• Tidak ada hasil yang ditemukan

fll h*i - Eprints STTA Yogyakarta

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "fll h*i - Eprints STTA Yogyakarta"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

-@\\{EEER/ryo^

9. rr- 'o

fll h*i

'iol\*

'?"i'I',li-"i:li*r'

*s

PROCEEDING

Ittd,usu'lal Eng Inser{t1g Cc,Lligrlrsrlce tr&{4

6 Desember 2014

E- _t

Feran Teknik lndustri dalam Pemherdayaan lndustri Kecil dan Menengah untuk mendukung Ketahanan dan

Kemandirian Ferekunumian Bangsa

lndustrial Engineering Department Faculty of lndustrial Technology

Universitas Pembangunan Nasional "Veteran"

Yogyakarta

=r "=s

: *.i

,'!

i

tsBN 978-979-96854-6-9

(2)

PROSIDING SEHIilAR NASIONAL

INDUSTRIAL ENGINEERING CONFERXNCE 2O1,

4

IIPER/AN

TEKNIK INDUSTRI DALAM PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN DAN KEMANDIRIAN PEREKONOMIAN BANGSA

YANG BERKELANJUTAN"

Gedung Agus Salim UpN "VETEMN" yogyakarta, 6 Desember 2014

*st$EEE&t*

\/ ill-l

.s \,

l- x,

CN 9

%

o t tl

x, m

{}

r",

P

T*knik Inelu.stri * FTI * U P N "Vetercrt.r"

1ogllctkcrrtcl

ISBN.

97 8-97 9 -9 6854 -6

-9

JURUSAN TEKNIK

INDUSTRI FAKUTTAS

TEKNOI.OGI

IN DUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NAS|ONAt'VETERAN' YOGYAKARTA

2014

(3)

Prosiding Seminar Nasional

-

lndustrial Engineering Conference (lECl

ZO14 .PERAN

TEKNIK INDUSTRI DALAM

PEMBERDAYMN

INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN DAN KEMANDIRIAN

PEREKONOMIAN BANGSA YANG BERKELANJUTAN'

Terbitan Tim Editor

Reviewer

Desain Layout :

: Desember 2014 : Laila Nafisah, S.T.,M.T.

Muhammad FaisalAmin

: 1. lr. Tjukup Marnoto, M.T., ph.D.

2. Dr.lr. Harry Budiharjo,M.T.

3. Moch. Chaeron, S.7., M.T.

4. lr. lrwan Soejanto, M.T.

Wikan Widya Kusuma, ST

Hak Cipta pada :

Jurusan Teknik lndustri - Fakultas Teknologi lndustri UPN'Veteran' yogyakarta

J

,SW.!Io..4 (Lingkar Utara), Condongcatur, yogyakarta.

Telp:..(0274) 486369,

rax:

lOZtl) +AO5og E-mail : [email protected]. id

rsBN. 978

-

979

-

96854 _ 6 -

I

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak karya turis ini daram bentuk dan dengan cara apapun, tanpa izin tertulis dari penerbit

Seminar Nasional IEC 2014, 6 Desemtr;r 2014

(4)

DAFTAR ISI

Cover Dalam ISBN

Kata Pengantar

Sambutan Ketua Panitia

Sambutan Rektor UPN'Veteran' yogyakarta Daftar lsi

Hlm

i ii iii iv vi viii

MAKALAH:

,lr_ililn!'t5mEl

,i

t. ' ', i :,.'$t "t "-,. t , .:,.

'1

Agus Ristono

AndiFarid Hidayanto Visita Dian Gitaya

Ari Basuki

Tatit Rhety Hasanah

Annisa Novitasari

Eko Poenvanto

Green Purchasing untuk Keberlanjutan lndustri Kecil Menengan dalam Memenangkan persaingan Bisnis Analisis.P_engaruh Komponen Sistem Kerja Terhadap Job Sfess diPT. XX dengan pendekatan Ergonomi"

Optimasi Proses Electroplating pada pembuatan Kerajinan Perak

Perancangan Pencahayaan Ruang

Laboratorium

Vll _ 1 Perawatan Pesawat Terbang yang Memenuhi Aspek

Ergonomi untuk Mendukung peroiehan Lisensi Dasar Bidang Perawatan pesawat Terbang Bagi Mahasiswa

Optimasi Kekuatan Tarik Diametral

Komposit

Vl[ _ 1

Polymethylmethacrytate-Hidroksiapatit Dengan Metoda Taguchi

Perancangan Alat Bantu proses pengelupasan

dan

lX _ 1

Pemisahan Kutit Kedetaiuntuk UKM lempe Sukasih dan Tempe Samodra

lt

-

1

ilt-

1

tv-

1

v-1 vt-

I

Eko Pujiyanto

ErniSuparti

10

ErniSuparti

1'l

Firman Ardiansyah E

Design Alat Pemisah Kutit Ari Kedetai Setelah Pengelupasan Pada lndustri Tempe Dengan Metode Quality Function Deptoyment

Pengendalian Kualitas Menggunakan pendekatan Gemba Pada lndustriVelg Motordi LIK Kaligawe Semarang

x-'l

xl-

1

Seminar Nasional IEC 2014, 6 Desember 2014 vilt

(5)

12 FitriAgustina

Penguatan Sistem lnovasi Daerah (SlDa)

Kabupaten Xll-

1

Bangkalan pada Produk Prioritas Klaster lndustri Kecil dan Menengah Tertentu

13

Sugi

Haryadin

Perbaikan Klasifikasidan Alokasi Penyimpanan

Produk Xlll-

1

dengan Pendekatan C/ass Based Sforage

14

Hari Bagus

P

Analisis Shift Kerja Dan Jenis Kelamin Terhadap

Beban

XIV

-

1

Kerja Mental Sebagai Dasar Prediksi Human Error

15 HariBudiharjo

UjiLaboratorium Spontaneus lmbibition dengan

Berbagai

XV- 1

Ukuran Core Menggunakan Chemical Reservoir Modifier SMR 14N dan SMR 15A" untuk Sumur SLL 15 dan SLL 18 pada Lapangan SLL

16

Hendro

Widjanarko

lmplementasiBudaya Kewirausahaan diLingkungan

Kampus

XVI- 1

17 HeriAwalul

Perbandingan Kinerja Fungsi

^".",

Polynomial

dengan

XVll- 1

llhamsah

Kernel Linier dalam Algoritma K-Means untuk

Klasterisasi Objek Data

18

Heri

Setiawan

Pembuatan Membran Keramik Berpori Berbahan

Dasar Xvlll-

1

Silika dan Karbon Aktif dengan Metode Direct Foaming untuk Diaplikasikan pada Pengolahan Air Bersih

19

lbnu

Hisyam

Penentuan Skala Ekonomi Proses Pembungkusan

Usaha

XIX

-

1

KecilAneka Keripik

20

lda

Lumintu

Analisis Rekaya Nilai(Value

Engineering)terhadap

XX- 1

Produk Batik Tulis Madura di UKM Siar FK Collection

21

lka Deefi

Anna

Analisis Kebijakan Sistem Penyediaan Susu Segar

untuk

XXI

-

1

Memenuhi Permintaan Susu Domestik dengan Pendekatan Sistem Dinamis

22

lndra

Cahyadi

Memahami Kualitas Pengetahuan pada Proyek

Enterprise

XXll- 1

Sysfem di Usaha Kecil dan Menengah lndonesia

23

Katon

Sentiko

Pemilihan Supplier Menggunakan Preference

Ranking Xxlll-

1

Org anization M eth od for Enrich ment Eval uation (PROMETHEE) Dengan Pembobotan Entropy

24

lrwan

Soejanto

Tingkat Wasfe di Lantai Produksi dengan

Penerapan

XXIV

-

1

Lean Manufacturing

25

Buyung Hendratama Perencanaan Produksi Dengan Pendekatan

Minimum

XXV

-

1

Deviation Method (StudiKasus DiPhia Deva, Sleman, Yogyakarta)

26

Lilia Pasca

Riani

Pengaruh Odentasi Proses Bisnisterhadap

Pertumbuhan

)O(Vl- 1

Usaha Pengrajin Logam diWilayah Kediri Raya

27

Lovely

Lady

Anallsa Perbedaan Pengaruh Getaran Mekanik

dan

XXVII

-

1

Kebisingan terhadap Laki-Laki dan Perempuan.

28

M. Ali

Suparman

Pengendalian Automatic Guide vehicle

(AGV)

XXVlll- 'l

menggunakan PLC Omron CPlH dan PersonalComputer dengan Metode Hostlink.

lx

Seminar Nasional IEC 2014, 6 Desenber N14

(6)

29

30

M. M. Wahyuni lnderawati Mafazah Noviana

3'l

MamiAstuti

Mochammad Chaeron Mu'alim, Sabarudin Akhmad

Novi Marlyana

Efektivitas Sistem Umpan Batik perkutiahan UNIKA Atma Jaya

Penerapan irotif Baft Khas Kalimantan Timur pada Elemen Dekorasilnterbr

Analisis Faktor-fd<ts Penrilihan Berhirarki Maskapai Penerbangan Rute Yogryakarta

-

Balikpapan berdasakan Kriteria Kualitas

lmplementasi L ean Thi rgki ng pada lndustri penyamakan Kulit Pengembangan Prototipe Alat Sterilisasi Jamu Madura

Analisis Kesiapan Umkm Indonesia Dalam Menghadapipasar Tunggal Asean 2015

Perancangan Alat Penghancur Limbah Kertas Untuk Home lndustri Kerajinan Seni Ukir Lunak

Merancang Aplikasi E-Commerce produk Batik Berbasis Web Analisis Kepuasan Mahasiswa dan Usulan peningkatan Kualitas Jasa Pelayanan Administrasi Kemahasiswaan dengan Menggunakan Model SERVQUAL, lpA dan eFD Studi Kasus Jurusan X Universitas Diponegoro

Sterilisasi Jamu Madura dengan Menerapkan Teknologi Ozon

Penetuan Ransum Pakan Ternak dengan Menggunakan Linear Programming

Perancangan Strategi Pengembangan produk Batik Tulis Giriloyo

Analisa Produktivitas Ramah Lingkungan pada Budidaya Perikanan Lele Terpadu Dengan Aplikasi Dengan Teknologi Bioflok (Sebuah Konsep Sistem produksi Agro Terpadu pada Perikanan Lele)

Manfaat Koperasi Pegawai Republik lndonesia Universitas Brawijaya Malang

Pengembangan Model Optimasi peta Kendali

i

fript"

Sampli,ng dengan Fungsi Tujuan Minlmasi Ukuran sampel Usulan Perbaikan Postur Kerja dalam Sistem tnteraksi Manusia Mesin untuk Mengurangi Keluhan

Musculaskeletal

Analisis Pengaruh Perbedaan Faktor prees pengefaisan Terhdap Kehatusan Permukaan Benda Kerja dengan Desain Eksperlmen

Penjadrlrahn Produksi dengan Algoribna Tabu Search Analisis Rantai Pasokan Batik pewama Alam (Studi Kasus di Kecamatan Bayat Klaten)

XXIX- 1

XXX- 1

XXXI-,I

xxxil

-

1

xxxilt - 1 XXXIV- 1

XXXV- 1

XXXVI - 1

XXXVII- 1

XXXVIII-

1

XXXIX - 1

xL-,1 XLI_1

xLil-1

xLilt

-

1

XLIV

-

1

XLV- 1

XLVI

-

1

XLVII_ 1

32 33

34

36 37

35

Priscilla Famara

Rachmad Hidayat RaniRumita

38

Sabarudin Akhmad

39

SamsulAmar

40

Srilndrawati

41

Sugeng Punvoko

42

Suharto

43

Sutrisno

44

Wahyr Yulianto

45

TrismiRistyowati

Triwiyanto Silaban UyuunulMauidzoh 46

47

Seminar Nasional IEC 2014, 6 De*mber 2014

(7)

Vincent Pratama Saputra

WUang F. Satriyana

Susatyo Nugroho WP

Pengukuran NilaiGap Layanan Perpustakaan Sarjana Unpar Dengan Menggunakan Metode Servqual

Karakteristik Proses Permesinan Electrrchemicat Machining dalam Pembuatan Muftilayered Microfifters dengan Metode Drb Sinking

Usulan Perbaikan Postur Kerja Pekerja Konstruksi PT. PP (Peisero) pada Proyek Pembangunan RSUD Bekasi dengan Metode RUI-A (Rapid Upper Limb Assesment) dan CATIA- REBA

xL\llil

-

1

xltx

- 1

L-1

Senina Nasbnal IEC 2014,

I

Desember 2014 xt

(8)

{tldtlsfiia} S.ngfile*nng

C*fcranr*

(IEC} 20 I 4 Yegya*rcrtx, S 0*x*rxher 2014

PERANCANGAN PEI\{CAH

{I"c-{]i

RUANG LABORATORIUM PERAWATAN PESAWAT

TERB.{\G

YANG MEMENUHI ASPEK ERGONOMI UNTUK MEI{DLXIT_G PEROLEIIAN LISENSI DASAR

BIDANG PERAWATAIT

PESA\I.{T

TERBANG BAGI MAHASISWA

Jurusan

reknik,,*,,,*ll?3,ilTltll

I 3*XjlJ'Xti.us ip,o, yogyakarta Jalan Janti Komplek L-anud- Adisutjipto, Blok R, yogyakarta

Email :[email protected]

Abstrak

Perawatan pesawat terbang adalah pekerjaan memerlukan ketelitian yang tinggi, kesalahan sekecil apapun tidak ditolerir. Untuk mendukung hal tersebut maka salah satu yang diperlukan adalah membuat rancangan penccthayaan ruang laboratorium perawatan pesawat terbang yang memenuhi aspek ergonomi, mengingat ruangan perawatan pesawqt

terbang membutuhkan pencahayaanyang baik untuk mengurangi human error.

Penelitian

ini

adalah penelitian lapangan

yang

berstfat observasional dan berdasarkan

ienis

desain termasuk penelitiaru analitik. Metode penelitian dengan membandingkan studi literatur untuk melihat standar pencahayaan yang berlaku di Indonesia dengan data pengukuran pencahayaan

di

lingkungan perawatan pesawat terbang, dilanjutkan dengan perancangan pencahayaan ruang laboratorium perawatan pesawat terbang yang memenuhi aspek ergonomi sesuai dengan standar pencahayaan yang

diperbolehkan. Perancangan pancahayaan menggunakan s oftware DIALr.tx 4. B.

Hasil penelitian menunjukknn bahwa tata letsk fasilitas instalasi lampu yang memberikan nilai pencahayaanrata-rsta (Eo,) yangrnemadai adalah "Line Arrangetnent"

(membujur ditengah ruangan (uas lantai

:

30x10) m21, dan jumlah titik lampu yang digunakan sebanyak 12 buah. Rancangan jumlah luasan jendela = 94,5 m2. Hal ini sudah sesuai dengan standar persyaratan minimalnya seluas 50 m2. Nilai pencahayaan rata-rqta yang dihasilkan untuk pasisi obyek pesawat terbang dengan susunan membujur sesuai dengan susunan instalasi lompu "Line Arrongement" menghasilkan nilai pencahayaan rqta-rata (E,) yang lebih baik, jika dibandingkan dengan posisi melintang dengan wafi'rut lantai dan semua dindingnya "9011(Pure Wite)".

Kata Kunci: Pencahayaan, Ergonomi, Ruangan Perawatan pesawat Terbang 1. PENDA}IULUAN

Perawatan pesawat terbang merupakan aktivitas yang standar harus dilakukan untuk menjaga kondisi pesawat supaya layak terbang. Dalam melakukan pekerjaan perawatan pesawat terbang, harus diperhatikanjuga kebutuhan personel terhadap ruang berventilasi cukup, pencahayaan, dan temperafur, supaya pekerjaan berjalan baik dan terhindar daibahaya human error. perawatan pesawat terbang merupakan aktivitas yang standarharus dilakukan untuk menjaga kondisi pesawat supaya layak

tertang. Dalam

melakukan pekerjaan perawatan pesawat terbang, harus diperhatikan

juga

kebutuhan personel terhadap

ruang

berventilasi cukup, pencahayaan, dan temperatur, supaya pekefaan berjalan baik dan terhindar dari bahaya human error.

Kondisi

pencahayaan yang

tidak

memenuhi standar dapat mengganggu aktivitas dan menyebabkan terjadinya keluhan kesehatan khususnya kelelahan mata. Prinsip umum pencahayaan adalah bahwa cahayayang berlebihan tidak akan menjadi lebih baik. Penglihatan tidak menjadi lebih baik hanya dari jumlah atau

Program Sturtt ldrtriL lsdusti, Fdrulbr ?eknotogi lndustri tFll yebran" yo{Ua}ar6 tsBil. e78-97S-WE5+S-t

VII-I

(9)

Yryyakaria, $ *ex*mber ?St4

kuantitas cahaya tetapi

juga dari

kualitasnya. Pencahayaan yang

baik

akan meningkatkan ietelitian yang dibutuhkan pada perawatan suatu pesawat terbang' pencai'ayaan adalah faktor yang penting untuk menciptakan lingkungan kerja ya]lg baik. Lingkungan kerja

yu"g baik

akan dapat memberikan kenyamanan dan meningkaikan -produktivitas

pekerja. Efisiensi kerja seorang operator ditentukan pada

[etepatu, du,

kecermatan saat melihat dalam bekerja, sehingga dapat meningkatkan efektifitas keda, serta keamanan kerja yang lebih besar.

Tirgkat

pencahayaan

-yang

baik

merupakan salah

satu faktor

untuk

memberikan kondisi plngrnatan-yang baik. Dengan tingkat penerangan yang baik

akan memberikan kemudahan bagi ,"o.urg op"tutot dalam melihat dan memahami display, simbol-simbol dan benda

kerja

secara

baik

pula.

Indra

yang yang beihubungan dengan pencahayaan adalah mata. Karakteristik dan batasan daya lihat menusia penting untuk dipahami oleh seorang desainer display. Kemampuan mata untuk

-Llihrt

obyek dipengaruhi oleh ukuran obyek, derajat kontras antara obyek dan sekelilingt yu,

to-i,

"*i

lOrtgt tness), lamanya melihat, serta warna dan tekstur yang memberikan efek psikologis pada manusia'

p"sawat terbang dirancang

,rrtok *.*punyai

kehandalan

yang

tinggi, sehingga dalam setiap sistem yang terpasang

di

pesawat memerlukan ketelitian yaog

iinggi

dalam pengecekkan serta perawatannya. Hasil pemeliharaan pesawat

lrt* U"rt, jika

seluruh kebutuhan penunjang pemeliharaan dirancang secara ergonomis.

-Penelitian

ini

memfokuskan pada perancangan ruang laboratorirrm perawatan pesawat terbang yang memenuhi aspek ergonomi khususnya kebutuhan p"rr*huyuun,

baik itu

pencaLayaan alamiah

dan

buatan

untuk

menunjang

Lehncaran perawatan pesawat terbang yang membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi.-

Pencahayaan sangat mempengaruhi menusia untuk melihat obyek secara jelas, cepat, tanpa-menimbulkan kisalahan. Kgmampuan mata untuk melihat obyek dengan jeias ditentukan oleh ukuran obyek, derajat konhas, lumnisi (brightness),

.".ti lu**ya

waktu untuk melihat obyek tersebut. Pencahayaan yang kurang mengakibatkan mata menjadi cepat lelah karena mata akan melihat dengan cara

*.robuku lebar-lebar. I{ai ini dapat mengakibatkan lelahnya mental dan rusaknya mata. Peningkatan penemngan lokal memberikan peningkatan produktivitas kerja (Padmanaba, C.G.& 2002).

Ada dua hal yang dipertimbangkan yaitu prinsip pencahayaan ruang, faktor kuantitas dan kualitas pencahayaan. (Santosa,

A.,

2006). Setiap nrangan akan mempunyai fungsi yang berbeda-beda, sehingga pencahayaan yang dibutuhkan oleh setiap ruang akan disesuaikan dengan fungsi ruangan tersebut' Umumnya laboratorium memerlukan kuantitas cahaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan ruang kuliah, karena kegiatan di laboratorium memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi. (Irianto, C.G, 2006).

-

Pencahayaan umunnya mengkonsum si25%-50%dari total energi listrik untuk sebuah gedung. saat ini pencahayaan gedung didominasi oleh penggunaan lampu

fluoresient

paaa pengaturan densitas daya pada lampu pdar yang mulai jarang digunakan, dan mlmp-ertimbangkan standar pada masing-masing negara sebagai rcierensi

kendali, dan

membuhrhkan investasi yang mahal. Sebuah sistem

pr;ircahayaan berbasis logika fi:gary dengan otomatisasi lampu fluoresc-e1t-rrytut

iu,r*upui

penerangan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) perlu dilakukan' Variabel masukan- pengendali adalah

nilai

sensor cahaya

dari luar

dan dalam

@

Faf;ulbr Tetnotos tnr1qtrl &Ftl "tt*t+rsnl t*Er$q!!|

rss!!, ersr.p.$qqhf:,1

'ffi wr-2

(10)

I*dus#iat

xglr**eriag **nfere.nce gEC] 2AI4 Yogyakarta, 6 Desemher 2A14

ruangan serta sensor keberadaan pemakai.

Variabel

keluaran adalah nilai pencahayaan diperlukan untuk mencapai

nilai

referensi.

Nilai

pencahayaan

ini

menentukan jumlah lampu yang harus dinyalakan oleh kontroler. Hasil pengujian pada sebuah kelas menunjukkan bahwa tanpa pengendali iluminasi terukur selama hari kerja sekitar 350 lux, sementara itu dengan pengendali bervariasi

di

sekitar 250-300 lux mendekati SNI (250 lux). Sementara itu, sistem pencahyaan dengan pengendali energi

listrik lebih

hemat 75o/o dibandingkan tanpa pengendali (Panjaitan, S.D dan Hartoyo, A.2011).

Kebutuhan pencahayaan yang optimal sangat diperlukan pada rancangan laboratorium perawatan pesawat terbang. Perbedaan obyek penelitian dari beberapa penelitian sebelumnya adalah penelitian

ini

mengambil

obyek

"Ruang

Laboratorium Perawatan Pesawat Terbang". Penelitian

ini

sangat penting untuk dilaksanakan mengingat perawatan pesawat terbang merupakan aktivitas yang membutuhkan ketelitian yang cukup tinggi serta untuk mengurangi human error pada perawatan pesawat. Perancangan

ini

dilakukan untuk mendekati keadaan sesungguhnya

di dunia kerja yaitu

pada

industri

penerbangan

yang

harus menyesuaikan

standar

internasional. Rancangan

laboratorium ini

akan

diaplikasikan dalam pembangunan laboratorium perawatan pesawat terbang yang

akan dilakukan oleh STTA Yogyakxta,yangmungkin dapat dijadikan model untuk laboratorium serupa di institusi lain.

Berdasarkan identifikasi pada proses pemeliharaan pesawat terbang, maka ruangan yang terpenting pada proses pemeliharaan pesawat terbang adalah lantai perawatan pesawat. Hampir seluruh aktivitas kegiatan berada pada ruangan ini,

sedangkan ruangan yang lain bersifat sebagai pendukungnya, maka pada penelitian ini difokuskan untuk pencahayaan pada ruangan lantai perawatan pesawat terbang.

Pengukuran awal dilakukan untuk mengetahui pencahayaan alamiah di rencana ruangan laboratorium perawatan pesawat terbang. Pengukuran dilakukan dengan mengacu pada

SNI

16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat

Ke{a.

Mengingat ruangan

yang

direncanakan

untuk

laboratorium perawatan pesawat terbang, khususnya ruangan lantai perawatan

hanya

(30 x

10)m2 luasnya, maka titik pengukuran pencahayaan ada (3

x

10) atau 30

titik.

Berdasarkan hasil pengukuran intensitas penerangan pada penerangan umum untuk rencana ruangan laboratorium perawatan pesawat terbang nilai pencahayaafl rata-rata (Euu) sebesar 2409

lux,

maka dapat disimpulkan bahwa penerangan alamiah pada lokasi tersebut sudah memenuhi persyaratan minimal untuk kegiatan perawatan dan perbaikan pesawat terbang.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 1405A{ENKES/ SK,002002, tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, bahwa intensitas cahaya di ruang kerja sebagai berikut :

Tabel 1 Intensitas Cahaya di Ruang Kerja

Jenis Kegiatan

Tingkat Pencahayaan

Minimal

&{DO

Keterangan Peke{aan

kasar dan 100

Ruang

oenyimoanan

&

Irs@rE SSrd t-q*it l*sEtt

r{l[i&i

?a*no-t6Ei l{r{rastt.upn "vet8r8n" Yogyata4n tsBf,. 978-9rg-99t5{-6€

VII-3

(11)

la***#$#fffx#f r{q$fuif*rffi*€ $frt]

20'{4 Yogyakarta, 6

Oes*mkr

2014

tidak terus menenrs

ruang

peralatanlinstalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu Pekerjaan

kasar dan tidak terus menerus

200

Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar

Pekerjaan

rutin 300

R. Administrasi, Ruang Kontrol, Pekerjaan Mesin

& Perakitan/

Penvusun

Pekerjaan agak halus

500

Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin, kantor pekerja

pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin.

Pekerjaan

halus 1000

Pemithan wataa, Pemrosesan tekstil, Pekerjaan mesinhalus

&

Perakitan halus

Pekerjaan amat halus

1500 Tidak menimbulkan

bayangan

Mengukir dengan tangan,

Pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan vans sansat halus Pekerjaan

terinci

3000 Tidak menimbulkan

bavansan

Pemeriksaan pekerjaan, Perakitan sangat halus

Sumber : SK MenKes, Nomor I 405A{ENKES/SK/XV2002

Berdasarkan tabel di atas bahwa pekerjaan perawatan pesawat termasuk dalam pekerjaan mesin halus, yang berarti tingkat pencahayaan minimal yang dibutuhkan adalah 1000lux.

2.

METODE PENELITIAN

.Penelitian

ini

adalah penelitian lapangan yang

benifat

observasional dan berdasarkan

jenis

desain termasuk penelitian analitik. Metode penelitian untuk pelancargan pencahayaan ruang laboratorium perawatan pesawat yang memenuhi

r#l!.r:?. .trt{aiffi'!s'4r YS

rytl

VII -4

(12)

lldustliat

Engineering eonference [EC) ZOt4 Yogyakarta, Sbesem# r

Z*ti -"vv t'\vt

aspek ergonomi yans:erdm auri

oleh peneliti muiai d"ari pengumpuran U data sampai dengan penarikan kesimpuran, yang membentuk sebuah alui yang

,ir,..u,i..

Padaperancanganpencahuvuir

r- u"i.*pu

perrakuan diberikan, hat ini untuk mendapatkan alternatiflpilrryr.

i*e Wt-uf,

vurtu mencapai standar pencahayaan l'"il*rj,,

Y"mt:

s ebesar minim al

"l

0borG.

n

"u

oup'

f

Jrr*rur

yang dib erikan 1. Memberikan beberapa

lampu berukuran lumen yang tinggi.

2. Memberikan beberapa warna untuk dindrng dan lantai.

3. Memberikan Tahapan terakhir pada penelitian beberapa penataan letak iniadarah obyek pesawat terbang.pengambilan kesimpuran atas analisis pembahasan yang terah

d,akuk; Semuari,Hffi#"

ahayaan ruangan

[Hlmmy,f

pesawat terbang vang memenuhi aspek

"rgorromi diberikan

meningkatkr;i;k";fsorlffil-'u'u' vans mungkin aipat iituk kur rrt

r.

1.

IIASIL

DAN PEMBAHASAN

3.1. Perancangan pencahayaan

Ketinggian langitrangit

ruangan

prd? instalasi rampu

mempengaruhi pencahavaan

vans dif,asi_rka'n,

r"i*ffiui,

ada dua bruh

i;;;i;i

yang d,akukan untuk plafon ketinssiar.T-

d",

6

;;.;;o* ri.*ni ,* oil;;",

adalah phitips

1Y#',:,#Y:,j;soMjowz-- i""".,tionar' *inai'ioil' n cc

D4so,

Hfr:J**il?#r#;H*il,,:,:,::r?,;*"m?ru:i*l{,1;?f.,h1[

3l1ffi*ryn,T;*,.1,:,_,:* j::rgpadaLaboratoriumperawatanpesawat

terbang adalah

lantai-

s

'

---o

rv.!ur6

vowa Ldourdronum perawatan pesawal yang terdaoa,ruo,

,,"1^,?TL1::::-":1Y: 1elyat

terbang. Ada beberapi

J;;;

il#:i:1*::llii:'r,::lr:i:'.,11-*d,"'bi;;;#';ffi

'ffi :X'#:#

!:f;.xTffi'#,i:iff xi:;:;,!'r::;;,:ilji'ii:ri;*i::I!:TIffi i:ttr*rJi",:.;tr+"riffii{Tf',T"i"fi itfrTx,,ffi:I;,,ffi ::#:Jffi :?;y:;f" ;

#K,*:i:T:l_,it{:^';;;;;;'ilffi,lf T:##?;.Jii,2T',,'o:,1*

Operator/manusia b eriumlah 4 Secara visual

Gambar

I

Pencahayaan

a"@*ngement,

I;,,

'

1,.

rean oreru*

a.s

**t

Ketinggian

plafon

6 m.

r;*\ as

ffifi5##g

ur-5

(13)

fadrsfi#ffrgrfir.**r$ag ffr*ftrsrrs

{rE*}

Z

f 4 Yegyak*rta, S Bex*:nher 7&* 4

Rincian nilai pencahayaan untuk plafon 6 m sebagai berikut :

Tabel2 Hasil Analisis Pencahayaan untuk ketinggian plafon 6 m. "Field

Sedangkan untuk

Gambar 3 Peta Pencahayaan DIALux +.4 untut

fetirggia,

Plafon 7 m.

Rincian nilai pencahayaanuntuk plafon 7m sebagai berikut :

Tabel 3 Hasil Analisis Pencahayaan untuk ketinggian plafon 7m,"Field

Berdasarkan

tabel2

dan 3

di

atas dapat diketahui bahwa ketinggian plafon cukup mempengaruhi uilai pencahayaaniata-rata (Eu,), dan nilai pencahayaan rata- rata (Euu) lebih baik untuk ketinggian plafon 6m.

Ada dua alternatif susunan instalasi lampu yang digunsksn pada simulasi Pencahayaan menggunakan software DlALux 4.8, dengan analisis sebagai berikut

Tabel4 Hasil Analisis Pencahayaan untuk ketinggian plafon 6m, 'oline

Perbandingan antara susunan

lampu "Field Atangement" dan

"Line Arrangement"

dalam

pencahayaan,

dan

dihasilkan

"worlqilane" atav

nilai pencahayaan tata-rata (E"0

:

480

lux

susunan lampu ,,Line Arrangement', lebih baik dari susunan lampu "Field Anangement".

Perbandingan susunan obyek pesawat dalam proses pemeliharaan juga akan mempengaruhi nilai

"worlqlane"

ata$ pencahayaan rata-rata

(Erf.

Jika susunan danjenis lampu dalam pencahayaan yang sama, tetapi susunan obyek pesawat yang sedang dirawat seperti gambar di bawah ini.

.

, Frocrtr,$ Stud T916* lndtlstt F4{lt rTettplod lodssfi, t.ptl'Yeieran" Yo0}a*ana

w

tsBH. erfi.e7$s5+&t

3ai beriku

I""'

l'"

I

I,"

an plafon ruangan 7m sebagai L.

VII.6

(14)

firdr*{#,*i fxgfil***fil

g C onfete n ce {t E

d

20 * 4

Gambar 4Pencahayaan dengan

t**@ujur

sesuai susunan

lampu "Line Arrangement,

Berdasarkan gambar

di

atas, yang menggunakan pencahayaan dan susunan lampu yang sffna

^.ngh*rkg

urulirir

p"l.if,uyu*

,"Uugui

Urritot

,

Gambar 5 Peta Pencahayaan untuk susunan obyek pesawat membujur sesuai susunan lampu,,Line Arrangement,

}]1:*

hasrl pencahayaan untuk perlakuan inisebagai berikut :

Tabel 5 Pencahayaan untuk susunan obyek pesawat membujur

,".rui

susunan

"Line A

nf'

Berdasarkan table.S

{ gr,

nilai pencaha yaan rata_rata (Eu,) sebesar 49g lux,

nilai pencahayaan minimal (E*io) sebesar

2r

lux, ou"

*rui f.rr.ur,

ayaanmaksimal (E-u*) sebesar 1115 lux.

rondisi ini

untuk posisi susunan pesawat yang disusun membujur sesuai susunan lampu "Line Arrangenlenf,, yang menunjukkan nilai

"worlcplane" atatr pencahayaan rata-rata(E"")

i;bih uuit'ffiroa

posisi susunan obyek pesawat sebelumnya.

:3*J::t*",,Tr', 1**p power dan lumen yang lebih tinggi

akan

3i:i:*:*T!:ti.'^y,?:,*li:?"*y-p_.*utuyuun-,^ri-,^i^G"J.r""iii"ffi ;

*:lyf-y:ry"p1.hiJips4ME450p_wdl.ioNz;ffi #,i;h;iffi ,;fi i

ffi*ffiff,,;l

\I/Xl , -,o,.\\r/nnrrr ^ it .

WB

1xSON400W Analisisnya sebagai berikut :

Tabel 6 Pencahayaan 4ME550P-WB lxSON400W

t *,bo

Berdasarkan

ob:r

1{i 1*

menunjukkan bahwa pencahayaan menggunakan lampu Philips 4ME550

p-wB

lxsoN4oOw

*"ogt

uritiuo rrilui p"o"ut uyu an rata_

rata (Eav) sebesar 898 lux, nilai pencahayaan

mi;mal (p,,rj ."i"rar

37 dan nilai pencahayaan maksimal

(E,,*)

sebesar 2126

hx. uui irri ."ornjukkan

bahwa karakteristik lampu dengan power dan lumen yang lebih tinggi akan meningkatkan

nilai "worlElane',

atav pencahayaan ratalata-

(E"f

pada pencahayaan ruang perawatanpesawat terbang yang membutuhkan teietiilan

yag ti"ggi.

VII-

7

(15)

{adxsf,

f#

Exg{x*er{rg

#*n&r*nre

{tE*}'*fi$

4

Yagryak*rla,

d***rnfuen

3&t 4

-

Hasil

simulasi pencahayaan menggunakan lampu

Philips

4ME550P-WB 1xSON400W dengan

posisi lampu "Line

Arrangement"

pada

perlakuan

sebelumnya *"o,rrrJ,rkk6 nilai pencahayaan rata-rata

(E*)

masih dibawah 1000 lux. Kondisi ini belum

m.-en

rhi p".syaratan minimal pencahayaan untuk kegiatan perawatan dan perbaikan Pesawat.

Pencahayu*

."rggunakan

lampu Philips HPK380 IxSON-PP400W yang disusun posisinya "Lin-e-Arrangement" dengan jumlah lampu yang sama dengan

Gambar 6 Peta Pencahayaan menggunakan Philips HPK380 IxSON-PP4O0W Pada gambar

6

diperlihatkan peta pencahayaan

di

sekitar obyek pesawat nilainya di itas 1000 lux.

tlal

ini diuraikan analisis yang lebih detail dengan melihat hasil pencahayaanrata-rata (E",) seperti tabel di bawah

ini

:

IxSON-PP400W Tabel 7 Hasil Pencahayaat

Berdasarkan

tabel 7 di atas

dapat diperhatikan

bahwa

pencahayaan menggunakan

lampu Philips IIPK380

IxSON-PP400W menghasilkan nilai

p.o"uhuy*,

rata-rata (Eu") sebesar 1043 lux,

nilai

pencahayaat minimal (E,nio)

sebesar 32

lr*,

dan nilai pencahayaan maksimal (E,n*) sebesar 2179 btx.

Philips IIPK3 80 1 xSON-PP400W yang menunjukkan nilai pencah ayaan tata- rata (E",) sebesar 1043 lux; dapat dikatakan bahwa lampu jenis ini layak digunakal di Ruang Perawatan Pesawat Terbang, karena memiliki kemampuan "luminaire"

yang tinggi di atas 1000 lux.

- p"ttut

an selanjutnya berkaitan dengan pengaruh warna dinding dan lantai dengan

nilai

pencahayaan rata-rata

(E*)

yang dihasilkan dengan menggtrnakan lampu -Padapinelitian Phitips HPK3 80 IxSON-PP4O0W.

ini ada 5 (lima) perlakuan yang diberikan terhadap dinding dan lantai pada pencahayaan menggrrnakan lampu Philips HPK380 IxSON-PP40OW di ruangan perawatan

p"ra*ui

terbang,

untuk

mengetahui perubahan nilai

p"r*huyu* rata-rati (E*) yang dihasilkan pada analisis

pencahayaan menggunakan software

DIALux

4.8. Jika wama seluruh dinding pada ruangan perawatan pesawat

terbang

di-settings dengan

"S}Il(Steel Blue)",

maka pencahayaan menggunakan lampu Philips HPK380 IxSON-PP400W hasilnya

secara visual sebagai berikut :

I

"tnurt m*u*rLrqripr.r

tn{t{*tttpt{1{$lt'ralfYqI}qt@

r$s$p?"&crs#fs?f-s-

(16)

fudpsgi*i #ngf**s#ng

Canfercnce

AEd

ZA!, 4 Yogyakarta, 6 0esember Ze14

Gambar 7 Peta Pencahayaan menggunakan philips HpK3gO

lxsoN-pp400w

dengan settings s*mui dinding

*sdfigteel

Blue),,

Ha,sil analisis pencahayaan menggunakan rampu philips HpK3gO

lxSoN-

PP400w r

-vv

' v uwrrS.u dengan settings seruruh reltrtgr sErurun dinding omoms ">u -501r(stu; r l(steel BIue)"

Bk;4;;;sai

sebagai berikut berikut :: Tabel

8

Pencahayaan menggunakan

lirips

HpK3gO

lxSoN-pi400w

dengan

3:.1S:lll,:9:18

diatas,.besarnya tuminasi cahaya r6ta _ rata

(E"f

pada

-ryyi:*:i*rrl,,r"*,berartiluminus.urruyurutu_ruiu*;;il&;;ru;;

:::":Y*Ii^l*:::*l:,'1'*h,9:dllsp"o,*u,,e*p.',*ffi ;#ffi ;#;

i::::::s: j::fl 'l-"e;'.101{1y^!;itel.;,,,urup.niur,,;;;*};s;ffi ;ffi ;

Philips HPK380 IxSON-pp400W hasilnya sebagai berikut :

lt_1t *.Gd

Gambar 8 Peta pencahayaan dengan settinjs

"90r0(ptie wite)-

pada seruruh dinding ruangan

?:,:t,I:.:*:iig*

seperti diiebutkin

di

atas, ada fasititas tain yang

2* j:i::i1:gf:_,,yaitupenempuru"p"'"ruiilil;;,*';;;io*i;;f

,

i:::I*::h*q

area

dan,.ing ,o*po, irea

(tertetak

ko?*;;iil"rffiKi|"li l;T?1,f 1s^.Trllly,1unt,Im"nghi"d*';";;;il;;;";#ru;;

ditimbulkan dari barang-barang

v*g t.IJi.i;;; f#

Hasil

analisis pencahayaan menggunakan software

Dialux 4.g

untuk dinding *9010(pire

WilA,'

r"UuguiU.ritrt,

Tabel 9 Pencahayaan dengan settings,,90l0(pure Wite),, pada seluruh

:.*l'""'f:,iJrb,.l :" ui,ur, u@

a

_

rata(Eu,) pada

Hfrlf,,*"":i?,1*_:trg 1y*, .9.,u,ti' prryi ;J;;';;;^_;;- Xffi;il;

dibandingkan

j*"r:-::::lyh

j ika menggunakan,,,

dTgg

pada ruangan perawatan pesawat terbang tondrrd

*ii, ii,IrJu.r;T*iiJ.

di_

':::::::*:1T"',ltly*!.g:!!,:d",maka-p.n.ur,uvu*;.,,sdH;f*;

Philips HPK380 IxSON-pp400W h-asilnya sebagai bejcut:

VII.9

(17)

l*dasfrfci

sltgfu a*#llg

#**rfurenr* $ff*}

2*f 4 Yagyakarh, 6 Desemher 2A14

65 :.8 !S r?1a :1S $9+

Gambar 9 Peta pencahayaan dengan settings "(Standard Celling)" pada seluruh dinding ruangan

Hasil

analisis pencahayaan dengan settings seluruh

dinding

"(Standard Celling\" sebagai berikut :

fuUei f O Pencahayaan dengan settings "(standard Celling)" pada seluruh dinding

Berdasarkan

tuU.t@inasi

cahaya rata

-

rata

(E*)

pada

ruang

ini

adalah 1106

lux,

berarti luminasi cahaya ruta-rata menurun

jika

dibandingkan menggunakan ;'90101Prp White)",yaitu sebesar

ll20lux.

Hal ini menunjufkan bahwa

dinding

di-settings

"gal}(Pure white)"

menunjukkan

Gambar 10 Peta pencahayaan dengan settings."90l0(Pure dinding dan lantai ruangan

Hasil

analisis pencahayaan dengan settings seluruh

"9010(Pure White)" sebagai berikut :

Tabel 11 Pencahayaan dengan settings "9010(Pure White)" pada seluruh

Berdasarkan tabel 11 diatas, besarnya luminasi cahaya rata - rata (Eu) pada ruang

ini

adalah 1422 b,tx, berarti luminasi cahaya rata-rata meningkat

jika

dibaidingkan menggunakan "9010(Pure

white)"

dan "standard

Floor",

yaitu

sebesar 1120

lux. Hal ini

menunjukkan bahwa dinding dan lantai di-settings ,'9010(Pure White)" menunjukkan kondisi yang optimal dari beberapa perlakuan sebelumnya.

Jika warna seluruh dinding dan lantai pada ruangan perawatan pesawat terbang di-settings dengan

"90l0(Pire Whitel', tetapi

menggunakan pencahayaan 'oAlamiah" hasilnya sebagai berikut :

FOsm{o sfrrdtlqlnil, faqusgl, i*{tti.t,f*f6f,agf*Aa**i,, t}Ft{ \'etst{n* Yo[?&rta White)" pada seluruh

dinding dan

lantai

ffi

Ep>--hEfi,

\---^ I _

.UJ-*,

t*sH,:g

v[-

10

(18)

ttrdws*ialfi;g*,le*riagConference{tEC}2*i$

Y.cgyakarta, S **sem*er

t*14

,*-)

Gambar I

I

Peta pencahayaan Alamiah dengan settings,'9010(pnre

wite),,

pada seluruh dinding dan lantai ruangan

Hasil

analisis pencahayaan menggunakan software

Dialux 4.g

untuk pencahayaan Alamiah dengan settings seluruh dinding dan lantai ,,9010(pure

White)" sebagai berikut :

Tabel 12 Pencahayaan Alamiah dengan settings *9010(pure

white),, pada seluruh

Berdasarkan gambar

ll

dan

tabel 12

pencahayaan pada laboratoriurn perawatan pesawat, maka dapat disimpulan bahwa pencahayaan alamiah dari rancangan jendela pada ruangan

ini

sudah memenuhi persyaratan pencahayaan untuk ruang perawatan pesawat terbang. Hal

ini

dapat oituniukkan dai_ rata-rata nilai pencahayaafi (Euu) sebesar 927 lux dan maksimal pencahayam (E.u*) sebesar 2461

lux.

Selain hal tersebut kekurangan pencahayaan alamiah yang ada akan didukung dengan pencahayaan buatan yang

nilai

pencahayaan rata-rata

(Ea)

sebesar 1422

lux

dengan settings yurrg

.u*i

untuk dinding

au"

lantai ruangan perawatan pesawat terbang.

3.2. Pembahasan

Analisis perancangan pencahayaan sudah diuraikan dan telah didapatkan

altematif

rancangan yang memenuhi standar

minimal

pencahayaan yang ditetapkan. Berdasarkan tahapan analisis tersebut dapat diketahui bahwa :

l.

Ketinggian plafon untuk instarasi pencahayaan akan mempengaruhi nilai

pencahayaan rata-rata (&u), pada penelitian ini ketinggian plafon untuk instalasi pencahayaan setinggi 6 m dan ketinggian mounting S,S m.

2'

Posisi susunan instalasi lampu yang memberikarrnilai pencahayaan rata-rata

(E"f

yang memadai adalah "Line Arrangement", pada penelitian ini jumlah

llmpu

pada tiap perlakuan yang digunakan sebanyak

tj

uuan. Hal in1 perlu diperhatikan karena hampir seluruh instrument pesawat terbang letaknya di tengah.

3.

Posisi obyek pesawat terbang sebagai obyek inti pada aktivitas perawatan juga menentukan besamya "worlrplane" atart

nilai

pencah ayaan rata-rata yang dihasilkan pada perhitungan yang lakukan oleh softwarc

olAtu*

4.g. pada penelitian

ini

dihasilkan bahwa obyek pesawat terbang dengan susunan membujur menghasilkan nilai pencah ayaan ruta-rata(E"r)

yLg

lebih baik, .yika dibandingkan dengan posisi melintang.

4.

Ada tiga jenis lampu yang telah digunakan untuk simulasi pada perancangan pencahayaan menggunakan soft,,vareDlAlux 4.g yaitu: a. philips 4ME45dp-

nogsa

$gZ*n*

lMrtstl Fakuilas Te[Bolosl lrdurfi UpX "t.hran- V-syd*fu

I SBIL 978-JI$98Gtt-6"3

VII.Il

(19)

firdr*{rf*i

f;rg$rl*arfcgp

or#ere***

trgCJ

20,4

H*gyak*rtx,$ff e**++++++++++++mb*'r2*'f 4

wB

1xSON250W; b. Philips 4ME550

P-WB

1xSON400w; dan

c.

Philips HPK380 IxSON-PP400W. Hasil analisis pada perancangan pencahayaan untuk ruangan pemeliharaan pesawat terbang yang membutuhkan nilai pencahayaa_n

minimal 1000 lux, dapat dipenuhi oleh jenis lampu Philips HPK380

lxsoN-

PP400W.

5.

Wama dinding dan lantai ruang perawatan pesawat terbang akan mempengaruhi

nilai

pencahayaan rata'rata

(E*).

Hasil simulasi pencahayaan menggunakan softwire DIALux 4.8 menunjukkan bahwa wama lantai dan semua dinding akan menghasilkan nilai pencahayaanrata-rata (E*) yang tinggi jika semuanya diberikan warna "90l0(Pure White)".

6. Hasil

pengukuran pencahayaan pada kondisi sekarang menunjukkan nilai pencahayaan yang memadai, yaitu

di

atas minimal standar (1000

lux)

yang

dibutuhkan untuk ruangan perawatan pesawat terbang-

7.

llkuran tiap jendela pada perancangan pencahayaan untuk ruangan perawatan pesawat terbang seluas (1,5x3)m2

:

4,5rrf ,jumlah total jendela pada ruangan sebanyak 21 buih, sehinggajumlah luasan jendela:94,5 m2.^Ukuran luas lantai ruangan perawatan pesawat terbang (30x10) m2

:

300 m2,

iika

persyaratan minimal 116 kali luas lantai, maka luasan minimal jendela untuk pencahayaan seluas 50 m2. Hal

ini

menunjukkan bahwa rancangan jendela sudah sesuai

dengan standar

yang

ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1405/Ir4ENKES/SK/XV2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

8.

Sifat pencahayaan buatan adalah membantu untuk pencahayaan alamiah, hasil

simllisi

menggunakan software DIALux 4.8 menunjukkan nilai pencahayaan rata-rata(Eu,) sebesar 927 htx dan maksimal pencahayaan (E,ou*) sebesar 2461 lux. Hal ini menunjukkan bahwa jika pencahayaan alamiah kondisinya kurang

dari

1000

lux

dapat dibantu dengan pencahayaan buatan, sehingga standar minimalnya dapat terpenuhi.

4 Kesimpulan

&

Saran

Berdasarkan delapan pokok bahasan

di

atas maka semua tujuan penelitian pefancangan pencahayaan untuk rencana ruangan laboratorium perawatan pesawat ierbang di STTA Yogyakarta sudah dapat terjawab, dengan uraian sebagai berikut:

1.

Dapat menentukan jumlah

titik

pencahayaan buatan yang dibutuhkan dalam ruang laboratorium perawatan pesawat, maka susunan instalasi lampu yang memberikan

nilai

pencahayaan rata-rata

(E*)

yang memadai adalah "Line Arrangement'', dan jumlatr iitit< lampu yang digunakan sebanyak 12 buah. Hal

ini perlu

diperhatikan karena hampir seluruh inskument pesawat terbang letaknya di tengah.

2.

Dapat menenhrkan luasan yang dibutuhkan untuk pencahayaan alamiah yang dibutuhkan dalam ruang laboratorium perawatan pesawat terbang. Rancangan tiap jendela pada perancangan pencahayaan untuk ruangan perawatan pesawat tertang seluas (1,5x3)m2

: 4,5#,jumlah

total jendela pada ruangan sebanyak 21 buah, sehingga jumlah luasan

jendela:94,5

m2. ukuran luas lantai ruangan perawatan pesawat terbang (30x10) m2 = 300 m2,3ika persyaratan minimal 1/6 Lah has lantai, maka luasin'minimal jendela untuk pencahayaan seluas 50 m2.

3. Dapat

menentukan

lryout yang optimal

berkaitan dengan kebutuhkan

pencahayaan pada ruang laboratorium perawatan pesawat terbang. Posisi obyek

.

lE4lt{stadt{t@x,?erltE,l@

Hrt}ial{sll'

Bplrnr't$sffi*e!4 :ttgHr.97ssB[ffif*.f'*

VII - 12

(20)

iadpsr*xf

ffllgixa#xg *a*fsence

$EC) 2#l e Yogyakafia, 6

0ese**er

2014

pesawat terbang sebagai obyek inti pada aktivitas perawatan juga menentukan besarnya "worlElane" atau nilai pencah ayaan rata-rata yang dihasilkan pada perhitungan yang lakukan oleh software

DIALux

4.8. Pada penelitian

ini

dihasilkan

bahwa obyek

pesawat

terbang

dengan susunan membujur menghasilkan

nilai

pencahayaan rata-rata

(Eu") yang lebih baik, jika

dibandingkan dengan posisi melintang.

UCAPAI\

TERIMA KASIH

Penulis sangat berterima kasih atas bantuan berbagai berbagai pihak yang telah memberikan bantuan bimbingan proses penelitian perancangan perawatan pesawat terbang.

DAFTAR PUSTAKA

[l]

Anizar. 2009. Telcnik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Medan : Graha Ilmu.

[2]

Dannatmo., 2007., Aircraft Maintenance, Diktat Pengajaran Sekolah

ringgi

Teknologi Adisutjipto, Yogyakarta

[3]

Firmansyah, F., 2010. Pengaruh Intensitas Penerangan Terhadap Kelelahan Mata PAda Tenaga Kerja di Bagian Pengepakan PT. Ikapharmindo Putramas Jakarta Timur. Skripsi : Universitas Sebelas Maret.

[4]

kianto,

c

Gagarin. 2006.sndi optimasi Pencahayaan Ruarug

Krliah

dengan Memanfaatkan Cahaya

Alam.JETi, Volume 5, Nomor 2,

Halaman 1- 20.Universitas Trisakti. J akarta.

[5] Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.

1405adENKES/sK/xv2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

[6]

Luden, A. Sasnugraha.2006Analisa Ktrat Cahaya di Sekotah Pelangi Kristr.ts

Surabaya. Akses Online Tanggal 10 Desember 2013.;

URL:

http://dewey.pefa.ac.id/jiunkpe:Jg 82 8 8.html

[7]

Manuaba,

A.

2004

b.

Kontribusi Ergonomi dalam Pembangunan, dengan Acuan Khusus Bali. Dalam: Purwanto,

W.,

Mulyati, G.T., dan Saroyo, p.

Yogyakarta: Perhimpunan Ergonomi Indonesia dan Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian universitas Gadjah Mada. p I 60

-

1 65.

[8]

Nurdiah,

E Asih;

Dinapradipta,

A;

Antaryama,

IGN. 2007.

pengaruh Lingkungan Penerangan Terhadap Kualitas Ruang pada

Dua

Tipe Ruang

Kantor studi

Kasus

:

Gedung Graha Pena. prosiding Seminar Nasional Pascasarjana

vII.

.Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Surabaya.

[9]

Padmanaba,

cGR.

20a6. Pengaruh penerangan daram Ruang terhadap Produktivitas Kerja Mahasiswa Desain

Interior.

Universitas Kristen Petra.

Surabaya. Jurnal Petra, Akses

online

Tanggal

l0

Desember 2013. URL:

h t tp : //www.p e tr a. oc. id/-pu s I i t/J o urn ol s

/

dir.p hp ? D np a, tm entl D

:

IN T

[l0]Putra, IDGAD. 2006. Perencanadn pencahayaan Buatan pada Ruang Kelas.

Universitas Udayana. Denpasar.

F

ll

Panjaitan, s.D dan Hartoyo, A.(201 r), A Lighting

contol

system in Buildings based onFvzzy Logic, TELKOMNIKA, Vol.9, No.3, pp. 423-432.

[l2]Prasasto

satwiko ,

2005,

Fisikn

Bangunan

I

,Edisi2, penerbit

ANDI

,

Yogyakarta.

m.el1-qg$Iel(ait lndustt, Fotrrttar Telcnotos tnOusti, Upt{ \re&*o" yoflyafarfa tsBrl 978-97$SS5a-$.s

VII.

13

(21)

I**u*rta$

#lxgfx*a#ng

&rfer+rp* $tr*}

htr{ 4

Yrgyatr<art*, 6 De**r*her 2SI 4

[13]Santosa,

A.,

(2006), Pencahayaan Pada Interior Rumah

sakit:

Studi Kasus Ruang

-Rawat

tnap utama

Gedung

Lukas,

Rumah

sakit Panti

Rapih, Yogyakarta, DIMENSI INTENOR, VOL.4, NO'2, 2006: 49-56'

[1a] Sasltrowinoto, S., lgS5,Meningkatkan Prohtktivitas dengan Ergonomi,Pertja, Jakarta

[15]Soeripto, 2008. Higiene Industri. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

[16] Standar

Nasional

lndonesia,

2OOl, Tata Cara

Perancangan Sisteln Pencahayaan Alami Pada Bangunan Gedtmg, Badan Standardisasi Nasional'

lTlStandar Nasional Indonesia. 2000.

Konservasi

Energi pada

Sistem

Pencahayaan: sNI03-61g7-2000. al<ses online Tanggal 10 Desembet 2013'

t

RL: http://mmbeli

[18] Standar Nasional

f"ao*tir.

iOO4.P"ngrrkuran IntensitasPenerangan di Tempat

Kerja:

SNI 16-7062-2004. Akses Online Tanggal 10 Desember 2013' URL- http : //www. s cribd. com/doc/64 7 7 3 2 8/sni- 1 67 062 2 qq4-penerangan [19] Suhadri,

B,

2008. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri. Jakarta

: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

[20] Sutalaksana,

Iftikar

Z. Anggawisastra, Ruhana dan Jann

H'

Tjakraatmadja' Teknik dan Tata Cara Kerja. Departemen Teknik Industri ITB. 1979.

[21]Tarwaka, Bakri, s.H.A. suaiaieng L.ErgonomiuntukKeselamatan, Kesehatan Kerja dan Produlaivitas. UNIBA Press. Surakarta. 2004'

t22lwalpole, R.E. Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama' 1995. .

f23]Wignjosoebroto, Sritomo., 1995, Ergonomi,

studi

Gerakan

dan

wakttt.

Surabaya: PT Guna WidYa.

ry $fu{f?s** tu*uxt*, ,fa&kar

?@fr$

lodu!k,,,1,,lt{ 11

-GF!?B" Yr*?shria t$BIL:t?]e-*?S.W4ld.*

VII - 14

Referensi

Dokumen terkait

Die Analyse haben sich folgendes ergeben ; erstens; wesentliches Motiv der Jugendsprache ist es, dass sich die Jugendliche vom Gesellschaft abgrenzen, um ihre Selbstindetität zu finden