Peristiwa-peristiwa atau segala sesuatu yang dapat disimpulkan biasanya meninggalkan tanda-tanda lahiriah yang dapat dilihat atau tanda-tanda batin yang biasa disebut alat bukti yang merupakan data pendukung untuk memperkuat alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang. Dalam hal pembuktian, seorang hakim tidak dapat memutus suatu perkara tanpa mempertimbangkan bukti-bukti yang ada. Maka dalam hal ini hakim karena sulitnya mencari kebenaran materil akibat peristiwa masa lalu, tidak bisa begitu saja memutus suatu perkara dengan keyakinannya, ia harus memperhatikan alat bukti yang ada, tanpa adanya alat bukti maka hakim akan dapat memutus suatu perkara. kasus.
Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002. Barang sitaan adalah barang bukti yang disita oleh aparat penegak hukum yang berwenang untuk keperluan pembuktian di persidangan. Pengertian barang sitaan sangat erat kaitannya dengan pengertian alat bukti, karena barang sitaan merupakan barang bukti suatu perkara pidana yang disita oleh aparat penegak hukum yang berwenang untuk keperluan pembuktian di pengadilan.
Namun menurut Soenarto Soerodibroto, istilah barang bukti yang digunakan untuk menyebut barang sitaan berdasarkan Pasal 42 HIR, yang menurut naskah aslinya adalah sebagai berikut:14. Menurut Moeljatno dalam bukunya “KUHP”, dibedakan secara jelas antara “Penyitaan dan Penyitaan”. Menurut KUHAP, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, alat bukti yang sah tercantum dalam Pasal 184 ayat (1).19.
Hal ini tertuang atau tertuang dalam Undang-Undang Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002.
Fungsi Tempat Penyimpanan Benda Sitaan
- Pasal 26
- Pasal 27
- Pasal 28
- Pasal 29
- Pasal 30
- Pasal 31
- Pasal 32
- Pasal 33
- Pasal 34
Salah satu permasalahan yang menarik perhatian di masyarakat. pada tingkat penyidikan, penuntutan pidana, dan pemeriksaan di muka pengadilan, termasuk barang yang dinyatakan sita berdasarkan putusan hakim. Untuk penggunaan barang sitaan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di pengadilan harus ada surat permintaan dari pejabat yang secara hukum bertanggung jawab atas barang sitaan tersebut. Pengeluaran barang sitaan dalam rangka pelaksanaan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, dilakukan atas permintaan penuntut umum secara tertulis.
Mekanisme pelaksanaan pengelolaan barang milik negara dan barang rampasan negara diatur dalam Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.05.UM.01.06 Tahun 1983. Sedangkan sebagai pedoman pelaksanaannya, apakah diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: E2.UM.01.06 Tahun 1986 yang disempurnakan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: E1.35.PK.03.10 Tahun 2002 tentang pedoman pelaksanaan dan petunjuk teknis pengelolaan barang rampasan negara dan barang milik negara di tempat penyimpanan barang sitaan negara. Mekanisme pelaksanaan pengelolaan barang negara dan sitaan negara dalam Rupbasan meliputi penerimaan, penelitian, pendaftaran, penyimpanan, pemeliharaan, pemindahtanganan, penyelamatan, pengamanan, pengeluaran dan penghapusan, serta pelaporan.
Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengatasi kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan pengelolaan barang sitaan negara dan sitaan negara di Rupbasan. Ketua RUPBASAN membuat laporan triwulanan mengenai benda sitaan yang disampaikan kepada Menteri dalam hal ini Direktur Jenderal Pemasyarakatan dengan tembusan kepada pejabat yang menurut tingkat pemeriksaannya bertanggung jawab secara hukum terhadap benda sitaan tersebut dan kepada kepala kantor wilayah departemen kehakiman terkait.
Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Kepolisian Sejarah panjang telah membentuk kepolisian Indonesia
- Pasal 13
- Pasal 14
- Pasal 15
- Pasal 17
- Pasal 18
- Pasal 19
Profesionalisme kepolisian dapat ditingkatkan melalui peningkatan standar profesi yang tinggi dan tugas profesional sebagai teladan serta perilaku sadar hukum sesuai dengan hukum yang dimulai dari sistem “rekrutmen dan pelatihan” kepolisian sesuai dengan tuntutan zaman, ilmu pengetahuan dan tuntutan. teknologi. mustahil mencapai kinerja polisi yang ideal. Fungsi Kepolisian merupakan salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan ketertiban dan keamanan masyarakat, penegakan hukum, pertahanan, perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat”, demikian juga dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002. Sukses pelaksanaan fungsi kepolisian tanpa mengabaikan etika profesi sangat dipengaruhi oleh kinerja kepolisian yang tercermin dalam sikap dan perilaku selama melaksanakan tugas dan wewenangnya.
-ketentuan yang selalu menjadi pedoman bagi kepolisian, yaitu:23 1.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, pada Bab 3 tentang tugas dan wewenang kepolisian disebutkan ketentuan-ketentuan tersebut adalah: 24. Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas. 23 Warsito Hadi Utomo, Hukum Kepolisian di Indonesia, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005), hal. kepada masyarakat untuk penegakan ketentuan hukum;
Melakukan penyidikan dan penyidikan terhadap segala tindak pidana sesuai dengan KUHAP dan peraturan perundang-undangan lainnya; Melakukan pengendalian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia, melakukan koordinasi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan; Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 14 di bidang peradilan pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang.
Dalam keadaan mendesak, mengajukan permohonan secara langsung kepada petugas imigrasi untuk melakukan pencegahan dan penangkalan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana; Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia melaksanakan tugas dan wewenangnya di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, khususnya di wilayah hukum. tempat dimana ia diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Secara umum dapat dikatakan bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh anggota kepolisian telah sesuai dengan tata cara yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Bareskrim mempunyai fungsi dan peranan yaitu menyelenggarakan segala upaya, kegiatan dan pekerjaan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi Bareskrim Polri dalam rangka penyidikan tindak pidana yang dilakukan. pada hakikatnya suatu bentuk penegakan hukum yang diatur dalam peraturan perundang-undangan, dengan memperhatikan tugas Penyidikan tindak pidana banyak kaitannya dengan hal-hal yang berkaitan dengan hak asasi manusia di wilayahnya 27. Kapolri menegaskan bahwa visi dan misi Polri lebih mengutamakan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan publik dibandingkan fungsi penegakan hukum dan pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat. Unit Penyidik sebagai aparat penegak hukum yang bertugas sebagai penyidik suatu perkara dan menyerahkan berkas acara pemeriksaan kepada kejaksaan hendaknya memahami ketentuan dan tata cara pelaksanaan proses penyidikan sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.
Setiap orang yang terlibat dalam suatu tindak pidana harus mempunyai kesempatan memperoleh bantuan hukum, yang hanya diberikan untuk menjaga kepentingan pembelaan diri sejak penangkapan dan/atau penahanan dilakukan. Mekanisme yang dilakukan penyidikan kepolisian tidak terlepas dari KUHAP dan peraturan perundang-undangan lain yang terkait, seperti Keputusan Kapolri No. Setelah menerima atau mengetahui adanya tindak pidana, apa yang dilakukan oleh anggota kepolisian. satuan kebijakan pidana adalah penuntutan, yaitu setiap perbuatan hukum yang dilakukan oleh pembantu detektif atau penyidik terhadap orang atau benda atau barang yang berkaitan dengan tindak pidana yang terjadi.
Penangkapan oleh penyidik terhadap seseorang yang diduga kuat melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup (syarat penangkapan Pasal 17 Jo.
Penutup
Peraturan perundang-undangan
Buku