FUNGSI
PENGAWASAN DPR
Disampaikan dalam Sekolah Konstitusi 2.0
yang diselenggarakan oleh @advokatkonstitusi
Dr. H. Saleh P Daulay, M.Ag., M.Hum., MA
(Ketua Fraksi PAN DPR RI)
Profil
Lahir di Sibuhuan, Padang Lawas Sumatera Utara, 5 April 1974 Riwayat Pendidikan
• S1 USU (S.S.)
• S2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Sejarah Peradaban Islam (M.Ag.)
• S2 Fakultas Filsafat Universitas Indonesia (M.Hum.)
• S2 University of Colorado, USA, Filsafat (M.A.)
• S3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Dr.) Karya
• Buku “Kloning dalam Perspektif Islam” (Teraju, 2005)
• Buku ”Menghadang Corona: Advokasi Publik di Masa Pandemik” (Litera, 2020)
• Buku ”Filsafat Politik Melayu: Tinjauan Filosofis & Refleksi Filosofis Kitab Taj Al-Salatin Karya Bukhari Al-Jauhari”
(Litera, 2020)
Aktivitas Sosial
• Wakil Sekretaris Dewan Pakar Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat, masa bakti 2010-2015.
• Ketua Komisi Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia Pusat masa bakti 2010-1015.
• Wakil Ketua Bidang Luar Negeri sekaligus juru bicara Majelis Pengurus Pusat Asosiasi Dosen Indonesia (MPP ADI),.
• Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah 2010-2014
DPR
• Ketua Komisi VIII DPR RI (2014-2016)
• Wakil Ketua Komisi IX DPR RI (2016-2019)
• Sekretaris Fraksi PAN MPR RI (2016-2019)
• Wakil Ketua MKD DPR RI (2019-Sekarang)
• Ketua Fraksi PAN DPR RI (2019-Sekarang)
DPR Mempunyai Fungsi
Legislasi Anggaran Pengawasan
Fungsi Pengawasan Dilakukan Terhadap
• Pelaksanaan Undang - Undang
• Pelaksanaan Keuangan Negara
• Kebijakan Pemerintah.
Dilakukan Melalui Instrumen
• Dilaksanakan melalui pelaksanaan hak DPR
• D ilaksanakan melalui pelaksanaan tugas alat kelengkapan DPR
• Dapat dilaksanakan melalui pembentukan tim
• Dapat melakukan konsultasi dengan lembaga
negara lain.
• Hak Interpelasi
• Hak Angket
• Hak Menyatakan Pendapat
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, khususnya terkait pelaksanaan Fungsi Pengawasan, DPR dibekali 3 (Tiga) Hak, yakni :
Instrumen Pengawasan
DPR
(Pasal 20A ayat (2) UUD NRI 1945)
INTERPELASI HAK
Hak DPR untuk meminta keterangan kepada
Pemerintah mengenai kebijakan pemerintah
yang penting dan strategis serta berdampak
luas pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
HAK ANGKET
Hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap
pelaksanaan suatu undang-undang/kebijakan pemerintah
yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan
berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.
Hak Menyatakan Pendapat = Hak DPR untuk menyatakan pendapat atas :
• Kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau di dunia internasional;
• Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket; atau
• Dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran
hukum baik berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden
dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden.
Tema Hak Interpelasi Hak Angket Hak Menyatakan Pendapat
Pengusul minimal 25 (dua puluh lima) orang Anggota dan lebih dari 1 (satu) Fraksi.
minimal 25 (dua puluh lima) orang Anggota dan lebih dari 1 (satu) Fraksi.
minimal 25 (dua puluh lima) orang Anggota dan lebih dari 1 (satu) Fraksi.
Dokumen menyertai dokumen yang memuat:
- materi kebijakan
dan/atau pelaksanaan kebijakan Pemerintah;
- alasan permintaan keterangan.
menyertai dengan dokumen yang memuat paling sedikit:
- materi kebijakan dan/atau pelaksanaan undang- undang yang akan diselidiki; dan
- alasan penyelidikan.
menyertai dengan dokumen yang memuat paling sedikit:
- materi dan alasan pengajuan usul pernyataan pendapat;
- hasil pelaksanaan hak
interpelasi atau hak angket; atau
- materi dan bukti yang sah atas
dugaan adanya tindakan atau
materi dan bukti yang sah atas
dugaan tidak dipenuhinya syarat
sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden.
Hak Interpelasi Hak Angket Hak Menyatakan Pendapat
- Presiden dan pimpinan lembaga dapat hadir memberikan keterangan penjelasan tertulis terhadap materi interpelasi dalam rapat paripurna DPR
- Jika Presiden tidak dapat hadir, Presiden menugasi menteri atau pejabat terkait untuk mewakilinya.
- Pengusul dan/atau Anggota yang lain dapat diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya terhadap keterangan Presiden
- Presiden dan pimpinan lembaga memberikan jawaban atas pendapat pengusul dan/atau Anggota yang lain
- DPR membentuk panitia khusus yang keanggotaannya terdiri atas semua unsur Fraksi.
- selain meminta keterangan dari
Pemerintah, dapat meminta keterangan dari saksi, pakar, organisasi profesi, dan/atau pihak terkait lainnya.
- berhak meminta pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga masyarakat untuk memberikan keterangan.
- Panitia angket meminta secara tertulis kehadiran pihak tertentu dalam jangka waktu yang cukup dan wajib hadir untuk memberikan keterangan, termasuk
menunjukkan dan/atau menyerahkan segala dokumen yang diperlukan kepada panitia angket.
- Panitia angket melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada rapat paripurna DPR dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) Hari terhitung sejak dibentuknya panitia angket.
- DPR membentuk panitia khusus yang keanggotaannya terdiri atas semua unsur Fraksi dengan keputusan DPR.
- Panitia khusus melakukan pembahasan dengan Presiden yang dapat menugaskan menteri atau pejabat terkait untuk
mewakilinya.
- Dalam pembahasan, dapat mengadakan rapat kerja, rapat dengar pendapat, dan/atau rapat dengar pendapat umum dengan pihak yang dipandang perlu, termasuk pengusul.
- Panitia khusus melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada rapat paripurna DPR dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) Hari terhitung sejak dibentuknya panitia khusus.
PR O SE S
SU BS TA N SI
Hak Interpelasi Hak Angket Hak Menyatakan Pendapat
menerima atau menolak keterangan Presiden &
Pimpinan Lembaga Negara
Jika menerima:
hak interpelasi dinyatakan selesai dan materi interpelasi tersebut tidak dapat diusulkan kembali.
Jika menolak
DPR dapat menggunakan hak DPR lainnya.
Memutuskan bertentangan atau tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terhadap:
pelaksanaan suatu Undang-Undang dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
jika diputuskan bertentangan, maka “DPR dapat menggunakan hak menyatakan pendapat”
Jika diputuskan tidak bertentangan dinyatakan selesai dan materi angket tersebut tidak dapat diajukan kembali pada periode masa
keanggotaan DPR yang sama.
memutuskan menerima atau menolak :
1. Laporan panitia khusus terhadap materi kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau di dunia internasional dan tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi DPR menyatakan pendapatnya kepada Pemerintah.
2. Dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum baik berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden, DPR
menyampaikan keputusan tentang hak menyatakan pendapat kepada Mahkamah Konstitusi untuk mendapatkan putusan.
Jika point 1 diterima, DPR menyatakan pendapatnya kepada pemerintah”
Jika point 2 diterima, DPR menyampaikan
keputusan tentang hak menyatakan pendapat kepada Mahkamah Konstitusi untuk mendapatkan putusan.
jika ditolak,
hak menyatakan pendapat tersebut dinyatakan selesai dan tidak dapat diajukan kembali pada periode masa keanggotaan DPR yang sama”
Quorum Pengambilan Keputusan
Hak Interpelasi Hak Angket Hak Menyatakan Pendapat
mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPR yang dihadiri lebih dari 1/2 jumlah Anggota dan
keputusan diambil dengan persetujuan lebih dari 1/2 jumlah Anggota yang
hadir.
mendapatkan persetujuan dari rapat paripurna DPR yang dihadiri lebih dari 1/2 jumlah Anggota dan
keputusan diambil dengan persetujuan lebih dari 1/2 jumlah Anggota yang
hadir.
mendapat persetujuan dari
rapat paripurna DPR yang
dihadiri paling sedikit 2/3
dari jumlah Anggota dan
keputusan diambil dengan
persetujuan paling sedikit
2/3 dari jumlah Anggota
yang hadir.
Sejarah penerapan Hak Interpelasi (diolah dari berbagai sumber)
Mei 2002
DPR mengajukan interpelasi atas kunjungan Presiden Megawati ke Timor
Timur, yang baru diakui secara internasional sebagai negara merdeka.
Saat itu, interpelasi diusulkan oleh 30 orang anggota DPR lintas fraksi
Januari 2003
Interpelasi diajukan DPR kepada Presiden Megawati, terkait lepasnya pulau Sipadan dan Ligitan ke Malaysia.
Usulann tersebut diajukan oleh 52 orang anggota DPR lintas Fraksi
Juni 2008
sebanyak 130 anggota DPR mengajukan interpelasi kenaikan harga BBM kepada
Presiden SBY.
Hak interpelasi itu kemudian berubah menjadi hak angket.
Juli 2008
interpelasi atas kenaikan harga bahan pokok yang digalang 100 anggota DPR
Februari 2008
DPR menginterpelasi Presiden SBY atas kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Menteri Keuangan
menjelaskan soal kasus itu.
Berubah menjadi hak angket
Sejarah penerapan Hak Angket (diolah dari berbagai sumber)
Masa Pemerintahan Presiden Sukarno Hak Angket Penggunaan Devisa (1950)
Masa Pemerintahan Presiden Soeharto Hak Angket Pertamina (1980)
Masa Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid
Hak Angket Buloggate dan Bruneigate (2000)
Masa Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri Hak Angket Dana Nonbujeter Bulog
Masa Presiden SBY
1. Hak Angket Penjualan Kapal Tanker Pertamina (2005)
2. Hak Angket Penyelesaian Kasus BLBI (2008)
3. Hak Angket DPT Pemilu 2009 4. Hak Angket Century (2009)
Sejarah usul Hak Menyatakan Pendapat (diolah dari berbagai sumber)
usul hak pengajuan menyatakan
pendapat terkait kasus dana nonbujeter DKP dalam Pilpres 2004
Usul menggunakan hak menyatakan pendapat terkait kasus bank century (2009)
Seluruhnya tidak berhasil
Hak Menyatakan Pendapat merupakan tindak lanjut dari Hak Interpelasi dan Hak Angket
Menyatakan Hak Pendapat
Interpelasi Hak Hak
Angket
INSTRUMEN LAIN DALAM PENGAWASAN DPR
Selain hal tersebut di atas, dalam melakukan
fungsi pengawasan, DPR dapat melakukan
Kunjungan kerja ke daerah dan instansi terkait
yang menjadi mitra kerja komisi masing-masing
RAPAT- RAPAT DPR
Untuk menjalankan Fungsi Pengawasan DPR, dapat menyelenggarakan Rapat-rapat di bawah ini:
• Rapat Kerja = Rapat dengan Pemerintah yang diwakili oleh Pejabat setingkat Menteri;
• Rapat Dengar Pendapat (RDP) = Rapat dengan pejabat pemerintah yang mewakili instansinya (pejabat eselon I);
• Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) = Rapat dengan
Kelompok Masyarakat, Organisasi atau badan Swasta
baik atas permintaan komisi maupun atas permintaan
pihak lain;
Terima
Kasih!