PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jl. Tabek Gadang Kel.Ganting Padang Panjang � Fax ( 0752 ) 82046 Kode pos 27127 Website : rsud.padangpanjang.go.id - email : [email protected]
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PADANG PANJANG NOMOR ...
TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN PELAYANAN HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PADANG PANJANG
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PADANG PANJANG,
Menimbang : a. bahwa untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada segenap lapisan masyarakat, perlu didukung sarana, prasarana dan tenaga yang memadai untuk meningkatkan status kesehatan pasien;
b. bahwa untuk menjamin lancarnya pelaksanaan tugas dan tanggung jawab di rumah sakit yang cepat dan profesional untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien dan keluarga, sehingga tercapainya status kesehatan yang optimal.
Untuk itu perlu diberlakukan Panduan Pelayanan HIV/AIDS pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang Panjang;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b maka perlu menetapkan Keputusan Direktur tentang Pemberlakuan Panduan Pelayanan HIV/AIDS pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang Panjang;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2001 tentang Pedoman Kelembagaan dan Pengelolaan Rumah Sakit Daerah;
5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Daerah Otonom;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/
MENKES/ PER/ VIII/ 2011 tentang Keselamatan Pasien di Rumah Sakit;
10.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/
MENKES/ PER/ III/ 2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
11.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/
MENKES/ SK/ II/ 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PANDUAN PELAYANAN HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PADANG PANJANG
KESATU : Memberlakukan Panduan Pelayanan HIV/AIDS pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padang Panjang;
KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Padang Panjang Pada Tanggal : 2 Januari 2023
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PADANG PANJANG
d
r. Lismawati R, M.Biomed, Sp.PA NIP. 19730102 200604 009
DAFTAR ISI
KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN PELAYANAN ...
DAFTAR ISI ……...
iv
BAB I PENDAHULUAN ……...
A. LATAR BELAKANG ……...
B. TUJUAN PANDUAN ……...
C. BATASAN OPERASIONAL ………...
BAB II RUANG LINGKUP ………...
BAB III KEBIJAKAN ………...
BAB IV TATALAKSANA ………...
A. PENEMUAN KASUS HIV/AIDS ……...
B. DIAGNOSIS HIV ………...
C. LOGISTIK ……….
8
D. KESELAMATAN PASIEN ……….
E. KESELAMATAN KERJA ………..
F. PENGENDALIAN MUTU ………..
BAB V PENUTUP ……...
9
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan laporan secara kumulatif dari seluruh propinsi di Indonesia yang dikeluarkan secara triwulan oleh Kementrian Kesehatan RI sampai bulan Maret tahun 2010, tercatat 20.564 kasus AIDS dengan persentase laki-laki sebanyak 62%, perempuan 30% dan tidak diketahui 8%.
Estimasi yang dilakukan tahun 2006 diperkirakan di Indonesia terdapat sekitar 193.000 orang terinfeksi HIV dan sekitar 186.000 orang tahun 2009, sedangkan kasus AIDS yang tercatat oleh Kementrian Kesehatan RI sampai sampai dengan September 2010 tercatat 22.726 orang hidup dengan HIV/AIDS.
AIDS pada pengguna NAPZA suntik di Indonesia sampai tahun 2010 sebanyak 2.224 kasus dan jika dilihat dari kelompok umur dari kelompok tersebut berada pada kelompok usia produktif (20-39 tahun). Indonesia sudah menjadi negara urutan ke-5 di Asia paling berisiko HIV/AIDS. Para pakar memperkirakan jumlah kasus HIV - AIDS sudah mencapai 130.000 orang, sehingga tidak bisa dihindari lagi bagi Indonesia untuk menerapkan kesepakatan tingkat internasional yang diikuti kebijakan nasional. Sebagian besar infeksi baru diperkirakan terjadi pada beberapa sub-populasi berisiko tinggi (dengan prevalensi >5%) yaitu pada pengguna napza suntik, waita pekerja seks (WPS) dan waria.
Situasi demikian menunjukkan bahwa pada umumnya Indonesia berada pada tahap concentrated epidemic. Dari beberapa tempat sentinel, pada tahun 2006, prevalensi HIV berkisar antara 21-52% pada penasun, 1-22% pada WPS dan 3-17% pada waria. Sejak tahun 2000 prevalens HIV mulai konstan di atas 5% pada beberapa sub-populasi berisiko tinggi tertentu. Di propinsi PApua dan Propinsi Papua Barat, penyebaran infeksi HIV sudah pada tahap meluas, yaitu telah terjadi hubungan seksual berisiko pada masyarakat umum (dengan prevalensi >1%).
Berdasarkan data Kementrian Kesehatan sampai tahun 2010, terjadi laju peningkatan kasus baru HIV yang semakin cepat terutama jumlah kasus baru HIV dalam 3 tahun terakhir lebih dari 3 kali lipat dibanding jumlah yang pernah dilaporkan pada 15 tahun pertama epidemi HIV di Indonesia. Dari jumlah kumulatif 22.726 kasus AIDS yang dilaporkan pada September 2010, dengan proporsi 73.6% adalah laki-laki 26.4%
perempuan. Persentase kasus AIDS pada pengguna napza suntik 91.2%
pada kelompok berusaia 20-39 tahun.
Seiring dengan penambahan total kasus AIDS, jumlah daerah yang melaporkan kasus AIDS pun bertambah. Pada akhir tahun 2000 terdapat 16 propinsi yang melaporkan kasus AIDS dan kemudian pada akhir tahun 2003 jumlah tersebut meningkat menjadi 25 propinsi.
Jumlah ini meningkat tajam pada tahun 2006 yaitu sebanyak 32 dari 33 propinsi yang ada di Indonesia yang sudah melaporkan adanya kasus AIDS. Estimasi populasi dewasa rawan tertular HIV pada tahun 2009 memperkirakan ada 5 juta sampai 8 juta orang paling berisiko terinfeksi HIV. Jumlah terbesar berapa pada sub-populasi pelanggan penjaja seks (PPS) yang jumlahnya lebih dari 3.1 juta orang dan pasangannya sebanyak 1.9 juta. Risiko penularan HIV tidak hanya terbatas pada sub- populasi yang berperilaku risiko tinggi, tetapi juga dapat menular pada pasangan atau istrinya bahkan anaknya. Berdasarkan modeling matematika, diperkirakan dalam rentang waktu tahun 2008-2015, secara kumulatif akan terdapat 44.180 anak yang dilahirkan dari ibu positif HIV.
Dalam melakukan intervensi suatu program, pengelola program harus memperhatikan suatu epidemi di wilayah tersebut, disamping kemampuan sumber daya yang dimiliki agar intervensi program tersebut mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Di Indonesia sejak tahun 1999 telah terjadi peningkatan jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) pada sub-populasi tertentu di beberapa propinsi yang mempunyai prevalensi HIV cukup tinggi. Peningkatan ini terjadi pada kelompok berperilaku berisiko tinggi tertular HIV yaitu para pekerja seks komersial, penyalah guna Napza suntik dan bayi yang lahir dari seorang ibu dengan HIV/AIDS. Kondisi ini memerlukan penanganan secara komprehensif dan terstruktur di berbagai aspek secara terkoordinasi dari semua pihak yang terkait. Pelayanan tersebut meliputi : Konseling dan Tes HIV Sukarela (KTS / VCT), Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP/CST), Penatalaksanaan Infeksi Opportunistik (IO), Penanganan Pasien IDU, Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA / PMTCT), tersedianya layanan rujukan.
Dari data Rekam Medis RSUD Kota Padang Panjang 3 tahun terakhir, tercatat pada 2020 ada 9 pasien dengan hasil tes HIV positif dari 457 pasien yang diperiksa. Pada tahun 2021 ditemukan 6 pasien dengan hasil tes HIV positif dari 1420 pasien yang diperiksa. Sedangkan pada tahun 2022 tercatat 14 pasien dengan hasil tes HIV positif dari 2128 pasien yang diperiksa.
Saat ini pelayanan Penanggulangan HIV/AIDS RSUD Kota Padang Panjang baru mencakup Konseling dan Tes HIV Sukarela (KTS / VCT) dan Penatalaksanaan Infeksi Opportunistik (IO).
B. Tujuan Panduan 1. Tujuan Umum
Panduan pelayanan HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Kota Padang Panjang disusun dengan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan HIV/AIDS melalui peningkatan mutu pelayanan.
2. Tujuan Khusus
a. Menemukan kasus HIV/AIDS sedini mungkin dengan memotivasi pasien yang beresiko mangalami HIV/AIDS untuk mau melakukan test HIV/AIDS
b. Menemukan dan mengobati kasus infeksi oportunistik
c. Menyelenggarakan pelayanan rujukan (menerima ataupun merujuk)
C. Batasan Operasional
Batasan operasional Pelaksanaan Pelayanan HIV/AIDS meliputi :
1. KTS / VCT adalah pemberian pelayanan konseling dan tes HIV sukarela
2. Penatalaksanaan Infeksi Oportunistik (IO) adalah penemuan dan pengobatan Infeksi oportunistik
3. Rujukan adalah pemberian layanan rujukan pasien dengan HIV/AIDS
BAB II
RUANG LINGKUP
Pedoman pelayanan HIV/AIDS RSUD Kota Padang Panjang diperuntukkan bagi seluruh unit kerja yang terkait dengan pelayanan HIV/AIDS di RSUD Kota Padang Panjang, yaitu pada :
1. Unit Rawat Jalan 2. Unit Rawat Inap
3. Instalasi Gawat Darurat
BAB III KEBIJAKAN
Dasar hukum terbentuknya Tim HIV/AIDS di RSUD Kota Padang Panjang adalah :
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1507/MENKES/SK/X/2005 tentang Pedoman Pelayanan Konselor dan Testing HIV/AIDS secara Sukarela (Voluntary Conselling and Testing);
2. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2003 tentang Pedoman Perawatan, Dukungan dan Pengobatan bagi ODHA;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/Menkes/SK/V/2009 Tentang Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di Rumah Sakit;
4. Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI tahun 2012 tentang Pedoman Pelayanan Keperawatan pada HIV/AIDS, TB dan IO lainnya di Rumah Sakit;
5. Kementerian Kesehatan RI tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana HIV/AIDS Desember 2011.
BAB IV TATALAKSANA
A. Penemuan Kasus HIV/AIDS
Penemuan kasus bertujuan untuk mendapatkan kasus HIV/AIDS melalui kegiatan penjaringan terhadap kasus HIV dengan melakukan konseling dan tes sukarela terhadap pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan tatalaksana pasien HIV yang nantinya dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat virus HIV, penularan di masyarakat dan sekaligus merupakan pencegahan penularan paling efektif.
Strategi penemuan orang yang beresiko tertular HIV
- Penemuan HIV secara umum dilakukan secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan yang dicurigai HIV dilakukan pada unit pelayanan kesehatan, didukung dengan penyuluhan secara aktif.
Keterlibatan semua pelayanan dimaksudkan untuk mempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatan pengobatan.
Penemuan secara aktif pada masyarakat umum dinilai tidak cost efektif.
- Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap :
 Kelompok beresiko tinggi yang terdiri dari pasangan atau anak dari ODHA
 Pemeriksaan ibu hamil
 Pemeriksaaan terhadap pengguna narkoba suntik
 Pemeriksaan terhadap pelanggan wanita pekerja seks
 Pemeriksaan terhadap pekerja seks
 Pemeriksaan terhadap orang yang beresiko tertular HIV
B. Diagnosis HIV
1. Diagnosis HIV pada orang dewasa
Semua pasien yang dikonsulkan baik dari poliklinik atau dari bangsal yang dicurigai HIV dikonseling dan selanjutnya dilakukan tes serologi HIV dengan metode Rapid Test dengan 3 reagen
2. Diagnosis HIV pada anak
Semua pasien anak-anak yang dicurigai HIV sebelum anak berusia 18 bulan yang dilakukan tes serologi adalah ibu dari pasien dengan metode rapid
3. PMTCT (Prevention Mother To Child Transsisson) / PPIA (Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak).
Setiap ibu hamil yang kontrol ke Poli Kandungan dianjurkan melakukan tes serologi anti HIV.
4. Infeksi Oportunistik (IO)
Secara berkala pada saat pasien kontrol di layanan / poli dilakukan pengkajian akan kemungkinan adanya IO, misalnya :
- Skrining TB
- Oral kandidiasis
- IMS
- Toxoplasmosis
- Retinitis
- Diare, dll
5. IDU (Infection Drugs Users)
6. Rujukan dengan berkoordinasi terkait rujukan pasien yang sudah terdiagnosis HIV
Gambar 4.1. Bagan Alur Konseling dan Tes HIV
C. Logistik
Untuk operasional penanggulangan HIV/AIDS, dalam hal ini mendapatkan dukungan logistik dari RS dan Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang.
- Untuk logistik yang bersumber dari RS pengamprahan dilakukan dengan mengajukan surat permintaan barang, logistik berupa ATK, form permintaan obat-obatan dan form pengajuan barang habis pakai.
- Untuk logistik yang bersumber dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat berupa reagen rapid anti HIV dan obat IO pengamprahannya dilakukan dengan mengajukan surat amprahan yang ditujukan kepada pengelola program HIV/AIDS Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang dan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat.
D. Keselamatan Pasien
Semua pasien yang datang ke Poli VCT diberikan pelayanan secara proporsional, dihargai dan dihormati kerahasiaan dan hak-haknya, menghindari diskrimunasi dan stigmatisasi, sehingga dapat memberikan rasa nyaman serta membangun kepercayaan diri, rasa kekeluargaan di antara pasien, keluarga dan petugas.
E. Keselamatan Kerja
Seluruh petugas wajib menaati semua prosedur kerja (termasuk optimalisasi penerapan Kewaspadaan Universal) yang sudah ditetapkan oleh rumah sakit.
F. Pengendalian Mutu
Melakukan pengkajian terhadap fasilitas yang ada, logistik, SDM, kerja sama jejaring. Hasil/ capaian yang didapat dilakukan analisis tindak lanjut untuk mendapatkan capaian yang maksimal, dengan melakukan pembahasan bersama semua pelaksana unit kerja terkait / staf Poli VCT untuk mendapatkan solusi.
BAB V PENUTUP
Demikianlah pedoman ini disusun agar dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan pelayanan terkait penanggulangan HIV/AIDS di RSUD
Kota Padang Panjang dan senantiasa akan dilakukan revisi sebagai bentuk penyesuaian dengan perkembangan yang ada.