SIMPOSIUM NASIONAL VI
ASOSIASI ILMUWAN ADMINISTRASI NEGARA (AslAN) TAHUN 2OLG
4.6 JULI 2016
PROSIDING
. DALAM PENINGKAIAN DAYA SAING BANGSA
. UNTUK MENGHADAPI MEA
ASEAN
Economic
Community
Principal Organizet
Asosiasi llmuwan Administrasi Negara (AslAN) Host
Universitas Diponegoro Semarang Join Organizer
Universitas Tidar Magelang
Universit as 17 Agustus 1945 Semarang Universitas Sultan Fatah Demak
ry 4+\
/;\:.{ydlnjffi@ffi@
isosiasi llriruwan
l1lqlllll
f*lllit
AdministrsiNegn
Kerjasama Asosiasi llmuwan Administrasi Negara (AslAN) Universitas Diponegoro Semarang,
,'w
....-.1:r.'l-,i.;*l Asosiasi IImuu'an Adnrinisrra-qi NcgaraPERAN ADMINISTRASI NEGARA/ PUBLIK
DALAM PENINGKATAN DAYA SAING BANGSA UNTUK MENGHADAPI MEA
PROSIDING
SIMPOSIUM NASIONAL VI
AsoslAsl ILMUWAN ADMINtsrRASr NEGARA (AstAN)TAHUN zoL6 4-6 Juli 2016
Kerjasama Asosiasi llmuwan Administrasi Negara (AslAN), Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Tidar Magelang, Universitas Tujuh Belas Agustus Semarang, dan Universitas Sultan
Fatah Demak
Principal Organizer
Asosiasi llmuwan Administrasi Negara (AslAN) Host
Universitas Diponegoro Semarang Join Organizer
Universitas Tidar Magelang Universitas 17 Agustus 1945 Semarang
Universitas Sultan Fatah Demak
tsBN 978-602-6938-32-9
KATA PENGANTAR
Simposium Nasional ke-6 Asosiasi Ihnuwan Administrasi Negara
sekarang mengambil tema "PeranAdrrisitrasi Publik /
Negaradalam Meningkatkan oaya
Saing Bangsadi
EraMEA".
Pada tahur-r 2016 suka tidak suka dan siap tidak siap Indonesia harus melaksanakanMEA
karena halini
merupakan kebijakanASEAN
yang harus dilaksanakan oleh semua anggotanya.MEA
mempunyai tujuan mulia yaitu meningkatkan kesejahteraan ekonomi se kawasan melalui kerja sama bidang ekonomi sehingga tercipta pasar dan basis tunggalproduksi
dalam kawasan.Hal ini terkait
denganVisi ASEAN 2020 yang
akan mewujudkan keksejahteraan anggotaASEAN rnelaui integrasi ekonomi
negara-negaraanggota dalam bentuk perdagangan bebas berbasis inovasi produk dan
SDM profesional.Untuk rnewujudkan tujuan ini,
Inclonesia,Thailand, Myanmar,
Laos,Kamboja, vietnam, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Brunai Darsusslam
akan rnelakukan pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas; mengakuikualifikasi profesional;
membuatkebijakan makro
keuangandan ekonorni;
menyetujui pembiayaan perdagangan; meningkatkaninfrastruktur;
melakukan pengembangan padatransaksi elektronik lewat e-ASEAN;
memperpadukanindustri
kawasanuntuk
dapatmempromosikan sumber daerah; dan
meningkatkanperan sektor swasta untuk ikut
membangun Masyarakat EkonomiASEAN.
Sesuai dengan asas good governanceMEA akan berhasil
jika
masyarakatsipil (civil
society),badan-badanhukum
swasta(corporation),
dan negara 1storcj bersinergi.Akan tetapi, dari tiga kekuatan tersebut peran negara masih sengat besar mengingat negara mempunyai
infra struktur
yangpaling
lengkap dankuat. Di sinilah
peran administrasi negarapublik/
negaramenjadi signifikan. Administrasi
negara/publik merupakan mesinbirokrasi suatu negara dengan fungsi utama memberikan pelayanan kepada
publik.Pelayanan kepada
publik
mempunyaikorelasi
sangatsignifikan
dengan kesejahteraanrakyat.
Kesejahteraanrakyat
akanterwujud jika
Negara memberikan pelayananpublik terbaik. Dalam konteks MEA ini maka
pelayananpublik yang dilaksanakan
oleh administrasi publik/negara adalah penyusunan kebijakan yangpro rakyat,
implementasikebijakan yang efektif dan efisien, tata kelola
pemerintahanbaik yang
demokratis,inovatif,
dan efisien, dan pengembangan sumber daya manusia yang melahirkan tenaga kerja terampil dan profesional.Sejalan dengan peran tersebut maka sub-sub tema dalam Simposium
AsIAN VI
adalah:
1)
peningkatankualitas
pelayananpublik melalui inovasi; Z; tetil'atan publik
untuk peningkatan daya saing bangsa; 3) peningkatan tata kelola pemerintahal yang baik;4) peran pemerintah
daerahdalam
meningkatkandaya saing bangsa. para
ilmuwanadrninsitrasi negara/publik dari berbagai perguruan
tinggi
dan parapraktisi
dari berbagai lembagamengkaji
masalah-masalah sesuai dengantema tersebut untuk
mendapatkanjawaban
secarailmiah dan memberi saran akademis dan praktis. Hasil kajian ini merupakan
sumbanganpemikiran para ilmuwan administrasi publik/negara
kepadaa
pemerintah,
badan-badanhukum swasta, dan masyarakat
sebagaibahan
pembuatan kebijakan, strategi, dan langkahkonkrit
untuk meningkatkan daya saingbalgsa
Indonesia.Kepada para peserla dan penyumbang makalah
kami
sampaikan ucapan terima kasih.Kami
ucapkanterima
kasihjuga
kepada peserta simposium tanpa makalah yang tentuikut
memberikan saran dan masukankepida penyaji
makalah.Kami
rnemberikan penghargaan yangtinggi
kepada Panitia Simposium dan semuapihak
yang telah bekerja keras untuk dapat menyukseskan SimnasVI ini.
Semarang, 6 Agustus 2016 Pengurus
ASiAN,
Dr. Hardi Warsono
a
DAFTAR ISI
BAGIAN
1KEBIJAKAN PUBLIK UNTUK DAYA SnITvc BANGsA
MENINJAU KEMBALI REGULASI DAN BIROKRATISASI PERIZINAN PENANAMAN MODAL DI INDONESIA DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
Tri
Ratnawati...PENERAPAN
MANAJEMEN KOLABORATIF DALAM PENGELOLAAN EKOWISATA DI INDONESIA
Badrudin Kumiawan ... I 5
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI KOTA PEKANBARU
Dr.
Tuti
Khairani Harahap, S.Sos,M.Si...
...31INOVASI PELAYANAN PUBLIK UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING
BANGSA DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
Slamet Rosyadi... 45
INOVASI PELAYANAN E-HEALTH UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN UNTUK MEWUJUDKAN SMART CITY
Meirinawati
dan Indah Prabawati... 51PEMERINTAHAN DAERAH MENUJU E-GOVERNMENT DAN
TANTANGANNYA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
Oleh
Hendrarto...
...61I
PERLAWANAN BADAN USAHA MILIK DESA
(BUMDes)DIKABUPATEN BANYUWANGI DALAM MENYONGSONG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
Mahbub Junaidi, S. Sos,.M. Si...
INOVASI PELAYANAN PUBLIK UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING BANGSA DI
ERAMASYARAKAT EKONOMI ASEAN
Slamet Rosyadi...
81
...91
KONTRIBUSI
A CAD E MI C, B U SINE S S, G OV E RNM E NT, C OM MUNITY
(ABG C)DALAM MANAJEMEN SAMPAH DI TPA PIYUNGAN
Ambar Teguh Sulistiyani.MERETAS ASA DALAM KEBIJAKAN
SOSIALBAGI LANJUT USIA TERLANTAR UNTUK MENGHADAPI
ERAMASYARAKAT EKONOMI ASEAN (STUDI KASUS DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA)
Kurnia
Nur
Fitriana,M.PA,
Marita Ahdiyana,M.Si &
Yanuardi, M.Si...97
.115
PERAN ADMINISTRASI NEGARA/ PUBLIK
DALAM PENINGKATAN DAYA SAING BANGSA UNTUI( IVIENGI-IADAPI MEA
BAGIAN 2
PERAN PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING BANGSA
KEBIJAKAN DAYA
SAINJGBANGSA
:PERLAWANAN KETIDAKSETARAAN
GENDERDALAM RANTAI DAGANG UNDANG LINTAS NEGARA DI
KALIMANTAN UTARA
Indra Kertati, M.Si...
DILEMA KEBIJAKAN PANGAN DI INDONESIA; ANTARA KEPENTINGAN PUBLIK DAN
BISNISDr. Bambang Istanto, M.Si...
PERAN
PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS
SUMBERDAYA MANUSIA GUNA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)
Edoardus E. Maturbongs, Godefridus
Samderubun...
...185MERINTIS HARAPAN PADA
SEKTORAGRIBISNIS
DI KABUPATEN FAKFAK, PROVINSI PAPUA BARAT
Pandhu Yuanjaya..
KESIAPAN PEMERINTAH DAERAH DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM
EKSPORIMPOR BARANG MENGHADAPI ASEAN
FREETREAK AREA (AFTA) (STUDI PELINDO KRUENG GEUKUEH)
Nurhafni...
KEBIJAKAN REVITALISASI
PASARTRADISIONAL PERCONTOHAN PANORAMA UNTUK PENGUATAN DAYA SAING DAERAH DI KOTA BENGKULU
Sri Indarti, S.Sos,
M.Si
dan Emma Elyani, SH,MH....
BAGIAN 3
PENINGKATAN TATA KELOTA PEMERINTAHAN YANG BAIK
HUBUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN DAN PEMERINTAH DESA (KASUS DI KABUPATEN KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA)
Prof. Dr. Hanif Nurcholis, M.Si..STRATEGI
PENINGKATAN
PROFESIONALISME BIROKRASI MELALU I INTENSIFIKASI BATAS USIA
PENSIUNAPARATUR
SIPILNEGARA
Argo
Parnbudi... 251...215
...231 .135
..199
.227
ISBN: 97 8-6 02-6938-32-9
IDENTIFIKASI LEGAL DRAFTING DALAM FORMULASI KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH BIDANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN
50KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT
V
Dr.Afriva Khaidir,
SH.,M.Hum., MApA...
... .MEKANISME REKRUTMEN CALON KEPALA DAEARAH OLEH PARTAI AMANAT NASIONAL PADA PEMILIHAN
GUBERNURTAHUN
2015DI SUMATERA BARAT (ANALISIS TERHADAP
URGENSIMEKANISME REKRUTMEN POLITIK DALAM MELAHIRKAN KEPALA DAERAH YANG BERDAYA SAING
)v/ mltMubarak,
S.lp, M.Si. 281.265
307
333
LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM) SEBAGAI KONTROL PUBLIK DI KABUPATEN
PROBOLINGGOSiti
Marwiyah...
...323PENGEMBANGAN PARIWISATA KOTA SEMARANG MENYONGSONG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN MELALUI PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT
Tri
Yuniningsih...MODEL KERJASAMA
TRIPLE TRACKS (PRO JOB, PRO POOR, PRO GROWTIT)SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DESAHUTAN.
Muhammad Farid
Ma'ruf,
S.Sos.,M.Ap
...341
DANA
DESA:KESIAPAN APARATUR
DESADAN
POTENSIPENYELEWENGANNYA
Galih
W.
Pradana, ItI.Si...POLICY CHANGE
UNTUK MENENTUKAN MENU APLIKASI PADA
E-SERVICEGalih Wibowo... ...359
ANALISIS KINERJA ORGANISASI DI DINAS
SOSIAL,TENAGA KERJA, DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SEMARANG (STUDI KASUS PADA BIDANG
SOSIALPELAYANAN BANTUAN DAN JAMINAN
SOSIALTERHADAP PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL
)Theodora Ratih Rachmawati, Dyah
Hariani...
...371ANALYSIS
OFORGANIZATIONAL
PERFORMANCEIN SOCIAL
SERVICES,MANPOWER AND TRANSMIGRATION IN SEMARANG DISTRICT
(A
CASESTUDY
OFSOCIAL AFFAIRS AND SOCIAL
SECURITYASSISTANCE
SERVICESAGAINST SOCIAL WELFARE
PROBLEMS)Theodora Ratih Rachmawati, Dyah
Hariani...
...3g7PERAN ADMINISTRASI NEGARA/ PUBLIK
DALAM PENINGKATAN DAYA SAING BANGSA UNTUK MENGHADAPI MEA
ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN KABUPATEN WONOGIRI
Bemanda Daniar, Hardi Warsono, Ida Hayu Dwimawanti...
BAGIAN 4
PENINGKATAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK
EFEKTIVITAS OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA (ORI) PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
Novia Winda Sari, Hardi Warsono,
Yuwanto...
...411PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEMBUDIDAYA RUMPUT LAUT OLEH
DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT (STUDI
KASUSPADA PEMBUDIDAYA RUMPUT LAUT DI KECAMATAN MAMUJU)
Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP,
M.Si & Ahmad Jai2...
...425MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MARJINAL USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KOTA PAYAKUMBUH
V
Syamsir...REFORMASI ADMINI
STRA SIPELAYANAN PUBLIK (STUDI PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DI JAWA TENGAH)
Sulistiyo
Ardi
Nugroho,Kismartini,
Hartuti PurnaweniPENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK MELALUI INOVASI PADA KABUPATEN MERAUKE
Yohanis Endes Teturan...
...441
455
...471
481
.,,...,...491
501
515
UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PENCATATAN NIKAH PADA KUA KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK
Sri Wahyuningsih, Sundarso, Kismartini:...
MEMBANGUN JARINGAN INOVASI PELAYANAN PUBLIK
Munawar Noor...SISTEM
INFORMASI MANAJEMEN DATAGO SEBAGAI INOVASI PELAYANAN PUBIK DI KOTA MAGELANG
Dra. Eny Boedi Orbawati, M.Si...
KUALITAS PELAYANAN PUBLIK UNTUK IBU DAN ANAK DALAM ANALISIS SITUASI IBU DAN ANAK KABUPATEN PEMALANG
Aristoeningwinami,
Harsoyo,christine DW,
dan Rahmad purwanto.a
MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MARJINAL USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KOTA
PAYAKUMBUH
Oleh: Syamsir
Dosen Lektor Kepala (IVc) Prodi Ilmu Adnrinistrasi Negara (IAN) FIS Universitas Negeri Padang;
Jl. Prof. Hamka, Air Tawar, Padang 25131; e-n.rail: [email protected]; HP:085263639233
ABSTRAK
Penelitian
ini
bertujuan untuk mengetahui dan menelnukan model baru dalam pemberdayaanmasyarakat rnarjinal kelompok Usaha Mikro Kecil
danMenengah (UMKM), terutama kelompok Mikro dan Kecil, di
KotaPayakumbuh Sumatera Barat; mengidentifikasi berbagai kendala
atauhambatan yang mungkin akan ditemukan bila seandainya model itu
diterapkan; serta merumuskan berbagai upaya yangmungkin
dapat dilakukanuntuk
mengatasi kendala (hambatan) yangmungkin
akan ditemukandi
kota Payakumbuhterkait dengan improvisasi
penerapanmodel
pemberdayaan masyarakatmarjinal UMKM tersebut. Penelitian ini
dilaksanakan dengan menggunakan metodey'eld researclz (penelitian lapangan). Hasil penelitianini
antaralain
menunjukkanbahwa: 1)
Pembinaan masyarakatmarjinal UMKM di Kota
Payakumbuh diasumsikan akan lebih maksimalbila
dilakukan dengan model pembinaan kolaborasi antar berbagai unsur yang ada dalam masyarakat,yaitu
dengan pelibatantokoh
masyarakat, pemerintah, pengusaha, danLSM;
2)
Kendala-kendalayang mungkin dihadapi dalam
pembinaan masyarakatmarjinal UMKM di Kota Payakumbuh selama ini antara lain
kendala ekonomis dalambentuk
kekuranganmodal,
dan kendala sosialbudaya,
3)Upaya
dalam mengatasi berbagai hambatan pembinaan masyarakat marjinalUMKM di Kota
Payakumbuhperlu dilakukan
dengan mempertimbangkan karakteristik sosial budaya yang hidup di kalangan masyarakat setempat.Keyword: Model pemberdayaan, masyarakat marjinal, kelompok
UMKM
a
PERAN ADMINISTRASI NEGARA/ PUBLIK
DALAM PENINGKATA.N DAYA SAING BANGSA UNTUK MENGHADAPI MEA
A.
PendahuluanKrisis
moneter dan ekonomi yangterjadi
dan era globalisasi yangbergulir di
Indonesia selamalebih kurang dua puluh tahun terakhir ini telah banyak menimbulkan
masalahdalam berbagai sektor kehidupan sosial dan ekonomi
masyarakat.Sulitnya
mencaripekerjaan
merupakankenyataan yang banyak dirasakan oleh
nrasyarakat Indonesia.Pemecahan
masalah paling sederhana yang muncul dari pernikiran
sekelompok masyarakatkecil untuk bertahan hidup adalah dengan cara menciptakan
lapangan pekerjaansendiri dalam skala kecil
atau menjajakan berbagaijenis
barang dagangan,makanan, atau minuman dalam skala
kecil. Kelompok
masyarakatinilah
yang sekaranglebih
sering dikenal dengan sebutan kelompok UsahaMikro
danKecil (UMK)
dan/atau PedagangKaki Lima (PKL).
Menurut Mulyanto (2007), krisis ekonomi yang
berkepanjangan menyebabkan tingkat pendapatan masyarakatdi
Jawa Tengah menurun danjumlah
orang yang hidup dibawah garis kemiskinan meningkat. Krisis ekonomi juga
menyebabkan menurunnyaproduktivitas
petusahaansehingga banyak terjadi
pemutusanhubungan kerja
yang mengakibatkan meningkatnya pengangguran. Guna menanggulangi semakin banyaknya pengangguran, pemberdayaansektor informal
khususnya PedagangKaki Lima (PKL)
sangatdiperlukan. Meskipun
kasusyang
diungkapkanoleh Mulyanto
adalah mengenaikondisi di
daerah Jawa Tengah,namun boleh jadi
kasusdan kondisi yang
sama juga terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Kota payakumbuh.Usaha
Mikro
danKecil (UMK)
dan/atau pekerjaan sebagai PedagangKaki
Lima(PKL)
merupakan bagian yangtidak
dapat lepas dariaktifitas
sektor irrformal. Bahkan di daerah-daerah perkotaankelompok UMK
dan/atauPKL ini
memegang peranan yang cukuppenting
dalam pengembangansektor ekonomi
dan perdagangan daerah. Mereka menggunakan tenagakerja
secaramaksimum tanpa memerlukan modal yang
besar.Dinamika yang
berkembangdalam sektor informal ini cukup banyak
mlnghasilkansurplus yang kemudian diinvestasikan kembali dalam sektor ini.
Pertumbuhan dan perkembangansektor informal UMK,
termasukPKL ini, terjadi
berdasarkan kekuatan sendiri.Besamya potensi yang terdapat
di balik
pertumbuhan sektorinformal
selamaini belum terprediksi
denganbaik.
Sementara permasalahansektor informal itu
sendiri berkembang seiring dengan kompleksitas migrasi dan urbanisasi yang kian meningkat dari hari ke hari. Namundi
sisilain,
kelompokUMK,
terutama pedagangkaki lima lFfl;,
albeberapa
kota
besarseringkali diidentikkan
dengan masalah kemacetan aruslalu
lintas, karenaPKL pada umumnya
memanfaatkanfasilitas umum,
terutamatrotoar,
sebagaimedia berdagang. Kelompok ini purl kerap diusir dan dikejar petugas
karena mempergunakan lahanbisnis tidak
sesuai dengan tata ruang perkotaan. Padahal mereka termasukkelompok
penyumbang pertumbuhanekonomi
terbesarbagi
negaraini.
padatahun 2014, misalnya,
jumlah UMKM di
Indonesia ada sebanyak Sl,8gjuta unit,
atau 99,99 persendari total jumlah pelaku
usaha nasional.UMKM
memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 96,99 persen, dan terhadap pembentukappDB
sebesar60,34 persen pada tahun 2014 (BPS, 2014). Hal ini membuat
pembersihan usaha kelompokini,
terutamaPKL, di lokasi-lokasi
strategis menjadi kontroversialdilihat
dari kaca mata sosial dan ekonomi.Akhir-akhir ini
berbagaiinstitusi,
baik pemerintah maupun swastamulai
memberi perhatianbagi
kelangsunganbisnis UMK,
termasukPKL.
Mereka harus dihargai karena perjuangannyaluar
biasa.Tidak
pernah menerima permodalandari
pemerintah maupun perbankan, akan tetapi bisa survive. Dalarn kenyataannya kelompokitu
sebenarnya justrumampu menciptakan lapangan kerja dan penyumbang retribusi bagi
pemerintah kabupaten/kota.Oleh karena itu, Kementerian Koperasi telah
menginstruksikan
agarC
ISBN : 978-602-6938-32-9
kelompok
UMK ini
diarahkan dan dibina serta diberdayakan, karena dampaknya terhadap perekonomian daerah dan nasional sangat dahsyat(Dinas
Koperasi danPKM
Sumatera Barat, 2009).Di wilayah-wilayah
tertentu kehidupan ekonomi paraUMK ini
meningkat drastis dantingkat
usaha merekajuga
semakin pesat dengan semakin ramainya pedagang yang datang dan rnenjajakan barang dagangannyadi
b'erbagai kawasanbaik pagi,
siang, sore maupun malam hari. KelompokUMK,
terutamaPKL,
seringkali menjadi pilihan bagi para pendatang sehingga sektorini
mampu menyerap dan memberikan lapangan pekerjaan di tengah persaingan kehidupan ekonomi perkotaan.Ditinjau
dari modal usaha yangdirniliki, UMK yang di satu sisi sering dipandang
sebelahmata tetapi mereka mampu
dan mempunyaijiwa
wirausahadan tingkat kernandirian yang tinggi. Namun
demikian, ternyata keberadaan paraUMI?PKL menjadi tidak
nyaman manakala pemerintah kota sudahmulai
menerapkan beberapakebijakan yang
menyangkut masalah tatakota
dan keindahannya, sehingga keberadaankelompok ini di
berbagai kawasanperlu
digusur ke tempat lain.Selama
ini,
setiap pemerintah Kabupaten/Kota telah mengembangkan infrastrukturperekonomian. Namun dalam
pengembanganinfrastruktur perekonomian
tersebut, seringkali masalahUMK
kurang terperhatikan. Seperti praktekdi
beberapa kota besar di negaramaju, saat ini jumlah UMK cukup besar dan memiliki potensi yang
dapat menyediakan lapangankerja dalam
masyarakat.Oleh
karenaitu kebijakan
pemerintah dalam mengatur dan menanganiUMK/PKL
hendaklahdiposisikan
sebagai komponen yang mengayomi dan melindungi. Namun dalam kenyataannya kelompokUMK,
terutamaPKL sering
dipandang sebagaipembuat
masalah(trouble ntake) dan bukan
sebagai bagiandari
solusiuntuk
membantu Pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaanmandiri.
Mereka masih seringdituding
sebagai kambinghitam
dan penyebab terjadinya kesemrawutan lalu lintas atau penyebab pencemaran (kekotoran) lingkungan.Sebenamya
kalau
direnungkan secaralebih
mendalam, perananUMK
sungguhsangat penting dan amat membantu masyarakat konsumen karena mereka
dapatmemperoleh barang konsumsi yang cukup berkualitas namun murah dan
mudah didapatkandisamping mengurangi angka
pengangguranyang semakin hari
semakin meningkatdi
Indonesia.Oleh
karenaitu
program pembinaan dan pemberdayaanUMK
merupakansalah satu langkah yang
sangattepat untuk dilakukan. Selain itu,
dalam memahamiUMK
yang merupakan bagiandari kelompok
masyarakatmiskin,
sebaiknyakita
bercermin pada kata-katabijak yang
pernah dikemukakanoleh Prof.
Mohammad Yunus, salah seorang penerima hadiah nobel perdamaian 2006. Menur-utnya "masyarakatmiskin tidak
akan membuat masalah,tapi kitalah
para pembuat kebijakan dan perancang lembagayang
terus menerus menciptakan masalahuntuk
mereka.Kita
akan mendapat manfaat yang sangat besar kalaukita
rnempercayai mereka, mengagumi perjuangan dan komitmen mereka untuk menciptakan kehidupan yang layak bagi mereka sendiri" (Dinas Koperasi danPKM
Sumatera Barat, 2009).Berdasarkan
pemikiran di atas maka
dipandangperlu untuk dilakukan
suatupenelitian yang akan mencoba menggali berbagai informasi, menemukan,
dan mengidentifikasi pola pemberdayaan masyarakat kelompok usahamikro
dankecil di
Kota Payakumbuh.Penelitian ini
mencoba mengungkapkan berbagai persoalan menyangkutbentuk upaya
pemberdayaan masyarakatkelompok UMKM,
terutamayang
termasuk kategori UsahaMikro
danKecil (UMK),
serta berbagai kendala dan peluang dalam proses pemberdayaan kelompokUMK ini
di Kota Payakumbuh.Berdasarkan
uraian yang telah
dikemukakandi
atasmaka
dipandangperlu
untuk melakukan suatu penelitianuntuk
menemukan danmengidentifikasi pola
pemberdayaankelompok mikro
dankecil di Kota
Payakumbuh. Skoppenelitian ini
PERAN ADMINISTRASI NEGARA/ PUBLIK
DALAM PENINGKATAN DAYA SAING BANGSA UNTUK MENGHADAPI MEA
mencakup berbagai persoalan
yang
berkaitan denganbentuk
atau upaya pemberdayaan masyarakat kelornpokUMKM,
terutama yang termasukkategori
UsahaMikro
danKecil (UMK),
serta berbagai kendala dan peluang dalam proses pernberdayaan kelompokUMK
ini di Kota
Payakumbuh.Oleh
karenaitu
rumusan masalahyang
dikernukakan dalampenelitian
ini adalah:
i1.
Bagaimanakahpola
ataumodel
pemberdayaan masyarakat kelornpok UsahaMikro
dan
Kecil (UMK) di
Kota Payakumbuh selama ini?2.
Kendala-kendalaapa yang dihadapi oleh pemerintah Kota
Payakurnbuh dalam pemberdayaan masyarakat kelompokUMK ini di
Kota Payakumbuh?3. Bagaimana rnodel
pemberdayaanyang perlu dilakukan oleh Pemerintah
Kota Payakumbuh terhadap kelompok masyarakatUMK.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat rnenjadi salah satu bahan masukan
bagi pengambilkebijakan
dan pelaksanakebijakan di Kota
Payakumbuhdan
sebagai bahan pertimbangandalam
penyusunandan
penerapanprogram
pemberdayaan masyarakatmiskin (marjinal),
terutamakelompok UMK, untuk
masayang
akan datang. Selainitu hasil
penelitiar-rini juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
DinasKoperindag dan pihak-pihak terkait dalam
penetapanprogram bantuan yang
patutdiberikan
kepadapara UMK agar mereka lebih termotivasi dan lebih
berdaya untuk menjalani profesi mereka sebagai pengusahaUMK.
B. Tinjauan Kepustakaan
Konsep Pemberdayaan dan Pemberdayaan
Masyarakat
Menurut Edi Suharto (2010) konsep
pemberdayaanmerujuk
kepada kemampuan seseorang yang ditujukan kepada kelompok rentan dan kelompok lemah sehingga mereka bisamemiliki
kemampuan dan kekuatan dalam dua hal,yaitu: l) memiliki
kebebasan yang mencakup segalahal, yaitu
bebas dalam mengemukakan pendapat, bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, dan bebas dalam memperoleh kesehatan; 2) mendapatkan sumber- sumberproduktif
yang bisa meningkatkan pendapatan dalam memperoleh barang dan jasa yang diperlukan. Pemberdayaan merupakan sebuah proses dalam mencapai tujuan untuk memperkuat atau memberikan keberdayaan pada sebuah kelompok atauindividu-individu
yang tidak berdaya yang mengalami keterbelakangan dan kemiskinan.
Dalam mewujudkan sebuah pemberdayaan harus merunjuk kepadahasil
dalam mencapai sebuah perubahan sosial yang lebihbaik
dari kondisi sebelumnya.Sementara
menurut Syarif Makmur (2008)
pemberdayaanmerujuk
kepada dua kecendrungan,yaitu: l)
proses pemberdayaanyang
berorientasi kepada proses dalam memberikankekuatan
dan kemampuan agar seseoranglebih
menjadiberdaya,
dan 2) pemberdayaancendrung
kepada pemberianmotivasi atau
dorongan kepadaindividu
dalam menentukan hidupnya.Kendala dan Upaya dalam Pemberdayaan
Masyarakat
Kartasasmita
dalam
Sumaryadi(2005)
menjelaskan bahwahal-hal yang
sering menjadikendala dalam pengembangan atau pelaksanaan kebijakan yang
mendukung pemberdayaan masyarakat antaralain: 1)
kurangnya pemahaman ataukomitmen
yang sungguh-sungguh;2)
hambatankebijakan
keuangan,3) jangka waktu yang
dibutuhkan bagi perubahandi tingkat
yanglebih tinggi; 4) diversifikasi
budaya, ekonomi, geografis,suku bangsa; 5) struktur, fungsi dan perilaku pelayanan umum.
1)
Kurangnya pemahaman atau komitmen yong sungguh-sungguh.ISBN : 978-602-6938-32-9
Meskipun sebagian besar pemegang kendali, termasuk penyusun kebijakan,
dapat mendukung dasar-dasar pemberdayaan masyarakat danmemiliki
pemahaman yang umum tentang persyaratannya,namun
pembuat keputusan dapatkernbali ke
pendekatan top- down.Hal ini
bisaterjadi
karena mereka kurang memahami bagairnana memberdayakan masyarakat,atau
sudah memahamitetapi pada
saatdimana
terasa adakrisis
dan/atautekanan pemberdayaan sulit dilakukan.
2)
Hambatan Kebijakan KeuanganKekakuan sistem penganggaran
proyek
sertasistim
pengawasan keuangan negara yang sangat kurang fleksibilitasnya dan lebih berfokus pada aspek adrninistrasi dan pencapaian targetfisik
semata tanpamelihat
proses yang terjadijuga
sering menjadi kendala dalam pemberdayaan masyarakat. Selainitu, juga
seringterjadi
bahwakelompok
masyarakatkr.*g
mengontrol penggunaan dana-dana pusat(DIP
sektoral) dan dana transfer (seperti Inpres).Mungkin tidak
cukup dukungan keuanganbagi
pemberdayaan masyarakat dari sumber-sumber clayalokal, baik
disebabkanoleh
rendahnyatingkat
pemungutan pajak, rendahnyatingkat
pengendalian 'danahibah'
dari pusat atau rendahr-rya tingkat komitmen pemerintah daerahuntuk
mengalokasikan sumberdaya pemerintah setempatbagi
usaha pemberdayaan masyarakat.j)
Jangka waktu yang dibutuhkan bagi perubahandi
tingkat yang lebih tinggi.Ada
kecenderungandari
program-program pemberdayaan masyarakatuntuk
melupakan perubahan-perubahandi
tingkatlokal yang jauh lebih
mudah diperkenalkan, dan bahwaiesistensi (penolakan) di tingkat yang lebih tinggi akan lebih besar sampai
tingkat pemahamandan komitmen yang tulus untuk berubah dapat diperkenalkan
kepada penyusun kebijakan.4) Diversifikasi
budaya, ekonomt, geografis, suku bangsaAda keprihatinan bahwa kebijakan yang dikembangkan untuk mendukung pemberdayaan
*uryurukut tidak
akancukup fleksibel untuk
mengakomodasikondisi
geografis, tingkatekonomi dan budaya yang
berbeda-beda.Harus diperhatikan bahwa kebijakan
yangmemungkinkan, tetapi tidak menghalangi proses adaptasi yang dibutuhkan
untukmemastikan strategi pemberdayaan masyarakat yang tepat dan diteruskan di tingkat lokal.
5)
Strulctur, Fungsi dan Perilaku Pelayanan UmumSistem perencanaan dan kepemimpinan pembangunan yang terpusat selama tiga puluh dua tahun pemerintahan Orde Baru telah melahirkan tenaga pelayanan umum tingkat lapangan
yang ierbiasa mengikuti instruksi dari pusat. Akibatnya mereka tidak terlatih
untuk mengembangkan, melaksanakan, mengevaluasi serta merubah suatuproyek di
tingkat claerah.Inovasi dan
pengambilan keputusanoleh staf tingkat
lapangantidak
pernahdihargai; sehingga mereka rnerrgalami kesulitan berperan sebagai fasilitator
dalamkelompok
masyarakat, yang kemudian mempromosikan dan manpertahankan kegiatan- kegiatan yang dihasilkan.Selanjutnya Kartasasmita (dalam Sumaryadi, 2005)
mengemukakan bahwa upaya pemberdayaan masyarakat harus dilakukan melalui tiga fase, yaitu:l) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakatberkembang; kondisi ini didasarkan pada asumsi bahwa setiap individu
danmasyarakat
memiliki
potensi yang dapat dikembangkan.2)
Memperkuat potensi atau daya yangdimiliki rakyat
dengan menerapkan langkah- langkah nyata, menampunng berbagai masukan, menyediakan sarana dan fasilitasPERAN ADMINISTRASI NEGARA/ PUBLIK
DALAM PENINGKATAN DAYA SAING BANGSA UNTUK MENGHADAPI MEA
3)
Memberdayakan masyarakatdalam arti melindungi dan membela
kepentingan masyarakatlemah;
dalam proses pemberdayaan masyarakat harus dicegah jangansampai lemah,
bertambahlemah,
ataumakin terpingkirkan dalam
mengahadapi yang kuat.Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa proses
pernberdayaan masyarakat harus melindungi masyarakat yang lemah, agar yang lemah jangan tertindasoleh orang yang kuat atau terpinggirkan oleh yang kuat. Oleh sebab itu pemihakan/perlindungan terhadap yang lemah amat penting dalam
prosespemberdayaan masyarakat.
Dalam
PeraturanGubernur
SumateraBarat Nomor 66 Tahun 2005
Tentang PedomanUmum
Program Terpadu Pemberdayaan Masyarakatdi Nagari
dikemukakanbahwa strategi yang digunakan dalam rangka peningkatan upaya
pemberdayaan masyarakatmeliputi:
1) Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan berbagai sektor yang
berfungsi memberdayakan masyarakat.2) Meningkatkan
kesadaran, kemampuan,kemandirian, dan kepedulian
masyarakat dalam pembangunan dan mengutamakan peran aktif masyarakat.3)
Mening!<atkan peran wirausaha sebagaipelaku ekonomi
dan menggerakkan roda perekonomian.4)
Mendorong pengusaha skala menengah dan besar untuk membantu wirausahakecil atau ekonomi mikro dalam bidang produksi,
pengolahandan
pemasaran hasil melalui berbagai pola yang sesuai.5)
Mengembangkan kapasitas organisasi masyarakatlokal untuk
mempercepat proses moderenisasidi bidang
ekonomi,teknologi,
pelestarian budaya Minangkabau dan budayalain.
Pengelolaan sumber daya alam dan lingkunganhidup
serta solidaritas sosial masyarakat setempat.6) Menumbuh
kembangkan usaha-usaha masyarakatyang sudah ada
agar mampu bersaing dalam era globalisasi saatini.
Berdasarkan uraian
di
atas dapat diketahui bahwa strategi yang dapat dilakukan dalam melaksanakan upaya pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya untuk memandirikan masyarakat serta meningkatakan kesadaran untuk maju dan berkanbang sehingga dapatterlibat
dalam pembangunan, dan agar mereka dapat bersaing dengan perkembangan masa.Kelompok (Isaha Mikro Kectl dan Menengah ((IMKM) dan Pedagang Kaki Lima (PKL)
Kelompok
UsahaMikro Kecil
dan Menengah(UMKM)
merupakan sebuah konsep yangmerujuk
kepada kelompok orang (pengusaha) yangmemiliki
aset dan omset dalam skalakecil, mikro, dan
menengah.UMKM di
Indonesiatelah diatur
berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2008 tentang(Isaha Milcro, Kecil, dan Menengah.
Dalam undang-undangini
antaralain
dijelaskan bahwa
UsahaMilcro
adalah usahaproduktif milik
orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhikriteria
usahamikro
sebagaimanadiatur dalam
Undang-Undangini.
Sedangkan UsahaKecil
adalah usaha ekonomiproduktif
yangberdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yangdimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagianbaik
langsung maupuntidak
langsungdari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhikriteria
UsahaKecil
sebagaimana dimaksud cJalam Undang-Undangini.
Sement ara (Jsaha Menengah adalah usaha ekonomiproduktif
ISBN : 978-602-6938-32-9
yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yangdimiliki,
dikuasai, atau rnenjadi bagianbaik
langsung maupuntidak
langsung dengan UsahaKecil
atau usaha besar denganjumlah
kekayaanbersih
atauhasil
penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.Selanjutnya, Pedagang
Kaki Lima (PKL)
adalah bagiandari kelornpok UMKM.
PKL
seringdiarlikan
sebagai orang atau kelompok orang yang melakukan usaha dagang dan atau jasa di tempat umum, baik rnenggunakan atau tidak menggunakan sesuatu, dalam melaksanakan kegiatan usaha dagang. Ternpat usahaPKL
adalah ten-rpatumum,
yaitu tepi-tepijalan umum, trotoar,
dan lapangan serta tempatlain di
atas tanah yang bukanmiliknya
ataudi
atas tanahmilik
negara yang ditetapkanoleh
pernerintah kota. Dengankata lain PKL adalah
peroranganyang melakukan penjualan
barang-barang dengan menggunakan bagianjalan
atau trotoar dan ternpat-tempat untuk kepentingan umum serta tempatlain
yang bukanmiliknya.
Sementaradefinisi lain
menjelaskan bahwa PedagangKaki Lima (PKL)
adalah pedagang yang rnelakukan usaha perdaganganinformal
dengan menggunakan lahan terbuka atautefiutup,
sebagian fasilitasumum
yang ditentukan olehPemerintah Daerah sebagai tempat kegiatan
usahanyabaik dengan
menggunakan peralatan bergerak atau peralatan bongkar pasang sesuai waktu yang telah ditentukan.PKL
pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga,yaitu
1)PKL
yang mobile.yaitu PKL
yang berdagang secaratidak
menetap;2) PKL
yangtidak mobile yaitu PKL yang
berdagang secaramenetap; dan 3) PKL static lorcck
dovvn,yaitu PKL
yangmenggelar barang dagangannya pada
waktu
dan tempat tertentu.(Amidi
dalam Mulyanto,2007).
Pengalaman negara-negaraberkembang di dunia menunjukkan bahwa
pada umumnya PedagangKaki Lima (PKL) terdiri dari
paramigran (Manning
dan Effendi, 1985). Kecenderungan tersebutjuga
dapatdilihat
padaPKL
yang adadi
Indonesia. Oleh karenaitu, implikasi
dari kecenderungan tersebut adalah terjadinya hubungan kuat antara pedagangkaki lima dan migrasi.
Dengandemikian,
selagiterjadi
kesenjangan sosial- ekonomi antara desa dan kota, maka selamaitu
pula akan terus teqadi arus migrasi desa- kota (urbanisasi) yang merupakan sumber muka-muka baru bagi PKL.Keterbatasan
pendidikan dan keterampilan yang dimiliki oleh para
pendatang menyebabkan mereka lebihmemilih
pada jenis kegiatan usaha yang tidak terlalu menuntut pendidikan dan keterampilan yangtinggi.
Pilihan merekajatuh
pada sektorinformal
yaitu pedagangkaki lima (PKL)
atau sebagai pedagang asongan.Dalam
pandangan Rachbini (dalamAlisjahbana,2006),
paraPKL
yang menjajakan barang dagangannyadi
berbagai sudut kota sesungguhnya adalah kelompok masyarakat yang tergolongmarjinal
dan tidak berdaya. Dikatakanmarjinal
sebab mereka rata-rata tersisihdari
arus kehidupan kota dan bahkanditelikung
oleh kemajuan kotaitu
sendiri. Dikatakan tidak berdaya, karena mereka biasanyatidak
terjangkaudan tidak terlindungi oleh hukum, posisi tawar (bargaining position)
mereka lemah dan acapkalimenjadi
obyek penertiban dan penataankota
yangtak jarang bersikap represif.
Pedagang
kaki lima
pada umumnya adalah self-employed, artinya mayoritasPKL
terdiri dari
satu tenagakerja. Modal yang dimiliki relatif kecil,
danterbagi
atas modaltetap, berupa
peralatan,dan modal kerja. Dana
tersebutjarang sekali dipenuhi
dari lembaga keuangan resmi. BiasanyaPKL
mendapatkan dana atau pinjamandari
lembaga atau peroranganyang tidak resmi,
atau bersumberdai supplier
yang memasok barang dagangan kepadaPKL.
Sedangkan sumber dana yang berasal dari tabungan sendiri sangat sedikit.Ini
berarti hanya sedikit dari mereka yang dapat menyisihkanhasil
usahanya.Ini
mudah dipahami karena rendahnya tingkat keuntungan PKL dan cara
pengelolaan uangnyapun sangat sederhana. Sehingga kemungkinan untuk mengadakan investasi modalPERAN ADMINISTRASI NEGARA/ PUBLIK
DALAM PENINGKATAN DAYA SAING BANGSA UNTUK MENGHADAPI MEA
maupun ekspansi usaha sangat
kecil.
Juga perlu ditambahkanbahwa
secaraumum PKL ini
termasuk dalam kategori yang mayoritas berada dalam usia kerja utama Qtrime-age).C.
Metode Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan dengan menggunakanmetode deskriptif. Populasi
dalam penelitianini
adalah seluruh masyarakat kelornpok UsahaMikro
danKecil (UMK)
yang terdapat atau beradadi Kota
Payakumbuh. Berdasarkanpopulasi penelitian dan
sesuai pula dengan permasalahan dan tujuan penelitianini,
maka penentuan sarnpel dalam kajianini,
terutama untuk pengumpulan data kuantitatif, dilakukan dengan dua tahap. Pada tahap pertama digunakan teknik purposive sampling untuk menentukan daerah (kawasan) .sertakelompok
sampelUMK
yang dengan pertimbangan tertentu dipandanglayak
dijadikan kawasan atau kelompok sampel. Pada tahap kedua digunakan teknikproportional
random samplinguntuk
menentukankelompok UMK
yang berasaldari
berbagailatar
belakangumur jenis kelamin,
statusperkawinan, lama
berusaha,jenis
usaha,dan
karakteristikdemografi lainnya
secaraproporsional. Disamping itu, untuk menghindari bias
dalampengambilan kesimpulan penelitian, dilakukan wawancara
secaramendalam
dengan beberapa informan yang ditentukan secara purposive, antaralain
para pimpinan organisasiUMK,
Pimpinan Koperasi PembinaUMK,
pihak Pemko, dan parainforman
lainnya yang dipandang berkompeten untuk memberikan informasi penelitian ini.Pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan melalui angket dan
format pedoman wawancara. Pengolahan (analisis) datakuantitatif
dalarn penelitianini
dilakukanmelalui
proses analisis datakuantitatif
sederhana dengan menggunakan analisis statistikdeskriptif
dalambentuk
frekuensi dan persentase.Hasil
analisisini dilanjutkan
dengan pemberian interpretasi data statistik dan seterusnya dilakukan penyimpulanhasil
analisis.Sedangkan analisis data
kualitatif
dalampenelitian ini dilakukan
secaraterus
menerus sepanjangpenelitian, dari awal
sampaiakhir,
secarasirkuler. Analisis .data kualitatif
dilakukan dengan menggunakanteknik
interactive model of analysis melalui tahap reduksi data, display data, tafsiran data, dan pengambilan kesimpulan.D. Hasil Penelitian
dan PembahasanPenelitian
tahun I dari 3 seri penelitian ini
antaralain
menemukanbahwa
usaha dan keberadaanPKL di Kota
Payakumbuhtelah terlindungr dan terfasilitasi oleh
beberapa peraturan (PeraturanMenteri
DalamNegeri Republik
IndonesiaNomor 4l Tahun
2012,Peraturan Walikota Payakumbuh Nomor: 26 Tahun 2007, Peraturan Daerah
Kota PayakumbuhNomor 09
Tahun2010, dan
beberapa Keputusan Gubernurdari
tahun 2008-
2013). Namun dalam praktiknya pembinaanPKL
seperti yang dicanangkan dalam Perda dan PerwakoKota
Payakumbuh tersebut masih kurang rnaksimal, setidak-tidaknya dalam beberapa aspek dari penerapan aturan-aturan tersebut, seperti dalamhal
pelatihan dan pemberdayaanPKL.
Dengan demikian melalui penelitian tahun ke-2 diungkapkan dandikaji: l)
Bagaimana upaya improvisasi model dan penerapannya dalam pembinaanPKL di
Kota Payakumbuh?; 2) Apakah kendala atau hambatan yang ditemukanbila
seandainya kemungkinan model/metodeitu diterapkan?;
dan3)
Apakah upaya yangmungkin
dapatdilakukan untuk mengatasi kendala atau
hambatanyang mungkin akan
ditemukan tersebut?Secara
umum dan ringkas hasil penelitian tahun ke-2 ini dapat
dikemukakan sebagai berikut.l.
Model pembinaan masyarakatmarjinal
di Kota PayakumbuhISBN : 978-602-6938-32-9
Pembinaan
masyarakat marjinal (terutama kelompok UMK) di Kota
Payakumbuh diasumsikan akanlebih
maksimalbila dilakukan
denganmodel
pembinaan kolaborasiantar berbagai unsur yang ada dalam masyarakat, yaitu dengan pelibatan
tokoh masyarakat, pemerintah, pengusaha, danLSM.
Kerjasama antar berbagaipihak ini
sangat penting dilakukan agar pembinaan kelompokUMKM,
temtarna kelompokUMK, di
KotaPayakumbuh lebih dapat mencapai
sasaranyang diinginkan dalarn
pemberdayaan masyarakat marjinal yang bersangkutan. Keterlibatan para tokoh masyarakat, pemerintah, pengusaha, danLSM
sangat diperlukan dalarn pembinaan atau perberdayaan kelompokUMK ini
terutama dalam kaitannya dengan pemberantasan paratengkulak
dan"lintah
darat" yang masih saja menghantui dan menghambat perkembangan usahaUMK di
Kota Payakumbuhini.
Selain
itu
keteribatan para pihak ini juga sangat diperlukan dalam rangka pelaksanaan programrelokasi PKL
danUMK
agar pengembangan usaha mereka dapatlebih
tertata dan terhindar darikonflik,
terutamakonflik
antara paraPKL
dan pihak pelaksana relokasi (penertibanPKL) yang seringkali te4adi
pada setiapkali
akandilakukannya
relokasiPKL,
termasukdi Kota
Payakumbuh. Keterlibatarl parapihak ini juga
diperlukan dalam pengaturan dan penyaluran berbagai program yang berkaitan dengau bantuan pergerakan modalbagi
paraUMK. Demikian juga
dalamhal
pengaturan pedagang(PKL)
malammelalui peraturan daerah (Perda 912010) yang tidak jarang pula
menimbulkan kesalahpahaman antarapihak
pelaksana perda (pemda) dan paraPKL,
seperti dalah hal pengaturan tempat berdagang, pungutan retribusi, persoalan keamanan, dan lain-lain.Berdasarkan wewancara dengan beberapa
informan, baik dari pihak
pengelolakoperasi PKL, pihak instansi pemerintahan terkait, dan beberapa PKL di
Kota Payakumbuh maka didapatkan gambaran bahwa model pembinaanPKL
yang selamaini
diterapkan
di
Kota Payakumbuh pada dasarnya melibatkan (menyangkut) beberapa aspek yang salingterkait
dan mendukung satu samalain, yaitu:
1) AspekRegulasi/Ilukum,
2) Aspek Sumber Daya Manusia, 3) Aspek Permodalan, dan4)
Aspek Manajemen. Secaralebih detail
model pembinaan masyarakatmarjinal/UMK di Kota
Payakumbuh tersebut dapat digambarkan dalam bagan atau gambar 1.2.
Kendala dalam pembinaan masyarakatmarjinal
UMKM di Kota PayakumbuhKendala-kendala yang seringkali dihadapi dalam pembinaan masyarakat
marjinal UIvIKM di
Kota Payakumbuh selamaini
antara lain berkisar seputar kendala atau persoalan klasik,yaitu kendala ekonomis dalam bentuk
kekuranganmodal dan kendala sosial
budaya.Kendala
ekonomis
antaralain
dalamhal
kekurangan modaluntuk
pengembangan usaha kelompokUMK ini,
sehingga upaya terakhir yang harus merekalakukan
adalah dengan cara meminjam uangdari
para"rentenir"
yang sudah barang tentu danseringkali
sangat merugikan serta menghambat pengembangan usaha mereka secara maksimal. Sementara kendala sosial budaya dalam pembinaanUMK ini
antaralain
adalah pengelolaan usahayang
cenderungmelibatkan banyak
oranglanggotakeluarga dan karib kerabat
dalam manajemen usaha mereka.Dari
satu sisi pengembangan usaha dengan manajemen sepetiini
memangmanberikan
keuntungan karena adanya usaha bersama dalam pengembangan usaha.Akan
tetapidari
sisilain
manajemen kolaborasi sepertiini juga
agak menyulitkan pengembangan usaha dan tidak jarang menimbulkankonflik
internal atau "pecah kongsi"di
antara mereka, sehingga pada akhirnya pengembangan usaha menjadi terganggtr.Kendala lain dalam
pembinaan masyarakatmarjinal di Kota
Payakumbuhini
adalahdalam kaitannya
dengan realisasiprogram
pemerintahyang kurang
maksimal, seperti dalam pengadaan pelatihanbagi
paraUMK. Ada
kesan bahwa pernbinaanPKL
seperti yang dicanangkan dalam Perda dan PerwakoKota
Payakumbuh tersebut kurangPERAN ADMINISTRASI NEGARA/ PUBLIK
DALAM PENINGKATAN DAYA SAING BANGSA UNTUK MENGHADAPI MEA
aturan-aturan tersebut. Dalam hal pelatihan, misalnya, meskipun informan dari pihak dinas koperindag (koperasi
UMKM)
daninforman dari
Asosiasi PedagangKaki Lima (APKL)
sebagai pembina
PKL di Kota
Payakumbuh menginformasikan bahwa pelatihanPKL
ada dilaksanakannamun menurut informan dari
beberapaPKL pelatihan
tersebut berjalan kurangmaksimal. Kurang
rnaksimalnya pelatihanini
antaralain
karenasetting
waktufiadual) pelatihan yang kurang tepat. Bagi PKL waktu
adalahtt G
\.FJ
Efi
l!}J ;
(,tc
g<rcl!--o P 1965 - ll L :X Yl
=
9l oG o&s = I
oE:Z_io_ o- Y dNm
c(o bD
.gG
U3.
'fo E
b3
E:3;
tEfEE
aE --.gE
6\:zo-L
o(o-
v\a bri--ho
E€EH5E
Lcoq-o'=EE5=.=E=
6^OLX=oJG(uoJ:
EyYo-o-o-.=
-66q4-:
=66G6-
E.C.E.g.EH i5ooooo .i r.i
cr;+ 'ri 6
?= Eo
rOE'C iE(U o- oJ*ui : 'f,o
o;
o--=Es.=
cA:.og_v
co!E-c
o:2(!o_o-!
.G G
O2(E
2F.5
$8.
EF -*-&E
E=ha 9^EtE
HF3>
O-ttr
J:z o- GE JO:zc
dL o66P LO
b! -t c( ooo-
Eo o
o_o.!
Ercrc-_J
-CoL
b s9
{j I O=
o E 0t o6Ofoco:26 v
EE
U0 '=6L
=bo^6
d
o-yc
=o
:zf(u c-E6 qoo, : c'G'
.o >E
-==-
E s>
o-rro G'
-C(o
Jc
?G'9
(o'-E=oJo
=-
l:= (!c or .:: ro
-o3
Eoc-.
f,boX CC;(org(u
E3E
ff:,
cccl=l (o(o(o (os (o oooo(UoJ
oo oo oo
(uo(lJ o-oo-
=
qa
i(Uci
.2Y
: :Z .-)z-o=
U-@azo v
€tE -:.{
oJU-os
.
co_ii"-e
rnOcOrS oroLog
EE;R3
\9 \
rno{.o(o= -
oo(9trt'
27-6--; o-6 ll6i:rh lllzg)x
ie
.ccL6 c
de 99H
o(u-gYo c'6
o6lf E-o
d
:CL-EE
-.-66\-ES+EE
'=ooOo EJ[:ZCL
(o rl
-C(o .E
EE Ee c S=;
9f:i;-
Eg = P
Esi.E
orl:Y(ooJ E -L'=-boLgPi=-7= EHEiFr"
L-:z 6 (u --s'=
P!(o
o Eo
e -Y.
oo.i o CI(! L,-66lZ
-I o.e
r--cv
AE€ P +
.=Eq.
koro--o E*o G) 0J;tr
oI_YV,!
-!oro-E
!H-oE09
,-plUOtsL.=6(o-- 6i6^P=6
EEFE:g
r-l
lJ1sf
\.o
Oco<o- o.<
|..o oa
w
':-l
z
d dl.
d
(t)
=
Ga
0i
o) q)= a
p
63rh
PERAN ADMINISTRASI NEGARA/ PUBLIK
DALAM PENINGKATAN DAYA SAING BANGSA UNTUK MENGHADAPI MEA
sangat berharga bagi mereka
untuk
mencarirezki. Bila waktu
pelatihan ditetapkan pada saat- saat mereka harus berdagang,tentu
sajahal ini
akanmenjadi kendala dalam
pelaksanaan pelatihan. Pelatihan-pelatihan yang pemah diadakhn antaralain
pelatihan tentang manajemen usaha,teknik
pemasaran, cara menjagahygienis gizi
makanan, danlain-lain.
Namun dalam realisasilya tidak banyak paraPKL
yang merasakan hasil dari pelatihanini.
Bahkan sebagiandari PKL
menginformasikanbahwa pelatihan
tersebuthanya "pura-pura" saja dan
tidak banyak gunanya bagi mereka.3.
Upaya dalam mengatasi berbagai hambatan pembinaan masyarakatmarjinal
UIZIKMdi
Kota PayakumbuhUltuk mengatasi hambatan dalam pembinaan masyarakat marjinal UMKM di
Kota Payakumbuhpihak
pemerintah daerah tampaknyaperlu
mempertimbangkan karakteristikroriol
budaya yanghidup
dan berkembangdi
kalangan masyarakat setempat.Model
atauupaya
pemberdayaan yangperlu dilakukan oleh
PemerintahKota
Payakumbuh terhadap kelompok masyarakatUMK
antaralain
dengan cara melibatkan berbagai pihak, seperti pihakLSM, tokoh masyarakat, pihak swasta (seperti pengelola transportasi,
pembangunan pengiinapan syariah, merealisasikan berbagaiprogram pelatihan yang
selamaini
terkesanfiktif dan tidak dikelola
denganserius, merangkul provokator atau "biang kerok"
yang kadang-kadangmenjadi
penghambat pembinaan paraPKL,
menertibkanpihak-pihak
yangseringkali menjadi "penangguk di air keruh" dalam pembinaan para PKL,
merealisasi program bantuan secaralebih adil
dan transpaaranbagi
paraPKL/UMK,
mengintensifkan asosiasi (koperasi)PKL
dalam pemberdayaanPKL,
danlain
sebagainya.Bambang Wahyu Sudarmadji dan Sri Lestari Munajati (2005)
berdasarkan penelitiannyadi
KawasanPKL di Kota Bogor
pernah memberikan beberapa alternatif dalam penanganan atau pembinaanPKL di Kota Bogor
berdasarkanpengelompokkan
kawasanPKL.
Beberapaindikasi
program penanganandari
setiapkelompok
kawasanPKL
tersebut yaitu:1.
Program pembinaanPKL, terdiri dari:
a) Pembentukan Koperasi yang anggotanya paraPKL; b)
Penambahan Modal usaha; c) Pemberian insentifretribusi;
d) Penyerasian lapak, dan e)Penyediaan bantuan sarana usaha.2.
Program penataanPKL,
berupakegiatan: a)
Pembatasanjam
operasi;b)
Pembatasan kawasan usaha; c) Pembatasan luas usaha; dan d) Pengenaan disinsentif retribusi maupunpajak bagi
kawasanyang telah
mengarahkepada penciptaan
gangguan lalu-lintas, estetika dan sebagainya.3.
Programpenertiban PKL, berupa: a)
Pemindahan ternpat usahabagi
pedagang yangmengganggu
lalu-lintas; b)
Pengenaandisinsentif retribusi
ataupajak untuk
mencegah pengembangan; c) Penutupan usaha bagi yang nyata-nyata mengganggu.Halomoan Tamba dan Saudin Sijabat (2006) yang meneliti tentang PKL
sebagai entrepreneur yangterabaikanjuga
memberikan beberapa tawaran tentang pemberdayaan dan pembinaanPKL,
antaralain
pemberdayaanPKL melalui koperasi dan melalui
kemitraan pemerintah danswasta.
Menurut merekaPKL
pada umumnya adalah self-employed, artir,ya mayoritasPKL
terdiri dari satu tenaga kerja. Modal yangdimiliki relatif kecil,
dan terbagi atasmoial
tetap, berupa peralatan, danmodal kerja. Dana
tersebutjarang sekali dipenuhi
dari lembaga keuangan resmi. BiasanyaPKL
mendapatkan dana atau pinjaman dari lembaga ata,o perorangan yangtidak
resmi.Atau
bersumberdari
supplier yang memasok barang dagangan452
ISBN : 978-602-6938-32-9
kepada
PKL.
Sedangkarl sumber dana yang berasaldari
tabungansendiri
sangatsedikit. Ini
berarti hanya sedikit dari mereka yang dapat rnenyisihkan hasil usahanya.Ini
rnudah dipahamikarena rendahnya tingkat keuntungan PKL dan cara pengelolaan uangnyapun
sangat sederhana. Sehingga kernungkinanuntuk
mengadakaninvestasi modal maupun
ekspansi usaha sangat kecil. Oleh karenaitu
peranan koperasi akan sangat membantu paraPKL.
Dalam
pemberdayaanPKL,
masing-masing pernerintah kabupaten/kota mempunyai kebijakan yang berbeda satu samalain.
Misalnya pemerintah daerahKotamadya
Yogyakarta rnenyerahkan sepenuhnya pengelolaanPKL
yangdi Malioboro
kepadaPKL itu
sendiri. Hal tersebut menunjukkan pelaksanaan usahanyaPKL
menggunakankonsep 'dari PKL,
olehPKL.
dan untukPKL'
yang tampak dalam pembentukan organisasiPKL
yang bersifat bottom rrp untuk mengorganisirPKL di
KawasanMalioboro.
Keberadaan organisasi pedagang kakilirna
sangat diperlukandi
KawasanMalioboro
mengingat luasnya areal usaha dan banyaknya pedagangyang mencari
penghidupandi
kawasan tersebut.Selain itu,
organisasi tersebut sekaligus dilibatkan untukikut
menciptakan ketertiban dan keamanandi
Kawasan Malioboro.Contoh
lain, model
pemberdayaanPKL
yangdilakukan oleh
Pemerintah Surakartadalam tahun 2006 yang
bekerjasamadengan Kementerian Koperasi dan UKM.
Upaya pemberdayaanPKL
dilakukan dengan pendekatan pengembangan sarana usaha yangdiiringi
denganupaya transformasi sektor informal menjadi sektor formal. Upaya
transformasitersebut tentunya melibatkan upaya pemberdayaan pelaku sektor informal
untukmengembangkan kapasitas usahanya. Pemberdayaan tersebut,
di sisi lain juga diiringi
oleh kemudahan prosedur formalisasi kegiatan usaha oleh Pemerintah Daerah setempat. Kemudian model pemberdayaanPKL
yang diperagakanoleh
pernerintahDKI
Jakartajuga
salah satu contoh yangmemiliki
keunikan tersendiri. PolaPKL Blok
S, dimana PemerintahDKI
Jakarta memodemisasi lokasi, sarana usaha, dan mempromosikannya ke masyarakat membuat sentraPKL tersebut
menjadilokasi
yanglebih elite.
Pola lainnyajuga
ada yang disebut"Lokbin"
alias lokasi
binaan. ParaPKL dihimpun dalam
suatulokasi tertentu dan
dengan demikian merekamemiliki
kepastian lokasi berusaha (Halomoan Tamba dan Saudin Sijabat, 2006).Beberapa tawaran atau
alternatif ini
sepertinyajuga perlu
dipertimbangkan dalam penanganan atau pembinaan paraUMK di
Kota Payakumbuh. Tapi tentu saja dengan berbagai pertimbangan dan penyesuaian dengankarakteristik
sosial budayadi kota ini.
Penyesuaian- penyesuaian tersebut antara lain dalam hal pengembangan usahaPKL
yang bagi orang Minang cendaung dilakukan dalam bentuk usaha keluarga dan pelibatan banyak orang (anggota karib kerabat) dalam manajemen atau pengembangan usaha mereka.Hal ini
tentu saja memerlukan pengangan, pengelolaan atau rnanajemen tersendiri dalam pernbinaan paraUMK
dan atauPKL
di Kota Payakumbuhini
pada khususnya.E. Penutup
Berdasarkan hasil penelitian
ini
dan analisis yang dilakukan serta bercermin kepada berbagaihasil penelitian lain oleh
beberapapeneliti di
berbagai daerah,maka
dapat dikemukakan beberapa kesimpulan, antaralain
bahwa:1.
Pembinaan masyarakatmarjinal UMKM di Kota
Payakumbuh diasumsikan akan lebih maksimalbila
dilakukan dengan model pembinaan kolaborasi antar berbagai unsur yang ada dalam masyarakat, yaitu dengan pelibatan tokoh rnasyarakat, pemerintah, pengusaha, danLSM;
PERAN ADMINISTRASI NEGARA/ PUBLIK
DALAM PENINGKATAN DAYA SAING BANGSA UNTUK MENGHADAPI MEA
2.
Kendala-kendala yangmungkin
dihadapi dalam pernbinaan masyarakatmarjinal UMKM di Kota
Payakumbuh selamaini
antaralain
kendala ekonomis dalam bentuk kekurangan modal, dan kendala sosial budaya; dan3.
Upaya dalam mengatasi berbagai hambatan pembinaan masyarakatmarjinal UMKM
diKota Payakumbuh perlu dilakukan dengan mernperlimbangkan karakteristik
sosialbudaya yang hidup di kalangan masyarakat setempat.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Alisjahbana,2006:
Marginalisasi
SektorInformal
Perkotaan. Surabaya: ITS Press'Badan Pusat Statistik (BPS). 2O14. "Produk Domestik
Bruto".
(online), (http://www.bps.go.idi index.php?news:730, diakses 12 Juni 2016)Bambalg
Wahyu Sudarn-radji dan Sri LestariMunajati.
2005."Klasifikasi
danKajian
Spasial Kawasan PedagangKali Lima di Kota Bogor". dalam Jurnal llmiah
GeomatikaVol.11No.2,
Des 2005.Dinas Koperasi dan
PKM
Sumatera Barat. 2009. Forum Koperasi. Edisi. Juli, 2009 .Halomoan Tamba dan Saudin Sijabat. 2006.
"PedagangKaki Lima:
Entrepreneur Yang Terabaikan" dalam InfokopNomor
29 TahunXXII,
2006Manning,
Chris,
danTajuddin Noer Effendi
(Penyunting).1985.
Urbanisasi, Penganguran, dan SektorInformal
diKota.
Yayasan Obor Indonesia dan Pusat Penelitian dan Studi KependudukanUGM.
Jakarta: PT. Gramedia.Mulyanto.
2OOl. "PengaruhMotivasi dan
KemampuanManajerial
terhadapKinerja
Usaha PedagangKaki Lima
Menetap (Suatu Survai pada Pusat Perdagangan dan Wisata di Kota Surakarta)" dalamJurnal
BENEFIT,Vol.
11,No.
1, Juni 2007.Suharto,
Edi.
2010. MembangunMasyarakat
MemberdayakanMasyarakar.
Bandung: PT.Reflika Aditama.
Sumaryadi, I Nyoman. 200-5. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom
danP e mb e r day aan M a sy ar akat. Jakarta: Citra Utama
Syarif, Makmur. 2008.
Pemberdayaansumber daya manusia dan efektifitas
organisasi.Jakarta: Rajawali Press.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2008 tentangUsaha
Mikro, Kecil,
dan Menengah.Peraturan
Gubernur
SumateraBarat Nomor 66 Tahun 2005 Tentang Pedoman
Umum Program Terpadu Pemberdayaan Masyarakat di Nagari.454