.1, Tamansari, Kec. Bandung Wetan,Kota Bandung
Telepon: (022) 4203368
MODUL 4
KAJIAN RESEP : ASPEK KLINIS
4.1 Sub CPMK
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian resep berdasarkan aspek klinis
4.2 Metode dan Bentuk Pembelajaran
Praktikum ini dilakukan dengan metode student-centered learning menggunakan bentuk problem- based learning
4.3 Alokasi Waktu
a. Pengumpulan jurnal/tugas pendahuluan : 5 menit b. Tes awal/akhir : 10 menit
c. Penjelasan dosen : 15 menit
d. Diskusi telaah kasus berkelompok : 60 menit e. Presentasi individu : 5 x 15 menit
f. Penutup dan Masukkan : 5 menit
4.4 Tinjauan Pustaka mengenai Masalah Terkait Obat (MTO) 4.4.1 Definisi MTO
Kesalahan pengobatan didefinisikan sebagai setiap kejadian yang dapat dicegah yang dapat menyebabkan atau mengarah pada
penggunaan obat yang tidak tepat atau membahayakan pasien selama pengobatan. Masalah terkait obat atau Drug Related Problems (DRPs) dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi terkait dengan terapi obat yang secara nyata atau potensial mengganggu hasil klinis kesehatan yang diinginkan. DRPs dapat terjadi pada semua tahap dalam proses pengobatan, terutama pada saat peresepan, penulisan resep, dan penyerahan obat. Sebagian besar
DRPs dapat dicegah dengan layanan Gambar 4.1 Jenis Masalah Terkait Obat
asuhan kefarmasian. DRPs lebih sering terjadi pada pasien rawat inap yang mengalami banyak perubahan rejimen pengobatan, dan umumnya ditemukan di bangsal penyakit dalam, terutama di rumah sakit universitas karena kompleksitas perawatan pasien. Tingginya prevalensi DRPs telah dikaitkan dengan usia lanjut, jumlah obat yang digunakan lebih banyak, komorbiditas ganda, dan rawat inap yang lama.
4.4.2 Reaksi Obat Merugikan
Beberapa istilah penting mengenai masalah terkait obat perlu dijabarkan dengan baik untuk meningkatkan pemahaman dalam melakukan kajian klinis. Kejadian obat tidak diinginkan (KOTD) / Adverse Drug Event (ADE) adalah cedera yang disebabkan oleh obat. ADE meliputi cedera yang disebabkan oleh kesalahan pengobatan, reaksi obat yang merugikan, reaksi alergi, dan overdosis.
Kesalahan pengobatan adalah kegagalan dalam proses pengobatan yang menyebabkan, atau berpotensi menyebabkan bahaya bagi pasien.
Gambar 4.2 Perbedaan DRP, ADE, ME, dan ADR
Reaksi obat yang merugikan (adverse drug reaction/ADR) dapat didefinisikan sebagai 'reaksi yang sangat berbahaya atau tidak menyenangkan yang diakibatkan oleh intervensi yang terkait dengan penggunaan produk obat; reaksi obat yang merugikan biasanya memprediksi bahaya dari administrasi di masa depan dan memerlukan pencegahan, atau pengobatan khusus, atau perubahan rejimen dosis, atau penarikan produk.
Secara tradisional, ADR telah diklasifikasikan ke dalam dua jenis:
• Reaksi tipe A - kadang-kadang disebut sebagai reaksi augmented - yang 'bergantung pada dosis' dan dapat diprediksi berdasarkan farmakologi obat
• Reaksi tipe B - reaksi aneh - yang bersifat istimewa dan tidak dapat diprediksi berdasarkan farmakologi obat
Meskipun beberapa ADR tidak dapat diprediksi - misalnya anafilaksis pada pasien setelah sebelumnya tidak terpapar dengan antibiotik yang mengandung penisilin - namun banyak ADR yang dapat dicegah dengan pengawasan dan pemantauan yang memadai. Studi epidemiologi cenderung menemukan bahwa antara sepertiga hingga setengah dari ADR (setidaknya secara potensial) dapat dicegah meskipun pencegahan jauh lebih mudah untuk didiagnosis di belakang. Namun, intervensi yang mengurangi kemungkinan terjadinya ADR dapat menjadi langkah penting untuk mengurangi risiko yang membahayakan pasien. Ada dua langkah dasar untuk mencegah terjadinya ADR:
• Mengidentifikasi subkelompok pasien yang mungkin rentan terhadap efek samping dan memodifikasi pilihan pengobatan yang sesuai.
• Memastikan bahwa rencana pengobatan dapat mengurangi efek samping yang mungkin terjadi.
4.4.3 Interaksi Obat
Interaksi obat-obat (DDI) terjadi ketika satu obat menambah atau mengurangi efek obat lain ( yakni interaksi farmakodinamik) atau memengaruhi penyerapan, distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat lain ( yakni interaksi farmakokinetik). Interaksi tersebut menyebabkan 26% dari semua kejadian obat yang merugikan (ADE) dan dikaitkan dengan beban yang signifikan pada sistem perawatan kesehatan melalui peningkatan rawat inap. Interaksi antar obat dapat menyebabkan efek serius yang tidak diinginkan atau penurunan efek terapeutik beberapa zat obat. Polifarmasi, yang umum terjadi pada pasien manula, dapat meningkatkan risiko secara substansial. Beberapa penyebab efek dan interaksi obat yang tidak diinginkan yaitu Pilihan obat yang salah, Gagal memperhitungkan fungsi ginjal, Dosis yang salah, Rute pemberian yang salah, Kesalahan dalam mengonsumsi obat, dan Kesalahan pengantaran obat. Beberapa DDI yang paling umum terjadi akibat perubahan metabolisme obat melalui interaksi dengan enzim sitokrom P450 dan penyerapan melalui interaksi dengan P- glikoprotein. DDI umum lainnya terjadi karena efek aditif, termasuk kombinasi obat yang meningkatkan risiko kejang, memperpanjang interval QT, meningkatkan depresi sistem saraf pusat, dan meningkatkan risiko sindrom serotonin. Dukungan keputusan klinis terkait obat telah terbukti meningkatkan kualitas perawatan pasien dan menurunkan tingkat ADE.
4.5 Referensi Perkuliahan
Adiana, S. ., & Maulina, D. (2022). Klasifikasi Permasalahan Terkait Obat (Drug Related Problem/DRPs):
Review. Indonesian Journal of Health Science, 2(2), 54–58.
https://doi.org/10.54957/ijhs.v2i2.238
Cascorbi I. (2012). Drug interactions--principles, examples and clinical consequences. Deutsches Arzteblatt international, 109(33-34), 546–556. https://doi.org/10.3238/arztebl.2012.0546 Coleman, J. J., & Pontefract, S. K. (2016). Adverse drug reactions. Clinical medicine (London, England),
16(5), 481–485. https://doi.org/10.7861/clinmedicine.16-5-481
Lekpittaya, N., Kocharoen, S., Angkanavisul, J., Siriudompas, T., Montakantikul, P., & Paiboonvong, T.
(2023). Drug-related problems identified by clinical pharmacists in an academic medical centre in Thailand. Journal of pharmaceutical policy and practice, 17(1), 2288603.
https://doi.org/10.1080/20523211.2023.2288603
Linden-Lahti, C., Takala, A., Holmström, A. R., & Airaksinen, M. (2023). Applicability of drug-related problem (DRP) classification system for classifying severe medication errors. BMC health services research, 23(1), 743. https://doi.org/10.1186/s12913-023-09763-3
McQuade BM, Campbell A. Drug Prescribing: Drug-Drug Interactions. FP Essent. 2021 Sep;508:25-32.
PMID: 34491709.
Permenkes RI, 2016. Peraturan Menteri kesehatan No 72 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit.
Permenkes RI, 2016. Peraturan Menteri kesehatan No 73 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.
4.6 Tugas Pendahuluan (dikerjakan sebelum praktikum, ditulis di buku jurnal) a. Jelaskan dan berikan 1 contoh untuk masing-masing jenis Drug Related Problems!
b. Jelaskan definisi dan berikan 1 contoh dari Adverse Event, Adverse Drug Event, dan Adverse Drug Reaction!
c. Kerjakan resep dan lengkapi Lembar Pengkajian Resep bagian Kajian Klinis pada Lampiran 3!
4.7 Tugas Praktikum
1. Pelajari resep yang diberikan!
2. Lakukan dan diskusikan secara berkelompok mengenai hasil kajian klinis!
3. Buatlah presentasi mengenai hasil yang dilakukan dan dipresentasikan oleh perwakilan kelompok!
MODUL 5
SIMULASI DISPENSING RESEP RAWAT JALAN
5.1 sub-CPMK
Mahasiswa mampu melakukan dispensing rawat jalan meliputi membaca resep, menyiapkan dan mengemas obat, menulis etiket, membuat copy/salinan resep, dan menyerahkan obat disertai informasi obat
5.2 Metode dan Bentuk Pembelajaran
Praktikum ini dilakukan dengan metode student-centered learning menggunakan bentuk problem- based learning
5.3 Alokasi waktu
a. Pengumpulan jurnal/tugas pendahuluan : 5 menit b. Tes awal/akhir : 10 menit
c. Penjelasan dosen : 15 menit
d. Diskusi telaah kasus berkelompok : 60 menit e. Presentasi individu : 5 x 15 menit
f. Penutup dan Masukkan : 5 menit
5.4 Tinjauan Pustaka 5.4.1 Dispensing Resep
Dispensing terdiri dari proses penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi Obat. Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai berikut:
1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:
2. Menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep;
3. Mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik Obat.
4. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan 5. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a. Warna putih untuk Obat dalam/oral;
b. Warna biru untuk Obat luar dan suntik;
c. Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau emulsi.
d. Menempelkan label “Antibiotik, obat dihabiskan sesuai aturan” pada sediaan antibiotik 6. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk Obat yang berbeda untuk
menjaga mutu Obat dan menghindari penggunaan yang salah
Jika Penyiapan Obat telah dilakukan maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan proses lanjutan sebagai berikut:
1. Sebelum Obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara
penggunaan serta jenis dan jumlah Obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan Resep);
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat.
5. Memberikan informasi cara dan aturan penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat, kadaluwarsa atau BUD obat.
6. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya kurang stabil.
7. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
8. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh apoteker (apabila diperlukan).
9. Pada saat menyerahkan obat harus disertai etiket sebagai penanda kepada siapa obat itu diberikan dan bagaimana aturan pakainya.
5.4.2 Tanda-tanda pada resep
Berikut adalah tanda-tanda yang umum terdapat pada resep
1. Tanda segera. Bila dokter ingin resepnya dibuat dan dilayani segera, tanda segera atau peringatan dapat ditulis sebelah kanan atau bawah blanko resep, yaitu :
a. Cito = segera b. Urgent = penting c. Statim = penting sekali
d. PIM (Periculum in mora) = berbahaya bila ditunda.
Urutan yang didahulukan adalah PIM, Statim, dan Cito.
Gambar 5.1 Alur Dispensing Resep
2. Tanda resep dapat diulang. Bila dokter menginginkan agar resepnya dapat diulang, dapat ditulis dalam resep di sebelah kanan atas dengan tulisan iter (Iteratie) dan berapa kali boleh diulang.
Misal, iter 1 x, artinya resep dapat dilayani 2 x. Bila iter 2 x, artinya resep dapat dilayani 1 + 2 = 3 x. Hal ini tidak berlaku untuk resep narkotika, harus resep baru.
3. Tanda Ne iteratie (N.I) = tidak dapat diulang. Bila dokter menghendaki agar resepnya tidak diulang, maka tanda N.I ditulis di sebelah atas blanko resep. Resep yang tidak boleh diulang adalah resep yang mengandung obat-obatan narkotik, psikotropik dan obat keras yang telah ditetapkan pemerintah/Menkes Republik Indonesia.
4. Tanda dosis sengaja dilampaui. Tanda seru diberi di belakang nama obatnya jika dokter sengaja memberi obat dosis maksimum dilampaui.
5. Resep yang mengandung narkotik tidak boleh ada tulisan atau tanda iter (iterasi) yang berarti dapat diulang, m.i (mihi ipsi) yang berarti untuk dipakai sendiri, atau u.c (usus cognitus) yang berarti pemakainnya diketahui. Resep yang mengandung narkotik tidak boleh diulang, tetapi harus dengan resep baru. Resep – resep yang mengandung narkotik harus disimpan terpisah dari resep lainnya
5.4.3 Copy Resep / Salinan Resep
Salinan resep atau Copy Resep adalah salinan yang dibuat oleh apotek, dan diberikan kepada pasien guna pengambilan obat yang isinya berdasarkan
resep asli yang obatnya diambil sebagian atau berdasarkan resep asli yang oleh dokter diberi tanda ITER.
Fungsi Salinan Resep yaitu dapat digunakan sebagai ganti resep misalnya bila sebagian obat diambil atau untuk mengulang, maka resep asli diganti dengan copy resep untuk mengambil yang sebagian tersebut. Yang berhak meminta salinan resep adalah dokter penulis resep, penderita, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan.
Untuk obat keras tertentu atau narkotika yang terdapat dalam salinan resep hanya dapat dibeli di apotek yang sama. Obat yang telah dibeli tidak dapat diulang bila dalam salinan resep tidak boleh diulang. Salinan Resep yang dapat diulang apabila untuk sediaan obat dengan tanda ”iter” atau
”iteratur” yang artinya ”diulang” dibagian atau sediaan obat, salinan resep yang tidak dapat diambil Gambar 5.2 Contoh Salinan Resep
yaitu apabila diberi tanda ”n.i” atau ”ne iteratur” atau ”tidak boleh diulang” dengan alasan misalnya pada resep asli yang terdapat narkotika atau obat lain yang oleh Menteri Kesehatan ditetapkan sebagai obat yang tidak boleh diulang tanpa resep baru (Permenkes RI, 2016)
5.4.4 Pengelolaan Resep yang telah Dikerjakan
Ada empat hal yang harus dilakukan setelah resep selesai dikerjakan, yaitu:
1. Resep disimpan menurut urutan tanggal & nomor penerimaan/ pembuatan resep
2. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya dan diberi tanda garis merah dibawah nama obatnya
3. Resep yang telah disimpan dalam kurun waktu tertentu (sesuai dengan ketentuan perundang- undangan) dapat dimusnahkan dengan cara dibakar atau dengan caralian yang memadai
4. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker bersama sekurang-kurangnya seorang petugas apotek
5.5 Daftar Pustaka
Permenkes RI, 2016. Peraturan Menteri kesehatan No 72 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
Permenkes RI, 2016. Peraturan Menteri kesehatan No 73 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.
5.6 Tugas Pendahuluan (dikerjakan sebelum praktikum, ditulis di buku jurnal) 1. Jelaskan bagian-bagian dari Copy/Salinan Resep!
2. Sebutkan informasi yang harus tercantum dalam etiket obat?
3. Buatlah etiket dan salinan resep berdasarkan resep yang terdapat pada Lampiran 3!
a. Lampiran 3.2, pasien hanya akan membeli obat untuk 7 hari b. Lampiran 3.3, pasien akan membeli full 1 resep
Tugas Praktikum
1. Pelajari resep yang diberikan!
2. Lakukan skrining resep menggunakan formulir skrining resep yang terdapat pada Lampiran 5.1!
3. Buatlah etiket dan salinan resep (bila perlu) pada saat simulasi oleh perwakilan kelompok
LAMPIRAN 5.1 FORMULIR SKRINING RESEP DAN OBAT
Hari/Tanggal : ...
No. Resep : ...
Aspek Telaah
Ada (√) / Tidak Ada (x)
Tindak Lanjut / Solusi Persetujuan Perubahan Resep /
Order
Obat &
Etiket Resep Jelas Terbaca
Resep Lengkap Tepat Pasien Tepat Obat
Tepat Sediaan & Rute Tepat Dosis
Tepat Waktu &Frekuensi Alergi Obat
Kontraindikasi Obat Duplikasi Obat Masalah Terkait Obat Interaksi Obat
PETUGAS PENANGGUNGJAWAB RESEP DAN OBAT Komponen Terima
Resep
Telaah Resep
Ambil Obat
Racikan Obat
Etiket Obat
Verifikasi High Alert
Telaah Obat
PIO Pasien
TTD Petugas
Waktu Pelayanan
LEMBAR PERNYATAAN INFORMASI OBAT PASIEN
Pernyataan Pasien
Saya telah menerima obat yang sesuai dengan resep dokter disertai pemberian informasi obat secara jelas oleh apoteker.
Nama : No. Hp :