• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN UKL UPL TERKAIT DAMPAK PEMBANGUNAN KAWASAN PARIWISATA TERHADAP LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN UKL UPL TERKAIT DAMPAK PEMBANGUNAN KAWASAN PARIWISATA TERHADAP LINGKUNGAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

(UKL-UPL) TERKAIT DAMPAK PEMBANGUNAN KAWASAN

PARIWISATA TERHADAP LINGKUNGAN (Studi

Kasus : Pantai Teupin Layeu-Gapang, Kota Sabang)

FADLINA, SITI (95713006)

Mahasiswa Magister Terapan Perencanaan Kepariwisataan Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan

Institut Teknologi Bandung

ABSTRAK

Pembangunan kawasan pariwisata selain memberikan dampak positif terhadap perkembangan wilayah di kota dan meningkatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat, pelaksanaan kegiatan pembangunan kawasan pariwisata ini juga berpeluang menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Untuk mengantisipasi dan mengendalikan dampak negatif serta meningkatkan dampak positif, maka sejak proses perencanaan pembangunan kawasan ini perlu dilengkapi dengan studi kelayakan lingkungan yang selanjutnya dijadikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh izin lingkungan dan izin usaha dan/atau kegiatan. Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib Amdal, wajib memiliki UKL-UPL. Setiap penyelenggara usaha dan/atau kegiatan pariwisata wajib memelihara, mencegah, menanggulangi pencemaran dan atau kerusakan lingkungan. Secara prinsip kegunaan UKL-UPL sama dengan kegunaan Amdal yang dapat berfungsi sebagai dokumen yang berdayaguna dan berhasilguna. Untuk itu terdapat tata cara di dalam penyusunannya dengan syarat utama yaitu dokumen-dokumen tersebut harus dihasilkan dari suatu proses penyusunan yang dapat dipertanggung-jawabkan, berkualitas, perumusan kelola dan pantau yang jelas, tegas, dapat dioperasionalkan, dan legal binding. Penetapan UKL-UPL dilakukan oleh pejabat yang berwenang di bidang perizinan usaha/kegiatan. Para bupati/walikota di daerahnya masing-masing dapat mengambil inisiatif untuk mengatur penyusunan UKL-UPL di daerah termasuk penetapan daftar usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL dengan membuat peraturan daerah mengenai UPL sesuai dengan landasan hukum diatasnya. Mekanisme penyusunan UKL-UPL terdiri dari beberapa tahapan proses yang harus dilalui, proses awal dan yang paling utama yaitu pemrakarsa harus menyusun dokumen UKL-UPL. Pihak-pihak yang terlibat langsung dalam mekanisme penyusunan UKL-UPL yaitu pemrakarsa, instansi lingkungan, dan instansi perizinan usaha/kegiatan. sedangkan pihak yang terlibat tidak langsung yaitu pakar lingkungan, pakar teknis, konsultan, masyarakat yang berkepentingan, dan lembaga pelatihan.

(2)

1. PENDAHULUAN

Pembangunan sebuah kawasan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat. Proses pelaksanaan pembangunan di satu pihak akan selalu menimbulkan perubahan lingkungan yang dapat menimbulkan dampak, baik negatif maupun positif. Apabila pembangunan yang dilaksanakan di suatu daerah menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan geo-fisik-kimia dan sosial ekonomi budaya, maka harus dilakukan upaya meningkatkan dampak positif dan memperkecil dampak negatif. Upaya ini dilakukan agar lingkungan terjaga kualitasnya, pelestarian sumber daya alam dan pemanfaatannya serta kesejahteraan masyarakat.

Dampak negatif yang ditimbulkan diantaranya adalah pencemaran terhadap lingkungan, baik udara, air maupun daratan. Pencemaran mengakibatkan kualitas lingkungan menurun, akan lebih fatal apabila lingkungan tidak dapat dimanfaatkan sebagaimana fungsi sebenarnya. Hal ini harus disadari, bahwa keadaan lingkungan yang ditata dengan sebaik-baiknya untuk menyangga kehidupan saat ini dan yang akan datang dapat berubah dengan cepat. Perubahan ini menunjukkan perkembangan yang optimis mengarah pada tuntutan zaman, namun menjadi sebaliknya, krisis lingkungan timbul dimana-mana. Kemunduran demikian diawali dengan gejala pencemaran dan kerusakan yang belum begitu terlihat.

Dengan menyadari bahwa setiap kegiatan pada dasarnya menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, maka perlu memperkirakannya pada perencanaan awal, sehingga dengan cara demikian dapat dipersiapkan langkah pencegahan maupun penanggulangan dampak negatifnya dan mengupayakan dalam bentuk pengembangan dampak positif dari kegiatan tersebut.

Dalam pembangunan perekonomian berkesinambungan dewasa ini khususnya pariwisata seharusnya timbul kesadaran bagi pelaku masyarakat atau golongan masyarakat yang bergerak di bidang usaha pariwisata untuk mengelola pencemaran terhadap lingkungan bekerjasama dengan lembaga yang memantau kegiatan agar mengurangi dan memperkecil pencemaran lingkungan. Misalnya pencemaran lingkungan sampah yang sudah sangat lazim terjadi di dalam usaha pariwisata, Sehingga perlunya penanggulangan oleh pengelola untuk mewujudkan kelestarian lingkugan yang bersih. Dampak negatif yang ditimbulkan dari pencemaran sampah tersebut, akan berdampak pada ekosistem laut maupun lingkungan darat di sekitarnya.

(3)

1999 tersebut dikemukakan bahwa untuk kegiatan yang tidak menimbulkan dampak besar dan penting dan atau dampak yang ditimbulkan secara teknologi dapat dikelola, maka tidak diwajibkan menyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), tetapi harus dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL). Begitu juga sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL, maka kegiatan Pembangunan Kawasan Pariwisata ini bukan dikategorikan jenis kegiatan yang wajib menyusun Analisis mengenai Dampak Lingkungan. Oleh sebab itu studi kelayakan lingkungan rencana kegiatan pembangunan kawasan pariwisata hanya dikategorikan wajib menyusun studi Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) sebagai acuan bagi pelaksana dalam melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

2. IZIN USAHA KAWASAN PARIWISATA

Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Usaha pariwisata meliputi daya tarik wisata, kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman, penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran, jasa informasi pariwisata, jasa konsultan pariwisata, jasa pramuwisata, wisata tirta dan spa. Usaha pariwisata tersebut dapat dirinci lagi sesuai karakteristik dan jenisnya serta ketersediaan di kabupaten/kota. Untuk usaha daya tarik pariwisata dapat dibagi menjadi usaha daya tarik wisata alam, usaha daya tarik wisata budaya, usaha daya tarik wisata buatan/binaan manusia. Usaha jasa makanan dan minuman dirinci menjadi usaha restoran, usaha rumah makan, usaha kafe, usaha bar/kedai minum, dan usaha jasa boga. Sedangkan usaha kawasan pariwisata tidak dirinci kembali karena merupakan usaha yang kegiatannya membangun dan/atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

(4)

pariwisata dilakukan sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional serta Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah.

Penyelenggaraan kegiatan usaha pariwisata wajib memiliki izin usaha dan nomor induk yang diberikan oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk. Izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansi teknis untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan.

Beberapa persyaratan izin usaha pariwisata, antara lain Peruntukan, IMB, HO, Sertifikat Tanah, UKL-UPL, NPWP, dan Lunas PBB (apabila sudah ada bangunan). Sebagian besar usaha pariwisata diharuskan untuk memiliki persyaratan UKL-UPL, namun tidak seluruhnya. Untuk usaha pariwisata yang bersifat kegiatan yang tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan, tidak diwajibkan untuk menyertakan dokumen UKL-UPL didalam persyaratan izin usahanya, seperti jasa biro/agen perjalanan wisata, jasa konsultan pariwisata, jasa penyelenggaraan pertemuan, jasa pramuwisata, dan sebagainya.

Dalam pembangunan sebuah kawasan pariwisata diperlukan persyaratan UKL-UPL sebagai salah satu syarat perizinan usahanya yang berfungsi sebagai izin lingkungan. Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan).

Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan. Izin Lingkungan diperoleh melalui tahapan kegiatan yang meliputi penyusunan AMDAL dan UKL-UPL, penilaian AMDAL dan pemeriksaan UKL-UPL, dan permohonan serta penerbitan Izin Lingkungan.

3. UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (UKL-UPL)

(5)

Gambar 1. Proses Penyusunan dan Pemeriksaan UKL-UPL serta Penerbitan SKKL dan Izin Lingkungan

Sumber : Permen Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan

3.1. Penyusunan Dokumen UKL-UPL

Dokumen UKL-UPL dibuat pada fase perencanaan proyek sebagai kelengkapan dalam memperoleh perizinan. Bagi usaha/kegiatan yg telah berjalan namun belum memiliki UKL-UPL diwajibkan menyusun DPLH (dokumen pengelolaan lingkungan hidup). Dibuat untuk proyek-proyek dengan dampak lingkungan yang dapat diatasi, skala pengendaliannya kecil dan tidak kompleks.

Penyusunan dokumen UKL-UPL mengacu pada pedoman yang berlaku dan menyesuaikan dengan standar teknis yang biasa berlaku pada bidang usaha/kegiatan yang bersangkutan (Lampiran II Permen LH No.13 Tahun 2010). Pada intinya penyusunan dokumen ini dilakukan dengan langsung mengemukakan informasi setiap jenis usaha/kegiatan yang bersifat spesifik untuk masing-masing proyek yang dapat menimbulkan dampak potensial terhadap lingkungan hidup serta mengemukakan informasi tentang kondisi lingkungan sekarang dan dampak potensial dari setiap jenis kegiatan terhadap komponen lingkungan hidup.

(6)

batas wilayah UKL-UPL yang diperlukan untuk membatasi pelaksanaan UKL-UPL agar sesuai dengan sasarannya dan penentuan dampak potensial yang timbul akibat dari suatu rencana usaha atau kegiatan. Batas tersebut harus ditentukan dengan melakukan pelingkupan terlebih dahulu, dengan mengacu pada metode dan kaedah ilmiah yang berlaku.

3.2. Sistematika Dokumen UKL-UPL

Setidaknya dokumen UKL-UPL meliputi 5 bab yaitu: (I) pendahuluan; (II) rencana usaha atau kegiatan; (III) komponen lingkungan; (IV) dampak potensial kegiatan terhadap komponen lingkungan; (V) upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Dilengkapi lampiran yang di antaranya memuat tabel ringkasan UKL-UPL dan memuat pernyataan pemrakarsa untuk melaksanakan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan dan ditandatangani oleh pemrakarsa di atas meterai yang cukup serta dibubuhi cap usaha atau kegiatan yang bersangkutan.

Format UKL-UPL sesuai Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun 2010 tentang upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup dan surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup, minimal berisi hal-hal mengenai :

a. Identitas Pemrakarsa, berisi isian nama perusahaan, nama pemrakarsa, alamat kantor,nomor telepon/fax).

b. Rencana Usaha dan/atau Kegiatan, berisi nama rencana usaha/kegiatan serta lokasi rencana usaha/kegiatan. Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan, seperti antara lain : nama jalan, desa, kecamatan, kabupaten/kota dan propinsi tempat akan dilakukannya rencana usaha dan/atau kegiatan. Untuk kegiatan-kegiatan yang mempunyai skala usaha dan/atau kegiatan besar, seperti kegiatan pertambangan, perlu dilengkapi dengan peta lokasi kegiatan dengan skala yang memadai (1:50.000 bila ada) dan letak lokasi berdasarkan Garis Lintang dan Garis Bujur.

(7)

d. Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan, berisi komponen-komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang diyakini akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup. Teknik penulisan dapat menggunakan uraian kegiatan pada setiap tahap pelaksanaan proyek, yakni tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi atau dengan menguraikan komponen kegiatan berdasarkan proses mulai dari penanganan bahan baku, proses produksi, sampai dengan penanganan pasca produksi. e. Dampak Lingkungan yang Akan Terjadi, berisi uraian secara singkat dan

jelas mengenai kegiatan yang menjadi sumber dampak terhadap lingkungan hidup, jenis dampak lingkungan hidup yang terjadi, ukuran yang menyatakan besaran dampak; dan hal-hal lain yang perlu disampaikan untuk menjelaskan dampak lingkungan yang akan terjadi terhadap lingkungan hidup serta ringkasan dampak dalam bentuk tabulasi.

f. Program Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup, berisi uraian secara singkat dan jelas mengenai: (1) Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencegah dan mengelola dampak termasuk upaya untuk menangani dan menanggulangi keadaan darurat; (2) Kegiatan pemantauan yang dilakukan untuk mengetahui efektifitas pengelolaan dampak dan ketaatan terhadap peraturan di bidang lingkungan hidup; (3) Tolok ukur yang digunakan untuk mengukur efektifitas pengelolaan lingkungan hidup dan ketaatan terhadap peraturan di bidang lingkungan hidup.

g. Tanda Tangan dan Cap, setelah UKL-UPL disusun dengan lengkap, pemrakarsa wajib menandatangani dan membubuhkan cap usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.

4. STUDI KASUS : PANTAI TEUPIN LAYEU-GAPANG, KOTA SABANG

(8)

Gambar 2. Peta Pulau Weh - Sabang

Sumber : www.galuhwulandari.blogspot.com diakses13 Mei 2014

Tidak terkendalinya perkembangan kawasan ini menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan kawasan. Disamping itu, kawasan ini merupakan kawasan rawan bencana longsor. Dalam peta kerawanan bencana di dalam draft RTRW Kota Sabang, kawasan ini terletak pada daerah rawan longsor dari perbukitan. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu upaya penataan untuk mencapai kualitas lingkungan yang lebih baik, sekaligus juga dapat memberikan arahan terhadap pemanfaatan lahan sesuai tata ruang yang berlaku.

Gambar 3. Pantai Teupin Layeu dan Pantai Gapang

(9)

Potensi dan kecenderungan pertumbuhan fisik secara cepat pada Kawasan Teupin Layeu-Gapang, menyebabkan prioritas penanganan/penataan terutama dilakukan pada kawasan yang padat, daerah pusat perdagangan, permukiman campuran, atau pada kawasan yang kondisi geografisnya memerlukan perhatian khusus atas pertimbangan keamanan serta keserasiannya terhadap lokasi setempat. Untuk meningkatkan pemanfaatan ruang kota yang terkendali, Pemerintah Kota Sabang telah melengkapinya dengan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungannya (RTBL) Kawasan Teupin Layeu-Gapang yang diperlukan sebagai perangkat pengendali pertumbuhan serta memberi panduan terhadap wujud bangunan dan lingkungan pada suatu kawasan. RTBL ini disusun setelah suatu produk perencanaan tata ruang kota yang disahkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setempat sebagai Peraturan Bupati/Walikota (Perbup/Perwal).

Dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang Kota yang berlaku, selanjutnya disusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Pariwisata Teupin Layeu – Gapang yang memberikan arahan pengendalian pemanfaatan ruang dan menindaklanjuti Rencana Rinci Tata Ruang, serta sebagai panduan rancangan kawasan dalam rangka perwujudan kualitas bangunan gedung dan lingkungannya. Salah satu rencana dan program pengembangan kawasan pariwisata ini yaitu dengan membangun One Stop Service Area di lokasi perencanaan baru.

4.1. Rencana Usaha Kawasan Pariwisata

Pembangunan One Stop Service Area dilaksanakan dengan tujuan penyediaan sarana dan prasarana pariwisata yang dimasih kurang (khususnya ruang terbuka publik dan tempat parkir) serta pengendalian terhadap pembangunan sarana pariwisata yang tidak sesuai dengan peruntukan ruangnya. Selain itu, One Stop Service Area ini dibangun untuk kepentingan umum baik wisatawan maupun masyarakat yang direncanakan sesuai citra dan jati diri lokasi yang perlu dikemukakan dan dirancang untuk dapat memberikan kontribusi positif terhadap kawasan.

(10)

Merinci pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan upaya pengelolaan dan upaya pemantauan lingkungan, pola koordinasi dan pengawasan yang diperlukan. Pembangunan One Stop Service Area direncanakan dibangun berdekatan dengan area Pantai Teupin Layeu, Jalan Nasional Sabang - KM 23, Desa/Gampong Iboih, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang. Batas administrasi kawasan pariwisata Teupin Layeu-Gapang yaitu sebelah utara adalah selat malaka, sebelah timur adalah Pulau Rubiah, sebelah selatan dan barat adalah Jalan Nasional Sabang – KM 0.

Kegiatan usaha pada kawasan pariwisata ini selain pembangunan One Stop Service Area meliputi : (a) penyewaan lahan yang telah dilengkapi dengan prasarana sebagai tempat untuk menyelenggarakan usaha pariwisata; (b) penyewaan fasilitas pendukung lainnya; (c) penyediaan bangunan-bangunan untuk menunjang kegiatan usaha pariwisata dalam kawasan pariwisata. Selain kegiatan diatas, badan usaha kawasan pariwisata dapat juga menyelenggarakan sendiri usaha pariwisata lain dalam kawasan yang bersangkutan.

4.2. Skala Usaha, Komponen Rencana Usaha, dan Dampak yang Akan Terjadi.

Dalam Kawasan Pariwisata ini, One Stop Service Area direncanakan akan dibangun pada luas lahan sebesar 2350 m2 dengan beberapa area kegiatan yang memiliki fungsinya masing-masing, meliputi area bisnis (kafe makan minum, tempat souvenir, dll), historical and education area (mini museum dan information center), area penunjang (ruang tunggu supir, ruang toilet/WC), area parkir, dan area pintu gerbang (ruang jaga dan entry gate).

Usaha atau kegiatan yang direncanakan tersebut diyakini dapat memberikan dampak terhadap lingkungan hidup baik pada saat prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca konstruksi (operasional). Komponen rencana usaha dan/atau kegiatan kawasan pariwisata Teupin Layeu-Gapang yang diyakini akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komponen Rencana Usaha Kawasan Pariwisata yang diyakini Menimbulkan Dampak terhadap Lingkungan Hidup

No. Tahap

Usaha/Kegiatan Komponen yang diyakini Menimbulkan dampakterhadap Lingkungan Hidup 1. Pra Konstruksi Pembebasan lahan (luas lahan 2350 m2 dan status

kepemilikan lahan adalah milik Pemerintah Daerah Kota Sabang)

2. Konstruksi  Pembukaan dan Pematangan Lahan

 Pembangunan fisik (fasilitas-fasilitas publik di dalam One Stop Service Area)

 Mobilisasi alat dan bahan Mobilisasi tenaga kerja

 Pencegahan Kebakaran (menggunakan racun api ukuran 10 liter)

(11)

No. Tahap

Usaha/Kegiatan Komponen yang diyakini Menimbulkan dampakterhadap Lingkungan Hidup

 Pembangunan Jalan

Tujuan dari penyusunan dokumen UKL-UPL Pembangunan Kawasan Pariwisata di Pantai Teupin Layeu – Gapang, Kota Sabang adalah mengidentifikasi komponen kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dan mengidentifikasi komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak sebagai akibat adanya proyek peningkatan/pembangunan jalan serta memprediksi dan mengevaluasi besarnya dampak lingkungan yang terjadi. Prediksi dan evaluasi besarnya dampak lingkungan yang terjadi dapat dilakukan dengan membuat tabulasi yang berisi kolom-kolom yang menerangkan sumber dampak, jenis dampak, sifat dampak, besaran dampak dan keterangannya. Untuk besaran dampak diperlukan kajian dan analisis lebih lanjut dengan berbagai analisis dan pengetesan secara kimia, biologi dan fisik.

Tabel 2. Matrik Dampak terhadap Lingkungan yang Diyakini Ditimbulkan dari Pembangunan Kawasan Pariwisata

No. DampakSumber Jenis Dampak DampakSifat Keterangan A. Tahap Pra Konstruksi

1. Perencanaan Keresahan pedagang dan masyarakat

sekitar kawasan Negatif Lokasi kegiatan dan sekitarnya B. Tahap Konstruksi

1. Mobilisasi alat

dan bahan  Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan

(12)

No. DampakSumber Jenis Dampak DampakSifat Keterangan

4.3. Program Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Setelah diketahui jenis dampak dan besaran dampak dari pembangunan kawasan pariwisata Pantai Teupin Layeu-Gapang, langkah selanjutnya yaitu merumuskan saran tindak lanjut yang dapat dilaksanakan oleh proyek atau instansi lain yang terkait guna mengurangi dampak negatif, yang dijabarkan dalam rumusan umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL). Rumusan umum ini biasanya ditampilkan dalam sebuah tabel atau matrik.

Tabel upaya pengelolaan lingkungan (UKL) terdiri dari kolom-kolom yang berisi uraian singkat dari jenis dampak, sumber dampak, komponen lingkungan yang terkena dampak, tolok ukur dampak, tujuan pengelolaan lingkungan, pengelolaan lingkungan (upaya, lokasi dan periodik), biaya pengelolaan lingkungan, instansi (pelaksananya, pengawas, dan pelaporan). Sedangkan tabel upaya pemantauan lingkungan (UPL) terdiri dari kolom-kolom yang berisi uraian singkat dari jenis dampak, sumber dampak, komponen lingkungan yang terkena dampak, tolok ukur dampak, parameter lingkungan yang dipantau, tujuan pemantauan, metode pemantauan, lokasi pemantauan, waktu/frekuensi pemantauan, instansi (pelaksananya, pengawas, dan pelaporan).

Sebagai contoh dari langkah pengelolaan lingkungan pada tahap pra konstruksi yaitu jenis dampak keresahan pedagang dan masyarakat sekitar kawasan, maka upaya pengelolaan lingkungan hidupnya yaitu dengan melakukan sosialisasi terhadap pedagang dan masyarakat mengenai pembangunan kawasan pariwisata serta menjamin pedagang dan masyarakat terhadap kepastian dapat bekerja didalam kawasan pariwisata apabila kawasan sudah dibangun. Tolok ukur efektivitas pengelolaannya adalah tidak terjadi gejolak dan konflik di dalam komunitas pedagang dan masyarakat akibat adanya rencana pembangunan kawasan pariwisata. Langkah pemantauan pada tahap pra konstruksi ini dapat dilakukan dengan metode wawancara dan penyebaran kuesioner mengenai tanggapan masyarakat terhadap rencana pembangunan kawasan pariwisata ini.

5. KESIMPULAN

(13)

persaingan usaha, meningkatkan pendapatan Daerah dan Negara, dan membuka lapangan pekerjaan.

Dalam perencanaan pembangunan kawasan pariwisata, pencemaran lingkungan dan dampak lainnya baik negatif dan positif dapat diperkirakan terjadi. Dengan melakukan studi kelayakan lingkungan, diharapkan pelaksanaan pembangunan kawasan pariwisata tersebut dapat berwawasan lingkungan hidup dan terkelolanya sumber daya secara bijaksana serta terwujudnya pembangunan pariwisata berkelanjutan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup masyarakat.

Penyusunan dokumen UKL-UPL setidaknya memerlukan kajian secara sumir, sedangkan dokumen Amdal dihasilkan dari proses kajian/telaah yang lebih mendalam. UKL-UPL adalah sebuah dokumen yang berfungsi sebagai pedoman untuk pengelolaan dan pemantauan lingkungan agar kualitas lingkungan terjaga dan tidak rusak karena adanya pendirian kawasan pariwisata. UKL-UPL juga dapat membantu mengambil keputusan dan pemilihan alternatif yang layak dari segi lingkungan.

Secara umum UKL-UPL disusun untuk menangulangi, meminimisasi atau mengendalikan dampak negatif baik yang timbul di saat usaha dan/atau kegiatan belum beroperasi (pra konstruksi), ketika beroperasi (konstruksi) maupun hingga saat pasca konstruksi usaha atau kegiatan kawasan pariwisata berakhir. UKL-UPL didalam proses penyusunannya juga mencoba untuk meningkatkan dampak positif sehingga dampak tersebut dapat memberikan manfaat yang lebih besar baik kepada pemrakarsa maupun pihak lain terutama masyarakat yang turut menikmati dampak positif tersebut.

Bagi pemerintah, UKL-UPL berfungsi untuk mempermudah kontrol lingkungan, mengendalikan pencemaran lingkungan, penataan ruang yang sesuai, dan monitoring bagi suatu kegiatan yang berdampak pada lingkungan. Bagi perusahaan dapat memberikan manfaat, antara lain memonitoring pencemaran lingkungan yang dihasilkan, tersertifikasi usaha dan/atau kegiatannya, dan memudahkan pelaporan ke Pemda setempat. Sedangkan untuk masyarakat dapat memberi manfaat agar lingkungan tempat tinggalnya tidak rusak, air sungai tidak terkontaminasi sehingga masih dapat digunakan, dan memudahkan kontrol lingkungan dari masyarakat sekitar maupun LSM lingkungan.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pekerjaan Umum, 2012: Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Teupin Layeu-Gapang Kota Sabang, Provinsi Aceh. Jakarta: PT. Reka Spasia Indonesia

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL

Permen LH No.13 Tahun 2010 tentang upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup dan surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

Permen Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan

Gambar

Gambar 3. Pantai Teupin Layeu dan Pantai Gapang
Tabel 1. Komponen Rencana Usaha Kawasan Pariwisata yang diyakiniMenimbulkan Dampak terhadap Lingkungan Hidup
Tabel 2. Matrik Dampak terhadap Lingkungan yang Diyakini Ditimbulkandari Pembangunan  Kawasan Pariwisata
Tabel upaya pengelolaan lingkungan (UKL) terdiri dari kolom-kolom yang berisiuraian singkat dari jenis dampak, sumber dampak, komponen lingkungan yangterkena dampak, tolok ukur dampak, tujuan pengelolaan lingkungan, pengelolaanlingkungan (upaya, lokasi dan

Referensi

Dokumen terkait

Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, yang telah memberikan informasi yang berguna bagi penulis dalam menyelesaikan Penulisan Hukum/Skripsi. Bapak Magaliasih, Staf

Pencemaran Lingkungan Di Kawasan Malioboro Kota Yogyakarta. Adapun yang menjadi rumusan masalah yang pertama adalah. bagaimana peran pedagang kaki lima dalam

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan (Pasal 1 Peraturan Pemerintah

Mengidentifikasi rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan terutama yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup

VALUASI EKONOMI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DAN BIAYA RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN STUDI AMDAL RUMAH SAKIT.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak

Peraturan perundangan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai acuan dalam penyusunan Dokumen Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) yang terkait dengan

tentang dampak penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan..  Rencana Lingkungan Hidup (RPL) adalah upaya pemantauan