• Tidak ada hasil yang ditemukan

filsafat ida 5 - Copy

N/A
N/A
HABIBURROHMAN

Academic year: 2025

Membagikan "filsafat ida 5 - Copy"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Ida Sapira Br Bangun

NIPM : 227009006

Mata Kuliah : Ilmu Filsafat

Jurusan : Magister Ilmu Linguistik

Pertemuan kelima

1. Narasikan 7 slide di atas dengan bahasa anda sendiri menjadi satu kesatuan dengan topik landasan filosofis penelitian!

Jawab: landasan filosofis penelitian yang terbagi menjadi dua yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif, kedua metode ini memiliki peran yang berbeda-beda pula dalam sebuah penelitian berupa angka-angka yang akan diukur menggunakan statistik sebagai alat uji penghitungan, berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Sedangkan penelitian kualitatif penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data yang dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi.

Asumsi paradigma filosofis yang memiliki langkah-langkah antologis, epistemologi, aksiologi, retoris dan metodologi. Dalam kualitatif bagian antologis yang bermaksud dengan objek tidak pernah terlepas dari sebuah pencarian. Sedangkan kualitatif adalah subjektif dan multipan. Epistemology dalam metode kuantitatif ialah pencarian yang berupa sendiri dan dilakukan dengan penelitian sendiri. Epistemology dalam metode kualitatif adalah mencarai data melalui interaksi dengan masyarakat atau bias dikatakan dengan melalkukan wawancara dengan masyarakat setempat. Aksiologi dalam penelitian kuantitatif terikat dengan suatu angka yang sudah disepakati. Aksiologi dalam penelitian kualitatif memiliki sarat nilai yang adala dalam penelitian. Retoris

(2)

dalam penelitian kuntitatif berbentuk formal, berdasarkan pengumpulan data melalui defenisi yang sudah disepakati dalam ilmuan, memiliki ciri yang tidak personal karena membutuhkan banyak perbandingan dalam mendapatkan suatu nilai, menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh umum. Dalam penelitian kualitatif yang bersifat tidak formal dalam penelitian yang digunakan, penelitian yang bersifat keputusan yang disepakati dalam penelitian, penelitian yang bersifat wawancara di suatu daerah yang akan ditentukan, menggunakan kata-kata yang dapat dipahami umum. Metodologi, metodologi yang digunakan dalam penelitian kuantitatif biasanya deduktif sedangkan dalam penelitian kualalitif yang bersifat induktif.

Dalam metodologi deduktif kuantitatif yang bersifat rasionalisme yang berarti dalam metode ini mengetes kemampuan dan mendapatkan suatu pengetahuan yang dapat diperoleh dengan cara berfikir. Dalam metodologi kualitatif yang bersifat empiresme yang berarti mendapatkan sesuatu dari pengalaman manusia itu sendiri.

2. Ambil satu kasus contoh yang berhubungan dengan bidang anda, kemudian jelaskanlah kebiasaan (habit) keyakinan (belief), kesangsian (doubt), dan interpretand dalam abduksi, deduksi dan induksi yang dapat terjadi pada kasus itu.

Jawab: contoh agama pemena dalam suku karo

Manusia dalam kepercayaan masyarakat Karo terdiri dari:

Tendi (jiwa).

Begu (Roh orang yang sudah meninggal, Hantu).

Kula (Tubuh).

Kebiasaan (habit): yang tidak disadari dalam kepercayaan ini adalah membangkitkan roh-roh yang sudah tidak adalagi di dunia ini, hal ini terlihat sagat jelas tidak bagus dalam kehidupan pada saat dan bertentangan dengan agama yag sudah dipercayai pada saat ini.

Kayakinan ( belief): keyakinan yang dimiliki dalam pemena ini membawa suku adat karo lebih dekat dengan roh-roh yang dipanggil kembali, untuk meminta rejeki dan meminta kesehatan kepada yang sudah pergi meninggalkan dunia ini.

Interpretant: memanggil jiwa atau roh-roh yang sudah tiada diketahui hal yang tidak baik, karena dapat menyiksa jiwa, dan tubuh diri sendiri bahkan dapat mencelakai

(3)

keluarga dalam meminta sesuatu yang diinginkan, tetapi ini masih digunakan sampai saat ini dalam beberapa daerah.

3. Jelaskanlah cara pandang etnografis itu pada kasus di bidang anda sendiri!

Jawab: cara pandang dalam kepercayaan pemena dalam suku batak karo Manusia- Manusia dalam kepercayaan masyarakat Karo terdiri dari :1. Tendi (jiwa)2. Begu (Roh orang yang sudah meninggal, Hantu)3. TubuhKetika seseorang meninggal maka tendi akan hilang dan tubuhnya akan hancur namunbegu tetap ada. Tendi dengan aku seseorang merupakan kesatuan yang utuh. Ketikatendi berpisah dari aku maka seseorang akan sakit. Pengobatan dilakukan dengan mengadakan pemanggilan tendi.

Jika tendi tidak kembali maka yang terjadi adalah kematian.Terkait dengan Dibata, Bagi mereka Dibata adalah tendi (jiwa) yang dapat hadir di mana saja, kekuasaannya meliputi segalanya dan dianggap sebagai sumber segalanya. Hal ini sesuai dengan keyakinan orang-orang Karo yang sangat dekat dengan suatu bentuk kepercayaan atau keyakinan terhadap tendi, yaitu suatu kehidupan jiwa yang keberadaannya dibayangkan sama dengan roh-roh gaib. OrangKaro meyakini bahwa alam semesta diisi oleh sekumpulan tendi. Setiap titik dalam"kosmos" mengandung tendi. Kesatuan dari keseluruhan tendi yang mencakup segalanya ini disebut Dibata, sebagai kesatuan totalitas dari "kosmos" (alamsemesta). Setiap manusia dianggap sebagai "mikro- kosmos" (semesta kecil) yang merupakan kesatuan bersama dari kula (tubuh), tendi (jiwa), pusuh peraten(perasaan), kesah (nafas), dan ukur (pikiran). Setiap bagian berhubungan satu sama lain. Kesatuan ini disebut sebagai `keseimbangan dalam manusia'. Hubunganyang kacau atau tidak beres antara satu sama lain dapat menyebabkan berbagai bentuk kerugian seperti sakit, malapetaka, dan akhirnya kematian. Daya pikir manusia dianggap bertanggung jawab ke luar guna menjaga keseimbangan dalam dengan keseimbangan luar sebagai suatu "makro- kosmos"(semesta besar) yang meliputi dunia gaib, kesatuan sosial dan lingkungan alamsekitar. Tercapainya suatu "keseimbangan dalam" akan memperlihatkan berbagai keadaan menyenangkan, seperti; malem (sejuk/tenang), ukur malem (pikirantenang), malem ate (hati sejuk/tenang), malem pusuh (perasaan sejuk/tenang).Oleh karena itu kata malem digunakan juga sebagai arti sehat atau kesembuhan dalam bahasa Karo.

Kesejukan badan dan pikiran merupakan dasar dari keadaan sehat, yaitu keadaan sejuk

(4)

dan seimbang antara "makro-kosmos". Prinsip ini pula yang menyebabkanmengapa seorang guru melakukan beberapa upacara ritual dengan tujuan untukmendapatkan keadaan yang serba malem (sejuk/tenang). Menurut para guru,terganggunya hubungan- hubungan dalam "mikro-kosmos" seseorang berarti adanya keadaan tidak seimbang dalam tubuhnya, yaitu ketidak seimbangan antara tubuh,jiwa, perasaan, nafas dan pikiran. Dengan menggunakan air jeruk purut pada upacara berlangir (erpangir), seorang guru akan menyiramkannya ke kepala pasiennya. Air jeruk purut diyakini menimbulkan rasa sejuk. Sementara itu kepala si pasien dipilih denganpertimbangan bahwa kepala adalah tempat dari pikiran dan sebagai pusat dan pimpinan dari "mikro- kosmos" (semesta kecil) tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa dalam diri guru terdapat suatu pandangan bahwa keseimbangan dalam "mikro-kosmos"(semesta kecil/tubuh manusia itu sendiri) tidak akan sempurna tanpa tercapainya suatu keseimbangan

"kosmos" (alam semesta secara luas). Oleh karena itu, seorang guru dalam beberapa ritusnya yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan pada diri manusia akan menggunakan air jeruk yang malem. Air jeruk dianggap sebagai lambang dari alam semesta yang mewakili `keseimbangan luar'akan dimasukkan kedalam diri manusia yang mewakili `"keseimbangan dalam" itu sendiri. Tindakan ini diyakini akan menyempurnakan keseimbangan dalam diri seseorang.

Referensi

Dokumen terkait

Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Edisi Kedua.. Grow With Character: The Model

Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif edisi Kedua.. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan

Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif edisi Kedua... Surakarta: Muhammadiyah University

Berbeda dengan peneliti kuantitatif yang lebih berfokus pada variabel penelitian sebagai objek penelitian, Carspecken (1996) mengusulkan agar peneliti kualitatif

Berbeda dengan peneliti kuantitatif yang lebih berfokus pada variabel penelitian sebagai objek penelitian, Carspecken (1996) mengusulkan agar peneliti kualitatif

Artinya ketika akan menentukan judul, sebenarnya lebih mudah yang menggunakan metode kuantitatif daripada kualitatif, soalnya dengan kuantitatif peneliti atau

Berdasarkan landasan pemikiran, fenomena yang telah dijelaskan dan hasil penelitian yang berbeda-beda, maka peneliti mencoba untuk melakukan penelitian kembali

pendekatan (humanistic-scientific) dan melaksanakan investigasi baik secara kualitatif dan kuantitatif. Peneliti melengkapi hasil yang diperoleh dengan metode kuantitatif