• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMAT LAPRAK PEMBUATAN NATA[1]

Afi

Academic year: 2023

Membagikan "FORMAT LAPRAK PEMBUATAN NATA[1]"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

PEMBUATAN NATA

Disusun Oleh:

Nama : Jihan Afifah Nugrahaini

NIM : K4322063

Kelas : C

Kelompok/Asisten : 9/Dian Aprilia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2023

(2)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

I. Judul : Pembuatan Nata

II. Tujuan : Mahasiswa mengetahui cara pembuatan nata dari berbagai bahan substrat

III. Alat dan Bahan : Alat:

1. Kompor

2. Panci dan tutup 3. Pengaduk

4. Toples dan tutup 5. Saringan

6. Wadah 7. Blender 8. Pisau 9. Gelas ukur 10. Termometer 11. Kertas label 12. Kertas pH Bahan:

1. Acetobacter xylinum 2. Gula pasir

3. Substrat (sari apel hijau) 4. Air

5. Karet gelang 6. Asam cuka 7. Urea

IV. Prinsip Kerja :

(3)

Mencuci bersih apel hijau dan potong-potong apel hijau tersebut kemudian memblendernya sampai halus dan menyaring ampasnya.

Mengukur airnya hingga 600 ml kemudian menuangkannya dalam panci

Merebus substrat berupa air sari apel hijau 600ml sambil diaduk sampai suhu 80°C

Mendinginkan sampai 70°C, kemudian tambahkan gula 60gr, dan urea 6gr.

Mengaduk hingga homogen, lalu menuangkannya pada wadah toples kotak dan memberikan label.

(4)

Mendinginkan hingga suhu 60°C lalu mengecek pH, jika pH berada dibawah 4-5 maka menambahkan cuka secukupnya agar menjadi pH 4-5

Mendinginkan hingga suhu 30- 35°C, kemudian menambahkan bakteri starter pada wadah A (air kelapa+gula sebanyak 15 ml) dan wadah B (NB sebanyak 15 ml)

Menutup toples dengan serbet dan mengikatnya dengan 2 karet.

Memastikan bahwa toples tertutup rapat agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroorganisme yang lain dan menginkubasi pada suhu ruang selama 8 hari

V. Dasar Teori

Nata adalah produk yang terbentuk melalui aktivitas mikroba pembentuk kapsul yang menciptakan lapisan polisakarida ekstraseluler. Nata ini berwujud padat, berwarna putih dan transparan dengan tekstur seperti gel yang elastis, mengapung di permukaan cairan. Nata diproduksi dengan memanfaatkan substrat seperti air kelapa, nanas, apel

(5)

hijau, atau sumber lainnya untuk difermentasi secara aerob oleh bakteri Acetobacter xylinum (Rodiah et al., 2021).

Konsentrasi Acetobacter berpengaruh langsung pada intensitas aroma asam yang dihasilkan. Keasaman yang lebih rendah dapat meningkatkan pertumbuhan Acetobacter xylinum dan mencegah kontaminasi oleh jenis bakteri lain. Acetobacter merupakan bakteri asam laktat dan selama proses fermentasi, bakteri ini menghasilkan asam laktat sebagai produk metabolik dari pemecahan glukosa. Semakin banyak Acetobacter yang digunakan, semakin besar kemampuannya menghasilkan asam laktat dan menghasilkan bau asam yang lebih kuat. Ciri khas nata berwujud putih, transparan, dan bertekstur gel elastis adalah hasil dari proses fermentasi yang dipicu oleh Acetobacter xylinum.

Bakteri ini menghasilkan enzim ekstraseluler yang mempolimerisasi glukosa menjadi ribuan rantai selulosa. Dari jutaan organisme mikroskopis yang tumbuh dalam medium, jutaan serat selulosa dihasilkan sehingga membentuk bahan padat, berwarna putih dan transparan yang dikenal sebagai nata, nata ini termasuk dalam kategori metabolit sekunder (Wahyuni & Jumiati, 2019).

Dalam produksi nata, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan proses tersebut:

1. Nutrisi: Aktivitas Acetobacter xylinum dalam menghasilkan nata dipengaruhi oleh kandungan glukosa dalam substrat atau medium yang digunakan. Penambahan gula pasir ke air kelapa bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan karbon bagi Acetobacter xylinum (Nurdyansyah, F., & Widyastuti, 2017).

2. Suhu: Pertumbuhan Acetobacter xylinum dipengaruhi oleh suhu. Suhu optimal dalam pembentukan nata biasanya berkisar antara 28°C-32°C (Riyani, 2020).

3. Tingkat Keasaman (pH): Lapisan nata dapat terbentuk lebih tebal pada pH optimal 3,5-4. Pada pH netral, nata yang terbentuk cenderung tipis dan memerlukan waktu inkubasi minimal 10 hari. Mengatur pH dalam produksi nata bisa menggunakan teknik penambahan cuka glasial agar media menjadi lebih asam (Nurdyansyah, F.,

& Widyastuti, 2017)

VI. Hasil Pengamatan dan Pembahasan a. Karakteristik substrat

Pohon apel hijau memiliki batang berwarna coklat keabu-abuan yang memiliki kulit kasar, serta daun yang memiliki bentuk lonjong dengan ujung meruncing. Daun-daun ini cenderung berwarna hijau tua dengan tepi bergerigi

(6)

yang khas. Bunga pada pohon apel dapat berwarna putih atau merah muda dan biasanya terdiri dari 5 kelopak bunga yang membulat. Buah apel memiliki ciri khas berupa kulit hijau yang halus, daging buah berwarna putih, serta biji kecil berwarna coklat yang terdapat di dalamnya (Wijaya & Ridwan, 2019).

Apel merupakan buah yang memiliki tingkat gula total relatif tinggi, yakni sekitar 14.19±1.18 g/100ml. Kandungan glukosa dalam sari apel cukup signifikan, menjadikannya sebagai sumber karbon yang ideal untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri ini mengkonversi glukosa yang terdapat dalam sari apel menjadi selulosa (Saragih & Tety, 2004). Proses pembentukan selulosa dimulai dengan pembentukan lapisan tipis yang dikenal sebagai pelikel, dan seiring berjalannya waktu inkubasi, lapisan ini akan terus bertambah tebal, membentuk nata. Semakin tinggi konsentrasi sari apel yang digunakan, semakin banyak glukosa yang diubah menjadi selulosa, yang pada gilirannya mempengaruhi berat nata yang dihasilkan (Gazali & Munawaroh, 2016).

b. Bahan yang digunakan + fungsi

Acetobacter xylinum

Bibit nata adalah bakteri Acetobacter xylinum yang dapat membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang terkontrol atau dapat disebut bahwa Acetobacter xylinum adalah starter dalam pembuatan nata. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang- benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata. Pemanenan dilakukan setelah lapisan selulosa terbentuk dalam media pertumbuhan. Kualitas nata yang dihasilkan tergantung pada jumlah populasi Acetobacter xylinum pada starter yang digunakan (Rodiah et al., 2021).

• Sari apel hijau

Sari apel hijau digunakan sebagai substrat pembuatan nata. Saat ini inovasi dalam bidang industry pangan berkembang pesat. Sari apel hijau

(7)

merupakan buah yang biasanya dimakan secara langsung atau dibuat keripik buah. Pada praktikum kali ini menggunakan sari apel hijau sebagai substrat nata. Kandungan glukosa dalam sari apel hijau cukup tinggi sehingga menjadi sumber karbon ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum.

Glukosa yang terkandung dalam sari apel hijau akan dikonversikan menjadi selulosa sehingga menghasilkan nata (Gazali & Munawaroh, 2016).

• Asam cuka

Asam cuka diperlukan sebagai pengatur pH keasaman medium agar starter berkembang secara maksimal dengan kisaran pH antara 3,5-4 yang optimum untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum (Yanti et al., 2017). Pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti tingkat keasaman (pH). Acetobacter xylinum sebenarnya dapat tumbuh pada pH 3,5-7,5 sehingga termasuk asidofil, namun pH optimum pertumbuhannya adalah 4,3-5,5 (Malvianie et al., 2014).

• Urea

Urea berperan dalam fermentasi Nata sebagai sumber nitrogen untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum. Urea berpengaruh terhadap kekentalan selulosa yang terbentuk. Semakin banyak urea yang ditambahkan, maka selulosa yang terbentuk pada lapisan juga semakin meningkat.

Penambahan urea akan menghasilkan nata yang lebih kental dibandingkan tanpa penambahan urea, hal ini dikarenakan Acetobacter xylinum membutuhkan sumber nitrogen untuk proses biosintesis selulosa (Hamad, 2013)

• Gula

Gula berperan sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dan sebagian gula akan disintesis menjadi selulosa.

Namun penambahan gula terlalu banyak tidak menguntungkan karena dapat mempengaruhi aktivitas bakteri yang mampu menurunkan produksi nata.

Konsentrasi gula yang terkandung dalam media mempengaruhi produksi nata dengan semakin banyak gula maka semakin banyak selulosa ekstraseluler yang terbentuk dari pemecahan gula. Selulosa yang terbentuk berupa benang membentuk jalinan yang terus menebal menjadi lapisan nata (Yanti et al., 2017).

(8)

c. Analisis data kelompok

Wadah A 0 Orange

kecoklatan

Aroma buah apel

0 0 Cair 4

8 Orange

kecoklatan

Aroma asam busuk

0 0 Cair 4

Wadah B 0 Orange

kecoklatan

Aroma buah apel

0 0 Cair 4

8 Orange Aroma

asam busuk

0 0 Cair 3

Praktikum pada kelompok 9 menghasilkan nata yang gagal, hal ini diketahui dari hasil pengamatan yang dilakukan pada hari ke-0 dan hari ke-8.

Pengamatan ini mendapatkan hasil, yaitu:

Pada hari ke-0 di wadah A didapatkan bahwa nata dari substrat sari apel berwarna orange kecoklatan dengan aroma buah apel dan bertekstur cair sehingga memiliki berat 0 gr dan tebal 0 cm dengan pH 4, hal ini sama dengan nata pada wadah B. Lalu, pada pengamatan setelah inkubasi pada hari ke-8 didapatkan bahwa nata wadah A berwarna orange kecoklatan dengan tekstur cair sehingga memiliki berat 0 gr dan tebal 0 cm dengan pH 4, sedangkan pada wadah B hanya memiliki perbedaan di bagian keasaman dengan pH 3.

Kegagalan yang sering dihadapi dalam pembuatan nata adalah tidak terbentuknya lapisan nata, seperti yang terjadi dalam praktikum oleh kelompok 8. Kegagalan seperti ini dapat diakibatkan karena terkontaminasi oleh mikroba lain atau tidak sterilnya proses selama inkubasi sehingga terkontaminasi mikroba lain dari lingkungan (Widiyaningrum et al., 2017)

d. Perbandingan karakteristik nata

Substrat Perlakuan Hari Warna Aroma Berat Tebal Tekstur pH Tebu Wadah 1 0 Hijau army muda Wangi

manis

Cair 5

(9)

(Kelompok 1)

(Air kelapa &

Gula)

8 Kuning keruh dan di atas terdapat jamur berwarna hijau lumut dan coklat tepi spora hitam

Aromanya seperti tebu basi

Cair 2

Wadah 2 (NB)

0 Hijau army muda Wangi manis

Cair 5 8 Permukaan bawah

kuning keruh kehijauan terdapat jamur yang menutupi seluruh permukaan 70%

jamur berwarna hijau lumut hampir

kehitaman, 30%

berwarna putih.

Aromanya seperti tebu basi

Cair 4

Analisis kegagalan: Didapatkan hasil nata yang gagal dengan indikator tekstur cair dan terdapat jamur pada permukaan atas yang menutupi seluruh bagian permukaan. Hal ini dikarenakan setelah proses pemanasan, substrat tidak langsung dibawa ke tempat steril dan setelah proses penuangan starter, substrat di dalam wadah sedikit tergoyang.

Cucian Pertama Beras (Kelompok 2)

Wadah 1 (Air kelapa &

Gula)

0 Bening Wangi 1 cm Cair

terdapat sedikit endapan

5

8 Kuning pucat Asam sedikit menyengat

1,3 cm

Cair terdapat endapan berwarna putih

6

Wadah 2 (NB)

0 Bening Wangi 1 cm Cair

terdapat sedikit endapan

5

8 Coklat pucat Asam sedikit menyengat

1,5 cm

Cair terdapat endapan berwarna ungu muda

6

Analisis kegagalan: Pembuatan nata gagal karena tempat pembuatannya berada di luar ruangan sehingga kurang steril. Selain itu, pada saat toples ingin ditutup dengan serbet terjadi guncangan dan

(10)

pH awal yang beberapa kali basa, hingga ditambahkan 9 tetes cuka untuk mendapatkan pH yang diinginkan.

Salak (Kelompok 3)

Wadah 1 0 Coklat Aroma

salak

Cair 5

8 Coklat

terkontaminasi

Aroma salak sedikit tengik dan menyengat

Cair 4

Wadah 2 0 Coklat Aroma

salak

Cair 5

8 Kuning

kecoklatan terkontaminasi

Aroma salak tengik dan lebih menyengat

Cair 4

Analisis kegagalan:

1. Pembuatan nata mengalami kegaglan karena wadah yang kurang bersih sehingga menjadi sumber kontaminasi.

2. Pembuatan nata dikatakan mengalami kegagalan karena tidak terbentuknya lapisan selulosa disebabkan terkontaminasi oleh mikorba lain.

3. Terjadinya goncangan setelah penambahan strater NB dan air kelapa.

4. Proses merebus nata yang kurang steril karena dilakukan di luar ruangan, sehingga memungkinkan terjadinya kontaminan dari udara luar.

5. Tidak sterilnya proses selama inkubasi sehingga memungkinkan terkontaminasi mikroba dari lingkungan.

Kelapa muda (Kelompok 4)

Wadah 1 0 Bening Seperti air kelapa, manis

Cair 5

8 Putih

kekuningan

Aroma air kelapa tetapi lebih masam

Cair, membentuk

gumpalan selulosa

3

Wadah 2 0 Bening Air kelapa, manis

Cair 5

8 Putih pucat kekuningan

Aroma air kelapa tetapi lebih masam

Cair 3

Analisis kegagalan: Pada wadah 1 dan 2 mengalami kegagalan. Wadah 1 terdapat selulosa yang mulai terbentuk, tetapi belum memadat dan terdapat kontaminasi berupa hifa jamur. Pada wadah 2 terdapat selulosa yang sangat sedikit dan tidak terjadi kontaminasi. Terjadinya kegagalan dikarenakan beberapa hal, yaitu:

(11)

• Terjadi kontaminasi karena penutupan dengan lap kurang rapat.

• Udara dalam lab kurang steril atau kurang mendukung.

• Setelah diberi starter mungkin terjadi goncangan.

• Tidak kondusifnya kondisi sekitar saat pembuatan nata.

• Wadah yang kurang steril.

Kulit Pisang (Kelompok 5)

Wadah A 0 Kuning

kecoklatan

Pisang Cair 5

8 Kuning

kecoklatan

Seperti pisang busuk

Cair 6

Wadah B 0 Kuning

kecoklatan

Pisang Cair 5

8 Coklat Seperti

pisang busuk

Cair 7

Analisis kegagalan:

• Tidak terbentuk selulosa sehingga pembuatan nata gagal.

• Terjadi kontaminan ditandai dengan terbentuknya lapisan tipis di permukaan substrat berwarna coklat kehitaman.

• Kegagalan diduga karena kontaminasi jenis jamur karena proses pemanasan substrat di lingkungan atau ruangan terbuka.

• Kegagalan pembentukan selulosa diduga krena wadah terguncang setelah pemberian starter.

Jagung (Kelompok 6)

Wadah A 0 Cair 4,5

8 Kuning pekat dengan jamur berwarna coklat muda

Bau busuk Cair 4

Wadah B 0 Cair 4,5

8 Kuning pekat dengan jamur berwarna merah muda

Bau busuk Cair 4

Analisis kegagalan: Pembuatan nata dilakukan di luar ruangan sehingga memungkinkan adanya kontaminasi. Kualitas sari jagung yang kemungkin tidak higienis, dan adanya guncangan pada proses pembuatan nata setelah penambahan starter. Penggunaan peralatan yang kurang steril

Ampas Tahu (Kelompok 7)

Wadah A 0 Putih keruh Agak menyengat (bau aroma tahu)

Cair (tidak kental)

4

8 Coklat keruh Busuk sangat menyengat

Cair 4

(12)

Wadah B 0 Putih keruh Agak menyengat (bau aroma tahu)

Cair (tidak kental)

4

8 Putih

kekuningan

Bau menyengat (bau aroma tahu)

Cair 4

Analisis kegagalan: Nata mengalami kontaminasi yaitu terdapat jamur berwarna putih dan coklat gelap, kaena kurang aseptis Ketika melakukan praktikum. Wadah nata sering terguncang sehingga tidak tersbentuk lapisan selulosa.

Kulit Nanas (Kelompok 8)

Wadah A 0 Kuning, hijau, kecoklatan

Sebelum dan sesudah diberi starter aromanya manis nanas

Cair 4

8 Kuning, hijau lebih gelap

Aromanya agak tengik dan sedikit manis

Cair dan terdapat endapan kuning

4

Wadah B 0 Kuning, hijau, kecoklatan

Sebelum dan sesudah diberi starter aromanya manis nanas

Cair 4

8 Kuning

kehijauan agak cokleat (cerah)

Aromanya agak tengik dan sedikit manis

Cair dan terdapat endapan hijau

3

Analisis kegagalan:

• Substrat terkontaminasi oleh jamur berwarna putih (NB)

• Substrat dengan struktur air kelapa terkontaminasi oleh jamur berwarna hijau tua dan ada yang putih.

• Wadah substrat yang digunakan kemungkinan kurang steril

• Substrat terlalu lama dibuka sebelum diberi smarter

• Substrat tergoncang setelah diberi starter sehingga berdampak pada perkembangan bakterinya.

(13)

Apel Hijau (Kelompok 9)

Wadah A 0 Orange

kecoklatan

Aroma buah apel

Cair 4

8 Orange

kecoklatan

Aroma asam busuk

Cair 4

Wadah B 0 Orange

kecoklatan

Aroma buah apel

Cair 4

8 Orange Aroma

asam busuk

Cair 3

Analisis Kegagalan: Keduanya gagal akrena terkontaminasi dan ditumbuhi jamur. Hal ini dikarenakan praktikan dan lingkungan kurang aseptis dan setelah penambahan starter, wadah terguncang-guncang saat proses pemindahan.

Air Kulit Semangka (Kelompok 10)

Wadah A 0 Hijau lumut Tidak sedap (bau

gosong)

- - Cair 5

8 Hijau

Kecoklatan

Tidak sedap (bau

busuk)

- - Cair dan bagian permukaan

tumbuh jamur yang

besar

5

Wadah B 0 Hijau lumut Tidak sedap (bau

gosong)

- - Cair 5

8 Hijau

kecoklatan

Tidak sedap (bau

busuk)

- - Cair dan bagian permukaan

tumbuh jamur yang

kecil

4

Analisis Kegagalan: Nata mengalami kontaminasi, dikarenakan kurang aseptis saat pembuatan, terjadi goncangan setelah pemberian starter, dan kondisi lingkungan yang kurang mendukung.

Kulit Melon (Kelompok 11)

Wadah A 0 Hijau Segar

manis

- - Cair 5

8 Kuning

kecoklatan

Asam - - Cair 6

Wadah B 0 Hijau Segar

manis

- - Cair 5

8 Kuning kecoklatan

Manis - - Cair 6

(14)

Analisis kegagalan: Nata dengan bahan substrat di wadah A maupun di wadah B gagal karena terjadi kontaminasi jamur, yang jumlah nya banyak di kedua wadah tersebut.

Rumput Teki (Kelompok 12)

Wadah A 0 Hijau keruh ada endapan

Menyengat seperti rumput

- - Cair 5

8 Kuning

kehijauan dan keruh

Menyengat, tidak enak,

dan bau

- - Kental 6

Wadah B 0 Hijau keruh ada endapan

Menyengat seperti rumput

- - Cair 5

8 Kuning

kehijauan dan keruh

Menyengat, tidak enak,

dan bau

- - Kental 7

Analisis kegagalan: Nata dengan bahan substart air dan sari rumput teki gagal karena terkontantaminasi adanya jamur kecil di wadah B dan menghasilkan bau yang tidak enak seperti nasi yang basi.

Sari Pandan (Kelompok 13)

Wadah A 0 Hijau lumut Wangi pandan

- - Cair 5

8 Hijau lumut Masam - 1

cm

Cair 3

Wadah B 0 Hijau lumut Wangi pandan

- - Cair 6

8 Hijau army Kacang hijau busuk

130, 5 gr

0,5 cm

Kental 5

Analisis kegagalan:

• Wadah A

1. Pada saat praktikum, lingkungan sekitar kurang steril 2. Takaran tidak sesuai dengan langkah kerja

3. Saat membawa nata ke laboratorium terjadi getaran 4. Penambahan cuka terlalu banyak

• Wadah B

1. Pada saat pembuatan nata, lingkungan sekitar kurang steril 2. Takaran tidak sesuai dengan langkah kerja

3. Saat membawa nata ke laboratorium terjadi getaran 4. Penambahan cuka terlalu banyak

Pada praktikum yang telah dilakukan, nata berhasil namun terdapat kontam di atasnya.

(15)

Sari Wortel (Kelompok 14)

Wadah A 0 Orange Aroma

segar

- - Cair 5

8 Orange

kecoklatan

Busuk menyengat

1,5 gr 0,3 cm

Cair agak kental

7

Wadah B 0 Orange Asam segar - - Cair 5

8 Orange pucat Busuk menyengat

- - Cair 5

Analisis kegagalan: Nata pada wadah A berhasil, namun terdapat kontaminasi. Pada wadah B tidak terbentuk dan terjadi kontaminasi dikarenakan beberapa faktor, yaitu:

1. Terkontaminasi debu pada saat proses pembuatan 2. Penambahan cuka yang terlalu banyak

3. Terguncangnya wadah, pada saat penutupan wadah menggunakan serbet 4. Masih terdapat celah udara pada penutupnya

Cucian Pertama kedelai (Kelompok 15)

Wadah A 0 Bening

kekuningan agak pekat

Manis dan agak tengik

- - Cair 5

8 Lapisan bawah kuning

tua keruh, lapisan atas kuning muda keruh dengan bercak putih

Bau seperti nasi basi

- - Cair

dengan endapan berwarna

krem

6

Wadah B 0 Bening

kekuningan agak pekat

Manis dan agak tengik

- - Cair 5

8 Lapisan bawah kuning

tua keruh, lapisan atas kuning muda keruh dengan bercak putih (lebih bening)

Bau seperti nasi basi

- - Cair

dengan endapan berwarna

krem

6

Analisis kegagalan:

Nata pada wadah A tidak terbentuk dan terkontaminasi dikarenakan:

1. Terkontaminasi debu saat sedang mendinginkan cairan di luar lab 2. Terguncang saat memasang karet, setelah cairan nata diberi starter Nata pada wadah B tidak terbentuk dan terkontaminasi dikarenakan:

1. Terkontaminasi mikroorganisme lain, ditandai dengan bercak-bercak berwarna hijau yang terdapat pada serbet

(16)

2. Terkontaminasi debu saat mendinginkan cairan di luar lab

3. Terguncang saat memasang karet, setelah cairan nata diberi starter Bunga

Telang (Kelompok 16)

Wadah A 0 Biru tua Berbau

Langu

- - Cair 5

8 Ungu tua Berbau

tidak sedap

- 0,6 cm

Cair dan kental

3

Wadah B 0 Biru tua Berbau

Langu

- - Cair 5

8 Ungu tua Berbau

tidak sedap

- 1,2 cm

Cair dan kental

3 Analisis kegagalan: Kedua nata terdapat kontaminan, dikarenakan:

1. Terguncang saat setelah penambahan starter bakteri 2. Terkontaminasi bakteri dari lingkungan

Air Tapioka (Kelompok 17)

Wadah A 0 Putih sedikit kream

Manis - - Cair 5

8 Putih keruh Bau seperti singkong

busuk

- - Cair 4

Wadah B 0 Putih asam - - Cair 5

8 Putih

kekuningan

Bau seperti singkong

busuk

- - Cair 3

Analisis kegagalan: Kedua nata tidak terbentuk dan mengalami kontaminasi, dikarenakan:

1. Tidak terbentuk rata dikarenakan saat pembuatan mungkin terdapat langkah yang terlewat/salah 2. Menggunakan bahan tepung tapioka sehingga mengentak saat dipanaskan dan harus dibuat ulang

dengan cara yang berbeda

3. Terdapat kontaminasi berupa jamur yang berwarna hitam dan putih serta berbentuk lembaran.

Adanya kontaminasi karena saat proses pembuatan kurang aseptis/steril Sari Lidah

Buaya (Kelompok 18)

Wadah A 0 Hijau bening Lidah buaya 300 ml

- Cair 5

8 Kuning

kehijauan

Bau basi 300 ml

- Cair 4

(17)

Wadah B 0 Hijau bening Lidah buaya 300 ml

- Cair 5

8 Kuning

kehijauan pekat

Bau basi 300 ml

- Cair 8

Analisis kegagalan: Wadah A dan wadah B terjadi kontam, selain itu nata yang dibuat tidak menumbuhkan atau tidak ada benang selulosa.

Pada perbandingan kelompok praktikan bersama kelompok 8 menggunakan substrat sari apel hijau dengan kelompok 16 menggunakan substrat bunga telang. Pada hari ke-0 di substrat sari apel hijau didapatkan bahwa wadah A berwarna orange kecoklatan dengan aroma buah apel dan bertekstur cair sehingga memiliki berat 0 gr dan tebal 0 cm dengan pH 4, hal ini sama dengan nata pada wadah B. Sedangkan pada substrat bunga telang wadah A dan B berwarna biru tunga beraroma langu dengan tekstur cair dan berpH 5.

Lalu, pada pengamatan setelah inkubasi pada hari ke-8 didapatkan bahwa nata bersubstrat sari apel wadah A berwarna orange kecoklatan dengan tekstur cair sehingga memiliki berat 0 gr dan tebal 0 cm dengan pH 4, namun pada wadah B memiliki perbedaan di bagian keasaman dengan pH 3. Sedangkan pada nata bersubstrat bunga telang wadah A berwarna ungu tunga beraroma tidak sedap, namun teksturnya cukup kental yang menghasilkan nata setebal 0,6 cm dengan pH 3, namun pada wadah B terdapat perbedaan dibagian ketebalan nata dikarenakan wadah B memiliki ketebalan hingga 1,2 cm.

Kedua nata pada kelompok 8 dan 16 terkontaminasi, namun pada kelompok 16 nata tetap berhasil terbentuk. Kontaminasi ini terjadi karena permasalahan yang sama, berupa guncangan setelah penambahan starter dan kontaminasi dari lingkungan luar. Namun kemungkinan frekuensi guncangan dan kontaminasi berbeda sehingga nata pada substrat sari apel hijau tidak terbentuk, hal ini dapat dilihat dari jamur nata substrat sari apel hijau yang banyak dan bervariasi.

e. Proses mikroskopis dalam nata

Proses fermentasi pembuatan nata umumnya melibatkan peran mikroorganisme Acetobacter xylinum. Mikroorganisme ini adalah gram negatif, aerobik, dan dapat mensintesis selulosa secara ekstraseluler. Acetobacter sp.

berpotensial sebagai inokulum yang mampu menghasilkan serat selulosa relatif besar (Kurniasih, 2020). Pada proses fermentasi Acetobacter sp. dilakukan dengan melalui pemecahan karbohidrat dan diubah menjadi glukosa yang berikatan dengan asam lemak untuk membentuk precursor selulosa oleh enzim selulosa sintetase untuk disekresikan membentuk jaringan selulosa pada permukaan media. Selama proses metabolisme karbohidrat, terjadi proses glikolisis yang diawali dengan pengubahan glukosa menjadi glukosa 6-fosfat

(18)

dan membentuk asam piruvat. Glukosa 6-P digunakan untuk menghasilkan selulosa yang kemudian bersatu membentuk biopolimer selulosa, sehingga bakteri akan terperangkap di antara serat-serat biopolimer selulosa (Putri et al., 2021)

f. Faktor penyebab kegagalan

Pembuatan nata dengan substrat sari apel pada kedua wadah gagal karena terkontaminasi dan ditumbuhi jamur. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, antara lain praktikan dan lingkungan kurang aseptis sehingga memungkinkan mikroorganisme lain masuk ke dalam media substrat nata yang menghambat pertumbuhan bakteri starter dan menyangi bakteri starter dalam mendapatkan nutrisi. Selain itu, setelah penambahan starter, wadah nata terguncang-guncang selama proses pemindahan sehingga memungkinkan terjadi kerusakan struktur nata dan terjadi kontaminasi (Rodiah et al., 2021).

(19)

VII. Kesimpulan

Pembuatan nata melalui proses fermentasi dengan melibatka aktivitas mikroba Acetobacter xylinum yang menghasilkan selulosa dengan dipengaruhi faktor kandungan nutrisi, suhu dan tingkat keasaman. Penggunaan air sari apel hijau sebagai substrat nata mengandung glukosa yang berperan dalam pembentukan selulosa, namun dikarenakan praktikan dan lingkungan kurang aseptis, serta setelah penambahan starter terjadi guncangan pada wadah menyebabkan nata tidak berhasil terbentuk dan terjadi kontaminasi dengan tumbuhnya jamur. Seharusnya, bakteri starter dapat menghasilkan selulosa ekstraseluler dengan mengubah glukosa menadi selulosa yang membentuk serat selulosa padat dan mengapung di permukaan cairan.

(20)

VIII. Lampiran

a. Data pengamatan hari ke-0 dan 8: 1 lembar

b. Foto dokumentasi proses pembuatan nata: 2 lembar c. Screenshoot abstrak Jurnal: 1 lembar

(21)

IX. Daftar Pustaka

Gazali, A., & Munawaroh, A. (2016). Nata De Apel, Solusi Alternatif Pemanfaatan Buah Apel Lewat Matang. Proceeding Biology Education, 13(1), 777–780.

Hamad, A. dan K. (2013). Pengaruh Penambahan Sumber Nitrogen Terhadap Hasil Fermentasi Nata de Coco. Momentum, 9(1), 62–65.

Kurniasih, E. (2020). Merancang Energi Masa Depan dengan Biodiesel. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Malvianie, E., Pratama, Y., & Salafudin, S. (2014). Fermentasi Sampah Buah Nanas menggunakan Sistem Kontinu dengan bantuan Bakteri Acetobacter Xylinum.

Reka Lingkungan, 2(1), 1–11.

Nurdyansyah, F., Widyastuti, D. A. (2017). Pengolahan Limbah Air Kelapa Menjadi Nata De Coco oleh Ibu Kelompok Tani. Journal Agricultural, 21(11), 22–30.

Putri, S. N. Y., Syaharani, W. F., Utami, C. V. B., Safitri, D. R., Arum, Z. N., Prihastari, Z. S., & Sari, A. R. (2021). Pengaruh Mikroorganisme, Bahan Baku, Dan Waktu Inkubasi Pada Karakter Nata: Review. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, 14(1), 62.

Riyani, C. (2020). Pengolahan Nata De Coco Menggunakan Skim Dan Air Kelapa Tanpa Nitrogen Tambahan. Al Ulum: Jurnal Sains Dan Teknologi, 6(1), 7.

Rodiah, S. A., Putra, A. W., Advinda, L., & Putri, D. H. (2021). Pembuatan Nata Menggunakan Air Kelapa. Prosiding Seminar Nasional Biologi, 1(3), 748–

755.

Saragih, D., & Tety, R. (2004). Membuat Nata de Coco. Depok: Puspa Swara.

Wahyuni, S., & Jumiati, J. (2019). Potensi Acetobacter Xylinum Dalam Pembuatan Nata De Syzygium. Bio-Lectura, 6(2), 195–203.

Widiyaningrum, P., Mustikaningtyas, D., & Priyono, B. (2017). Evaluasi Sifat Fisik Nata De Coco Dengan Ekstrak Kecambah Sebagai Sumber Nitrogen. Jurnal Biology Science and Education, 2(1), 234–239.

Wijaya, N., & Ridwan, A. (2019). Klasifikasi Jenis Buah Apel Dengan Metode K- Nearest Neighbors. Jurnal Sifokom, 8(1), 74–78.

Yanti, N. A., Ahmad, S. W., Tryaswaty, D., & Nurhana, A. (2017). Pengaruh Penambahan Gula dan Nitrogen pada Produksi Nata De Coco. Biowallacea, 4(1), 540–545.

(22)

X. Lembar Pengesahan

Surakarta, 28 Oktober 2023

Asisten Praktikum Praktikan

Dian Aprillia NIM. K4321027

Jihan Afifah Nugrahaini NIM. K4322063

(23)

LAMPIRAN a. Data pengamatan hari ke-0 dan 8

(24)

b. Foto dokumentasi proses pembuatan nata

(25)
(26)

c. Screenshoot abstrak Jurnal

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan Sirup Glukosa dari Sorgum Biji (Sorghum bicolor) dengan Proses Hidrolisis Katalis Enzim.. Program Studi Diploma III Teknik Kimia Universitas

Penelitian ini dibatasi pada proses pembuatan nata de cassava dari limbah cair tapioka, pembuatan selulosa asetat dari serbuk selulosa mikrobial nata de cassava,

PEMBUATAN APLIKASI SIMPAN PINJAM KOPERASI BERBASIS WEB DI KPRI UNIVERSITAS SEBELAS

Dari hasil penelitian pendahuluan nata de coco dengan penambahan ekstrak rosela diproses sama dengan proses pembuatan nata pada umumnya dengan bahan yang sama

Kondisi optimum untuk pembuatan nata de cassava adalah pada penambahan gula 10 %, pH 4, dimana pada kondisi tersebut dihasilkan nata de cassava dengan ketebalan paling besar yaitu

Pemanfaatan molase sebagai sumber karbon alternative dalam media fermentasi pembuatan nata de coco dapat diterapkan degan baik.Kualitas nata de coco dengan

Hubungan kimia insdustri dengan aplikasi ilmu biologinya adalah pembuatan nata de coco memerlukan mikroba dalam proses fermentasi gula yaitu bakteri asam asetat

Hasil evaluasi akhir menunjukkan bahwa 80% peserta pelatihan mampu menguasai teknik yang dilatihkan, sehingga dapat dikatakan bahwa program pelatihan pembuatan nata de