• Tidak ada hasil yang ditemukan

Getaran Manusia dalam Industri

N/A
N/A
Pruestine Azzah Trisnawan

Academic year: 2024

Membagikan " Getaran Manusia dalam Industri"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM HYGIENE INDUSTRI HUMAN VIBRATION

Disusun Oleh :

Nama Pruestine Azzah Trisnawan

NRP 0522040114

Kelas K3IID

Tanggal Kamis, 27 April 2023

Dosen Pengampu

1. Aulia Nadia Rachmat, S.ST., M.T 2. Dr. Indri Santiasih, S.KM., M.T

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2023

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di era yang telah maju ini, tidak hanya perkembangan di beberapa sektor saja yang terjadi, termasuk salah satunya di bidang industri yang kian lama kian pesat pengaruhnya. Hal tersebut merupakan salah satu hasil dari mesin yang bekerja pada industri, yang memberi respon kepada penggunanya, salah satunya adalah getaran.

Secara umum getaran dapat didefinisikan sebagai gerakan bolak-balik suatu benda dari posisi awalnya. Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Getaran merupakan efek suatu sumber yang memakai satuan ukuran hertz (Depkes, 2003:21).

Getaran adalah kondisi lingkungan yang umum terjadi pada semua jenis kendaraan yang digunakan untuk transportasi manusia, dan sangat sering ditemui pada beberapa kendaraan militer. Hal ini juga merupakan kondisi umum di sekitar mesin industri berat. Efek yang mungkin berbahaya dari getaran tersebut, tentu saja, merupakan masalah yang sangat perlu diawasi. Efek berbahaya dapat terjadi seperti cedera fisik dan bahaya kesehatan atau gangguan efisiensi dan keselamatan kerja para pekerja (Grether, 1971). Beberapa contoh masalah kesehatan yang dapat terjadi akibat paparan getaran pada tubuh manusia adalah sakit kepala, keluhan pada sistem pencernaan, gangguan saraf, dan kerusakan tulang belakang.

Dampak getaran juga dapat terjadi tidak hanya pada manusia, namun pada mesin pula.

Getaran merupakan hal yang umum terjadi pada peralatan industri yang berputar. Tingkat getaran pada mesin yang terlalu tinggi merupakan tanda kerusakan komponen. Mesin akan mengalami kerusakan yang lebih buruk jika getaran yang tinggi ini tidak diatasi. Mesin harus dipelihara untuk mendapatkan performa terbaik.

Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana getaran mempengaruhi baik mesin maupun tubuh manusia dan bagaimana mengurangi dampak negatifnya. Studi tentang getaran dan human vibration dilakukan untuk mengembangkan strategi untuk mengurangi risiko kesehatan dan meningkatkan kenyamanan kerja manusia yang terpapar getaran yang disebabkan dalam dunia industri.

(3)

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja faktor yang menentukan frekuensi getaran mekanis yang diterima satu pekerja?

2. Bagaimana cara mengetahui seberapa besar nilai getaran yang diterima seorang pekerja dan menentukan apakah kondisi tersebut aman tidaknya menurut peraturan yang berlaku?

3. Bagaimana rekomendasi pengendalian apabila kondisi tersebut tidak aman sesuai dengan hirarki pengendalian bahaya?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui faktor – faktor yang menentukan frekuensi getaran mekanis yang diterima satu pekerja.

2. Untuk mengetahui cara menghitung nilai getaran yang diterima seorang pekerja dan menentukan aman tidaknya kondisi berdasarkan peraturan yang berlaku.

3. Untuk memberikan rekomendasi perbaikan jika kondisi tersebut tidak aman sesuai dengan hirarki pengendalian bahaya.

1.4 RUANG LINGKUP

Pengukuran kebisingan pada praktikum kali ini dilakukan di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya tepatnya di Gedung J Lantai 3 pada Kamis, 6 April 2023 pukul 08.00- 10.30 WIB. Dimana tujuan praktikum ini adalah untuk mengukur tingkat getaran yang diterima pekerja agar tidak melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) dan tidak menimbulkan PAK (Penyakit Akibat Kerja). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Human Vibration Meter. Adapun nama kelompok yang akan melakukan praktikum getaran ini sebagai berikut:

1. Ahmad Rizal Firmansyah (0522040099) 2. Mohammad Sulistyo M.W (0522040108) 3. Muhamad Ali Ro’is (0522040109) 4. Pruestine Azzah T (0522040114) 5. Reggina Angel Arifin (0522040118) 6. Zpetnaz Prudentia (0522040124)

(4)

BAB 2 DASAR TEORI

2.1 DEFINISI GETARAN

Berdasarkan Badan Standar Nasional (BSN) dalam SNI 7054:2019, getaran merupakan gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukan keseimbangannya. Secara umum getaran dapat didefinisikan sebagai gerakan bolak-balik suatu benda dari posisi awalnya. Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis (Rusianto dan Susastriawan, 2021).

Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan seimbang. Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Getaran ialah gerakan osilasi disekitar sebuah titik. Vibrasi disebut juga getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis, misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya. Getaran merupakan efek suatu sumber yang memakai satuan ukuran hertz. Getaran (vibrasi) adalah suatu faktor fisik yang menjalar ke tubuh manusia mulai dari tangan sampai ke seluruh tubuh turut bergetar (oscilation) akibat getaran paralatan mekanis yang dipergunakan dalam tempat kerja (Sari dan Martianis, 2019)

Setiap benda yang memiliki massa dan elastisitas dapat mampu bergetar, jadi kebanyakan mesin dan struktur rekayasa mengalami getaran sampai derajat tertentu dan rancangannya biasanya memerlukan pertimbangan sifat osilasinya (Widowati, 2015). Getaran merupakan salah satu faktor fisika yang ada di lingkungan kerja yang berasal dari peralatan ataupun mesin yang memiliki motor penggerak. Getaran atau vibrasi adalah suatu faktor yang menjalar ke tubuh manusia, mulai dari tangan sampai ke seluruh tubuh akibat getaran peralatan mekanis yang digunakan dalam tempat kerja (Mardhatilla, 2016). Pajan vibrasi pada seluruh tubuh dapat dibagi menjadi :

a. Vibrasi frekuensi rendah, contohnya seperti peralatan transportasi darat (bus, truk, kereta api).

b. Vibrasi frekuensi tinggi, contohnya mesin industri, alat-alat berat (forklift, tractor, derek), peralatan transportasi udara atau laut (helikopter dan kapal laut).

c. Vibrasi tidak beraturan, peralatan transportasi darat yang berjalan di jalanan yang tidak rata atau berlubang.

(5)

2.2 KLASIFIKASI GETARAN 2.2.1 GETARAN BEBAS

Getaran bebas adalah getaran suatu benda (bagian mesin) yang disebabkan oleh adanya gangguan awal seperti, gaya sementara, simpangan awal, kecepatan awal. Jadi yang disebut sebagai getaran bebas yaitu benda tersebut bergetar bebas akan bergerak pada satu atau lebih frekuensi naturalnya, yang sifat sistem dinamik yang dibentuk oleh distribusi massa dan kekuatannya. Semua sistem yang memiliki massa dan elastisitas akan mengalami getaran bebas atau getaran yang terjadi tanpa rangsangan dari luar (Putra, et al., 2019).

2.2.2 GETARAN PAKSA

Getaran suatu benda (bagian mesin yang dipaksakan oleh suatu gaya yang bekerja terus menerus dalam suatu kurun waktu atau getaran terjadi karena adanya rangsangan gaya luar), jika frekuensi rangsangannya sama dengan salah satu frekuensi pribadi sistem, maka akan didapat keadaan Resonansi dan Osilasi besar yang berbahaya mungkin terjadi kerusakan pada struktur besar seperti jembatan gedung atau sayap pada pesawat terbang (Putra, et al., 2019).

2.2.3 GETARAN TEREDAM DAN TANPA REDAMAN

Jika tidak ada energi yang hilang atau diserap (disipasi) oleh gesekan atau tahanan yang lain selama osilasi, maka getaran yang terjadi dinamakan getaran tanpa redaman atau undumpedvibration. Tetapi jika ada energi yang hilang atau diserap maka getaran yang terjadi dinamakan getaran teredam atau damped vibration. Semua sistem yang bergetar mengalami redaman sampai derajat tertentu karena energi didisipasi oleh gesekan dan tahanan lain. Jika redaman itu kecil, maka pengaruhnya sangat kecil pada frekuensi natural sistem dan perhitungan frekuensi natural biasanya dilaksanakan atas dasar tidak ada redaman (Rusianto dan Susastriawan, 2019).

Gambar 2.1Eksitasi deterministik dan eksitasi random Sumber: (Rusianto dan Susastriawan, 2019)

(6)

2.2.4 GETARAN LINIER DAN TIDAK LINIER

Menurut Rusianto dan Susastriawan (2019), sistem yang berosilasi secara luas dapat digolongkan sebagai linier dan tidak linier. Jika komponen dasar sistem getaran seperti pegas, massa dan peredam linier, maka getaran yang terjadi akan linier, sedangkan bila komponen dasar sistem getaran tidak linier getaran yang terjadi juga tidak linier. Untuk sistem linier prinsip superposisi berlaku dan teknik matematika yang ada untuk melaksanakan hal itu dikembangkan dengan baik.

Sebaliknya, teknik untuk menganalisis sistem tidak linier kurang dikenal dan sukar digunakan, serta prinsip superposisi tidak valid .

2.2.5 GETARAN DETERMINISTIK DAN NON-DETERMINISTIK

Menurut Rusianto dan Susastriawan (2019), getaran deterministik adalah getaran suatu sistem yang bisa diketahui atau diprediksi setiap saat. Getaran non- deterministik adalah getaran suatu sistem yang tidak bisa diketahui atau diprediksi setiap saat. Jika harga atau besaran eksitasi (gaya atau gerakan) yang bekerja pada sistem yang akan digetarkan diketahui setiap saat maka dinamakan eksitasi deterministik. Getaran yang terjadi merupakan getaran deterministik. Contoh getaran deterministik adalah getaran harmonik, getaran sinusoidal dan getaran periodik. Pada kasus lain, jika gaya eksitasi tidak dapat diprediksikan setiap saat, maka dinamakan eksitasi non-deterministik atau random. Getaran yang terjadi juga non-deterministik atau random.

2.3 JENIS – JENIS GETARAN

Getaran dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu getaran mekanis dan getaran non mekanis. Getaran mekanis adalah getaran suatu benda yang mengalami pergeseran linear atau pergeseran sudut. Contoh dari getaran mekanis adalah pegas, getaran pada bandul, getaran senar gitar, getaran zat atom pada zat padat. Sedangkan getaran non mekanis adalah suatu getaran yang melibatkan adanya perubahan pada besaran fisika. Contoh dari getaran non mekanis adalah medan listrik dan medan magnet.

Getaran mekanis adalah salah satu faktor fisika berbahaya yang disebabkan oleh peralatan ataupun mesin yang sedang beroperasi di tempat kerja (Candra, 2015). Getaran mekanis dapat dibedakan menjadi 2 jenis, diantaranya :

1) Getaran seluruh tubuh (whole body vibration)

(7)

Getaran seluruh tubuh merupakan pemaparan seluruh tubuh terhadap getaran, pada saat pekerja sedang berdiri, atau getaran yang dirasakan saat pekerja duduk ataupun saat sedang berdiri dan tubuh sedang menimbulkan getaran secara menyeluruh.

Getaran mekanis biasanya mempunyai frekuensi sebesar 5-20 Hz. Contoh dari getaran seluruh tubuh ialah seperti saat mengebor, saat tubuh menjadi penyangga sistem mekanis mesin traktor, dan lain lain.

Untuk getaran seluruh tubuh, toleransi untuk orang-orang yang sedang duduk adalah yang paling rendah, yaitu pada frekuensi 3-14 Hz dan resonansinya pada seluruh tubuh terjadi antara 3-6 Hz dan 10-14 Hz (Setyowati dan Jannah, 2023).

Gambar 2.2 Getaran Seluruh Tubuh Sumber: (Yantri, 2017)

2) Getaran pada bagian tubuh tertentu (partial body vibration)

Getaran pada bagian tubuh tertentu adalah getaran yang terjadi pada bagian – bagian tubuh tertentu seperti tangan atau kaki yang berkontak dengan permukaan yang sedang bergetar. Contoh getaran mekanis yang termasuk getaran pada bagian tubuh tertentu adalah pekerja yang sedang memakai gergaji listrik (getaran pada tangan).

Menurut SNI 7054:2019, persyaratan pengukuran pemaparan percepatan getaran pada lengan dan tangan pekerja adalah:

➢ Alat vibrasi meter harus terkalibrasi.

➢ Pengukuran dilakukan pada pegangan alat atau telapak tangan.

(8)

➢ Arah percepatan diukur dengan menggunakan salah satu dari dua sistem koordinat: yaitu sistem basicentric atau biodynamic.

➢ Sistem koordinat basicentric menunjukkan arah percepatan pada pegangan alat atau mesin, sedangkan sistem koordinat biodynamic menunjukkan arah percepatan pada tangan (lihat Gambar 2.3).

Gambar 2.3 Ilustrasi koordinat basicentric (A) dan biodynamic (B) Sumber: SNI 7054:2019

Keterangan gambar:

A → Gambar Ilustrasi koordinat tampak samping B → Gambar Ilustrasi koordinat tampak atas Xh-BC → Sumbu X basicentric

yh-BC → Sumbu Y basicentric Zh-BC → Sumbu Z basicentric Xh-BD → Sumbu X biodynamic yh-BD → Sumbu Y biodynamic Zh-BD → Sumbu Z biodynamic

2.4 NILAI AMBANG BATAS GETARAN

Untuk mengetahui apakah pada suatu tempat yang menghasilkan getaran mekanis dapat menyebabkan gangguan kesehatan ataupun penyakit akibat kerja, maka nilai ambang batas harus diketahui. Permenaker No 05 Tahun 2018 memuat tentang nilai ambang batas getaran mekanis, antara lain :

(9)

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Getaran untuk Pemaparan Tangan dan Lengan Jumlah waktu pajanan per hari kerja

(jam) Nilai ambang batas (m/det2)

6 jam sampai dengan 8 jam 5

4 jam dan kurang dari 6 jam 6

2 jam dan kurang dari 4 jam 7

1 jam dan kurang dari 2 jam 10

0,5 jam dan kurang dari 1 jam 14

Kurang dari 0,5 jam 20

Sumber : (Kemenaker, 2018)

Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Getaran Pemaparan Seluruh Tubuh Jumlah waktu pajanan per hari kerja

(jam) Nilai ambang batas (m/det2)

0.5 3,4644

1 2,4497

2 1,7322

4 1,2249

8 0,8661

Sumber : (Kemenaker, 2018)

2.5 ALAT PENGUKURAN GETARAN

Menurut Sari dan Martianis (2019), alat yang digunakan untuk menguku getaran suatu benda atau manusia terdiri atas tiga macam, yaitu:

2.5.1 ALAT UKUR GETARAN HUMAN VIBRATION METER

Human Vibration Meter biasanya bentuknya kecil dan ringan sehingga mudah dibawa dan dioperasikan dengan baterai serta dapat mengambil data getaran pada suatu mesin dengan cepat. Pada umumnya terdiri dari sebuah probe, kabel dan meter untuk menampilkan harga getaran. Alat ini juga dilengkapi dengan switch selector untuk memilih parameter getaran yang akan diukur. Alat getaran dapat dilihat pada gambar berikut:

(10)

Gambar 2.4 Human Vibration Meter Sumber: (Sari dan Martianis, 2019)

Vibration Meter ini hanya membaca harga overall (besarnya level getaran) tanpa memberikan informasi mengenai frekuensi dari getaran tersebut. Pemakaian alat ini cukup mudah sehingga tidak diperlukan seorang operator yang harus ahli dalam bidang getaran. Pada umumnya alat ini digunakan untuk memonitor “trend getaran” dari suatu mesin.

2.5.2 ALAT UKUR GETARAN ACCELEROMETER

Accelerometer adalah sebuah alat yang berfungsi untuk mengukur percepatan, mendeteksi dan mengukur getaran (vibrasi), ataupun untuk mengukur percepatan akibat gravitasi bumi (inklinasi). Sensor accelerometer mengukur percepatan akibat gerakan benda yang melekat padanya. Accelerometer dapat digunakan untuk mengukur getaran yang terjadi pada kendaraan, bangunan, mesin, instalasi pengamanan, dan juga bisa digunakan untuk mengukur getaran yang terjadi pada jembatan, getaran mesin, jarak yang dinamis, dan kecepatan dengan ataupun tanpa pengaruh gravitasi bumi.

Gambar 2.5 Accelerometer Sumber: (Sari dan Martianis, 2019)

(11)

2.5.3 TEKNIK PENGUKURAN GETARAN MESIN Adapun teknik pengukuran getaran mesim yakni:

1. Posisi dan Arah

Pengukuran getaran pada suatu mesin secara normal diambil pada bearing dari mesin tersebut. Tranduser sebaiknya harus ditempatkan sedekat mungkin dengan bearing mesin karena melalui bearing tersebut gaya getaran dari mesin ditransmisikan. Gerakan bearing adalah merupakan hasil reaksi gaya dari mesin tersebut: Disamping karakteristik getaran seperti: Amplitudo, frekuensi dan phase, ada karakteristik lain dari getaran yang juga mempunyai arti yang sangat penting yaitu arah dari gerakan getaran, hingga perlu bagi kita untuk mengukur getaran dari berbagai arah. Pengalaman menunjukkan bahwa ada tiga arah pengukuran yang sangat penting yaitu horizontal, vertikal, dan axial. Arah horizontal dan vertikal bearing disebut dengan arah radial.

2. Standar

Dalam membicarakan getaran kita harus mengetahui batasan – batasan level getaran yang menunjukkan kondisi suatu mesin, apakah mesin tersebut masih baik (layak beroperasi) ataukah mesin tersebut sudah mengalami suatu masalah sehingga memerlukan perbaikan. Dalam sub bab ini disajikan beberapa macam standard mengenai batasan-batasan level getaran yang umum digunakan.

2.6 METODA PERHITUNGAN GETARAN

Setelah pengambilan data, langkah selanjutnya adalah menghitung nilai yang didapat dengan rumus yang digunakan dalam SNI 7054-2019, yaitu:

Dimana,

aeq : Percepatan getaran equivalen

a1, a2, an : Percepatan getaran pada pengukuran ke-1, ke-2 dan ke-n

(12)

m/det2 : Meter per detik kuadrat t : Lama waktu total pengukuran

t1, t2, tn : Lama waktu pengukuran ke-1, ke-2 dan ke-n 2.7 PENYAKIT AKIBAT GETARAN

Hard Arm Vibration Syndrome (HAVS) merupakan kumpulan gejala vaskuler, neurologik dan muskuloskeletal yang mengenai jari, tangan dan lengan yang diakibatkan karena penggunaan alat-alat yang dapat menggetarkan tangan. Penyebab dari HAVS yaitu alat-alat yang bergetar yang melewati nilai ambang batas. Contoh alat kerja yang dapat menyebabkan getaran seperti mesin gergaji, mesin bor dan lain – lain. Nilai ambang batas yang ditetapkan untuk getaran pada alat kerja yang berkontak secara langsung ataupun tidak langsung pada bagian lengan dan tangan pada tenaga kerja yaitu sebesar 4m/s2 , sedangkan nilai ambang batas getaran yang kontak langsung maupun tidak langsung pada seluruh tubuh yaitu ditetapkan sebesar 0,54m/s2.

Paparan terhadap getaran juga dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti faktor fisik, biodinamika dan faktor individual. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi getaran dapat dilihat di tabel 2.6

Tabel 2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Getaran

Faktor Fisik Faktor Biodinamika Faktor Individual

Akselerasi getaran

Kekuatan menggenggam bagaimana kuatnya pekerja menggenggam alat yang bergetar

Pengontrolan operator terhadap alat tersebut

Frekuensi getaran

Area permukaan, lokasi dan bagian dari tangan yang kontak dengan sumber getaran

Frekuensi kerja mesin

Durasi terpapar setiap hari

Kerasnya material kontak dengan alat yang bergetar

Kemampuan dan produktivitas Lama pekerja terpapar Posisi tangan dan lengan Suseptibilitas individual

Melakukan perlindungan dengan

menggunakan alat pelindung diri

Riwayat luka pada jari dan tangan, terutama karena

membeku/ dingin

Penyakit atau lesi terutama pada jari dan tangan

Sumber : (Setyowati dan Jannah, 2023)

(13)

Diagnosis HAVS dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis dapat ditanyakan tentang riwayat pekerjaan, termasuk terpajannya anggota tubuh dengan alat yang bergetar termasuk durasi, intensitas, jenis alat getaran, kemudian dapat ditanyakan tentang faktor risiko lain seperti suhu tempat kerja, postur tubuh dan riwayat merokok. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan tanda-tanda vital, tes Allen, tes Adson, pemeriksaan diskriminasi 2 titik, tes tinel dan phalen, yang mana tes ini berguna untuk membedakan antara HAVS dengan CTS.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membedakan antara gejala vaskuler dan sensori neural yaitu pemeriksaan electriccurrent perception threshold, Semmes-Weinstein monofilaments, vibration perception threshold (tuning fork) dan digital perception of small objects yang dilakukan untuk pemeriksaan sensorineural. Sementara untuk gejala vaskuler, dapat dilakukan pemeriksaan plethysmography sebelum dan sesudah provokasi rasa dingin, digital thermometry sebelum dan sesudah diberikan air dingin, serta tekanan darah Doppler. Diagnosis HAVS dapat ditentukan berdasarkan klasifikasi stockholm, yang dibagi berdasarkan gejala yaitu gejala vaskular dan gejala sensorineural.

Tatalaksana HAVS harus melibatkan beberapa ahli. Tatalaksana yang dapat diberikan seperti:

1. Physiobalneotherapy merupakan terapi olahraga dimana melibatkan olahraga dalam melakukan terapi seperti berenang atau yang lain.

2. Pemberian obat-obatan seperti vasodilator, atau calcium channel blockers.

3. Terapi bedah diperlukan apabila telah terjadi paralisa atau paresa nervus ulnaris.

4. Edukasi bagi pasien terkait penyakit yang diderita.

(14)

BAB 3

METODE PRAKTIKUM

3.1 ALAT DAN BAHAN HABIS Tabel 3.1 Peralatan Yang Digunakan

Sumber: (Santiasih, et al., 2019)

Tabel 3.2 Bahan Yang Digunakan

Sumber: (Santiasih, et al., 2019)

3.2 KETERANGAN ALAT

Gambar 3.1 Human Vibration Meter Sumber: (Sari dan Martianis, 2019) No Nama Peralatan Spesifikasi Kuantitas

1 Human Vibration Meter HVM – 100

ALL – 40 1 buah

2 Meteran 5 meter 2 buah

No Nama Bahan Kuantitas

1 Spidol 1 pack

2 Baterai AAA 6 buah

3 Earplugs 30 buah

4 Masker 30 buah

(15)

Keterangan:

1. Tombol Navigasi Panah : menggerakkan kursor dan memilih pilihan fungsi dan menu.

2. Tombol Checklist (OK) : konfirmasi pilihan menu dan fungsi yang dipilih.

3. Tombol On/off : menyalakan dan mematikan alat

4. Tombol Setup : masuk ke menu pengaturan untuk mengatur berbagai fungsi dan fitur alat.

5. Tombol Store : menyimpan data pengukuran dan menyimpan pengaturan dalam menu setup.

6. Tombol History : melihat kembali data yang sudah tersimpan.

7. Tombol Data : melihat keseluruhan data pengukuran.

8. Tombol Run : menjalankan pengukuran.

9. Tombol Recall : membuka data, pengaturan, hasil pengukuran yang tersimpan.

10. Tombol Print : menjalankan fungsi mencetak (print).

11. Tombol Reset : menghapus data atau pengaturan.

12. Tombol Range : mengatur sinyal input pengukuran.

13. Tombol Tools : mengatur berbagai fungsi lainnya.

3.3 PROSEDUR PENGGUNAAN ALAT

Prosedur penggunaan human vibration meter adalah sebagai berikut : 1. Mengubah power on/off pada posisi ”ON”.

2. Menekan tombol setup untuk memasuki menu pengaturan.

3. Memilih menu Operating Mode.

4. Memilih mode yang sesuai dengan aplikasi pengukuran.

5. Menyambungkan sensor vibration pada alat di bagian input connector. Dipasang secara perlahan-lahan untuk memastikan arah dan pin nya sesuai dengan

konektor.

6. Memasangkan sensor pada subjek yang ingin diukur dampak getarannya, misalnya pekerja yang menggunakan alat berat.

7. Menekan tombol Run untuk menjalankan pengukuran, layar akan menampilkan nilai pengukuran getaran yang dibaca oleh sensor.

8. Dalam sesi pengukuran terdapat beberapa simbol yang dapat muncul pada layar.

(16)

Simbol pada

layar Keterangan

Indikator pengukuran sedang berlangsung. Juga menjadi indikator sinyal yang dibaca oleh alat.

? Indikator under range, menandakan nilai pengukuran berada dibawah rentang ukur.

Simbol pada

layar Keterangan

| Indikator stop, menandakan pengukuran sedang tidak berjalan.

* Indikator over range, menandakan nilai pengukuran berada melebihi rentang ukur.

! Indikator ketika terdapat masalah teknis/error pada pengukuran.

9. Melihat hasil/data pengukuran.

Keterangan :

− Huruf A, menunjukkan integrasi yang diterapkan dalam pengukuran.

A = acceleration.

− rms, menunjukkan tampilan jenis pengukuran yang digunakan (rms/peak).

− 0:00:01, menunjukkan durasi waktu lamanya pengukuran yang dilakukan.

− 01900, menunjukkan nilai pengukuran getaran yang dibaca oleh sensor getaran.

− m/s2, menunjukkan satuan pengukuran getaran.

− Huruf F, menunjukkan pengukuran frekuensi.

− Huruf aZ, menunjukkan channel.

10. Menggunakan tombol navigasi panah untuk melihat data histori pengukuran lainnya.

11. Tombol data digunakan untuk melihat secara keseluruhan data rekaman oleh alat.

Arms 0:00:01 01900 m/s2 FaZ

(17)

Tabel 3.3 Keterangan Tampilan pada Layar

Sumber: (Santiasih, et al., 2019)

Tabel 3.4 Keterangan Tampilan pada Layar (Hand Arm Vibration) Tampilan pada

layar (Hand Arm

Vibration)

Keterangan

A (1) .00104 A (2) .00073 FaZ

Menampilkan tingkat Ekuivalen Energi rata-rata selama waktu berjalan 1,2,4, dan 8 mengacu pada durasi pengukuran dalam jam A (8) adalah tingkat ekuivalen energi yang diproyeksikan lebih dari 8 jam.

A (4) .00052 A (8) .00036 FaZ

Menampilkan frekuensi tertimbang dan informasi channel.

A (8) Exposure Menunjukkan waktu paparan yang diizinkan

berdasarkan pada nilai A (8) yang terukur dan tingkat kriteria 2.8 m/s2.

Tampilan pada layar

Keterangan

Process batch 03 19:34 03 Oct 99

Menampilkan waktu dan tanggal, pengaturan recall terakhir, atau nama file data, yang sudah ada atau yang baru.

Arms 10 sec 3.5700 m/s2 FaZ

Menampilkan detector dan rata-rata waktu (A = percepatan) dan rms level, satuan, pembobotan frekuensi dan channel.

Amin .0000 Amax .01430 FaZ

Menampilkan level minimum (Amin) dan level maksimum (Amax). Pembobotan frekuensi dan saluran.

Peak .04780 Amp .09550 FaZ

Menampilkan level Peak dan level maksimum jangka Panjang (long term maximum peak level).

Pembobotan frekuensi dan channel.

Aeq 0:00:01 03 1.5000

m/s2 FaZ

Menampilkn nilai rata-rata jangka panjang (long term average) yang berjalan sejak sesi pengukuran dan rata-rata waktu (averaging time). Nilai, unit, bobot frekuensi dan channel.

(18)

Tampilan pada layar (Hand Arm

Vibration)

Keterangan

PE 0:00:00

| : (8) : Σ

Tampilan untuk Mode Hand Arm sebelum

mengambil pengukuran. Ini akan muncul sebelum melakukan pengukuran.

Tampilan axis secara otomatis akan berubah menjadi jumlah (sigma). Indikator bar di kanan atas

menunjukkan bahwa pengukuran sedang berhenti.

PE 0:00:53

: 2(8) : 878

Saat melakukan pengukuran, tampilan ini akan muncul. Waktu pengukuran akan muncul di baris atas, jumlah nilai pengukuran.

yang terakumulasi selama periode pengujian ditampilkan di kiri bawah (angka 2) dan nilai pengukuran setara 8 jam.

juga ditampilkan di bagian bawah (angka 8).

PE 0:01:00

| : 2(8) : 878 Σ

Ketika pengukuran selesai, akan muncul tampilan ini.

Simbol bar di kanan atas berubah menjadi indikator

“berhenti”.

Sumber : (Santiasih, et al., 2019)

Tabel 3.5 Keterangan Tampilan pada Layar (Whole Arm Vibration) Tampilan pada

layar

(Whole Arm Mode)

Keterangan

PE 0:00:00

| : (8) : Σ

Tampilan ini adalah tampilan untuk mode seluruh tubuh (whole body) sebelum melakukan pengukuran.

Tampilan axis secara otomatis berubah menjadi ke jumlah (sigma).

Bar di kanan atas menunjukkan bahwa pengukuran sedang berhenti.

(19)

Tampilan pada layar

(Whole Arm Mode)

Keterangan

PE 0:00:53

: 2(8) : 878

Saat melakukan pengukuran, tampilan ini akan muncul. Waktu pengukuran akan muncul di baris atas, jumlah nilai pengukuran yang terakumulasi selama periode pengujian.

ditampilkan di kiri bawah (angka 2) dan nilai pengukuran setara 8 jam juga ditampilkan di bagian bawah (angka 8).

VDV 0:00:00 2.9700 m/s7/4 WbZ

Nilai dan Vibration Dose Value ditampilkan pada baris pertama. Nilai, unit, bobot frekuensi, dan saluran ditampilkan pada baris kedua.

CF 20.3 dB

CFmp 21.0 dB WbZ

Short Term Crest Faktor ditunjukkan pada baris pertama, faktor Long Term Crest ditunjukkan pada baris kedua. Selain itu juga ditampilkan Frequency Weighting dan saluran frekuensi.

Sumber : (Santiasih, et al., 2019)

3.4 DIAGRAM ALIR PRAKTIKUM

Mulai

Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan pengukuran getaran dan APD

Menuju ke bengkel lab tempat pengukuran getaran

A

(20)

Meminta izin kepada dosen atau teknisi yang ada untuk melakukan pengukuran getaran

A

Mengatur alat ukur Human Vibration Meter sesuai dengan prosedur

Melakukan pengukuran getaran dengan alat Human Vibration Meter

Mencatat dan menghitung hasil pengukuran

Melakukan analisis perhitungan data Tidak

Menentukan hasil perhitungan apakah sudah memenuhi standar Melakukan asistensi

Lakukan pengendalian

Ya

A

(21)

Membuat kesimpulan A

Menyusun laporan resmi

Selesai

(22)

BAB 4

ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil Pengukuran

➢ Identifikasi Mahasiswa/Pekerja

Nama : Wisnu Sartiko Ramadhan Jenis Kelamin : Laki – laki

Umur : 19 tahun Berat Badan : 74 kg Kegiatan : Mengebor

aRMS (m/s2)

RMS (m/s2)

Pk RMS (m/s2)

A1 (m/s2) A2 (m/s2)

X Y Z X Y Z

0,4350 0,7677 1,5469 0,0779 0,0601 0,0512 0,1109 0,0551 0,0425 0,0362 0,0784

0,8129 0,1049 0,5996 0,0605 0,0749 0,0460 0,1067 0,0428 0,0529 0,0326 0,0754

0,7309 0,5415 1,2495 0,0692 0,0514 0,0437 0,0967 0,0490 0,0364 0,0309 0,0684

Rata-rata: 1,132 Rata-rata: 0,1047666667 Rata-rata: 0,0740666667

➢ Informasi Penting Lainnya

a. Apakah alat dalam keadaan baik/rusak?

– Alat dalam kondisi baik, namun mata bor tumpul.

b. Apakah paparan getaran yang diterima tubuh hanya meliputi tangan/lengan atau seluruh tubuh?

– Getaran yang diterima oleh tubuh hanya meliputi bagian tangan/lengan.

A4 (m/s2) A8 (m/s2) A(n) (m/s2)

X Y Z X Y Z X Y Z

0,0389 0,0301 0,0256 0,0555 0,0275 0,0213 0,0181 0,0392 >24 >24 >24 >24

0,0302 0,0374 0,0230 0,0533 0,0214 0,0265 0,0163 0,0377 >24 >24 >24 >24

0,0346 0,0257 0,0219 0,0483 0,0245 0,0182 0,0155 0,0342 >24 >24 >24 >24 Rata-rata: 0,1571 Rata-rata: 0,0370333333 Rata-rata: >24

(23)

c. Apakah mahasiswa/pekerja yang diukur telah makan sebelumnya?

– Ya mahasiswa telah makan sebelumnya (saat sahur).

4.2. Pembahasan

Setelah dilakukannya pengukuran dan identifikasi pada praktikum paparan getaran yakni mengebor paving dengan menggunakakan alat human vibration meter yang dilakukan di gedung J lantai 3, hal yang dilakukan berikutnya adalah

membandingkan hasil data tersebut dengan standar atau SNI yang berlaku. Pada praktikum getaran ini, standar yang dikenakan ialah PERMENAKER No. 5 Tahun 2018 tentang Durasi Kerja dan Paparan Getaran. Kegiatan pengeboran pada praktikum ini hanya melibatkan dan memberikan dampak pada bagian tangan dan lengan saja, maka dari itu kami mengenakan nilai ambang batas untuk pemaparan lengan dan tangan. Nilai yang dikenakan sebagai perbandingan adalah nilai rata – rata dari tiga kali pengukuran paparan getaran yang telah dilakukan pada tiap titik daerah getaran yang diterima oleh mahasiswa.

Perbandingan antara rata – rata pengukuran paparan getaran dan lama waktu penggunan alat dalam satuan jam per hari dengan NAB di tiap detik dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.2 Perbandingan Rata – Rata Paparan Getaran dengan NAB Terhadap Durasi Pemaparan Berdasar Permenaker 05 Tahun 2018

No Hasil pengukuran

Alat yang digunakan

Durasi pekerjaan

(menit)

Getaran

Keterangan Pengukuran

(m/s2)

Standar (m/s2)

1. ∑ A RMS Mesin bor 3 menit 1,132 20 Memenuhi

2. ∑ A1 Mesin bor 3 menit 0,1047666667 20 Memenuhi

3. ∑ A2 Mesin bor 3 menit 0,0740666667 20 Memenuhi

4. ∑ A3 Mesin bor 3 menit 0,1571 20 Memenuhi

5. ∑ A4 Mesin bor 3 menit 0,0370333333 20 Memenuhi

Dari data pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengeboran paving yang telah dilakukan oleh Wisnu dalam waktu paparan selama 3 menit yang digolongkan menjadi pajanan kurang dari 0,5 jam tertera dalam standar nilai ambang batas yang diizinkan adalah tidak lebih dari 20 m/s2 dan dari percobaan pertama

(24)

hingga kelima diperoleh hasil tidak lebih dari standar tersebut. Maka dapat di simpulkan kegiatan yang dilakukan Wisnu selama tiga menit dan di ulang sebanyak tiga kali tersebut termasuk dalam batas aman dikarenakan rerata percepatan yang didapat tidak melebihi standar NAB yang berlaku dalam Permenaker No. 5 Tahun 2018.

4.3. Analisis Pengendalian AREP

Data yang di analisis pada praktikum Human Vibration di Gedung J lantai 3 kali ini menggunakan prinsip dasar dalam hygiene industry yang terdiri dari Analisis, Rekognisi, Evaluasi, dan Pengendalian.

4.3.1 Antisipasi

Dalam tahap ini ketika akan dilakukannya kegiatan pengeboran dan pengambilan data, antisipasi akan keadaan sekitar diperlukan untuk mengetahui apakah terdapat potensi bahaya yang dapat ditimbulkan seperti getaran yang berlebih, kondisi alat yang digunakan, hingga pengaruh pribadi dari mahasiswa yang melakukan kegiatan pengeboran tersebut seperti dalam keadaan kondisi yang sehat atau sakit serta sudah atau tidaknya mahasiswa memperoleh asupan nutrisi sebelum melakukan kegiatan tersebut.

Dari perolehan data kami saat dilakukannya pengecekan kondisi tempat, diketahui bahwa alat yang digunakan tidak dalam kondisi yang begitu baik dikarenakan mata bor sedikit tumpul, hal ini tentunya dapat mengurangi intensitas dalam kegiatan pengeboran tersebut dan menimbulkan potensi bahaya pada praktikan. Kemudian kondisi praktikan adalah dalam kondisi baik dan telah menerima asupan nutrisi sebelumnya (sahur). Kondisi ruangan yang dikenakan saat dilakukannya pengeboran adalah cukup luas dan bersuhu dingin dikarenakan pendingin ruangan yang berfungsi dengan baik, disekitar pengeboran mahasiswa telah dihimbau untuk tidak terlalu dekat dan berkerumun agar praktikan dapat melakukan pengeboran dengan leluasa dan mengurangi timbulnya potensi bahaya yang dapat didapatkan.

4.3.2 Rekognisi

Pengukuran dilakukan sebanyak empat kali perulangan dengan menggunakan alat human vibration meter (100-200) Larson Davis.

(25)

Didapatkan hasil tiap pengukuran ialah rata – rata percepatan dari setiap percobaan yang dilakukan dengan nilai sebagai berikut:

∑ A RMS didapat rata – rata percepatan sebesar 1,132 m/s2; ∑ A1 didapat rata – rata percepatan sebesar 0,1047666667 m/s2; ∑ A2 didapat rata – rata percepatan sebesar 0,0740666667 m/s2; ∑ A3 didapat rata – rata percepatan sebesar 0,1571 m/s2; dan ∑ A4 didapat rata – rata percepatan sebesar 0,0370333333 m/s2.

Dari rata – rata tersebut dapat dilihat bahwa rata – rata percepatan terendah diperoleh dalam percobaan keempat dengan nilai sebesar 0,0370333333 m/s2 dan perolehan rerata percepatan terbesar diperoleh dalam percobaan ketiga dengan nilai 0,1571 m/s2.

4.3.3 Evaluasi

Setelah dilakukannya pengukuran dan perhitungan rata – rata percepatan tiap pengeboran, hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah membandingkan nilai percepatan yang diperoleh dengan nilai standar yang berlaku dalam Permenaker No. 5 Tahun 2018. Dalam hal ini, pengeboran paving yang telah dilakukan oleh Wisnu dalam waktu paparan selama 3 menit yang digolongkan menjadi pajanan kurang dari 0,5 jam tertera dalam standar nilai ambang batas yang diizinkan adalah tidak lebih dari 20 m/s2 dan dari percobaan pertama hingga keempat diperoleh hasil tidak lebih dari standar tersebut. Maka dapat di simpulkan kegiatan yang dilakukan Wisnu selama tiga menit dan di ulang sebanyak tiga kali tersebut termasuk dalam batas aman dikarenakan rerata percepatan yang didapat tidak melebihi standar NAB yang berlaku dalam Permenaker No. 5 Tahun 2018.

4.3.4 Pengendalian

Sesuai hierarki pengendalian dapat dituliskan pengendalian sebagai berikut.

(26)

a. Eliminasi

Tidak dapat dilakukan karena alat, material, percobaan, dan ruangan merupakan hal yang vital dalam kegiatan praktikum.

b. Substitusi

Dapat dilakukan dengan mengganti mata bor yang lebih runcing untuk memperoleh hasil yang lebih optimal dan menghindari adanya potensi bahaya akibat mata bor yang tumpul. Namun tidak diperlukan adanya penggantian keseluruhan alat pengebor

dikarenakan dapat mengganggu jalannya kegiatan pekerjaan.

c. Rekayasa Teknik

Alat yang dapat ditambahkan untuk mengurangi potensi bahaya berupa getaran berlebih yang diperoleh tangan dan lengan, alat pengebor dapat diberikan peredam getaran untuk meredam getaran yang merambat ke bagian tubuh. Pada pengeboran, alat human vibration meter yang dikenakan dibalik glove juga cukup memberi dampak nyeri pada telapak tangan akibat menggenggam alat sembari mengebor. rekayasa teknik yang dapat dilakukan terhadap hal tersebut adalah memberi inovasi bantalan pada glove untuk mengurangi rasa nyeri yang timbul.

d. Pengendalian Administrasi

Mendapatkan arahan dan petunjuk tata cara penggunaan alat baik secara lisan maupun secara tulisan yang tertera dalam modul Hygiene Industri untuk menghindari timbulnya potensi bahaya saat dilakukannya praktikum. Selain itu pengaturan rolling kerja juga diperlukan untuk menghindari terjadinya nyeri akibat paparan getaran yang ditimbulkan karena pengeboran dalam waktu lama dan terus menerus.

e. Manajemen APD

Pada penggunaan alat bor dapat memberikan dampak berupa penyakit akibat kerja (APK) apabila tidak mengenakan APD dengan lengkap, direkomendasikan pekerja untuk mengenakan APD secara lengkap mulai dari helm, baju bengkel, googles, gloves, safety shoes, serta tambahan ear plugs untuk menghindari kebisingan yang dapat diperoleh akibat kegiatan pengeboran.

(27)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Faktor – faktor yang menentukan frekuensi getaran mekanis yang diterima suatu pekerja antara lain dipengaruhi oleh intensitas getaran, frekuensi getaran, serta durasi getaran yang diterima.

2. Untuk mengetahui seberapa besar nilai getaran yang diperoleh pekerja, dapat dilakukan dengan mengenakan alat pengukur getaran yang bernama human vibration meter. Aman tidaknya kondisi tersebut dapat dilakukan dengan pengukuran serta perhitungan rata – rata percepatan tiap percobaan dan hasil rata – rata tersebut dibandingkan dengan standar NAB yang berlaku yakni Permenaker No. 5 Tahun 2018.

3. Untuk mengurangi paparan getaran apabila paparan getaran yang diterima tubuh pekerja tidak sesuai dengan standar Nilai Ambang Batas (NAB) yang diterapkan Permenaker RI No. 5 Tahun 2018 dan kondisi tidak aman sesuai dengan hierarki pengendalian bahaya dapat dilakukan rekomendasi perbaikan, seperti misalnya memodifikasi alat, melakukan istirahat selama sepuluh menit setiap jamnya, memakai alat pelindung diri (sarung tangan anti getaran) dan sebelum bekerja tangan disarankan untuk dihangatkan terlebih dahulu.

5.2 Saran

Dari hasil praktikum dan pembahasan, maka dapat diberikan saran sebagai berikut:

1. Analisa lebih lanjut dan lebih teliti diperlukan agar mahasiswa mampu mengetahui aman atau tidaknya paparan getaran pada praktikan sesuai dengan standar yang berlaku yaitu Permenaker RI No. 5 Tahun 2018.

2. Apabila paparan getaran pada pekerja tidak aman berdasarkan ketentuan standar Permenaker RI No. 5 Tahun 2018 maka rekomendasi perbaikan sangat diperlukan.

Pada area tempat kerja diperlukan untuk melakukan controlling sesuai dengan hierarki pengendalian hygiene industri sebagai upaya mencegah adanya paparan getaran melebihi Nilai Ambang Batas (NAB).

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Lubis, S. (2021, August). Simulasi Getaran Pada Piringan Tunggal Akibat Perubahan Putaran.

In Seminar Nasional Teknologi Edukasi Sosial dan Humaniora (Vol. 1, No. 1, pp. 1-7).

Depkes, (2003). Getaran yang terjadi pada sebuah piranti atau instrument yang kita gunakan sering kali menimbulkan ketidaknyamanan.

Rusianto, T., & Susastriawan, A. A. P. (2021). Getaran Mekanis.

Putra, D. R., Oktoricoento, J. S., Sahrudin, S., Mujirudin, M., Ramza, H., Heriyani, O., &

Maddu, A. (2018). Energi alternatif melalui getaran beban mekanis. In Prosiding Seminar Nasional Teknoka (Vol. 3, pp. E8-E17).

Grether, W. F. (1971). Vibration and human performance. Human factors, 13(3), 203-216.

Sari, J., & Martianis, E. (2019). Analisa getaran footers (pijakan) pada sepeda motor non- matic dengan variasi kecepatan. In Seminar Nasional Industri dan Teknologi (pp. 129- 138).

Setyowati, D. L., & Jannah, U. N. (2023). Hand Arm Vibration Syndrome pada Pekerja Penggiling Daging. Rena Cipta Mandiri.

Yantri, P. D. (2017). GETARAN SELURUH TUBUH (WHOLE BODY VIBRATION) DAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA OPERATOR ALAT BERAT DI INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER. Jember: Universitas Jember.

SNI 7054-2019. (2019). Getaran Lengan dan Tangan.

Santiasih, I., Arninputranto, W., Rachmat, A. N. (2019). Modul Praktikum Pengukuran Lingkungan Kerja, Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

(29)

LAMPIRAN

- Laporan sementara praktikum Getaran (Human Vibration)

(30)
(31)

- Peta layout ruang PLK gedung J lantai 3

(32)

- Dokumentasi saat pengambilan data

(33)

TUGAS PENDAHULUAN (HUMAN VIBRATION)

1. Berikan contoh kecelakaan/penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh getaran mekanis pada alat (Hand arm vibration dan whole body vibration).

2. Apa yang menyebabkan timbulnya getaran mekanis berlebihan pada mesin/alat?

3. Jika seorang bekerja menggunakan gerinda tangan dan paparan getaran yang diterima selama 4 jam bekerja adalah 8 m/s2. Apakah keadaan tersebut aman berdasarkan standar yang berlaku? Rekomendasi apa yang dapat Anda berikan?

JAWAB 1. Penyakit akibat kerja yang disebabkan getaran :

• Rasa baal atau kesemutan pada satu jari atau lebih gejala biasanya muncul pada awal terjadinya HAVS yaitu ditandai dengan rasa hilang timbul kemudian dapat menetap hingga lebih dari satu jam bahkan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari seperti tidak dapat merasakan benda yang dipegang.

• Gejala vaskuler dikenal dengan Raynaud disease atau vibration white finger yang terjadi akibat spasme vaskuler. Raynaud disease merupakan suatu keadaan vasokontriksi sementara akibat dari respon dingin. Raynaud disease ditandai dengan pucat pada jari tangan atau kaki disertai dengan mati rasa atau kesemutan.

2. Penyebab timbulnya getaran berlebih pada mesin/alat :

• Kurangnya pemeriksaan dan pemeliharaan pada mesin/alat.

• Cara penggunaan mesin/alat yang salah.

• Mesin/alat tidak ditempakan dengan teratur.

• Tidak ada alat pengaman pada mesin.

3. Menurut Permenaker No. 05 Tahun 2018 untuk lama kerja dengan durasi waktu 6 jam – 8 jam maksimal hanya bisa mendapat getaran dengan frekuensi 5 m/s2. Apabila getaran yang diterima pekerja tersebut lebih dari nilai ambang batas yang telah disesuaikan maka harus dilakukan pengendalian.

(34)

• Eliminasi : diasumsikan barang tersebut tidak dapat dieliminasi.

• Substitusi : diasumsikan barang tersebut tidak dapat disubstitusi.

• Rekayasa Teknik : memasang alat pengaman berupa peredam getaran/vibrasi.

• Rekayasa Administrasi : mengatur posisi tubuh yang pas untuk melakukan pekerjaan dikhawatirkan dari posisi tubuh tersebut menyebabkan penyakit akibat kerja lainnya.

• Manajemen APD : Wearpack, Safety Shoes, dan lain-lain.

Gambar

Gambar 2.1Eksitasi deterministik dan eksitasi random  Sumber: (Rusianto dan Susastriawan, 2019)
Gambar 2.2 Getaran Seluruh Tubuh  Sumber: (Yantri, 2017)
Gambar 2.3 Ilustrasi koordinat basicentric (A) dan biodynamic (B)  Sumber: SNI 7054:2019
Tabel 2.2 Nilai Ambang Batas Getaran Pemaparan Seluruh Tubuh  Jumlah waktu pajanan per hari kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Getaran setempat merupakan getaran yang ditimbulkan suatu mesin yang berakibat atau menimbulkan efek getaran pada bagian tubuh yang setempat.. Biasanya bagian tubuh

Permasalahan yang timbul akibat getaran yang berasal dari mesin pada saat proses pembubutan adalah kualitas produk hasil bubutan serta cepat tumpulnya alat

Manfaat dari penelitian analisa getaran pada mesin sepeda motor berbasis LabVIEW ini adalah dengan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian

1) Karakteristik amplitudo getaran motor induksi ketika kondisi normal sangatlah kecil terlihat dari hasil pengujian sinyal getaran motor induksi normal pada

Berdasarkan hasil pengukuran dan pembahasan getaran mekanis pada sepeda motor 4 tak (revo), dapat disimpulkan bahwa getaran pada 3 titik pengukuran pada motor tidak melebihi NAB

Laju getaran paling tinggi terjadi pada sepeda motor merk A dengan putaran rpm mesin 5500 yaitu sebesar 20,8 mm/s2 pada profil jalan bergelombang, selanjutnya nilai getaran terendah

Dinamic Signal Analizer DSA DSA adalah getaran mesin yang terbentuk dalam kombinasi kompleks dari sinyal tempat sumber getaran pada mesin Hidayat, 2017 Gambar 2.2 Vibration Meter

LAPORAN PRAKTIKUM GETARAN MEKANIK GETARAN DUA DERAJAT KEBEBASAN DENGAN EKSITASI TUMPUAN Disusun oleh : Laboratorium Akustik dan Getaran Mekanis Jurusan Teknik Mesin Dan Industri