BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pada dasarnya dalam realitas kehidupan dewasa ini manusia secara ekonomis memenuhi kebutuhannya dengan dua konsep, yaitu: Konsep Ekonomi Konvensional dan Konsep Ekonomi Islam. Dua konsep tersebut memiliki arah dan tujuan yang berbeda.
Dalam Konsep Ekonomi Konvensional pola dan proses pembangunan ekonomi semata-mata diarahkan untuk meningkatakan pendapatan perkapita dan konsumsi fisik yang sarat aroma hedonisme. Hal ini yang mengarahkan dampak secara tidak langsung penerapan Konsep Ekonomi Konvensional pada kesenjangan sosial yang sangat jelas antara golongan kaya dengan golongan miskin dalam jangka waktu yang lama. Dampak lain dari penerapan konsep ekonomi ini adalah ketimpangan pada dua aspek kehidupan manusia, yaitu aspek rohani umat manusia dalam kehidupannya dan aspek normatif, yang mengakibatkan kehidupan manusia bagaikan di rimba raya dimana satu-satunya hukum yang sah yaitu siapa yang kuat dialah yang menang (survival of the fittest).
Berbeda dengan Konsep Ekonomi Islam yang mengupayakan suatu ilmu ekonomi yang berorientasi pada manusia dan masyarakat yang tidak mengakui individualisme yang berlebih-lebihan. Selain itu Konsep Ekonomi Islam membantu merealisasikan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber-sumber daya yang langka yang seirama dengan assed, tanpa mengekang kebebasan individu, menciptakan ketidakseimbangan makro-ekonomi dan ekologi yang berkepanjangan, atau melemahkan solidaritas dan sosial serta jaringan moral masyarakat.
masyarakat hanya mengetahui Konsep Ekonomi Islam adalah Ekonomi yang bebeas dari riba. Hal ini akan menghambat implementasi dan berseminya Ekonomi Islam dalam aktivitas sehari-hari masyarakat. Untuk mengatasi masalah tersebut saya mencoba menyusun Makalah Ekonomi Islam. Tersusunnya Makalah Ekonomi Islam ini yang membahas Pengetahuan-pengetahuan dasar Ekonomi Islam seperti, Definisi, Karakter dan Aturan-aturan Ekonomi Islam diharapkan dapat membantu masyarakat mengetahui, mengerti dan memahami tentang Ekonomi Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Ekonomi Islam?
2. Meliputi apa sajakah Karakteristik Ekonomi Islam? 3. Bagaimanakah aturan dalam Ekonomi Islam?
PEMBAHASAN A. Definisi Ekonomi Islam
Ekonomi adalah pengetahuan tentang peristiwa dan persoalan yang berkaitan dengan upaya manusia secara perorangan atau pribadi, atau kelompok, keluarga, suku bangsa, organisai, negara dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas yang dihadapkan pada sumber daya pemuas yang terbatas. Secara estimologi Istilah ekonomi dari bahasa Yunani “oikonomia” yang taerdiri dari kata “oikos” beratrti rumah tangga dan “nomos” berarti aturan. Kata “oikonomia” mengandung arti aturan yang berlaku untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam suatu rumah tangga. Dalam bahasa Arab ekonomi sepadan dengan kata “Iqtishad” yang artinya umat pertengahan, atau bisa diartikan menggunakan rezeki atau sumber daya yang ada disekitar kita.1
Adapun arti Islam, literatur arab menyebutkan: Syari’at Islam berarti ketundukan untuk merealisasikan aturan serta kewajiban yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Ungkapan ‘seorang adalah muslim’ berarti orang yang berserah diri terhadap perintah Allah dan Ikhlas karena karunia-Nya dalam beribadah.
Adapun secara istilah, para pakar Ekonomi Islam mendefinisikan secara beragam, antara lain:
a. Dr. Muhammad bin Abdullah al Arabi mendefinisikan bahwa Ekonomi Islam adalah kumpulan prinsip-prinsip umum tentang ekonomi yang kita ambil dari al-Qur’an dan Sunnah, dan pondasi ekonomi yang kita bangun atas dasar pokok-pokok itu dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan dan waktu.2
b. Dr. Muhammad Syauki al Fanjari mendefinisikan bahwa Ekonomi Islam adalah segala sesuatu yang mengendalikan dan mengatur aktivitas ekonomi sesuai dengan pokok-pokok Islam dan politik ekonominya.3
1 Ismail Nawawi, Ekonomi Islam, Surabaya, CV. Putra Media Nusantara, 2009, hal 1 2Al nidham al Iqtishad fi al Islam wa Mabadiuhu
c. Abdullah Abdul at-Tariqi mendefinisikan Ekonomi Islam sebagai Ilmu tentang hukum-hukum syari’at aplikatif yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci tentang persoalan yang terkait dengan mencari, membelanjakan, dan cara-cara mengembangkan harta.4
B. Karakteristik Ekonomi Islam
Sistem ekonomi dalam Islam mempunyai beberapa kelebihan yang tercermin dari beberapa karakteristik, antara lain;
a. Bersumber dari Tuhan dan Agama
Sumber awal ekonomi Islam berbeda dengan sumber sistem ekonomi lainnya karena merupakan kewajiban dari Allah. Ekonomi Islam dari Agama Allah dan mengikat semua manusia tanpa terkecuali. Sistem ini meliputi semua aspek universal dan partikular dari kehidupan dalam satu bentuk. Dalam posisi sebagai pondasi, ekonomi Islam tidak berubah. Yang berubah hanyalah cabang dan bagian pertikularnya, namun bukan dalam sisi pokok dan sifat universalnya.
b. Ekonomi Pertengahan dan Berimbang
Ekonomi Islam memadukan kepentingan pribadi dan kemaslahatan masyarakat dalam bentuk berimbang. Ekonomi Islam berposisi tengah antara aliran individulis (kapitalis) yang melihat bahwa hak kepemilikan individu bersifat absolut dan tidak boleh diintervensi oleh siapapun dan aliran sosialis (komunis) yang menyatakan ketiadaan hak individu dan mengubahnya kedalam kepemilikan bersama dengan menempatkannya di bawah dominasi negara. Diantara bukti sifat pertengahan dan keberimbangan ekonomi Islam antara lain posisi tengah yang diberikan kepada negara untuk melakukan intervensi bidang ekonomi.
c. Ekonomi Berkecukupan dan Berkeadilan
Ekonomi Islam memiliki keunggulan dengan menjadikan manusia sebagai fokus perhatian. Manusia di posisikan sebagai pengganti Allah di bumi untuk memakmurkannya dan tidak hanya untuk mengeksplorasi kekeyaan dan memanfaatkannya saja. Ekonomi ini
ditujukan untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan manusia. Hal ini berbeda dengan ekonomi kapitalis dan sosialis dimana fokus parhatian adalah kekayaan.
d. Ekonomi Pertumbuhan dan Barokah
Ekonomi Islam memiliki kelebihan lain, yaitu beroperasi atas dasar pertumbuhan dan investasi harta dengan cara legal, agar harta tidak behenti dari rotasinya dalam kehidupan sebagai bagian dari mediasi jaminan kebutuhan-kebutuhan pokok bagi manusia. Islam memandang harta dapat dikembangkan hanya dengan bekerja. Hal itu hanya dapat terwujud dalam usaha kerja keras untuk menumbuhkan dan memperluas unsur-unsur produksi demi terciptanya hasil yang lebih baik. Usaha itu dilakukan melalui perputaran modal di tengah masyarakat islam dalam bentuk modal produksi sebagai kotribusi dalam aturan-aturan yang dikembangkan.5
C. Aturan Ekonomi Islam
Aturan Ekonomi Islan terbagi dalam dua kategori, yaitu:
a. Aturan-aturan Baku: yang digali secara langsung dari dalil qath’i atau dalil-dalil yang dikembalikan kepada Al-Qur’an atau hadis sahih. Contoh: riba diharamkan dan jual beli dihalalkan dalam firman Allah:
ن
ن ييييثينيلي
ل اِّ ظ
ظ حيِّ للثيمنِّ رنكيذذِللن
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”(Al Baqarah: 275).
Porsi dua banding satu bagi laki-laki terhadap perempuan dalam masalah waris sebagaimana firman Allah:
”bagi laki-laki mendapatkan dua bagian dari yang diperoleh perempuan” ( An Nisa: 11)
Kategori ini memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
1) Universal dan Elastis, merupakan aturan-aturan yang berlaku bagi seluruh manusia tanpa terkecuali yang bertujuan untuk menghilangkan kesulitan yang dihadapi dan untuk mewujudkan keadilan di antara manusia. Karakter universal dan elastis ini juga mencakup perkembangan mutakhir yang dicapai manusia
2) Tidak ada Modifikasi dan Perubahan, dimana karakter ini tetap sepanjang tahun dan sepanjang masa. Perbuatan berkategori wajib akan menjadi wajib selamanya perbuatan yang berkategori sunah akan menjadi sunah selamanya, dan seterusnya. Tiadanya modifikasi dan perubahan ini bukan berarti adanya kebekuan atau stagnasi teks serta aturan-aturan dalam perkembangan mutakhir yang dicapai manusia, melainkan sifat tetap ini ditujukan sebagai proteksi hukum-hukum dan kaidah-kaidah ekonomi islam dari kemungkinan adanya distorsi, efek jelek kreasi manusia terhadap hukum syari’at dan keinginan yang dikendalikan hawa nafsu.
3) Posisi Ilmu sebagai kode etik, bukan sebagai obyek. Karakter ini berdampak adanya keharusan untuk mengikuti keputusan yang dihasilkan secara ilmiah. Jika tidak demikian maka aturan-aturan ini akan mengikuti keinginan dan nafsu manusia.
hukum itu jika memang melihat ada kemaslahatan lebih besar pada hal lainnya. Manusia diharuskan mengikuti keputusan yang telah dihasilkan karena merupakan hasil penggalian ilmiah yang benar berdasarkan kaidah-kaidah fikih yang ada dan karena pengambilan pengetahuan itu secara umum juga bersumber dari Qur’an, sunnah dan kesepakatan para ulama’. Contohnya kebijakan Umar bin Khattab. Khalifah kedua ini menghentikan pembagian zakat terhadap orang-orang yang baru masuk islam dan juga kewajian penduduk daerah taklukan untuk membayar pajak atas tanah mereka.
Selain yang didasarkan pada hukum qath’i dan dzanni, aturan-aturan yang dihasilkan tidak mengikat. Hukum semacam ini tidak mempunyai dasar pijakan syari’at Islam, baik hukum itu menunjukan adanya kemanfaatan bagi manusia atau tidak. Contohnya adalah investasi harta pada jalan yang diharamkan oleh Allah seperti dengan cara riba, manipulasi, penipuan, suap atau intervensi yang diharamkan, dan sebagainya.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
1. Dari pendapat 3 (tiga ) pakar Ekonomi Islam dapat ditarik kesimpulan bahwa, Ekonomi Islam adalah kumpulan prinsip-prinsip umum tentang ekonomi yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah yang berfungsi untuk mengendalikan dan mengatur ekonomi mulai dari mencari, mengembangkan dan membelanjakan harta.
Ekonomi Islam yang bersumber dari Allah SWT menjadi pembeda dari Ekonomi Konvensional yang berumber dari pemikiran dan pendapat manusia.
b. Ekonomi Pertengahan dan Berimbang
Ekonomi Islam memadukan kepentingan pribadi dan kemaslahatan masyarakat dalam bentuk berimbang.
c. Ekonomi Berkecukupan dan Berkeadilan
Ekonomi Islam ditujukan untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan manusia. Berbeda dengan Ekonomi Kapitalis dan Ekonomi Sosialis dimana fokus perhatian adalah kekayaan.
d. Ekonomi Perumbuhan dan Barokah
Ekonomi Islam memiliki kelebihan lain, yaitu beroperasi atas dasar pertumbuhan dan investasi harta dengan cara legal, agar harta tidak behenti dari rotasinya dalam kehidupan sebagai bagian dari mediasi jaminan kebutuhan-kebutuhan pokok bagi manusia.
3. Aturan-aturan dalam Ekonomi Islam meliputi terbagi menjadi dua yaitu Aturan-aturan Baku dan Aturan-aturan yang Berubah.
a. Aturan-aturan Baku yaitu aturan yang digali secara langsung dari dalil qath’i atau dalil-dalil yang dikembalikan kepada Al-Qur’an atau hadis sahih.
b. Aturan-aturan yang berubah yaitu aturan yang dasar dalilnya bersifat interpretatif dan juga tidak dilandaskan pada dalil pokok, namun didasarkan pada asumsi, baik berupa derivasi dalil pokok maupun atas petunjuk yang ditunjukan oleh dalil-dalil pokok itu. 4. 3 (tiga) Karakteristik Aturan-aturan Baku
1. Universal dan Elastis
2. Tidak ada Modifikasi dan Perubahan
3. Posisis Ilmu sebagai kode etik bukan sebagai objek.
B. Saran
1. Hendaknya kaum muslimin mengkatualisasikan keislamannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud memeluk ajaran Islam secara sempurna (kaffah).
DAFTAR PUSTAKA
At-tariqi,ِّ Abdullahِّ Abdulِّ Husainِّ (terj.ِّ M.ِّ Irfanِّ Syofwani),ِّ 2004,ِّ
Ekonomi Islam Prinsip, Dasar dan Tujuan,ِّ Magistraِّ Insaniaِّ
Press,ِّ Yogyakarta.
Nawawi,ِّ Ismail,ِّ 2009ِّ ,ِّ Ekonomi Islam-Perspektif Perspektif
Toery,Sistem dan Aspek Hukum,CV.ِّ Putraِّ Mediaِّ Nusantara,ِّ