• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULIR UKL - UPL RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN DAERAH IRIGASI MUANG DATU

N/A
N/A
Sastro Wijaya

Academic year: 2024

Membagikan "FORMULIR UKL - UPL RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN DAERAH IRIGASI MUANG DATU "

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULIR UKL - UPL

RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN DAERAH IRIGASI MUANG DATU

A. IDENTITAS PEMRAKARSA Nama

Pemrakarsa

: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Samarinda

Penanggung Jawab

: Ir. Hero Mardanus Setyawan, MT

Jabatan : Kepala Dinas

Alamat Kantor : Jl. H. Achmad Amins. Kel. Gn. Lingai, Sungai Pinang, Samarinda 75243 B. RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

1. Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Rencana Kegiatan Pembangunan Daerah Irigasi Muang Datu.

2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Lokasi kegiatan Pembangunan Daerah Irigasi Muang Datu ini terletak di Kelurahan Sempaja Utara dan Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda, Provinsi

Kalimantan Timur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta 1.

(peta lokasi).

3. Skala/Besaran Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Luas Derah Irigasi Muang Datu adalah 91,52 Hektar.

4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan 4.1. Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Tata Ruang

Berdasarkan kesesuaian lokasi dengan tata ruang, dari informasi Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda, lokasi

Pembangunan Daerah Irigasi Muang Datu berada pada

peruntukan lahan sebagai pemukiman perkotaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, rencana kegiatan ini berkesesuaian dengan tata ruang setempat. Kesesuaian lokasi rencana kegiatan dengan tata ruang wilayah Kota Samarinda disajikan pada peta 2. (peta RTRW Kota Samarinda).

Berdasarkan hasil tumpang susun tapak proyek dengan Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru (PIPPIB) diketahui lokasi Pembangunan D.I. Muang Datu berada di luar area PIPPIB.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 3.

(2)

Peta 1. Peta Lokasi Kegiatan

(3)

Peta 2. Peta RTRW Kota Samarinda

(4)

Peta 3. Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru (PIPPIB)

(5)

4.2. Persetujuan Teknis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Rencana kegiatan Pembangunan Daerah Irigasi Muang Datu tidak memerlukan persetujuan teknis.

4.3. Uraian Komponen Rencana Kegiatan Penyebab Dampak Lingkungan

Rencana usaha dan/atau kegiatan kegiatan Pembangunan

Daerah Irigasi Muang Datu secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu tahap pra konstruksi (1 tahun), tahap konstruksi (2 tahun), dan tahap operasi. Jadwal tahapan kegiatan disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Jadwal Tahapan Kegiatan Pembangunan D.I.

Muang Datu

NO. KEGIATAN

Tahun Ke-

1 2 3 4-

dst A. Tahap Pra Konstruksi

1. Survei dan Pengukuran 2. Pengadaan Lahan B. Tahap Konstruksi

1. Mobilisasi tenaga kerja kontruksi 2. Mobilisasi alat dan material

3. Pembuatan dan operasional base camp 4. Pembersihan Lahan

5. Pembangunan Saluran Daerah Irigasi 6. Demobilisasi alat

7. Pemutusan Hubungan Kerja C. Tahap Operasi

1. Pengoperasian Jaringan Irigasi

2. Perawatan serta Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Sumber : Analisis Tim Penyusun

Peta 4.

(6)

4.3.1. Tahap Pra-Konstruksi

Kegiatan pembangunan D.I. Muang Datu pada tahap pra konstruksi meliputi kegiatan survei lapangan dan pengukuran dan pengadaan lahan.

1. Survei Lapangan dan Pengukuran

Berdasarkan hasil pengukuran diketahui wilayah yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai daerah irigasi adalah seluas 91,52 Ha. Sehingga luasan inilah yang selanjutnya akan dikaji dalam dokumen UKL - UPL ini.

Hasil pengukuran dan penggambaran selanjutnya dilakukan interpretasi lapangan untuk mencocokan desain dengan kondisi lapangan. Kegiatan survey investigasi ini meliputi pengukuran untuk menentukan posisi konstruksi sesuai rencana. Selain itu juga dilakukan pendataan kepemilikan lahan serta bangunan masyarakat yang termasuk dalam areal rencana kegiatan pembangunan Daerah Irigasi Muang Datu.

2. Pengadaan Lahan

Skema saluran daerah irigasi akan melewati dan memanfaatkan lahan milik masyrakat. Sehingga pada saat sebelum

pembangunannya nanti akan ada pembebasan lahan. Berkaca pada pembangunan saluran daerah irigasi di desa lain yang telah terbangun, tidak dilakukan ganti rugi lahan, masyarakat secara sukarela memberikan lahan mereka untuk dilewati saluran daerah irigasi.

4.3.2. Tahap Konstruksi

Kegiatan Pembangunan Daerah Irigasi Muang Datu pada tahap konstruksi meliputi kegiatan mobilisasi tenaga kerja konstruksi,

mobilisasi alat dan material, pembuatan dan operasional base camp, pembersihan lahan, pembangunan saluran daerah irigasi, demobilasi alat dan pemutusan hubungan kerja.

1. Mobilisasi tenaga kerja konstruksi

Komponen kegiatan penerimaan tenaga kerja adalah aktivitas pemenuhan kebutuhan tenaga kerja untuk pelaksanaan kegiatan kontruksi. Jumlah tenaga kerja kontruksi yang dibutuhkan 100 orang yang meliputi tenaga terampil dan non terampil. Tenaga kerja yang dibutuhkan berasal dari sekitar lokasi rencana kegiatan maupun dari luar lokasi rencana kegiatan.

Rincian tenaga kerja yang diperlukan pada kegiatan

Pembangunan Daerah Irigasi Muang Datu, dapat dilihat pada Tabel 2. berikut.

(7)

Tabel 2. Perkiraan Jumlah Tenaga Kerja Konstruksi yang dibutuhkan

N

o Uraian Tingkat

Pendidikan Jumlah (Orang) A Project Office

1 Project Manager S1 1

2 Staff ADM & KAU D3/S1 4

3 Logistik D3/S1 4

4 Security SMA 5

5 Office Boy SMA 4

B Site Office

1 Site Engineer S1 3

2 Staff Engineer D3/S1 5

3 Staff Lapangan D3/S1 5

C Staff Pelaksana

1 Pelaksana SMA/D3 10

2 Surveior D3 10

3 Mandor SMA/D3 12

4 Opr. Alat Berat SMA 5

5 Pembantu Opr.A. Berat SMA 5

6 Mekanik D3/S1 5

7 Tukang SMA 2

8 Pekerja SMA 10

9 Driver SMA 5

1

0 Kernek SMA 5

JUMLAH 100

Sumber : Analisis Tim Penyusun

Dalam kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi, pemrakarsa akan memprioritaskan tenaga kerja lokal sesuai dengan

kualifikasi yang diperlukan, selain itu pemrakarsa akan berkoordinasi dengan Kelurahan setempat terkait kegiatan penerimaan tenaga kerja konstruksi.

2. Mobilisasi Alat dan Material

Rencana kegiatan pembangunan D.I Muang Datu akan menggunakan alat berat. Alat berat yang digunakan akan diadakan dari luar lokasi proyek, sehingga perlu dilakukan mobilisasi. Mobilisasi peralatan yang akan digunakan untuk

(8)

kegiatan Pembangunan Daerah Irigasi Muang Datu akan melewati jalan raya yang sudah ada langsung menuju lokasi proyek. Alat berat diangkut menggunakan trailer. Peralatan- peralatan yang akan di mobilisasi dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 3. Peralatan Konstruksi Pembangunan Jalan N

o. Peralatan Jumlah Model /

Kapasitas

1 Agitator truck, 3.2 m3 5 3.2 m3

2 Air compressor, 250 CFM 2 250CFM

3 Air compressor, 365 CFM 2 365 CFM

4 Air compressor, 60 CFM 2 60 CFM

5 ARC welding machine, 250 A 5 250 Ampere 6 Boring machine, 250 m 2 250 m/476 kg

7 Bulldozer, 15 ton 1 15 ton (D6)

8 Bulldozer, 21 ton 1 21 ton (D7)

9 Diesel generator, 75 KVA 1 75 KVA

10 Dump Truck, 5 ton 5 5 ton

11 Excavator, 1.2 m3 2 1.2 m3

12 Vibratory roller, 10 ton 2 10.0 ton 13 Water tank truck & pump,

5000 lit 2 5000 lit

14 Wheel loader, 1.5 m3 1 1.5 m3

Untuk jenis material yang digunakan meliputi material utama berupa batu dan sirtu, serta material tambahan berupa semen dan pasir. Material tersebut akan diambil dari borrow area, yang lokasinya berada sekitar wilayah Kelurahan Sempaja Utara dan Lempake.

Untuk pelaksanaan kegiatan mobilisasi peralatan, akan diajukan perijinan kepada Dinas Perhubungan Kota Samarinda dengan memperhatikan peraturan-peraturan berikut:

1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan.

2. Untuk mobilisasi alat berat harus memperhatikan Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor SK.

726/AJ.307/DRJD/2004 tanggal 30 April 2014 tentang Pedomen Teknis Penyelenggaraan Angkutan Alat Berat di Jalan.

3. Untuk mobilisasi material harus memperhatikan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian

Perhubungan Nomor SK.727/AJ.307/DRJD/2004 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan.

(9)

Base camp adalah bangunan sementara yang dipergunakan untuk menyimpan peralatan yang dipergunakan selama tahap konstruksi. Bangunan ini dilengkapi dengan penyediaan air minum, penerangan dan MCK sementara.

Selain itu base camp juga diperuntukkan bagi tempat tinggal sementara para pekerja yang bermalam di lokasi proyek untuk menjaga semua peralatan yang dipergunakan. Lokasi proyek harus dijaga keamanannya karena ada berbagai peralatan penting yang diperlukan selama kegiatan/usaha berlangsung.

Dalam operasional base camp, akan menghasilkan limbah

domestik yang disebabkan oleh aktivitas para pekerja konstruksi, seperti sampah organik sisa-sisa makanan dan sampah

anorganik seperti botol plastic dan plastik sisa-sisa kemasan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum Bab I Pasal 1 ayat 8 menyatakan bahwa kebutuhan air bersih untuk setiap orang adalah 60 L/orang/hari. Sehingga prakiraan kebutuhan air bersih untuk pekerja konstruksi 60 L/org/hr x 100 org = 6.000 L/hr atau 6 m3/hr. Kebutuhan air ini dapat dipenuhi dengan membeli air bersih dari pedagang air.

Untuk prakiraan jumlah limbah domestik diperhitungkan sebesar 80 % X 6 m3/hr = 4,8 m3/hr. Rencana dibangun toilet/MCK

temporer (toilet portable) dengan standar 1 MCK melayani 30 s/d 40 orang yang dilengkapi dengan tangki septik, dimana lumpur tinja yang dihasilkan disedot secara berkala baik oleh Pihak Ketiga lainnya (Jasa Penyedot Lumpur Tinja) sehingga apabila pekerjaan tahap konstruksi selesai MCK temporer tersebut dapat dibongkar/dipindahkan ke tempat penyediaan jasa MCK temporer tersebut.

4. Pembersihan Lahan

Kondisi eksisting rencana lokasi saluran daerah irigasi saat ini berupa lahan kosong, lahan pertanian, kebun hingga area

perumahan. Oleh karena itu, diperlukan pembersihan lahan dan pembongkaran dalam rangka penyiapan lahan.

5. Pembangunan Saluran Daerah Irigasi a. Pekerjaan persiapan

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1) Semaksimal mungkin menggunakan material galian untuk timbunan

2) Sebelum timbunan dilaksanakan, stripping dahulu permukaan humus/top soil agar tidak terjadi settlement

(10)

3) Dikerjakan dahulu semua struktur di lokasi timbunan, sebelum timbunan dilaksanakan, biasanya di lokasi timbunan terdapat drainage/box culvert

4) Dibuat mass hauling diagram agar jarak rata hauling bisa ditentukan dan agar kebutuhan jumlah dump truck bisa direncanakan

5) Jika jarak hauling terlalu jauh (lebih dari 5 km), agar dipertimbangkan material timbunan diambil dari borrow area terdekat

b. Pekerjaan tanah

1) Pekerjaan stripping, membuang top soil yang jelek, agar timbunan tidak mengalami penurunan

2) Pekerjaan timbunan, menimbun lokasi-lokasi sepanjag saluran yang rendah dengan tanah hasil galian atau dari borrow area

3) Pekerjaan galian, menggali lokasi-lokasi sepanjang saluran yang terlalu tinggi dan tanah hasil galian dibuang ke lokasi timbunan atau disposal area

4) Pekerjaan galian saluran, menggali dan membentuk

saluran irigasi, setelah pekerjaan gali dan timbunmencapai rata datar meja

5) Pekerjaan trimming slope, menggali atau menambah tepian tanggul timbunan agar mencapai desain elevasi c. Penggalian Saluran Primer

1) Dipasang profil pada jarak setiap 25 meter, sehingga

operator alat berat mempunyai pedoman untuk penggalian saluran

2) Dilakukan stock spare parts terutama yang bersifat fast moving, antara lain selang hydraulics

3) Diadakan pengecekan elevasi dan hasil kerja alat setiap jarak 5 meter, sehinga jika terjadi kesalahan dapat langsung diperbaiki

d. Pelaksanaan Pekerjaan Lining Concrete

1) Dibuat mal dari kayu balok dengan tebal sama dengan ketebaan concrete lining (8 cm)

2) Perataan permukaan dengan menggunakan pipa galvanis persegi, baru kemudian dengan sendok semen

3) Dibuat grup pekerja tersendiri, khusus untuk persiapan lahan cor, terutama untuk trimming tanah

4) Pengecoran dengan sistem papan catur

(11)

1) Dipasang profil pada jarak setiap 25 meter, sehingga operator alat berat mempunyai pedoman untuk menggali saluran

2) Bentuk bucket excavator diubah/disesuaikan dengan

bentuk dan ukuran saluran (bentuk trapesium). Agar galian bisa presisi dan tidak banyak pekerjaan trimming slope.

(12)

6. Demobilisasi alat

Setelah berakhirnya kegiatan konstruksi akan dilakukan

demobilisasi alat keluar lokasi proyek dengan truck trailer melalui badan jalan yang sudah dibangun dan jalan-jalan yang sudah ada.

Manuver kedatangan dan keberangkatan kendaraan pengangkut alat berat konstruksi berpotensi menyebabkan terjadinya

gangguan lalulintas umum di sekitar lokasi proyek.

7. Pemutusan Hubungan Kerja

Setelah tahap pembangunan Jalan ini selesai, maka tenaga kerja konstruksi akan dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena tidak ada lagi kegiatan. ketentuan terkait pemutusan hubungan kerja (PHK) mengacu pada Undang-undang RI Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dan Undang-undang RI Nomor 2 tahun 2004 tentang penyelesaian perselisihan kerja.

4.3.3. Tahap Operasi

Kegiatan Pembangunan Daerah Irigasi Muang Datu pada tahap operasi meliputi kegiatan Pengoperasian Jaringan Irigasi dan pemeliharaan jalan.

1. Pengoperasian Jalan

Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya agar air irigasi dapat dimanfatkan secara

efektif, efisien, dan merata melalui kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam,

menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi.

Kegiatan operasi jaringan irigasi secara rinci meliputi :

 Pekerjaan pengumpulan data (data debit, data curah hujan, data luas tanam, dll);

 Pekerjaan kalibrasi alat pengukur debit;

 Pekerjaan membuat Rencana Penyediaan Air Tahunan,

Pembagian dan Pemberian Air Tahunan, Rencana Tata Tanam Tahunan, Rencana Pengeringan, dll.;

 Pekerjaan melaksanakan pembagian dan pemberian air (termasuk pekerjaan: membuat laporan permintaan air, mengisi papan operasi, mengatur bukaan pintu);

(13)

 Pekerjaan mengatur pintu-pintu air pada bendung berkaitan dengan datangnya debit sungai banjir;

 Pekerjaan mengatur pintu kantong lumpur untuk menguras endapan lumpur;

 Koordinasi antar instansi terkait;

 Monitoring dan Evaluasi kegiatan Operasi Jaringan Irigasi.

Ruang Lingkup Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi.

Ruang Lingkup Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi meliputi : 1. Perencanaan

a) Perencanaan Penyediaan Air Tahunan b) Perencanaan Tata Tanam Detail

c) Rapat Komisi Irigasi untuk Menyusun Rencana Tata Tanam d) SK Bupati/Walikota atau Gubernur Mengenai Rencana Tata

Tanam

e) Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air Tahunan 2. Pelaksanaan

a) Laporan keadaan air dan tanaman;

b) Penentuan rencana kebutuhan air di pintu pengambilan;

c) Pencatatan Debit Saluran;

d) Penetapan Pembagian Air pada Jaringan Sekunder dan e) Pencatatan Debit Sungai/ Bangunan Pengambilan;

f) Perhitungan faktor-K atau Faktor Palawija Relatif (FPR);

g) Laporan Produktivitas dan Neraca Pembagian Air per Daerah Irigasi;

h) Rekap Kabupaten per Masa Tanam;

i) Rekap Provinsi Pengoperasian Bangunan Pengatur Irigasi 3. Monitoring dan Evaluasi

a) Monitoring Pelaksanaan Operasi b) Kalibrasi alat ukur

c) Monitoring Kinerja Daerah Irigasi

2. Perawatan serta Pemeliharaan Jaringan Irigasi

(14)

Untuk menjaga usia bangunan saluran irigasinya, maka perlu dilakukan perawatan serta pemeliharaan sebagai upaya dalam menjaga usia bangunan. Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya melalui kegiatan perawatan, perbaikan, pencegahan dan pengamanan yang harus dilakukan secara terus menerus. Ruang lingkup kegiatan

pemeliharaan jaringan meliputi kegiatan:

• Inventarisasi kondisi jaringan irigasi

• Perencanaan dan Pelaksanaan

• Pemantauan dan evaluasi

C. DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA

PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Pengkajian secara lebih mendalam diperlukan terhadap dampak- dampak yang diprakirakan berpotensi muncul dari rencana kegiatan Pembangunan D.I. Muang Datu, karena upaya ini akan memudahkan dalam menyusun program pengelolaan serta pemantauan lingkungannya. Pengkajian tersebut juga akan memudahkan dalam mengetahui pengaruh secara langsung maupun tidak langsung antara komponen kegiatan yang akan menimbulkan dampak komponen lingkungan hidup.

Dampak yang terjadi akibat dari rencana kegiatan Pembangunan D.I. Muang Datu terbagi menjadi dua bagian yakni dampak positif dan dampak negatif. Dampak negatif merupakan akibat dari terjadinya perubahan kualitas dan kuantitas lingkungan dari baik menjadi sangat buruk. Sedangkan dampak positif merupakan akibat dari terjadinya perubahan kualitas dan kuantitas

lingkungan dari buruk menjadi lebih baik atau sebaliknya.

Dampak dari kegiatan tersebut, perlu di kelola dengan baik, agar kualitas dan kuantitas lingkungan yang ada berada pada kondisi keseimbangan ekosistem yang dinamis.

Adapun komponen rencana kegiatan yang nantinya akan menyebabkan perubahan kualitas lingkungan pada rencana kegiatan Pembangunan D.I. Muang Datu dibagi menjadi tiga tahapan kegiatan, yaitu tahap pra konstruksi, konstruksi, dan tahap operasi. Dalam studi ini, usaha pengelolaan dan

pemantauan terhadap dampak lingkungan hidup yang berpotensi

(15)

muncul pada rencana kegiatan Pembangunan D.I. Muang Datu, ditampilkan pada Tabel di bawah ini.

(16)

Tabel 4. Matriks Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Kegiatan Pembangunan D.I. Muang Datu

(17)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ir. Hero Mardanus Setyawan, MT Jabatan : Kepala Dinas

Alamat Kantor : Jl. H. Achmad Amins. Kel. Gn. Lingai, Sungai Pinang,

Samarinda 75243

Selaku penanggung jawab kegiatan dan/atau usaha tersebut dibawah ini :

Nama Kegiatan/Usaha : Pembangunan D.I. Muang Datu Lokasi Kegiatan : Kelurahan Sempaja Utara dan Kelurahan

Lempake, Kec. Samarinda Utara, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Bersedia melaksanakan program Pengelolaan dan

Pemantauan Lingkungan Hidup seperti yang tertuang di dalam dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL).

2. Bersedia melaporkan pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) setiap 6 bulan sekali kepada instansi terkait.

Demikian pernyataan ini dibuat, untuk dapat dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.

Samarinda, Juni 2021

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Samarinda Kepala Dinas,

Materai 10.000

Ir. Hero Mardanus Setyawan, MT

NIP. 19660330 199303 1 006

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 2005. SNI 19-7119.3-2005 Cara uji partikel tersuspensi total menggunakan peralatan high volume air (HVAS) dengan metoda gravimetri. Jakarta: Badan

Standarisasi Nasional.

Badan Standarisasi Nasional SNI 19-7119.9-2005 penentuan lokasi sampel kualitas udara. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Badan Standarisasi Nasional. 2005. SNI 19-7119.6-2005 Penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantaan kualitas udara ambien.

Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 698957-2008 Metode

Pengambilan Contoh Air Permukaan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Republik Indonesia. 2021. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Sekretariat Negara.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2019. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.38/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2019 Tentang Jenis Usaha atau Kegiatan Wajib Dilengkapi Dokumen AMDAL. Jakarta:

Kementerian Lingkungan Hidup.

Departemen Kesehatan. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2004. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP. 102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur. Jakarta:

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2008. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.15/MEN/VIII/2008 Tentang P3K di Tempat Kerja. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

(19)

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. 1970. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. 1997. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1997 tentang Mobilisasi dan Demobilisasi.

Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 1996. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan Untuk fasilitas Umum, Pemukiman dan Industri

Kementerian Perhubungan. 2004. Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor SK. 726/AJ.307/DRJD/2004 tentang Pedomen Teknis Penyelenggaraan Angkutan Alat Berat di Jalan. Jakarta:

Kementerian Perhubungan.

Kementerian Perhubungan. 2004. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Nomor SK.727/AJ.307/DRJD/2004 Tentang Pedoman Teknis

Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan. Jakarta: Kementerian Perhubungan.

Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta: Kementerian

Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait