• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Gambaran Penggunaan Galaktagog Di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Situbondo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Gambaran Penggunaan Galaktagog Di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Situbondo"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

157

HANG TUAH MEDICAL JOURNAL

www.journal-medical.hangtuah.ac.id Research article

Gambaran Penggunaan Galaktagog Di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Situbondo

DIANA LADY YUNITA HANDOYO1, SRI NUR ATIQAH2, SITI ZAMILATUL AZKIYAH3

123 Program Studi Farmasi Universitas Ibrahimy Situbondo Coresponding author: lady.dianayunita@gmail.com

Abstract

Based on the health record of the Situbondo district in 2022, it is stated that 1 out of 21 puskesmas in the Situbondo district has not met the target of fulfilling exclusive breastfeeding. Consuming galactagogues is one strategy to enhance breast milk production. This study aimed to assess the utilization, perceived efficacy, and adverse effects of utilizing galactagogues as a breast milk enhancer.

This study used a cross-sectional method. A questionnaire was utilized as the research tool, and 32 people completed it. The results showed that the galactagogue used was 100% herbal galactagogue. Galactagogue produced the greatest rise in milk production (21.14%), indicating that the baby was dissatisfied.

As many as 55.88% of respondents stated that they did not experience side effects from using galactagogues, 38.23% indicated that they experienced side effects of weight gain, and 2.94% experienced side effects of drowsiness and weakness.

Keywords: Herbal Galactagogue, Chemical Galactagogue, Breast Milk Boost

Abstrak

Profil data kesehatan tahun 2022 di Kabupaten Situbondo menyebutkan bahwa satu dari 21 puskesmas di lingkup wilayah kerjanya belum memenuhi target pemenuhan ASI Eksklusif. Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi ASI melalui konsumsi galaktagog. Berdasarkan fenomena diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan data penggunaan, persepsi keefektifan dan efek samping dari galaktagog sebagai suplemen pelancar ASI.

Penelitian ini menerapkan desain cross sectional (potong lintang). Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuisoner. Jumlah responden dalam penelitian ini sejumlah 32 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa galaktagog yang digunakan ialah galaktagog herbal 100%, Penggunaan galaktagog memberikan peningkatan produksi ASI tertinggi sebasesar 21,14 % dengan tanda bayi tanpak

(2)

158

puas. Sebanyak 55,88% responden menyatakan tidak mengalami efek samping penggunaan galaktagog, 38,23% menyatakan mengalami efek samping kenaikan berat badan, dan 2,94% mengalami efek samping mengantuk dan lemas.

Kata kunci : Galaktagog Herbal,Galaktagog Kimia,Pelancar ASI

PENDAHULUAN

ASI (Air Susu Ibu) merupakan nutrisi ekslusif yag dibutuhkan oleh bayi mulai dari hari pertama kelahiran hingga usia kurang lebih 2 tahun. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Timur tahun 2020 menyatakan bahwa prosentase bayi yang tercatat mendapatkan Inisiasi Menyusui Dini atau IMD sebesar 61.0 %. Data IMD tahun 2020 tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan data tahun 2019 yang menunjukan besaran 68.2%. Adanya pandemi covid-19 menjadi salah satu sebab penurunan IMD, karena penurunan jumlah sasaran yang mengikuti program tersebut. Cakupan pemberian ASI Ekslusif di Kabupaten Situbondo pada tahun 2020 ialah sebesar 74,2 % yakni sebanyak 758 bayi yang diperiksa dari total keseluruhan 1022 bayi. Cakupan bayi usia 6 bulan yang mendapatkan ASI ekslusif ditahun 2020 telah melebihi 50% target yang ditetapkan propinsi. Dari 21 Puskesmas di Kabupaten Situbondo, 21 diantaranya sudah memenuhi target pemberian ASI Ekslusif, sedangkan 1 Puskesmas belum memenuhi target yakni puskesmas kecamatan mangaran sebesar 49,9% (Dinkes, 2021).

Beberapa faktor penyebab tidak tercapainya target tersebut antara lain tidak adanya dukungan keluarga khususnya suami terhadap program IMD, sehingga mempengaruhi kondisi psikologis ibu dan berpengaruh terhadap produksi ASI.

Minimnya tenaga konseling yang berkompeten untuk memberikan pelatihan menyusui di kabupaten Situbondo, sehingga belum mendukung program IMD secara totalitas. Masyarakat lebih tertarik menggunakan susu formula sebagai pengganti ASI karena gencarnya iklan susu formula. Adanya kontrak kerja antara tenaga medis kesehatan dengan pihak produsen susu formula, serta berbagai mitos negatif tentang menyusui dimasyarakat, menjadi kendala keberhasilan program IMD (Departemen Kesehatan, 2007; Dinkes, 2021).

Terdapat beberapa upaya dan pendekatan untuk meningkatan produksi ASI diantaranya adalah peningkatan promosi edukasi melalui berbagai media tentang manfaat pemberian ASI ekslusif sehingga memotivasi ibu untuk memberikan ASI ekslusif, peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan yang berkompeten

(3)

159

untuk memberi konseling bagi ibu menyusui, pemberdayaan kader sebagai motivator ASI, penyediaan ruang khusus laktasi di tempat kerja dan fasilitas umum, menyelenggarakan seminar/ lokakarya/ grup diskusi untuk kelompok pendukung yang memberi support bagi psikologis ibu untuk memberikan ASI, memberikan edukasi mengenai peningkatan frekuensi dan durasi saat menyusui, edukasi tentang peletakan posisi bayi yang baik dan benar saat menyusu, dan edukasi tentang pentingnya konsumsi galaktagog herbal maupun galaktagog kimia (Departemen Kesehatan, 2007; Dinkes 2021). Galaktagog dapat berupa makanan atau suplemen yang berbasis tanaman herbal maupun bahan kimia yang berfungsi untuk menginduksi, mempertahankan dan meningkatkan produksi ASI. Pemilihan galaktagog harus mempertimbangkan aspek efektifitas, keamanan dan waktu penggunaan (Yohmi, 2017; Anggareny & Safitri, 2020).

Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui karakteristik deskriptif penggunaan galaktagog herbal dan kimia yang meliputi jenisnya, persepsi berkurangnya pemberian ASI, efektifitas serta efek merugikan akibat konsumsi galaktagog.

.

METODE PENELITIAN

Bedasarkan surat nomor: 070/373/431.406.3.2/2022 pemerintah Kabupaten Situbondo tentang izin pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan pada bulan November-Desember 2022 di Puskesmas Arjasa Situbondo. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan atau survey, dengan study desain cross sectional (potong lintang). Instrumen untuk mengukur data penggunaan galaktogog berupa kuisoner. Kuesioner disusun berupa daftar pertanyaan yang terstruktur dan dilengkapi dengan pilihan ganda (multiple choice question). Pengumpulan data responden dilakukan melalui wawancara langsung peneliti kepada responden menggunakan kuesioner.

Cara pengambilan sampel menerapkan metode total sampling dimana sampel penelitian ini adalah seluruh populasi ibu menyusui yang tinggal di Kecamatan Arjasa yang berjumlah 32 Orang. Kriteria inklusi pada penelitian ini ialah ibu yang mengalami penurunan produksi ASI dan ibu menyusui yang mengkonsumsi galaktagog. Kriteria ekslusi meliputi ibu menyusui dengan produksi ASI yang lancar.

(4)

160

HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini ialah ibu menyusui di Kecamatan Arjasa Kabupaten Situbondo yang mengalami penurunan produksi ASI dan yang mengkonsumsi galaktogog. Total responden adalah 32 orang dengan usia antara 20–35 tahun. Usia terbanyak ialah 20-25 tahun sebesar 59,37%. Pekerjaan responden mayoritas ialah sebagai ibu rumah tangga dan paritas responden tersebar ialah 1 anak sebesar 84.37 %. Data karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Gambaran Usia, Pekerjaan dan Jumlah Paritas Responden

No Karakteristik

N=32

Jumlah Responden %

1 Usia (Tahun)

20-25 19 59.37 %

26-30 11 34.37 %

31-35 2 6.25 %

35-40 0 0 %

41-45 0 0 %

Total 32 100 %

2 Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga 32 100 %

Pegawai Swasta 0 0 %

PNS 0 0 %

Total 32 100 %

3 Paritas (Jumlah Kelarihan Ke)

1 27 84.37 %

2 5 15.62 %

3 0 0 %

4 0 0 %

Total 32 100 %

Keterangan :

N = Jumlah Responden N = Jumlah Pemilihan

(5)

161

2. Konsumsi Galaktagog

Berdasarkan hasil uji didapatkan hasil bahwa sebesar 84,37 % responden menyatakan mengkonsumsi galaktagog untuk meningkatkan produksi ASI dan 15,62 % tidak mengkonsumsi galaktagog untuk meningkatkan ASI. Galaktagog yang dikonsumsi berupa galaktagog herbal maupun kimia. Data konsumsi galaktagog dapat dilihat pada tabel 2.

3. Faktor Penyebab Berkurangnya ASI

Faktor terbesar penyebab berkurangnya ASI ialah disebabkan oleh puting lecet sebesar 46,94 %. Puting lecet dapat mengurangi kenyaman ibu saat menyusui, hal ini dikarenakan puting yang lecet memberikan rasa sakit saat menyusui. Data faktor penyebab berkurangnya ASI dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3.Faktor Penyebab Kurangnya ASI

Faktor N=32

n %Total Kejadian

Luka lecet pada puting susu 23 46,94

Operasi sesar 0 0,00

Stress 7 14,29

Suntik KB 10 20,41

BBLR 8 16,33

Pil KB 0 0,00

Tidak Mengisi 1 2,04

Total 49 100

4. Tanda Kurangnya ASI

Tabel 4 menunjukkan tanda-tanda kekurangan ASI (Niar, Dinengsih and Siauta, 2021). Hasil menujukkan 34,78 % disebabkan oleh bayi sering menangis, 23,91 % bayi terlihat tidak puas setelah menyusu, 21,74% bayi sering menggenggam tangan an rewel, 10,87 % bayi sering menyusu, 4,35 % bayi menyusu dengan

Tabel 2. Data Responden Konsumsi Galaktagog

Menggunakan Pelancar Asi N=32

n % Kejadian

Iya 27 84.37 %

Tidak 5 15.62 %

Total 32 100

(6)

162

waktu yang sangat lama, 2,17 % suhu bayi diatas 37,5 % dan 2,17 % bayi buang air kecil <6 kali dalam 24 jam.

Tabel 4. Tanda-Tanda Kekurangan ASI Indikator

N = 32 n % Kasus

Frekuensi menyusu meningkat 5 10,87

Bayi merasa kurang puas setelah menyusu 11 23,91

Durasi bayi menyusu lebih panjang 2 4,35

Bayi sering menangis 16 34,78

Suhu bayi diatas 37.5 C 1 2,17

Tinja bayi keras/berwarna hijau 0,00

Bayi tampak rewel & posisi tangan yang menggenggam 10 21,74 Karakteristik urine bayi pekat, bau dan berwarna kuning 0,00 Frekuensi buang air kecil < 6 kali/ sehari 1 2,17

Pertambahan berat badan bayi < 500 gr/bulan 0,00

Berat badan bayi lahir tidak kembali selama 2 minggu 0,00

Total 46 100

5. Tipe Galaktagog Yang Dikonsumsi

Tabel 5 menunjukkan tipe galaktagog yang dikonsumsi oleh responden.

Hasil menujukkan 96,87 % responden menyatakan menggunakan galaktagog herbal untuk meningkatkan ASI, dan 3,12 % tidak memilih galaktagog herbal maupun kimia.

Tabel 5. Tipe Galaktagog Yang Dikonsumsi

Tipe Galaktagog N = 32

n %

Galaktogog Herbal 31 96.87 %

Galaktogog Kimia 0 0.00 %

Tidak Memilih 1 3.12 %

Total 32 100 %

6. Penggunaan Galaktagog Herbal

Tabel 6 menujukkan penggunaan galaktagog herbal. Hasil menunjukkan 54,17 % menyatakan menggunakan galaktagog daun katuk untuk meningkatkan produksi ASI dengan bentuk sedian kapsul, racikan, tablet, sayur, dan jamu. 23,96

(7)

163

% menggunakan daun kelor sebagai sayur, 12,5% menggunakan kacang hijau sebagai sayur, 4,17 % menggunakan sari kurma dalam bentuk jamu, 3,13%

menggunakan fenugreek sediaan kapsul dan 2,08% menggunakan adas dalam bentuk jamu.

Tabel 6. Jenis Galaktagog Herbal Yang Dikonsumsi Responden

No Jenis Galaktagog Herbal

Jenis Sediaan

N = 32

n %

1 Daun Katuk Kapsul 4

54,17

Racikan 7

Tablet 9

Sayur 25

Jamu 7

2 Kelabet 0 0,00

3 Jamu Gejah 0 0,00

4 Kacang Hijau Sayur 12 12,50

5 Moloco 0 0,00

6 Blackmores 0 0,00

7 Kedelai 0 0,00

8 Daun Kelor Sayur 23 23,96

9 Almond 0 0,00

10 Herb of Golds 0 0,00

11 Fenugreek Kapsul 3 3,13

12 Sari Kurma Jamu 4 4,17

13 Adas Jamu 2 2,08

Total 96 100

7. Penggunaan Galaktagog Kimia

Tabel 7 menunjukkan penggunaan galaktagog kimia. Hasil menunjukkan dari 32 responden tidak ada yang menggunakan galaktagog kimia.

(8)

164

Tabel 7. Jenis Galaktagog Kimia Yang Dikonsumsi Responden No Jenis Galaktagog

Kimia

Jenis Sediaan

N=32

n % Pengguna % Total Pengguna

1 Domperindone 0 0 0

2 Metoklopramid 0 0 0

Total 0 0 0

8. Alasan Penggunaan Galaktagog

Tabel 8 menunjukkan pemilihan galaktagog. Hasil menunjukkan alasan responden menggunakan galaktagog herbal ialah 36,36 % dikarenakan mudah didapat, 31,82% harganya murah, 19,7 % lebih efektif dan 12,12% lebih efektif.

Untuk sumber indormasi mengenai galaktagog paling tinggi didaptkan dari bidan sebesar 44%, dari dokter sebesar 22%, dari saudara 32% dan dari internet sebesar 2%.

Tabel 8. Dasar Pemilihan & Sumber informasi Tentang Galaktagog

Pertanyaan

N=32

n % Total Kejadian Dasar Pemilihan Galaktogog

Saran pihak lain 0 0

Mudah dikonsumsi 8 12,12

Mudah didapat 24 36,36

Lebih efektif 13 19,70

Harganya murah 21 31,82

Total 66 100

Sumber Informasi

Dokter 11 22

Bidan 22 44

Orang Tua 0 0

Saudara 16 32

Teman 0 0

Internet 1 2

Apoteker 0 0

Perawat 0 0

Total 50 100

(9)

165

9. Persepsi Tanda-Tanda Kecukupan ASI

Kuesioner tanda – tanda kecukupan ASI mengacu pada pada studi yang sebelumnya (Erlinawati, Amir dan Puteri, 2019). Tabel 9 menunjukkan persepsi tanda-tanda kecukupan ASI, yang menunjukkan 21,14 % bayi tampak puas, jika merasa lapar bangun dan tidur cukup. 18,97 % menyatakan berat badan bayi naik, 15,52% menyatakan bayi akan tidur 3-4 jam setelah menyusui, 10,34%

menyatakan payudara ibu terasa kosong dan lunak setelah menyusui, 8,62%

menyatakan bayi menyusu >10 kali, 6,90% menyatakan ibu dapat mrasakan aliran ASI, 6,90% menyatakan ibu dapat mendengar bunyi menelan Ketika bayi menlan ASI, 5,175% menyatakan payudara tegang sebelum disusukan, dan 1,72%

menyatakan bayi buang air kecil>6 kali sehari dan berwarna jernih/ kekuningan serta bayi sering buang air besar berwarna kuning dan tampak seperti berbiji.

Tabel 9. Pengukuran Persepsi Kecukupan ASI Pada Bayi

Indikator

N=32 n % Total

Kejadian

Kenaikan berat badan bayi 11 18,97

Payudara menegang sebelum disusukan 3 5,17

Payudara kosong dan melunak setelah menyusui 6 10,34

Terdengar suara bayi saat menelan ASI 4 6,90

Frekuensi BAK bayi lebih dari 6 kali/hari, warna jernih/kekuningan 1 1,72 Frekuensi BAB sering dan warna feses kuning dan berbiji 1 1,72 Bayi puas, jika merasa lapar bangun dan tidur cukup 14 24,14 Bayi tertidur selama 3-4 jam setelah menyusu 9 15,52

Frekuensi menyusu bayi >10 kali sehari 5 8,62

Ibu merasakan adanya aliran ASI 4 6,90

Total 58 100

10. Efek Samping

Tabel 10 menunjukkan gambaran efek samping penggunaan galaktagog herbal. Hasil menunjukkan sebanyak 55,88% responden menyatakan tidak mengalami efek samping, 38,23% menyatakan mengalami efek samping kenaikan berat badan, dan 2,94% mengalami efek samping mengantuk dan lemas.

(10)

166

Tabel 10. Efek Samping

Galaktagog Efek samping N=32

n %

Herbal Kenaikan berat badan 13 38.23 %

Mengantuk 1 2.94 %

Lemas 1 2.94 %

Tidak ada efek sampimg 19 55.88 %

Total 34 100

PEMBAHASAN

Hasil peneltian ini menunjukkan umur responden berkisar pada kelompok usia 20-35 tahun, dengan rentang usia tertinggi pada kelompok usia 20-25 tahun sebesar 59,37% dengan paritas terbanyak 1 anak sebanyak 84.37%. Penelitian yang dilakukan oleh Nichol (2005) menyatakan bahwa produksi ASI lebih banyak dihasilkan pada kelahiran ke 2 dan seterusnya dibandingkan dengan kelahiran pertama. Hasil penelitian lain yang selaras dengan penelitian ini menyimpulkan bahwa di Amerika Serikat persentase penggunaan galaktagog pada anak pertama adalah sebesar 50,6%, anak ke-2: 34,2%, anak ke-3: 10,8% dan anak ke-4 sebesar 3.8% (Bazzano, 2017). Hal ini menjadi alasan para responden menggunakan galaktagog untuk meningkatkan produksi ASI dengan presentasi responden menggunakan galaktagog sebesar 84,37%.

Faktor penyebab berkurangnya produksi ASI terbesar ialah dikarenakan puting susu lecet sebesar 46,94%. Putting lecet merupakan faktor terbesar penyebab berkurangnya ASI hal ini diakibatkan oleh rasa sakit yang ditimbulkan saat menyusui dan belum ada pengosongan ASI di payudara sehingga produksi ASI menurun (Roesli, 2008). Lecet pada putting dapat diakibatkan oleh penempatan posisi bayi saat menyusu yang kurang tepat, hal ini disebabkan kurangnya tingkat pengetahuan ibu mengenai posisi menyusui yang tepat. Hal ini didukung oleh data dinas kesehatan Situbondo (2021) yang menyebutkan bahwa salah satu penyebab tidak tercapainya target pemberian ASI adalah kurangnya

(11)

167

sosialisasi dari tenaga konseling kesehatan sehingga tingkat pengetahuan masyarakat mengenai cara menyusui yang baik, masih belum memenuhi target.

Persepsi tanda kurangnya ASI terbesar ialah bayi terlihat tidak puas setelah menyusu sebanyak 23,91%. Menurut Suryoprajogo (2009), bayi yang mengalami ketidakcukupan ASI akan menyebabkan bayi rewel dan sering menangis, konsistensi tinjanya keras dan payudara ibu tidak mengalami pembesaran. Untuk mengantisipasi berkurangnya produksi ASI responden menggunakan galaktagagog dengan presentase terbesar ialah galaktagog herbal sebanyak 96,8%. Alasan responden menggunakan galaktagog herbal ialah karena murah dan mudah didapatkan. Penggunaan galaktagog herbal sebagai peningkat ASI selaras dengan hasil studi Bazzano et al (2017) yang menyatakan bahwa di Amerika Serikat, penggunaan galaktagog herbal oleh ibu menyusui mencapai 95,7% dan sisanya sekitar 4,3% mengunakan galaktagog kimia.

Jenis galaktagog herbal yang paling banyak dikonsumsi dalam studi ini adalah daun katuk sebanyak 54,17% yang biasanya diolah menjadi sayur. Hasil penelitian dari Nur Jannah et.al (2017) menyimpulkan bahwa ekstrak daun katuk mampu menginduksi produksi air susu secara maksimal secara signifikan dengan penggunaan 2x/ hari dan 3x/ hari. Hal ini dikarenakan kandungan daun katuk berupa steroid dan polifenol yang terbukti mampu meningkatkan kadar prolaktin.

Prolaktin merupakan hormon yang mempengaruhi produksi ASI, sehingga.

tingginya kadar prolaktin maka secara tidak langsung dapat meningkatkan produksi ASI (Juliastuti, 2019)

Sumber informasi dalam perolehanan galaktagog terbanyak adalah bidan sebanyak 44%. Hal ini dapat terjadi karena tingginya interaksi antara bidan dengan responden saat proses kehamilan dan pasca melahirkan. Sehingga bidan memegang peran penting dalam terwujudnya kecukupan ASI.

Pada studi ini menunjukkan bahwa responden yang mengkonsumi galaktagog menyatakan bahwa bayinya menunjukkan tanda-tanda kecukupan ASI. Tanda-tanda kecukupan meliputi kenaikan berat badan bayi naik sebesar 18,97 % disusul dengan bayi akan tidur 3-4 jam setelah menyusu sebesar 15.52%. Dari data tabel 9 dapat dilihat tanda-tanda kecukupan ASI muncul hampir pada semua responden. Menurut Budiati (2010) produksi ASI dikatakan lancar jika minimal 4-5 dari indikator yang di observasi terdapat pada bayi.

(12)

168

Efek samping yang timbul pada ibu setelah mengkonsumsi galaktagog herbal terbanyak ialah responden menyatakan tidak mengalami efek samping sebesar 55,88%. Kedua, responden mengalami kenaikan berat badan sebanyak 38,23% . Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraeny (2020) di kota Kediri yang menyebutkan bahwa daun katuk memberikan efek samping kenaikan berat badan pada ibu menyusui.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tipe galaktagog yang digunakan di daerah Kecamatan Arjasa ialah galaktagog herbal, dimana 54,17% responden menyatakan menggunakan galaktagog daun katuk untuk meningkatkan produksi ASI. Penggunaan galaktagog memberikan peningkatan produksi ASI. Dimana responden menyatakan mengenai tanda-tanda kecukupan ASI pada bayi ialah sebesar 21,14 % dengan tanda bayi tampak puas. Efek samping yang timbul pada ibu menyusui saat menggunakan galaktagog ialah 55,88% responden menyatakan tidak mengalami efek samping, 38,23% menyatakan mengalami efek samping kenaikan berat badan, dan 2,94% mengalami efek samping mengantuk dan lemas.

DAFTAR PUSTAKA

Anggareny. V dan Lia Safitri, 2020. Gambaran Penggunaan Obat Daun Katuk Pada Ibu Menyusui di Kota Kediri. Java Health Jurnal Universitas Kadiri, 7(1): 105-113.

Bazzano.A., Lauren C.,Amelia J.B., 2017.Maternal experience with and sources of information on galactagogues to support lactation:a cross-sectional study. Int J Womens Health. 27(9):105-113. doi: 10.2147/IJWH.S128517.

Budiati, T., Setyowati, S., & CD, Novy Helena., 2010. Peningkatan Produksi ASI Ibu Nifas Seksio Sesarea Melalui Pemberian Paket "Sukses ASI". Jurnal Keperawatan Indonesia, 13(2): 59–66. https://doi.org/10.7454/jki.v13i2.233.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2020. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Dinkes. 2021 . Dinkes Situbondo (Profil Kesehatan Kabupaten Situbondo) Tahun 2021.

Departemen Kesehatan. 2007. Keputusan Mentri Kesehatan RI Kebijakan Obat.

(13)

169

Erlinawati, Hennyda Fitri Amir dan Puteri Ade Dita, 2019. Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Pada Ibu Menyusui Dengan Peningkatan Berat Badan Bayi.

Jurnal Dopler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Riau, 3(2): 9-17.

Juliastuti. 2019. Efektivitas daun katuk (Sauropus androgynus) terhadap kecukupan ASI pada ibu menyusi di puskesmas kuta baro aceh besar. J Heal. Sci. Vol 3, No 1: 01-05.

Niar, A., Dinengsih, S. and Siauta, J. (2021) ‘Faktor-faktor yang Memengaruhi Produksi ASI pada Ibu Menyusui di RSB Harifa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara’, Midwiferia Jurnal Kebidanan, 7(2):10–19.

Nichol. K.P. 2005. Panduan Menyusui (Wilujeng Penenrjemah).Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Nur Jannah, Siti ; Kamariyah, Nurul dan Umdatus Soleha. 2017.Pengaruh Konumsi Ekstak Daun Sauropus androgynus (L) meer (Katu) dengan peningkatan hormone prolactin ibu menyusui dan perkembangan bayi di kelurahan wonokromo surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan,10(1): 24-35.

Roesli. Utami. 2008. Inisiasi Menyusui Dini Plus Asi Ekslusif. Jakarta: Pustaka Bunda.

Suryoprajogo. M. 2009. Keajaiban Menyusui. Yogjakarta: Fitramaya.

World Health Organization (WHO). 2015. Advocacy Strategy Breastfeeding Advocacy Initiative For The Best Start In Life 102.

Yohmi Elizabeth, Partiwi I. G. A.N., Ananta Yovita, Pambudi Wiryani, Dewanto Naomi Esthernita, 2017. Strategi Optimalisasi Pertumbuhan Bayi ASI Eksklusif. Badan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia. Cetakan 1, Jakarta Sagung Seto.

Referensi

Dokumen terkait

Tidak adanya hubungan antara kejadian anemia pada ibu menyusui dengan status gizi bayi disebabkan karena hasil pengukuran hemoglobin paling rendah 8,6 mg/dL

Dari hasil penelitian ini didapatkan gambaran pengetahuan dari 88 responden didapat 40 orang (46%) mempunyai pengetahuan yang kurang baik terutama tentang akibat

Berdasarkan hasil analisa dapat disimpulkan bawa terdapat peningkatan pengetahuan peserta menganai galaktagog sebanyak 100%, dengan 50% peserta menyatakan bahwa menyatakan

Berdasarkan tabel 2 distribusi frekuensi kejadian efek samping kontrasepsi suntik DMPA berupa kenaikan berat badan bahwa dari 51 (100%) responden yang mengalami efek

Gambaran perilaku penderita kusta terhadap 14 responden penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Umbulsari Kabupaten Jember yaitu pengetahuan responden tentang

Data pada diagram 3 memperlihatkan bahwa tahun 2011 dan 2012 warga yang mendapatkan obat namun tidak meminumnya lebih banyak disebabkan karena takut efek samping yang

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat dilihat hasil analisis bivariat dngan menggunakan uji chi squere, dalam analisis efek samping responden dalam penelitian ini

JURNAL KESEHATAN TAMBUSAI 6672 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Calon Pengantin tentang Efek Samping Imunisasi Td di Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan