• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konsentrasi Natrium Tripolifosfat (STP) Terhadap Rendemen dan Mutu Tepung Agar-agar dari Rumput Laut Gracilaria verrucosa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Konsentrasi Natrium Tripolifosfat (STP) Terhadap Rendemen dan Mutu Tepung Agar-agar dari Rumput Laut Gracilaria verrucosa"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM TRIPOLIFOSFAT

(STP) TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU TEPUNG

AGAR-AGAR DARI RUMPUT LAUT

Gracilaria verrucosa

FAHRUDIN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Konsentrasi Natrium Tripolyposphat (STP) Terhadap Rendemen dan Mutu Tepung Agar-agar dari Rumput Laut Gracilaria verrucosa adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

(4)

ABSTRAK

FAHRUDIN. Pengaruh Konsentrasi Natrium Tri Polifosfat (STP) terhadap rendemen dan mutu tepung agar-agar dari Gracilaria verrucosa. Dibimbing oleh

SAPTA RAHARJA.

Rumput laut adalah salah satu tanaman yang termasuk Divisi Thallopyta yang mengandung banyak polisakarida yang tidak terdapat pada tanaman lain dan tersedia dalam jumlah yang besar. Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan rumput laut sebagai pemadat pada media kultur jaringan tumbuhan dengan menggunakan natrium tripolifosfat sebagai bahan ekstraksi. Penelitian dilakukan dengan dua tahap, penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan komposisi kimia bahan baku, serta untuk mencari konsentrasi natrium tripolifosfat yang tepat untuk digunakan pada penelitian utama. Penelitian utama untuk mencari lama waktu ekstraksi dan penambahan jumlah air selama proses ekstraksi. Parameter-parameter yang diamati terhadap tepung agar-agar yang dihasilkan adalah rendemen dan kekuatan gel agar-agar. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan ekstraksi dengan natrium tripolifosfat memberikan pengaruh nyata terhadap kenaikkan nilai kekuatan gel agar-agar dan lama waktu ekstraksi serta penambahan jumlah air menghasilkan nilai rendemen yang berbeda nyata terhadap tepung agar-agar yang dihasilkan.

Kata kunci: rumput laut, Gracilaria verrucosa, tepung agar-agar, media kultur jaringan.

ABSTRACT

FAHRUDIN. Concentration Effect of Sodium Tri Polyphosphate (STP) to the yield and quality of agar powder from Gracilaria verrucosa. Supervised by SAPTA RAHARJA.

Seaweed is one of the plants, including Thallopyta Division is containing polysaccharides that are not found in other plants, and it is available in large quantities. The purpose of this study was to use seaweed as a compactor on plant tissue culture media using sodium tripolyposphat as raw material on extraction agar powder. The study was conducted in two stages. A preliminary research was conducted to determine the chemical composition of raw materials, as well as to find the apropriate tripolyposphat sodium concentration that will be used in the main research. Primary research was conducted to look for extraction time and apropiate water added to the extraction process. Parameters that observed in the agar powder production is yield and gel strength. The results showed that Sodium Tripoliphosphate has significant effect on the extraction process toward gell strength, and extraction time. Water added has influence on yield significant toward agar powder.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM TRIPOLIFOSFAT

(STP) TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU TEPUNG

AGAR-AGAR RUMPUT LAUT

Gracilaria verrucosa

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengaruh Konsentrasi Natrium Tripolifosfat (STP) Terhadap Rendemen dan Mutu Tepung Agar-agar dari Rumput Laut Gracilaria verrucosa

Nama : Fahrudin NIM : F34080129

Disetujui oleh

Dr. Ir. Sapta Raharja, DEA Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Bidang penelitian yang menjadi kajian penulis dalam penelitian ini adalah teknologi manajemen lingkungan dengan judul Konsentrasi Natrium Tri Polifosfat (STP) Terhadap Rendemen dan Mutu Tepung Agar-agar Rumput Laut

Gracilaria verrucosa. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:

• Ibu, Bapak, Mochamad Wardana, Mochamad Malik Azhar, dan Nurasyikah yang selalu memberikan perhatian, didikan, doa, kasih sayang, dan semangat yang tak terbatas.

• Dr. Ir. Sapta Raharja, DEA selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama masa studi penulis hingga selesainya tugas akhir ini.

• Dr. Ir. Liesbetini Hartoto, MS dan Dr. Ir. Muslich, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini.

• Dosen-dosen Teknologi Industri Pertanian Fateta IPB, atas semua pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi.

• Seluruh laboran Laboratorium Teknologi Industri Pertanian Fateta IPB atas informasi dan bantuannya dalam proses analisis.

• Keluarga besar Departemen Teknologi Industri Pertanian Fateta IPB khususnya rekan-rekan TIN 45.

• Ridho Aslam, Achmad Musthofa, Ahmad Sibly, Hilman Hadid, Wan Dodi, Rinata Yudhatama, Angga Pratama, Fanny, Ida, anas, Jati, Adit, dan keluarga besar Cukongers sebagai sahabat-sahabat terbaik yang selalu mendukung dan memberikan semangat.

• Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh mendekati sempurna sehingga penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca. Terlepas dari semua itu, penulis mengharapkan bahwasanya skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak dan kemajuan industri pertanian di Indonesia.

Bogor, Juli 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii 

DAFTAR GAMBAR viii 

DAFTAR LAMPIRAN viii 

PENDAHULUAN 1 

METODE PENELITIAN 3 

Bahan Penelitian 3 

Peralatan Penelitian 3 

Tahapan Penelitian 4 

HASIL DAN PEMBAHASAN 5 

Karakteristik Bahan Baku 5 

Ekstraksi dengan Natrium Tripolifosfat (Na5P3O10) 6 

SIMPULAN DAN SARAN 17 

Simpulan 17 

Saran 17 

(10)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi kimia Gracilaria verrucosa 5

2 Standar mutu rumput laut kering Gracilaria sp 5 3 Komposisi kimia ekstrak rumput laut kering Gracilaria verrucosa 7

DAFTAR GAMBAR

1 Struktur agarosa dan agaropektin 1

2. Rumput laut Gracilaria verrucosa 3

3 Disk mill 3

4 Hidraulik jack 3

5 Tepung agar-agar hasil ekstraksi dari berbagai waktu dan jumlah air 9

6 Kadar air 10

7 Kadar abu 12

8 Kadar sulfat 13

9 Kadar protein 14

10 Kadar galaktosa 16

11 Rendemen 17

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis 22

Lampiran 2. Tahapan proses pembuatan tepung agar-agar STP 0% 30 Lampiran 3. Tahapan proses pembuatan tepung agar-agar dengan STP 31 Lampiran 4. Tahapan proses pembuatan tepung agar-agar dengan STP, lama

(11)

PENDAHULUAN

Tanaman merupakan makhluk hidup yang mengalami suatu proses pembiakan untuk melestarikan keturunannya. Bibit merupakan input dari usaha pertanian yang sangat penting. Kualitas bibit dan jumlah bibit yang tersedia sangat berpengaruh bagi suatu agribisnis. Kebutuhan bibit dalam jumlah besar di Indonesia semakin meningkat pada saat sekarang ini karena kebutuhan akan produk pertanian semakin meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk. Pemenuhan bibit yang berkualitas dapat dicapai dalam jumlah besar dan waktu singkat dengan cara teknik kultur jaringan tanaman. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif.

Medium merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan dalam melakukan proses kultur jaringan. Media sendiri merupakan faktor utama dalam perbanyakan kultur jaringan, yang mana terdapat media tumbuh yang terbagi menjadi media padat dan cair. Media padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan pada agar-agar, sedangkan media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Agar merupakan polisakarida yan terakumulasi dalam dinding sel rumput laut penghasil agar, oleh karenanya agar yang terdapat pada rumput laut dipengaruhi oleh musim, semakin tua umur panen maka kandungan polisakarida yang dihasilkan semakin banyak sehingga karaginannya juga semakin tinggi (syamsuar 2006). Struktur agar-agar terdiri dari dua komponen utama, yaitu agarosa dan agaropektin. Agarosa merupakan suatu polimer netral yang terdiri dari rangkaian D-galaktosa dengan ikatan β-1,3 dan L-galaktosa dengan ikatan α-1,4. Sedangkan agaropektin bersifat lebih kompleks dan mengandung polimer sulfat. Rasio kedua polimer sangat bervariasi dan persentase agarosa dalam ekstrak agar-agar berkisar antara 50% sampai 80% (FAO 2008). Secara umum struktur agarosa dan agaropektin dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Struktur agarosa (1,4) -3,6 anhidro L-galaktosa dan (1,3) D-galaktosa dan agaropektin (http://www.proagar-agar.cl/espanol/Agar-agar_English.html).

(12)

2

biasa kita konsumsi sampai saat ini seperti agar-agar Swallow sehingga kegunaannya masih belum optimal sebagai media pertumbuhan tanaman. Dalam upaya mengoptimalkan penyerapan nutrisi yang dibutuhkan tanaman dan mengoptimalkan pertumbuhan tanaman maka digunakan alternatif bahan tambahan misalnya Natrium Tripolifosphat yang aman tetapi penggunaan masih dibatasi. Natrium Tripolifosphat merupakan salah satu garam fosfat yang bersifat basa yang berasal dari reaksi anorganik. Karakteristik STPP adalah berupa nutiran serbuk berwarna putih, higroskopis, larut dalam air.

Menurut Dziezak (1990), sifat-sifat fosfat yang utama adalah (1) y buffer dan pengontrol pH, (2) dapat menginaktifasi ion logam yang biasanya merusak sistem penyerapan nutrisi tanaman dengan membentuk endapan seperti kation kalsium, magnesium, nitrogen, kalium, fosfor, mangan tembaga, dan seng, (3) berperilaku sebagai polivalensi dan polielektrolit. Fosfat juga berperan dalam hal nutrisi melalui pembentukkan kompleks yang stabil dengan kalsium, kalium, dan magnesium yang memungkinkan nutrient tersebut terserap oleh akar tanaman. Natrium tripolifosfat dapat meningkatkan nilai pH larutan agar-agar. Keasaman (pH) sangat mempengaruhi kekuatan gelagar-agar, semakin rendah pH, kekuatan gel akan semakin rendah.

Permasalahan yang timbul dari pengembangbiakkan tanaman dengan kultur jaringan saat ini adalah rendahnya kekuatan gel yang terkandung dalam media kultur sehingga persebaran akar menjadi tidak merata dan akar tidak cukup kuat untuk menahan berat tanaman, sehingga sulit untuk tumbuh tegak. Selain itu, agar-agar yang dipakai untuk pembuatan media kultur jaringan saat ini adalah agar-agar konsumsi sehingga kurang optimal dalam penyerapan mineral dan zat pertumbuhan pada tumbuhan. Dengan adanya ekstraksi rumput laut Gracilaria verrucosa menggunakan natrium tripolifosfat, agar-agar yang dihasilkan memiliki kekuatan gel yang tinggi karena mengandung banyak agarosa sehingga akar dapat menahan tanaman cukup kuat dan lebih optimal dalam penyerapan nutrisi bagi akar. Dengan demikian penyerapan mineral dan zat pertumbuhan untuk tanaman dapat optimal. Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini diantaranya adalah untuk mencari penambahan konsentrasi natrium tripolifosfat (Na5P3O10) terbaik pada berbagai waktu ekstraksi dan jumlah penambahan air

(13)

3

METODE PENELITIAN

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput laut jenis

Gracilaria verrucosa hasil budidaya di sekitar Pantura (Gambar 2). Bahan kimia yang digunakan berupa natrium tripolifosfat (Na5P3O10), asam asetat

(CH3COOH), CaO, Na2SO3, air panas dan bahan kimia lain yang diperlukan

untuk analisa bahan baku, proses ekstraksi dan analisa agar-agar.

Gambar 2. Rumput laut Gracilaria verrucosa

Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain untuk pembuatan tepung agar adalah panci, kompor gas, Disk mill (Gambar 3), dan Hidraulik jack

(Gambar 4). Untuk peralatan analisis antara lain cawan porselin, oven, serta alat-alat gelas seperti erlenmeyer, gelas piala, labu takar, gelas ukur, pipet, dan buret. Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk pengamatan agar-agar diantaranya adalah pH meter, timbangan, termometer, tekstur analyzer, penangas air, serta alat-alat untuk pengamatan analisa selanjutnya.

(14)

4

Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan menjadi dua tahap, yaitu Penelitian pendahuluan, dan Penentuan utama.

Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan komposisi kimia bahan baku, serta menentukan konsentrasi natrium tripolifosfat yang tepat untuk digunakan pada penelitian utama. Analisa komposisi kimia bahan baku meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, dan kadar sulfat. Konsentrasi STP yang digunakan pada penelitian pendahuluan ini yaitu 0.125%, 0.150%, 0.175% serta percobaan tanpa menggunakan STP 0% (kontrol) sebagai pembanding dapat dilihat pada Lampiran 2. Kondisi ekstraksi yang dibuat tetap adalah waktu ekstraksi (satu jam). Tiap sampel menggunakan 100 gram rumput laut kering. Pengamatan yang dilakukan meliputi uji kekuatan gel, rendemen dan analisis proksimat bahan baku. Konsentrasi STP yang terbaik digunakan untuk penelitian utama. Adapun tahapan proses ekstraksi ini dapat dilihat pada Lampiran 3.

Penelitian utama

(15)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Bahan Baku

Analisis proksimat merupakan tahap awal yang dilakukan pada penelitian ini. Analisis proksimat ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik kimia umum yang terkandung pada bahan utama. Hasil analisa proksimat Gracilaria verrucosa

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia rumput laut kering Gracilaria verrucosa

Komposisi kimia Satuan Jumlah Pustaka

Kadar lemak % bk 0,55 0,08-1,9**

*) by difference **) Yunizal (2002) ***) Zatnika (2008) ****) Zatnika 2008 *****) Yunizal 2004 ******) BSN (2009)

Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa rumput laut Gracilaria verrucosa

memiliki kandungan air yang cukup rendah yakni sebesar 17,61%. Merujuk kepada standar mutu yang ditetapkan oleh BSN (2009) yakni maksimal 20%, kadar air yang terdapat pada bahan yang digunakan penelitian ini telah memenuhi standar tersebut. Hal ini menunjukkan Gracilaaria verrucosa dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan tepung agar-agar. Menurut Angka dan Suhartono (2000), pengujian standar mutu rumput laut kering meliputi kadar air, benda asing, dan bau. Hasil uji karakteristik tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Standar mutu rumput laut kering Gracilaria sp

Karakteristik Syarat (%)

Kadar air Maksimal 20

Benda asing* Maksimal 5

Bau Spesifik rumput laut

(16)

6

Nutrien lain yang dianalisis adalah protein. Kadar protein yang diperoleh pada bahan ini cukup rendah yaitu 3,84%. Rendahnya kadar protein pada rumput laut Gracilaria verrucosa ini sesuai dengan penelitian Zatnika (2008), yaitu kadar protein pada rumput laut Gracilaria verrucosa kering hanya sekitar 4,17%. Menurut Suhardjo dan Clara (1997), beberapa kandungan protein dapat diperoleh tanaman dari tanah dan udara sekitarnya dan nitrogen yang diperoleh dari tanah berada dalam bentuk senyawa nitrat dan nitrit.

Lemak adalah salah satu komponen lain yang dapat ditemukan pada bahan pertanian. Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Kandungan lemak dalam bahan pangan adalah lemak kasar dan merupakan kandungan total lipida dalam jumlah yang sebenarnya (Winarno, 1997). Hasil analisis menunjukkan kadar lemak pada rumput laut

Gracilaria verrucosa adalah 0,55%. Rendahnya kadar lemak pada rumput laut

Gracilaria verrucosa yaitu kurang dari 2%, menyebabkan rumput laut layak digunakan sebagai pembuatan tepung agar-agar. Menurut Yunizal (2002), rumput laut mengandung kadar lemak relatif kecil yaitu berkisar antara 0.08% sampai 1.9%. Kandungan lemaknya yang rendah menyebabkan rumput laut dapat digunakan sebagai salah satu bahan penyusun media kultur jaringan. Secara umum, kadar lemak pada rumput laut tergolong rendah karena rumput laut umumnya menyimpan cadangan makanannya dalam bentuk karbohidrat (Wong, 2000).

Serat merupakan salah satu zat dengan jumlah terbesar yang dapat ditemukan pada tanaman. Hasil analisis menunjukkan bahwa rumput laut

Gracilaria verrucosa memiliki kadar serat kasar sebesar 9,40%. Menurut hasil penelitian Yunizal (2004), Gracilaria verrucosa yang tepat untuk dijadikan sebagai bahan pembuatan tepung agar memiliki kadar serat sebesar 8,92%. Hal ini menunjukkan Gracilaria verrucosa yang digunakan pada penelitian ini dapat digunakan sebagai pembuatan tepung agar karena memiliki kadar serat yang tidak berbeda jauh.

Hasil perhitungan karbohidrat dengan metode by difference menunjukkan bahwa rumput laut Gracilaria verrucosa yang dipakai mengandung karbohidrat 55,81%. Metode by difference ini merupakan metode penentuan kadar karbohidrat dalam bahan pangan secara kasar yaitu serat kasar juga terhitung sebagai karbohidrat (Winarno, 2008).

Ekstraksi dengan Natrium Tri Polyposphat (Na5P3O10)

(17)

7 besar dari asamnya. Fosfat memiliki muatan negatif yang dapat bergabung dengan gugus amino rumput laut sehingga menimbulkan kelebihan muatan negatif akibatnya nilai pH meningkat (Sumarlin, 2002)

Rumput laut Gracilaria umumnya mengandung agar. Agar-agar diperoleh dengan melakukan ekstraksi rumput laut pada suasana asam setelah diberi perlakuan basa serta diproduksi dan dipasarkan dalam berbagai bentuk pangan (kue), seperti puding dan jeli atau dijadikan bahan tambahan dalam industri farmasi. Melalui proses tertentu agar-agar diproduksi juga untuk kegunaan di laboratorium sebagai media kultur bakteri atau kultur jaringan (Angkasa et al,

2007).

Tabel 3. Komposisi kimia ekstrak rumput laut kering Gracilaria verrucosa

Komposisi kimia Satuan STP 0.125% STP 0.150% STP 150% STP 0%

Hasil penelitian pendahuluan terhadap ekstrak rumput laut dengan berbagai konsentrasi STP menunjukkan bahwa rumput laut Gracilaria verrucosa

memiliki kandungan air yang cukup tinggi pada konsentrasi STP 0.175% yakni sebesar 11.15%. Walaupun hasil ekstraksi dengan menggunakan STP 0.175% menghasilkan kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan STP 0.125% dan 0.150%, namun perbedaannya tidak terlalu jauh. Berdasarkan analisis uji, menunjukkan bahwa data kadar air tidak berbeda nyata dengan satu sama lain. Hal ini menunjukkan STP tidak mempengaruhi kadar air agar. Hal ini diperkuat dengan data hasil analisis terhadap kontrol tanpa penambahan STP dimana kadar air tepung agar-agar tidak berbeda jauh yakni sebesar 10.44%. Selanjutnya dilakukan pengujian kadar abu. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa bahwa rumput laut Gracilaria verrucosa memiliki kandungan abu yang cukup tinggi pada konsentrasi STP 0.150% yakni sebesar 7.13%. Walaupun hasil ekstraksi dengan menggunakan STP 0.150% menghasilkan kadar abu yang lebih tinggi dibandingkan dengan STP 0.125% dan 0.175%, namun perbedaannya tidak terlalu jauh. Hasil analisis uji menunjukkan bahwa data kadar abu tidak berbeda nyata dengan satu sama lain. Hal ini menunjukkan STP tidak mempengaruhi kadar abu agar. Hal ini diperkuat dengan data hasil analisis terhadap kontrol tanpa penambahan STP dimana kadar abu tepung agar-agar tidak berbeda jauh yakni sebesar 7.54%.

(18)

8

dengan data hasil analisis terhadap kontrol tanpa penambahan STP dimana kadar protein tepung agar-agar tidak berbeda jauh yakni sebesar 2.24%.

Dari hasil penelitian pendahuluan terhadap pengujian kadar serat kasar menunjukkan bahwa rumput laut Gracilaria verrucosa memiliki kandungan serat yang tinggi pada konsentrasi STP 0.150% yakni sebesar 54,64%. Walaupun hasil ekstraksi dengan menggunakan STP 0.150% menghasilkan kadar serat kasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan STP 0.125% dan 0.175%, namun perbedaannya tidak terlalu jauh. Berdasarkan analisis uji, menunjukkan bahwa data kadar serat kasar tidak berbeda nyata dengan satu sama lain. Hal ini menunjukkan STP tidak mempengaruhi kadar serat kasar pada agar. Hal ini diperkuat dengan data hasil analisis terhadap kontrol tanpa penambahan STP dimana kadar serat kasar tepung agar-agar tidak berbeda jauh yakni sebesar 51.54%.

Selanjutnya dilakukan perhitungan rendemen pada agar tersebut. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa rumput laut Gracilaria verrucosa

memiliki rendemen yang cukup tinggi pada konsentrasi STP 0.150% yakni sebesar 11,63%. Walaupun hasil ekstraksi dengan menggunakan STP 0.175% menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan STP 0.125% dan 0.175%, namun perbedaannya tidak terlalu jauh. Hal ini menunjukkan STP tidak mempengaruhi rendemen agar. Setelah itu dilakukan perhitungan kekuatan gel pada agar tersebut. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa rumput laut

Gracilaria verrucosa memiliki kekuatan gel yang sebesar 340,175 gr/cm2 pada konsentrasi STP 0,150%, 325,125 gr/cm2 pada konsentrasi 0,175% dan 320,225% pada konsentrasi 1,125%. Berdasarkan analisis uji konsentrasi STP memberikan hasil yang berbeda nyata pada kekuatan gel. Adanya peningkatan gel dan adanya perbedaan nyata akibat konsentrasi STP disebabkan karena pada STP tersebut terdapat fosfat.

Menurut Aberle dan Oeckman (2001), fosfat sebagai salah satu bahan dalam pembuatan berbagai produk olahan rumput laut mempunyai fungsi untuk meningkatkan pH, meningkatkan daya mengikat air, keempukan, kestabilan emulsi dan kemampuan mengemulsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukkan gel adalah bahan baku, kandungan fosfat, pH, suhu dan laju pemanasan, spesies dan jenis rumput laut. Berdasarkan hasil data, konsentrasi STP yang akan digunakan dalam penelitian utama adalah 150%. Selanjutnya kisaran jumlah air yang digunakan penelitian utama adalah 8 x, 10 x, dan 12 x, dengan selang waktu ekstraksi selama 0.5 jam, 1 jam, dan 1.5 jam. Pada penelitian utama akan dikaji mengenai pengaruh penggunaan natrium tripolifosfat (Na5P3O10) hasil penelitian pendahuluan, pada berbagai jumlah air dan waktu

ekstraksi terhadap rendemen dan mutu tepung agar-agar. Kondisi ekstraksi dan perlakuan yang dibuat tetap adalah bahan pemucat (larutan CaO 0.5%) dan lama pemucatan (5 menit), jenis dan konsentrasi asam yang digunakan dalam praperlakuan sebelum ekstraksi (larutan CH3COOH 1%, selama 30 menit),

(19)

9

Keterangan:

A1B1: waktu ekstraksi 1.0 jam dengan jumlah air 8 kali bahan baku A1B2: waktu ekstraksi 1.0 jam dengan jumlah air 10 kali bahan baku A1B3: waktu ekstraksi 1.0 jam dengan jumlah air 12 kali bahan baku A2B1: waktu ekstraksi 1.5 jam dengan jumlah air 8 kali bahan baku A2B2: waktu ekstraksi 1.5 jam dengan jumlah air 10 kali bahan baku A2B3: waktu ekstraksi 1.5 jam dengan jumlah air 12 kali bahan baku A3B1: waktu ekstraksi 2.0 jam dengan jumlah air 8 kali bahan baku A3B2: waktu ekstraksi 2.0 jam dengan jumlah air 10 kali bahan baku A3B3: waktu ekstraksi 2.0 jam dengan jumlah air 12 kali bahan baku

Gambar 5. Tepung agar-agar hasil ekstraksi dari berbagai waktu dan jumlah air

Kadar air

Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi kenampakan, tekstur, serta cita rasa makanan. Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran, dan daya tahan bahan tersebut (Winarno, 1997). Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen. (Syarief dan Halid, 1998).

(20)

10

Tinggi rendahnya nilai kadar air ditentukan oleh kondisi pengeringan, pengemasan serta cara penyimpanan. Kondisi penyimpanan dan pengemasan yang kurang rapat berpotensi meningkatkan kandungan air sehingga mutu rumput laut yang dihasilkan menjadi menurun (Syamsuar, 2006). Dari hasil penelitian, didapatkan nilai rata-rata kadar air tepung agar-agar berkisar antara 9,51% sampai 10,55% (b/k). Hasil pengamatan kadar air dari tepung rumput laut yang diekstrak dengan jumlah air dan waktu ekstraksi yang berbeda disajikan pada Gambar 5.

Gambar 6. Kadar Air Tepung Rumput Laut (%).

Berdasarkan analisis uji, menunjukkan bahwa jumlah air pengekstraksi dan waktu ekstraksi berpengaruh nyata terhadap kadar air tepung agar-agar yang dihasilkan. Hasil analisis memperlihatkan bahwa waktu ekstraksi selama 1,5 jam (A3) berbeda nyata terhadap produk dengan waktu ekstraksi 1 jam (A2) dan 0,5 jam (A1). Begitu pula produk dengan waktu ekstraksi 1 jam (A2) berbeda nyata dengan waktu ekstraksi 0,5 jam (A1). Sama halnya dengan produk lain, produk dengan waktu ekstraksi 0,5 jam (A1) berbeda nyata dengan produk lainnya. Hasil analisis terhadap jumlah air menujukkan produk dengan jumlah air 8 kali (B1) berbeda nyata terhadap jumlah air 12 kali (B3) dan 10 kali (B2). Sedangkan produk dengan jumlah air 12 kali (B3) tidak berbeda nyata terhadap jumlah air 10 kali (B2). Dari hasil penelitian, didapatkan nilai rata-rata kadar air tepung agar-agar berkisar antara 9,51% sampai 10,86%. Hal ini diperkuat dengan hasil pengujian produk komersial berupa agar-agar Swallow yang memiliki kadar air 9,43%. Dengan demikian, tepung agar-agar hasil penelitian ini layak untuk di produksi dan dijadikan sebagai pemadat pada media kultur.

(21)

11 produk dengan kadar air terbesar ialah A1B3, yang merupakan produk dengan waktu ekstraksi 0,5 jam (A1) dan penambahan air sebanyak 12 kali (B3).

Adanya perbedaan nyata akibat pengaruh waktu ekstraksi dan jumlah penambahan air serta kadar air yang cenderung menurun berdasarkan kombinasi kenaikkan waktu ekstraksi dan penurunan penambahan air diduga disebabkan oleh adanya sifat air yang mudah menguap jika diproses dengan suhu yang tinggi. Adanya kombinasi waktu ekstraksi yang lama dengan penambahan air yang sedikit ditambah suhu yang tinggi saat ekstraksi menyebabkan produk A3B1 memiliki kadar air terendah. Begitu pula dengan produk A1B3, adanya kombinasi waktu ekstraksi yang singkat dengan penambahan air yang banyak menyebabkan kadar air yang tinggi.

Menurut Kalie (1999), air merupakan senyawa kovalen yang akan cepat menguap apabila dipanaskan dalam jumlah yang sedikit, disertai suhu yang tinggi dan waktu pemanasan yang lama. Setelah dibandingkan dengan produk komersial berupa agar-agar swallow yang memiliki kadar air sebesar 10.04%, dari segi kadar air, produk ini dapat digunakan sebagai pemadat pada media kultur jaringan karena kadar air nya relatif sama. Kandungan air dalam tepung rumput laut berpengaruh terhadap daya simpannya. Semakin tinggi kandungan air dalam tepung rumput laut maka akan semakin mudah terserang mikroba selama penyimpanan. Media tanam merupakan sarana tumbuh yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Karakteristik media tanam yang baik memiliki sifat fisik dan sifat kimia yang baik.

Kadar abu

Abu adalah sisa pembakaran sempurna dari suatu bahan. Pembakaran sempurna terhadap suatu bahan pada suhu 500 - 600 oC selama beberapa waktu

akan membuat senyawa organik yang terkandung di dalamnya menguap, sedangkan sisanya yang tidak menguap merupakan abu. Di dalam abu terkandung campuran dari berbagai oksida mineral sesuai dengan jenis mineral yang terkandung di dalam bahan (Kamal 2004).

(22)

12

Gambar 7. Kadar Abu Tepung Rumput Laut (%).

Dari hasil penelitian, didapatkan nilai rata-rata kadar abu tepung agar-agar berkisar antara 7.34% sampai 7.84%. Setelah dibandingkan dengan produk komersial berupa agar-agar swallow yang memiliki kadar abu 0.63%, Perbedaan ini wajar dikarenakan agar-agar swallow merupakan agar-agar yang digunakan sebagai bahan pangan sehingga harus memenuhi standar foodgrade yaitu kadar abu maksimal 1 %. Menurut Kamal (2004) kadar abu suatu bahan dipengaruhi oleh kandungan sulfat, semakin tinggi kandungan sulfat bahan tersebut maka semakin tinggi pula kadar abu suatu bahan.

Hasil analisa uji menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diterapkan serta interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu tepung agar-agar yang dihasilkan (Lampiran 1). Kadar abu tidak dipengaruhi oleh lama waktu ekstraksi dan jumlah air pengekstrak yang digunakan, tetapi sepenuhnya tergantung dari komposisi bahan baku awal, cara pencucian dan proses pengolahan. Menurut Winarno (2001), kadar abu yang terukur merupakan bahan anorganik yang tidak terbakar dalam proses pengabuan, sedangkan bahan-bahan organik terbakar. Menurut Winarno (1997), rumput laut kaya akan mineral dimana unsur mineral dikenal juga sebagai kadar abu. Sehingga bila kadar abu tepung rumput laut semakin tinggi maka kadar mineral yang terkandung didalamnya juga tinggi. Berdasarkan analisis AAS pada tepung agar-agar didapatkan hasil negatif, maka dapat dinyatakan tepung agar-agar tidak memiliki kandungan logam (Pb).

Kadar sulfat

(23)

13 panen. Peningkatan umur panen dapat memberi respon terhadap penurunan kandungan sulfat (Suryaningrum, 2000).

Gambar 8. Kadar Sulfat Tepung Rumput Laut (%).

Dari hasil analisa uji diketahui bahwa perlakuan waktu ekstraksi dan jumlah air ekstraksi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar sulfat tepung agar-agar (Lampiran 1). Nilai rata-rata kadar sulfat tepung agar-agar-agar-agar yang diperoleh dari penelitian ini berkisar antara 0.64% sampai 0.7% (bk). Setelah dibandingkan dengan produk komersial berupa agar-agar swallow yang memiliki kadar sulfat 0.93%, Perbedaan ini wajar dikarenakan kadar sulfat di dalam agar-agar sangat mempengaruhi gel strength, karena sifat sulfat sangat hidrofilik sehingga dengan banyaknya kadar sulfat dalam agar-agar akan menurunkan kekuatan gel agar-agar. Menurut Fennema (2003) agaropektin merupakan suatu polisakarida sulfat yang tersusun dari agarosa dengan variasi ester asam sulfat, asam D-glukoronat dan sejumlah kecil asam piruvat yang terkandung pada setiap jenis rumput laut berkisar antara 1-2%. Pengaruh penambahan natrium tripolifosfat dapat menurunkan kadar sulfat sehingga kekuatan gel agar-agar menjadi meningkat. (Babji dan Kee, 1998).

Kadar protein

(24)

14

mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno,1997). Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air, beberapa pelarut dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya.

Gambar 9. Kadar Protein Tepung Rumput Laut (%).

Kadar protein pada tepung agar-agar ini tidak dipengaruhi oleh kondisi ekstraksi, tetapi dipengaruhi oleh komposisi dan asal rumput laut yang digunakan sebagai bahan baku. Pada jenis rumput laut yang sama namun tumbuh pada lokasi yang berbeda, dapat memiliki kandungan protein yang berbeda (Winarno, 1997). Berdasarkan fakta tersebut dapat diduga faktor waktu ekstraksi dan jumlah air tidak mempengaruhi kadar protein pada produk tepung agar-agar. Hal ini terlihat dari tidak adanya perbedaan nyata akibat faktor waktu ekstraksi dan jumlah air serta tidak adanya perbedaan nyata pada interaksi kedua faktor tersebut. Namun, berdasarkan Gambar 8 diatas dapat diduga waktu ekstraksi dapat mempengaruhi kadar protein tepung agar-agar secara tak langsung. Hal ini berkaitan dengan suhu pemanasan saat ekstraksi yang tinggi. Semakin lama proses ekstraksi, maka rumput laut akan semakin lama terpapar suhu panas, sehingga protein yang terdenaturasi semakin banyak. Hal ini sesuai dengan penelitian Pertiwiningrum (2003), semakin lama waktu pemasakan akan mengakibatkan turunnya kandungan protein, dengan terlihat turunnya kandungan albumin akibat denaturasi dari protein albumin tersebut.

(25)

15 urutan struktur asam amino atau dengan kata lain tidak memecah ikatan peptida pada protein. Denaturasi terjadi dengan perlakuan panas, perlakuan dingin, alkohol, aseton, asam, dan radiasi ultraviolet. Denaturasi tidak termasuk hidrolisis ikatan peptida. Nilai gizi tidak akan berubah meskipun protein kehilangan sifat biologisnya (Tranggono, dkk. 2002)

Salah satu penyebab denaturasi protein adalah perubahan temperatur, dan juga perubahan pH. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan denaturasi adalah detergent, radiasi zat pengoksidasi atau pereduksi, dan perubahan jenis pelarut. Denaturasi dapat bersifat reversibel, jika suatu protein hanya dikenai kondisi denaturasi yang lembut seperti perubahan pH. Jika protein dikembangkan kelingkungan alamnya, hal ini untuk memperoleh kembali struktur lebih tingginya yang alamiah dalam suatu proses yang disebut denaturasi. Denaturasi umumnya sangat lambat atau tidak terjadi sama sekali (Tranggono, dkk. 2002). Nilai rata-rata kadar protein tepung agar-agar yang diperoleh dari penelitian ini berkisar antara 2.14% sampai 2.99% (b/k). Begitu pula hasil yang diperoleh setelah dibandingkan dengan agar-agar swallow yang tidak berbeda jauh yakni sebesar 2.98%. Menurut Winarno (2002), kadar protein agar-agar harus kurang dari 3 %, karena bila lebih tinggi akan menyebabkan perubahan warna selama penyimpanan. Kebanyakan protein pangan terdenaturasi jika dipanaskan pada suhu yang moderat (60-90oC) selama satu jam atau kurang (Bell et al, 2001). Dapat dikatakan tepung agar-agar hasil penelitian ini layak untuk di produksi dan di jadikan sebagai pemadat pada media kultur.

Rendemen

Rumput laut dikatakan bermutu baik, jika mempunyai rendemen serta kekuatan gel yang tinggi. Salah satu parameter yang sangat menentukan mutu rumput laut adalah umur panen. Umur panen rumput laut untuk jenis Gracilaria verrucosa adalah 45 - 55 hari (6 – 8 minggu).

(26)

16

Gambar 10. Rendemen Tepung Rumput Laut (%).

(27)

17

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Rumput laut yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Gracilaria verrucosa yang memiliki kandungan air sebesar 17,61%, kandungan mineral sebesar 12,79 %, kadar protein sebesar 3,84%, kadar lemak sebesar 0,55%, kadar serat sebesar 9,40%, dan kadar karbohidrat dengan metode by difference sebesar 55,81%. Hasil penelitian pendahuluan terhadap ekstrak rumput laut dengan berbagai konsentrasi STP menunjukkan bahwa adanya peningkatan gel yaitu pada konsentrasi STP 0.125% sebesar 320.225 gr/cm2, konsentrasi 0.150% sebesar 340.175% gr/cm2, dan konsentrasi 0.175% sebesar 325.125 gr/cm2. Sedangkan ekstraksi tanpa menggunakan STP (kontrol) didapatkan hasil yang berbeda jauh yakni memiliki kekuatan gel sebesar 280.755 gr/cm2 dan pengukuran terhadap kekuatan gel pada produk agar-agar swallow didapatkan sebesar 285.220, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan STP sebagai bahan tambahan pengekstrak pada pembuatan tepung aga-agar rumput laut sangat berpengaruh terhadap kekuatan gel agar-agar yang dihasilkan. Adanya perbedaan nyata akibat konsentrasi STP disebabkan pada STP tersebut terdapat fosfat. Fosfat sebagai salah satu bahan dalam pembuatan berbagai produk olahan rumput laut mempunyai fungsi untuk meningkatkan pH, meningkatkan daya mengikat air, keempukan, kestabilan emulsi dan kemampuan mengemulsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukkan gel adalah bahan baku, kekuatan ion, pH, suhu dan laju pemanasan, spesies dan jenis rumput laut. Adanya perbedaan nyata akibat pengaruh waktu ekstraksi dan jumlah penambahan air serta tren kadar air yang cenderung menurun berdasarkan kombinasi kenaikkan waktu ekstraksi dan penurunan penambahan air diduga disebabkan oleh adanya sifat air yang mudah menguap jika diproses dengan suhu yang tinggi. Semakin besar jumlah air pengekstrak, maka semakin banyak pula ekstrak agar-agar yang dapat dilarutkan dan dikeluarkan dari dinding sel rumput laut sehingga rendemen agar-agar yang dihasilkan akan meningkat.

Saran

(28)

18

DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 2002 Official Methodes of Analysis. Association of Analytical Chemist, Washington DC.

AOAC. 2005 Official Methodes of Analysis. Association of Analytical Chemist, Washington DC.

AOAC. 2007 Official Methodes of Analysis. Association of Analytical Chemist, Washington DC.

Aberle ED, Oeckman 2001. Principle of Meat Science. Ed ke-4. Iowa: Kendall/Hunt Publishing Company.

Amnidar. 1997. Mempelajari Pengaruh Konsentrasi NaOH dan waktu pada perlakuan Alkali terhadap Mutu Agar-agar dari Rumput Laut Gracilaria verrucosa. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Angka SL, Suhartono TS. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Bogor: Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. hlm 49-56.

Angkasa, Anggadiredja, J.T., Zatnika, A., Purwanto, H., dan Istini, S,

2007. Manfaat Aga-agar Rumput Laut. Jakarta : Penebar swadaya

Babji AS,Kee GS. 1998. Changes ini color, pH, WHC, protein extration and gel strength during processing of chiken surimi (ayami). Asean Food J 9:63-67

Bell, J.W., B.E. Farkas, S.A. Hale dan T.C. Lanier, 2001. Effect of thermal treatment on moisture transport during steam cooking of Skipjack Tuna (Katsuwonas pelamis). J. Food Sci. 66:301-313.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. SNI 01-4105. Tepung Agar-agar. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional Indonesia.

Bourne MC. 2004. Food Texture and Viscosity. Department of Food and Technology. New York: Academic Press Inc.

Dziezak, J. D. (1990). Phosphates improve many foods. Food Technology, 80-92.

FAO. 2008. The State of World Fisheries and Aquaculture 2008. FAO, Rome. ____. 2009. FAO Fisheries and Aquaculture Information and Statistics Service. FISHSTAT Plus - Universal Software for Fishery Statistical Time Series. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Available at:

http://www.fao.org/fi/ statist/F ISOFT/ FISHPLUS.asp

Fennema OR. 2003. Food Chemistry. Thirdh Ed. Departement of Food Science. University of Wisconsin-Medison. New York.

George, E.F., M.A. Hall, dan G.J.D. Klerk. 2008. Plant Propagation by Tissue Culture 3rd Edition. Springer. Netherlands. 508 hlm.

Girinda, A, 2001, BIOCHEMISTRY, Printia Hall, New York

Kalie, M.B. 1999. Bertanam Pepaya. Edisi Revisi ke XV. Penebar Swadaya. Jakarta. 120 hal.

Kamal M. 2004. Nutrisi Ternak I. Yogyakarta: Laboratorium Makanan Ternak, Gadjah Mada University Press.

(29)

19 [PPPP] Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. 1999. Teknologi Pasca Panen Rumput Laut. Jakarta: Departemen Kelautan.

Soepardi G. 2001. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Suhardjo, dan Clara M.K. 1997. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: Kanisius

Sumarlin W. 2002. Pengaruh Konsentrasi Tepung Tapioka dan Sodium Tripolifosfat terhadap Mutu dan Daya Awet Kamaboko Ikan Pari Kelapa (Trygon Sephen). Bul Tek dan Industri Pangan. 6:2

Suryaningrum TD. 2000. Kajian sifat-sifat mutu komoditas rumput laut budidaya jenis Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. hlm 181.

Syamsuar. 2006. Karakteristik karaginan rumput laut Eucheuma cottonii pada berbagai umur panen, konsentrasi KOH dan lama ekstraksi [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. 86 hlm.

Syarief, R. dan H. Halid. 1998. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan, Jakarta.

Tranggono, Martoharsono., Soeharsono., Hadiwiyoto., dan Sowedo., 2002.

Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Kanisius. Yogyakarta.

Winarno FG. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. hlm 112

Winarno, F.G, 1997, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Winarno, F.G. 1998. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Winarno FG. 2001. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. 309 hlm.

Winarno FG. 2002. Flavor Bagi Industri Pangan. Mbrio Press. Bogor. Winarno F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wong, T.H. 2000. Pengaruh Kondisi Ekstraksi Terhadap Mutu Agar-agar dari Rumput Laut Jenis Gracilaria sp dan Geladium sp. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Yunizal. 2002. Teknologi Ekstraksi Agar-agar dari Rumput Laut Merah

(Rhodophyceae). Jakarta: Pusat Riset Kelautan dan Perikanan,Departemen Kelautan dan Perikanan.

Yunizal. 2004. Teknik Pengolahan Alginat . Jakarta : Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.

(30)

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Prosedur Analisis A. Kadar Air Bahan (AOAC 2007)

Proses analisis diawali dengan mengeringkan cawan porselen kosong dalam oven selama 15 menit. Cawan tersebut kemudian didinginkan dalam desikator selama 20 menit, selanjutnya ditimbang. Sampel tepung rumput laut sebanyak lima gram dimasukkan dalam cawan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC. Tekanan yang digunakan tidak lebih dari 100 mmHg. Proses pengovenan dilakukan selama lima jam atau sampai beratnya konstan. Cawan berisi sampel yang telah dioven didinginkan dalam desikator, selanjutnya ditimbang. Perhitungan kadar air menggunakan rumus berikut.

Kadar air (%) x 100 %

Intercept 1491,491 1 1491,4

91

Corrected Total 3,315 17

a. R Squared = ,946 (Adjusted R Squared = ,885)

B. Kadar sulfat (PPPP 1999)

Satu gram contoh dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 50 ml HCl 0,2 N. Erlenmeyer tersebut dipasang pada penangas tegak dan

(31)

21 larutan ditambahkan dengan 20 ml larutan H2O2 10 % dan refluks dilanjutkan

selama 5 jam sampai larutan benar-benar jernih. Larutan kemudian dipindahkan ke dalam gelas piala 600 ml, dipanaskan sampai mendidih sambil terus diaduk. Sepuluh ml BaCl2 10 % ditambahkan ke dalam larutan kemudian endapan yang

terbentuk, disaring dengan menggunakan kertas Whatman 41, lalu dicuci dengan aquades mendidih sampai bebas klorida. Kertas saring dikeringkan dalam oven, kemudian diabukan pada suhu 900 °C dalam tanur pengabuan sampai didapatkan abu yang berwarna putih. Abu yang diperoleh didinginkan dalam desikator dan ditimbang.

Kadar sulfat (%) x 100%

Keterangan: P = bobot endapan Ws = bobot sampel

0.4116 = konstanta perbandingan massa atom relatif SO4 dan BaSO4

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:kadar_sulfat

Source Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model ,025a 9 ,003 ,360 ,926

Intercept 7,572 1 7,572 998,013 ,000

Waktu_ektraksi ,020 3 ,007 ,880 ,491

Jumlah_air ,002 2 ,001 ,157 ,857

Waktu_ektraksi *

Jumlah_air

,002 4 ,000 ,053 ,994

Error ,061 8 ,008

Total 10,076 18

Corrected Total ,085 17

a. R Squared = ,288 (Adjusted R Squared = -,513)

C. Kadar Abu (AOAC 2007)

(32)

22

didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang. Penentuan kadar abu dihitung dengan menggunakan rumus berikut.

Berat abu (g) = berat sampel dan cawan akhir (g) – berat cawan kosong (g)

Kadar abu x 100%

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Kadar_abu

Source Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1,779a 8 ,222 10,174 ,001

Intercept 980,241 1 980,24

1

44848,1

54

,000

Waktu_ekstraksi ,358 2 ,179 8,192 ,009

Jumlah_air ,182 2 ,091 4,167 ,052

Waktu_ekstraksi *

Jumlah_air

1,239 4 ,310 14,168 ,001

Error ,197 9 ,022

Total 982,217 18

Corrected Total 1,976 17

a. R Squared = ,900 (Adjusted R Squared = ,812)

D. Kadar Protein (AOAC 2005)

Sebanyak 0,1 g sampel dimasukan ke dalam labu Kjeldahl kemudian ditambahkan 2.5 ml H2SO4 pekat dan 1 g katalis CuSO4.NaSO4. Larutan tersebut

kemudian didestruksi hingga jernih. Hasil destruksi dilarutkan dengan akuades <25 ml kemudian dimasukkan ke dalam tabung destilasi kemudian ditambahkan 15 ml NaOH 40% (6N). Atur proses destilasi dengan urutan pengeluaran asam borat 2% ke dalam labu erlenmeyer. Larutan sampel dimasukan ke dalam labu destilasi. Proses destilasi dihentikan apabila volume larutan asam borat dalam penampung menjadi dua kali lipat atau hingga, asam borat berubah warna dari ungu menjadi hijau muda. Hasil destilasi kemudian dititrasi dengan H2SO4 0,02N

terstandarisasi. Hitung volume H2SO4 yang digunakan untuk titrasi. Lakukan

prosedur yang sama pada blanko dengan larutan akuades. Kadar protein dihitung dengan rumus :

(33)

23

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:kadar_protein

Source Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1,889a 9 ,210 8,849 ,003

Intercept 90,554 1 90,554 3817,825 ,000

Waktu_ektraksi 1,259 3 ,420 17,694 ,001

Jumlah_air ,378 2 ,189 7,969 ,012

Corrected Total 2,079 17

a. R Squared = ,909 (Adjusted R Squared = ,806)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,024.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.

b. Alpha = ,05.

E. Rendemen (AOAC 2002)

Rendemen merupakan perbandingan antara berat agar kering dengan berat rumput laut kering. Rendeman agar dihitung dengan menggunakan rumus :

Rendemen = x 100% Keterangan:

(34)

24

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:rendemen

Source Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 18,797a 11 1,709 ,692 ,718

Intercept 1746,186 1 1746,186 707,095 ,000

waktu_ekstraksi 15,419 3 5,140 2,081 ,204

jumlah_air 2,397 2 1,198 ,485 ,638

waktu_ekstraksi *

jumlah_air

,171 6 ,028 ,012 1,000

Error 14,817 6 2,470

Total 2231,238 18

Corrected Total 33,614 17

(35)

25 Lampiran 2. Tahapan proses pembuatan tepung agar-agar STP 0% (kontrol)

Ampas

Gracilaria Verrucosa

100gr

Pencucian

Perendaman dan Pemucatan (5 menit)

Praperlakuan asam ( selama 30 menit )

Penghancuran

Ekstraksi

Filtrasi CaO 0.5%

Pencucian

CH3COOH 1 %

Pencucian

Netralisasi pH 7.0 – 7.5

Na2SO3

Penjedalan (18-24 jam)

Agar-agar

Pengeringan oven 50OC (2 hari)

Penggilingan

(36)

26

Lampiran 3. Tahapan proses pembuatan tepung agar-agar dengan STP

Gracilaria Verrucosa

100gr

Pencucian

Perendaman dan Pemucatan (5 menit)

Praperlakuan asam ( selama 30 menit )

Penghancuran

Ekstraksi

Filtrasi CaO 0.5%

Pencucian

CH3COOH 1 %

Pencucian

Ampas

Netralisasi pH 7.0 – 7.5 Na2SO3

Penjedalan (18-24 jam)

Agar-agar Penelitian Pendahuluan:

Konsentrasi STP : 0.125% 0.150% 0.175%

Pengeringan oven 50O

C (2 hari)

Penggilingan

(37)

27 Lampiran 4. Tahapan proses pembuatan tepung agar-agar dengan STP, lama

waktu ekstraksi, dan penambahan jumlah air

Gracilaria Verrucosa

100gr

Pencucian

(38)

28

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1.
Gambar 2. Rumput laut Gracilaria verrucosa
Tabel 1. Komposisi kimia rumput laut kering Gracilaria verrucosa
Tabel 3. Komposisi kimia ekstrak rumput laut kering Gracilaria verrucosa Komposisi kimia Satuan STP 0.125% STP 0.150% STP 150%
+6

Referensi

Dokumen terkait

The effect of the number of prenatal visits is estimated to be significantly positive across all quantiles, with larger ef- fects found at lower quantiles and the effects

Jumlah komputer untuk web cluster yang digunakan dalam penelitian sebanyak empat komputer yang terdiri dari satu komputer sebagai load balancer dan tiga komputer yang disebut

Desain penelitian ini tidak menggunakan kontrol sebagai pembanding, tetapi perbandingan hanya dilakukan intern antara responden sendiri yaitu kelompok faktor risiko

Web service yang ditanam di WebApplicationForETicketing server bertujuan agar para pengguna aplikasi ini dapat mengambil data penerbangan dari berbagai perusahaan penerbangan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh penggunaan Immediate Feedback-Assessment Technique ( IF-AT ) pada materi redoks terhadap hasil belajar siswa SMK SMTI

Penelitian yang merupakan bagian dari program pengembangan galur padi tahan WBC ini bertujuan menguji ketahanan varietas padi untuk pemilihan calon tetua persilangan,

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Prabandari &amp; Azzuhri (2011) dimana kendala UKM belum.. menggunakan e-commerce terjadi karena beberapa alasan, yaitu

[r]