PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Pada tahun 1899, Iqbal mendapatkan medali emas untuk bidang keahliannya sebagai satu-satunya calon yang lulus ujian komprehensif akhir. Pada tahun 1922, Iqbal dianugerahi gelar oleh pemerintah Inggris atas kontribusinya yang signifikan terhadap sastra.Pada tahun-tahun berikutnya hingga tahun 1929, Iqbal mengajar tentang Islam di Universitas Madras, Hyderabad dan Aligarh. Pada tahun 1932, Iqbal ikut serta sebagai anggota delegasi dalam Konferensi Meja Bundar yang diadakan di London untuk pembentukan pemerintahan konstitusional di India dan sekitarnya.
Perkembangan Metafisika di Persia adalah tesisnya yang diterbitkan di London, Inggris pada tahun 1908. Bang-in Dara diterbitkan di Lahore pada tahun 1924. Sebelumnya, Muhammad Iqbal menerbitkan puisi Asrari Khudi, Rumuz-I Bekhudi dan Payam-I-Mashriq. Ar-Maghan-I Hijaz (Hadiah Hijaz) diterbitkan pada tahun 1938 di Lahore dalam bahasa Urdu dan sebagian bahasa Persia.
Islam sebagai Cita-cita Moral dan Politik merupakan artikel karya Iqbal yang diserahkan ke Himayat-I Islam (Lembaga Dakwah Islam) pada tahun 1909. Pada tahun 1927, Indian Review in Madras menerbitkan artikel karya Iqbal yang berjudul Syitesis Batin Kehidupan. Tiga pesan Iqbal yang direkam oleh Razia Farhat Bano dengan judul Ketubat-I Iqbal diterbitkan di Delhi pada tahun 1946.
Tinjauan Pustaka
Metode Penelitian
Dalam penelitian kepustakaan, terdapat tiga kriteria teori yang mendasari penelitian, yaitu; relevansi, ketepatan waktu dan orisinalitas. Dalam penelitian kepustakaan, peneliti mencari data atau sumber informasi, bukan dengan melakukan survei langsung ke lapangan untuk mencari data atau informasi yang akurat sebagai bahan acuan penelitian. Menurut Sugiyono, kajian sastra berkaitan dengan kajian teoritis dan acuan lain yang berkaitan dengan nilai, budaya, dan norma yang berkembang dalam situasi sosial yang diteliti.
Kriteria teori yang dijadikan landasan penelitian ada tiga, yaitu relevansi, kecanggihan, dan orisinalitas. Menurut Kaelan, data primer merupakan sumber data berupa buku-buku yang berkaitan langsung dengan materi pokok penyelidikan. Sedangkan data sekunder merupakan sumber data berupa buku-buku dan literatur yang berkaitan dengan objek material tetapi tidak berkaitan langsung dengan objek penelitian.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, sebagai berikut. Data primer yang digunakan dalam penelitian kepustakaan adalah buku yang ditulis oleh Muhammad Iqbal dengan terjemahan bahasa Indonesia yaitu (Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam) terjemahan Hawas dan Musa Kazhim, (Asrari Khudi Rahasia Rahasia Pribadi) terjemahan Bahrum Rangkuti, Bulan Penerbit Bintang , dan terjemahan Muhammad Iqbal (Metafisika Persia) oleh Joebaar Ayoeb, penerbit Mizan. 2) Data sekunder. Sehingga data sekunder dalam penelitian ini berupa buku-buku yang berkaitan dengan manusia dan beberapa pemikiran Muhammad Iqbal.
Sistematika Pembahasan
LANDASAN TEORI
Manusia Dalam Teori Eksistensialisme
Eksistensialisme tidak mencari esensi atau substansi dibalik penampakan manusia, namun ingin mengungkap eksistensi manusia sebagaimana yang dialami oleh manusia itu sendiri. Wujud atau substansi mengacu pada sesuatu yang bersifat umum, abstrak, statis, sehingga mengingkari sesuatu yang konkrit, bersifat individual yang dinamis. Karena proses biologis seringkali tidak adil bagi individu yang luar biasa, alam bekerja keras untuk menghasilkan produk terbaiknya, alam memilih untuk mencintai dan melindungi orang-orang biasa dan biasa-biasa saja, dan di dalam alam selalu terdapat perbedaan antar jenis.
Al-Nafs juga berarti darah karena jika seseorang kehilangan darah, maka ia akan kehilangan jiwa atau qalb (hati) dan hati yang ada di dalam dirinya. Jiwa terkadang diartikan sebagai sesuatu yang berwujud fisik yang melekat pada diri manusia, terlihat dan tidak tersembunyi. Pada manusia, jiwa merupakan penghubung antara sesuatu yang nyata dan tidak nyata.
Ruh merupakan aspek diri manusia yang tampak dan tidak dapat diukur dengan kuantitas (kuantitas) dan kualitas suatu benda. Menurut raga, ruh adalah bagian tubuh manusia yang bermula dari rongga jantung (jantung), menjadi pusat dari seluruh pembuluh darah yang tersebar di tubuh manusia. Ruh menyadarkan maksud dan tujuan penciptaan, karena ruh memberikan kesadaran dan pemahaman akan hakikat hidup yang Tuhan anugerahkan kepada setiap manusia.23 Manusia tidak akan sampai kepada Tuhan bila tidak berdiam di dalam tubuhnya.
BIOGRAFI MUHAMMAD IQBAL
Karya-karya Muhammad Iqbal
Buku ekspresi puisi berbahasa Persia ini menjelaskan cara meraih gelar manusia. Asra-ri Khudi juga diterbitkan oleh Bulan Bintang dengan Banghrum Rangkuti sebagai penerjemah bahasa Indonesia. Tema utama buku ini adalah menjelaskan cara berpikir Timur, dalam hal ini Islam, dan cara berpikir Barat yang salah.
Ada tujuh bagian dalam buku ini, yaitu: pengalaman dan pengetahuan beragama, pembuktian filosofis pengalaman beragama, konsepsi tentang Tuhan dan makna doa, tentang ego manusia, kebebasan dan keabadiannya, jiwa. Buku ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Hawas dan Musa Kazhim yang diterbitkan oleh Mizan Media Utama. Bagian terakhir buku ini berisi pesan kepada anak-anaknya Javid Namah dan generasi baru.
Ayat-ayat dalam kitab ini menjelaskan tentang Etiopia, hubungan bangsa-bangsa, risalah matahari, kebijakan Musa, kebijakan Fir'aun, tiada Tuhan selain Allah, kemiskinan, figur merdeka, rahasia syariat, dan nasihat kepada orang-orang Arab. Buku ini berisi pesan-pesan kepada Sultan Nadir Syah dan putranya Zahir Syah serta kepada suku-suku Afganistan tentang bagaimana menjalani kehidupan yang baik berbangsa, bernegara, dan beragama. Kumpulan puisi-puisi Iqbal yang tidak diterbitkan olehnya, namun kumpulan-kumpulan tersebut diterbitkan oleh orang lain di antaranya.
Pemikiran Muhammad Iqbal
Kalau manusia tidak berinisiatif, tidak mau mengembangkan kekayaan batinnya, berarti ia terhenti kemajuan hidupnya, sehingga kehidupan dan kemajuan ruhnya tergantung pada terjalinnya hubungan dengan realitas yang ada di hadapannya.39 . 87-94, sebagaimana dikutip dalam Alim Roswantoro, Gagasan Otentik Manusia dalam Eksistensialisme Beragama MuhammadIqbal, (Yogyakarta: IDEA Pres, 2008), hal. Khudi/ego adalah entitas nyata atau sejati, pusat dan landasan segala kehidupan, arahan kreatif yang diarahkan secara rasional.45 Khudi/ego adalah realitas tertinggi dari ego, dan ego tertinggi adalah tempat ego bermula.
Khudi/ego bukanlah substansi jiwa karena menurut Iqbal tidak menampakkan diri dalam berbagai pengalaman dan tidak memberikan gambaran utuh tentang perubahan kepribadian. Jiwa sama dengan khudi/ego karena keduanya mempunyai ciri-ciri individual yang unik dan identik bagi saya karena kesatuan kesadaran yang kompleks tidak lain adalah ego itu sendiri. Khudi/ego bersifat kekal dan kekal yang berawal pada penataan ruang dan waktu, menurut pandangan Al-Qur'an tidak ada kemungkinan kembali ke dunia.
Menurut Iqbal, tujuan akhir khudi/ego bukanlah melihat sesuatu, melainkan menjadi sesuatu. Dalam hal ini manusia harus mengembangkan dirinya karena ego memberikan kesadaran akan keunikan ego manusia yang selalu mengembangkan dirinya menuju kesempurnaan. 42 sebagaimana dikutip oleh Alim Roswantoro, Gagasan Otentik Manusia dalam Eksistensialisme Beragama MuhammadIqbal, (Yogyakarta: IDEA Pres, 2008), hal.
Pandangan Tokoh tentang Muhammad Iqbal
MANUSIA DALAM FILSAFAT MUHAMMAD IQBAL
Sumber Islam
Manusia harus berbagi aspirasi alam semesta di sekelilingnya dan membentuk nasibnya sendiri serta nasib alam semesta. Iqbal menggambarkan sifat-sifat manusia yang sebenarnya, dan disebut dengan nama Mard-I Khuda, Insan Tuhan, karena memancarkan kehendak dan sifat-sifat Tuhan sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW yaitu “. Tuhan tidak menjelma secara sempurna sifat-sifatnya dalam diri manusia.” dunia ini, namun terletak pada diri setiap manusia, maka mendekatkan diri kepada Tuhan berarti memupuk sifat-sifat batin-Nya.
Mengenai proses penciptaan manusia, Muhammad Iqbal berkonsepkan penciptaan seperti yang terdapat dalam al-Quran Surah Al-Mu‟minun ayat 12-14 yang berbunyi. Kemudian benih itu Kami jadikan segumpal darah, kemudian darah itu Kami jadikan segumpal daging, kemudian Kami jadikan tulang belulang dari daging, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian Kami jadikan kejadian yang lain baginya (sifatnya), kemudian Maha Suci. Bagi Allah, Pencipta yang terbaik." Menurut Iqbalu adalah manusia yang paling dalam seperti yang digambarkan dalam Al-Quran, suatu kegiatan kreatif di mana roh berdiri tegak bergerak maju, naik dari satu keadaan ke keadaan lain menurut Q.S Al-Insyiqaq ayat 16- 19 yang berbunyi :38.
Sudah menjadi takdir manusia untuk berpartisipasi dalam cita-cita terdalam alam di sekelilingnya, yang membentuk nasibnya sendiri dan nasib alam semesta dengan menyesuaikan diri dengan kekuatan alam. Dalam hal ini Allah menjadi sekutu manusia sesuai dengan Q.S Al-Rad ayat 11 yang berbunyi: Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah nasibnya sendiri.
Sumber Filsafat
Manusia yang ideal adalah gambaran bentuk manusia yang paling asas, yang setiap manusia mempunyai pandangan yang ideal apabila memerhatikan sosok manusia yang sempurna. Menurut Jalaluddin Rumi, manusia idaman yang dipanggil Insan Kamil ialah orang yang sedar akan identiti transenden (faaiq) dan abadinya yang tidak dicipta dan ketuhanan. Ibn Arabi mengatakan bahawa manusia yang ideal ialah manusia yang sempurna, mikrokosmos (alamu 'ssahir) kerana ia merangkumi semua sifat dan keutamaan Tuhan, dan dengan itu mazhar atau manifestasi tidak sempurna tanpa kesedaran wahdah yang asasi (keesaan). ). ) dengan Tuhan.
Manusia ideal menurut Muhammad Iqbal adalah Khalifah Tuhan di bumi.43 Ia adalah ego yang paling sempurna, dimana puncak kehidupan ruhani dan jasmani yang ada pada dirinya dimana terdapat ketidakseimbangan kehidupan ruhani menjadi harmonis. Titik tekanan pada pribadi ideal ada pada sisi kepribadian seseorang yang mengutamakan kualitas dirinya untuk mencapai kesempurnaan dan keseimbangan dalam perjalanan hidupnya. Dengan memasukkan Tuhan ke dalam dirinya, maka tumbuhlah khudi/ego, kepastian bahwa sebenarnya dialah yang mengambil dan tumbuh dalam diri individu atau penentuan nasib sendiri.
Ciri-ciri manusia autentik, selain keberadaannya, manusia autentik mempunyai kesadaran bahwa ada manusia yang sadar diri sehingga bebas. Kebebasan ditandai dengan penalaran kritis yang muncul dalam diri sendiri, otentik berarti mewujudkan kebebasan dengan tanggung jawab yang harus dirancang darinya. Dalam kehidupan yang hakiki, yang dimaksud hanyalah kehidupan sadar dimana suatu eksistensi sadar dan sekaligus bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya secara sadar dan bebas.57 Maka menjadi manusia sejati adalah menjadi diri sendiri yang berani menanggung segala sesuatu. konsekuensi yang timbul dari keputusan yang diambil. oleh orang.
Manusia Ideal Menurut Iqbal (Khudi/ego)
Karakter Dasar Manusia Ideal / Otentik
PENUTUP
Saran
Dari kesimpulan di atas, menurut Muhammad Iqbal, penulis memahami bahwa penyusunan penelitian ini masih jauh dari sempurna.