PENDAHULUAN
Identifikasi Masalah
Pembatasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi positif untuk meningkatkan mutu guru di SD Negeri 113 Bengkulu Selatan terutama dalam penyampaian materi di kelas sesuai dengan keanekaragaman gaya belajar siswa. Sebagai tambahan referensi bagi mahasiswa-mahasiswa lain yang ingin mengkaji lebih dalam mengenai perbedaan gaya belajar siswa.
LANDASAN TEORI
Gaya Belajar
Gunawan juga berpendapat bahwa gaya belajar adalah cara-cara yang lebih disukai dalam melakukan kegiatan berfikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Menurut Reid gaya belajar merupakan cara yang sifatnya individu untuk memperoleh dan menyerap informasi dari lingkungan, termasuk lingkungan belajar.16. Berdasarkan pendapat beberapa teori di atas, bahwa gaya belajar siswa adalah suatu cara yang sifatnya individu yang dimiliki oleh siswa untuk memperoleh, menyerap, mengatur, dan mengolah informasi dalam proses pembelajaran.
Setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda, ketika seseorang telah belajar menggunakan gaya belajar yang benar maka akan berdampak pada keefektifan penyerapan informasi yang di terima. Visual Learners adalah gaya belajar di mana gagasan, konsep, data dan informasi lainnya dikemas dalam bentuk gambar dan teknik. Siswa yang memiliki gaya belajar visual ini memiliki ketertarikan yang tinggi ketika diperlihatkan gambar, grafik, grafis organisatoris, seperti jaring, peta konsep, dan ide peta, plot, dan ilustrasi visual lainnya.
Siswa yang memiliki gaya belajar auditori akan mengandalkan kesuksesan dalam belajarnya melalui telinga (pendengarannya), oleh karena itu guru sebaiknya memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan penjelasan apa yang dikatakan guru. Pembelajaran yang dapat mengakses ketiga gaya belajar tersebut adalah pembelajaran yang berorientasi aktivitas siswa dengan menggunakan berbagai macam pendekatan dan media pembelajaran.
Konsep Siswa
Sedangan Hasbullah berpendapat bahwa siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan.26 Tanpa adanya peserta didik, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Sebabnya ialah karena peserta didiklah yang membutuhkan pengajaran dan bukan guru, guru hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada peserta didik. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, bisa dikatakan bahwa siswa atau peserta didik adalah orang/individu yang mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya agar tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh pendidiknya.
26 Hasbullah, Otonomi Pendidikan, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010), hal 121. . tujuan, bahan, prosedur belajar mengajar dengan tepat. Prescott, mengadakan klasifikasi kebutuhan siswa sebagai berikut. a) Kebutuhan-kebutuhan fisiologis: bahan-bahan dan keadaan yang esensial, kegiatan dan istirahat, kegiatan seksual. Kebutuhan menonjolkan diri adalah kebutuhan yang tertinggi, ingin dianggap orang yang terbaik, ingin menjadi orang ideal, dan lain-lain.27.
27Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hal 24. . yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Dengan fungsi ini dapat diketahui tingkat penguasaan bahan pelajaran yang seharusnya dikuasai oleh siswa.. b) Untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang yang telah dilakukan guru. Melalui penilaian, berarti menilai kemampuan guru itu sendiri dan hasilnya dapat dijadikan bahan dalam memperbaiki usahanya, yakni tindakan belajar mengajar berikutnya.28.
Proses Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar. Pembelajaran juga dikatakan sebagai proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar. Dalam belajar tentunya banyak perbedaan, seperti adanya peserta didik yang mampu mencerna materi pelajaran, ada pula peserta didik yang lambat dalam mencerna materi pelajaran.
Kedua perbedaan inilah yang menyebabkan guru mampu mengatur strategi dalam pembelajaran yang sesuai dengan keadaan peserta didik. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar.30 Secara Nasional,. Tujuan dalam pembelajaran yang telah dirumuskan hendaknya disesuaikan dengan ketersediaam waktu, sarana prasarana dan kesiapan peserta didik.
Sehubungan dengan hal itu, maka seluruh kegiatan guru dan peserta didik harus diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah diharapkan.33. Sedangkan, pembelajaran yakni bagaimana membelajarkan peserta didik atau bagaimana membuat peserta didik dapat belajar dengan dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa. Pembelajaran adalah runtutan kegiatan yang memungkinkan peserta didik dapat berubah dalam hal ini tingkah laku yang lebih baik.
Penelitian yang Relevan
Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya visual, auditori, dan kinestetik dengan hasil belajar siswa pada kelas V SD Negeri 29 Banda Aceh. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis korelasi product moment, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Hubungan Gaya Belajar Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Way Laga Bandar Lampung”. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gaya belajar dengan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 1 Way Laga Bandar Lampung. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Kerangka Berpikir
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Adapun alasan peneliti memilih kelas V adalah karena anak kelas V sudah masuk ke dalam operasional konkret tingkat akhir, dimana kemampuan berpikirnya sudah logis dan sistematis, mampu memecahkan masalah, menyusun strategi dan mampu menghubungkan. Kemampuan komunikasinya sudah berkembang seiring perkembangan kemampuan berpikirnya sehingga sudah mampu mengungkapkan pemikiran dalam bentuk ungkapan kata yang logis dan sistematis.
Sumber Data Penelitian
Pada bagian ini penulis menyajikan analisis data hasil wawancara dengan sumber atau informan penelitian mengenai gaya belajar siswa dalam proses. Hasil wawancara dari sumber atau informan Ibu Wilita, S.Pd guru kelas mengenai gaya belajar siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V. Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, sehingga guru dituntut untuk mengajar sesuai dengan karakteristik siswa yang dihadapinya, agar memudahkan siswa dalam menyerap pelajaran yang disampaikan oleh guru serta sarana dan prasarana pendukung di sekolah kurang memadai.
Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, sehingga guru dituntut untuk mengajar sesuai dengan karakteristik siswa yang dihadapinya, agar memudahkan siswa untuk menyerap pelajaran yang disampaikan guru. Saya juga belum memahami gaya belajar siswa lebih cenderung kemana apalagi pada pembelajaran bahasa Indonesia karena setiap siswa dalam memiliki gaya belajar yang berbeda untuk setiap masing-masing pelajaran. Memang setiap siswa dalam setiap kelas memiliki gaya belajar yang berbeda-beda bahkan dalam pelajaran lain.
Dalam penelitian Ken dan Rita Dunn mengatakan bahwa: “setiap manusia memiliki gaya belajar yang unik. Analisis data hasil wawancara dengan sumber atau informan penelitian mengenai gaya belajar siswa di SD Negeri 113 Bengkulu Selatan. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di SD Negeri 113 Bengkulu Selatan tahun ajaran 2019/2020 yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual mayoritas lebih suka membaca daripada dibacakan.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap siswa kelas V dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia memiliki kecenderungan pada salah satu gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. Hasil wawancara dengan sebagian siswa bahwa di kelas V gaya belajar yang paling menonjol digunakan siswa adalah gaya belajar visual.
Tempat Pengumpulan Data
Teknik Keabsahan
Uji keabsahan data kualitatif meliputi uji credibility (validitas interbal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (objektivitas).55. Bahwa uji kreadibilitas data atau kepercayaan terhadap data penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjang pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check. Triangulasi sumber, yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Triangulasi waktu, dapat dilakukan dengan cara pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu dan situasi yang berbeda. Bahwa uji transferability supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberi uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak reliabel atau dependabel.
Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujinya dapat dilakukan secara bersamaan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dan proses penelitian yang dilakukan, maka proses penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.
Teknik Analisis Data
Dari hasil wawancara dan observasi langsung ke lapangan, penulis menemukan banyak permasalahan sehubungan dengan gaya belajar. Seperti halnya dalam saya mengajar pelajaran Bahasa Indonesia ada siswa yang cepat dalam memahami materi apa yang saya sampaikan ada juga yang lamban, dikarenakan saya belum begitu menyesuaikan keanekaragaman gaya belajar dari masing-masing anak. Seperti yang saya sudah katakan sarana dan prasarana sekolah yang membuat saya mengajar juga terbatas, hal ini salah satu penyebab siswa kurang fokus dan bosan dalam pembelajaran, bisa dikatakan ini sulit jika suatu ketika ada materi yang saya sampaikan melalui ucapan kurang dimengerti oleh siswa.”56 Hasil observasi dan wawancara dari siswa mengenai gaya belajar siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas V SD Negeri 113 Bengkulu Selatan bahwa untuk gaya belajar siswa terbagi menjadi tiga yaitu visual, auditori, dan kinestetik.
Berkaitan dengan siswa yang masih ada yang belum fokus dan bosan pada saat pembelajaran sedang berlangsung juga dikarenakan dengan guru maupun siswa belum memahami gaya belajar pada masing-masing individu siswa. Berdasarkan wawancara dengan guru diketahui bahwa guru belum mengetahui gaya belajar dari setiap masing-masing siswa, sedangkan hasil wawancara dengan sebagian siswa bahwa di kelas V SD Negeri 113 Bengkulu Selatan gaya belajar yang paling menonjol digunakan siswa adalah gaya belajar visual. Gaya belajar siswa sangat menentukan bagaimana individu menerima dan menyerap suatu pengetahuan sehingga siswa dapat menguasai suatu pelajaran yang dipelajarinya.
Siswa yang memiliki gaya belajar auditori akan mengandalkan kesuksesan dalam belajarnya melalui telinga (pendengarannya), oleh karena itu guru sebaiknya memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya, dan gaya belajar kinestetik (kinesthetic learners) adalah siswa belajar dengan cara melakukan, menyentuh, merasa, bergerak, dan mengalami.61. Tidak ada suatu gaya yang lebih baik atau lebih buruk daripada gaya belajar yang lain. Gaya belajar mempunyai dampak kepada pendidikan, hal ini terkait dengan gaya belajar apa yang digunakan terhadap materi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian sebagai tolak ukur tercapainya pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan pendapat Deporter yang mengatakan bahwa gaya belajar lebih suka membaca daripada dibacakan. Analisis Gaya Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas V SD Gugus VI Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesa, Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun 2016.