MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSPEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH
Dosen Pengampuh :
Ns. Ade Herman Surya Direja S.Kep,M.A.N
Disusun Oleh Kelompok 1 :
Marda Permata Indah SR. (2226010020)
Hasri Sartika (2226010026)
Dina Anggraini (2226010003)
Anisa Risti Ananda (2226010001)
Anggel Exzon Dinata (2226010036)
PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala taufik, hidayah serta inayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa adanya halangan dan hambatan yang berarti Sholawat serta salam tidak lupa juga penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Penulis berharap makalah Asuhan Keperawatan ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan masalah gangguan konsep diri
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lebih sempurnanya hasil makalah ini akhir kata, penulis hanya dapat berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha penulis selama ini
Bengkulu, juni 2024
P enulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...ii
BAB I PENDAHULUAN...1
A Latar Belakang...1
B Rumusan Masalah...2
C Tujuan...2
BAB II KONSEP GANGGUAN ...3
A Definisi... ...3
B Etiologi...3
C Klasifikasi...5
D Manifestasi Klinik...5
E Mekanisme Koping...6
F Penatalaksanaan...7
BAB III KONSEP ASKEP...8
A Pengkajian...8
B Diagnosa...11
C Intervensi...12
D Contoh Kasus...13
BAB IV... ...21
A Kesimpulan...21
B Saran...21
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan sehat dimana kondisi emosional, psikologi, dan sosial dapat terlihat dari interaksi dengan orang lain atau hubungan interpersonal yang mampu memberikan kepuasan dalam melakukan interaksi dengan orang lain. Seseorang dikatakan sehat jiwa apabila mampu mengendalikan diri dengan selalu berfikir positif dalam menghadapi stressor lingkungan tanpa adanya tekanan baik fisik, dan psikologi sehingga mampu bekerja secara produktif dan mampu berperilaku adaptif. Sehingga seseorang dikatakan gangguan jiwa apabila tidak mampu menjalankan peran dalam melakukan hubungan antara jenis-jenis individu dan lingkungan sekitarnya(Rahma, 2019).
Ganggua jiwa yaitu gangguan mental, gangguan kecemasan, gangguan makan, gangguan tidur yang menimbulkan penderita dan perubahan perilaku (Srivana, 2018) Menurut WHO (2016) ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan jiwa. Ada sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia serta 47,5 juta terkena demensia.
Data Riskesdas (2018), jumlah gangguan jiwa di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan, menurut data hasil riset kesehatan dasar tahun 2018 yang dilakukan oleh badan penelitian pengembangan kesehatan depertemen kesehatan, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia yaitu sebesar 7% dari total jumlah penduduk di Indonesia yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia atau psikosis
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi atau kemampuan dirinya. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. Harga diri rendah mencangkup kegiatan yang
dimulai dari mengidentifikasi hingga melatih kemampuan yang masih dimiliki pasien sehingga semua kemampuan dapat dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan meningkatkan harga diri pasien. Harga diri rendah merupakan suatu masalah utama untuk kebanyakan orang dan dapat dideskripsikan dalam tingkat kecemasan yang tinggi. Termasuk didalam harga diri rendah ini evaluasi diri yang negatif dan dibandingkan dengan perasaan lemah, tidak tertolong, tidak ada harapan, ketakutan, merasa sedih, sensitif (Ida A, Prihatin S, Roni P, 2019)
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah itu antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan Harga Diri Rendah?
2. Apa Asuhan keperawatan pada pasien dengan Harga Diri Rendah?
C. Tujuan
Tujuan berdasarkan rumusan masalah diatas antara lain : 1. Menjelaskan yang dimaksud dengan Harga Diri Rendah
2. Menjelaskan Konsep asuhan keperawatan pasien Harga Diri Rendah
BAB II
KONSEP PENYAKIT A. DEFINISI
Harga diri yang tinggi dikaitkan dengan kecemasan yang rendah, efektif dalam kelompok dan penerimaan orang lain terhadap dirinya, sedangkan masalah kesehatan dapat menyebabkan harga diri, sehingga harga diri dikaitkan dengan hubungan interpersonal yang buruk dan beresiko terjadinya depresi sehingga perasaan negatif mendasari hilangnya kepercayaan diri dan harga diri individu dan menggambarkan gangguan harga diri (Wandono, 2017).
Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas – terlepas dari spesifiknya. Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan bahwa mereka ingin memiliki harga diri yang lebih baik. Jika kita hanya mengurangi harga diri rendah, banyak masalah psikologis akan berkurang atau hilang secara subtansial sepenuhnya (Pardede, Ariyo & Purba, 2020). Harga diri rendah merupakan kunci penting dimana yakin terhadap kamampuannya dalam melakaukan suatu perilaku dalam memperoleh hasil yang diinginkan. Memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung memiliki keyakinan dan kemampuan untuk memperoleh suatu tujuan (Pardede, Ariyo & Purba, 2020).
B. ETIOLOGI
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang menurut (Muhith, 2015).
1. Faktor predisposisi Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan Harga Diri Rendah yaitu :
a. Perkembangan individu yang meliputi
1) Adannya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal pula untuk mencintai orang lain.
2) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang – orang tuanya
atau orang tua yang penting/dekat individu yang bersangkutan.
3) Sikap orang tua protekting, anak merasa tidak berguna, orang tua atau orang terdekat sering mengkritik, sering merevidasikan individu.
4) Anak menjadi frustasi, putus asa, merasa tidak berguna dan merasa rendah diri.
b. Ideal diri
1) Individu selalu dituntut untuk berhasil.
2) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
3) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya diri.
2. Faktor presipitasi Faktor presipitasi atau stressor pencetus dari munculnya Harga Diri Rendah menurut (Pardede, Keliat, & Yulia, 2020) mungkin ditimbulkan dari sumber internal dari eksternal seperti.
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga merasa malu dan rendah diri.
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana alam dalam perampokan. Respon terhadap trauma pada umumnya akan megubah arti trauma terebut dan kopingnya adalah represi dan denial
4. Rentang Respon Rentang respon Harga Diri Rendah
Keterangan :
a. Respon Adaptif : Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat membangun (konstruksi) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
b. Respon Maladptif : Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat merusak (destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
c. Aktualisasi diri : Respon adaptif yang tertinggi kerena individu dapat mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya.
d. Konsep diri positif : Individu dapan mengidentifikasikan berbagai identifikasi kemampuan dan kelemahannya secara jujur dan dalam menilai suatau masalah individu berfikir secara positif dan realistis.
e. Kekacauan identitas : Suatu kegagalan individu untuk mengintegritaskan berbagai identifikasi masa kanak – kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
f. Depersonalisasi Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari lingkungan.
Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam uji realistis. Individu mengalami kesulitan dalam membedakan diri sendiri dan orang lain dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi harga diri rendah dibagia menjadi 2 jenis yaitu :
a. Harga Diri Rendah Situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
b. Harga Diri Rendah Kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama (Pardede, Keliat, & Yulis, 2020
D. MANIFESTASI KLINIS
Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah menurut (Keliat, 2018) yaitu :
a. Mengkritik diri sendiri b. Perasaan tidak mampu
c. Apatis, ekspresi sedih, efek tumpul d. Menghindar dari orang lain (menyendiri)
e. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap – cakap dengan klien lain/perawat
f. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, pandangan hidup yang pesimis g. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas atau penurunan produktivitas h. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi diajak bercakap – cakap dan penolakan terhadap kemampuan diri sendiri i.Tidak/jarang melakukan kegiatan sehari – hari
E. MEKASNISME KOPING
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan (Eko, 2015).
Pertahanan tersebut mencakup hal berikut : a. Jangka pendek :
1) Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri (misalnya konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif).
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, atau geng).
3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes utuk mendapatkan popularitas).
b. Jangka panjang :
1) Penutupan identitas Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
2) Identitas negatif Asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat.
3) Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan (displacement, berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk).
F. PENATALAKSANAAN
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya (Pardede, Keliat, dan Yulia, 2015). Terapi yang dimaksud meiputi :
a. Psikofarmaka Berbagai jenis obat psikofarmaka yang berdredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chclorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak), dan haloperidol (mengobati kondisi gugup).
Obat yangtermasuk generasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik).
b. Psikoterapi Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi kerana bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan peramainan atau latihan bersama (Rokhimma & Rahayu, 2020).
BAB III KONSEP ASKEP
A. PENGKAJIAN a. Identifikasi Klien
b. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
c. Keluhan utama / alasan masuk
1) Tanyakan keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke ruamah sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
2) Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masalalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
d. Psikologis Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dan klien.
e. Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, neotanus dan kanak – kanak.
f. Sosial Budaya Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
g. Aspek fisik/biologis Mengukur dan mengobservasi tanda – tanda vital : TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
h. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh : mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang
disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri : status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status posisinya dan kepuasan klien sebagai laki – laki/perempuan.
c) Peran : tugas yang diemban dalam keluarga/kelompok dan masyarakat dankemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal diri : harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan sekitarnya.
e) Harga diri : hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
i. Status Mental Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilainan dan daya tilik diri (Keliat, 2018).
B. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah
b. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah b/d Perubahan peran sosial
C. INTERVENSI
No SDKI SLKI SIKI
1. Isolasi Sosial Keterlibatan sosial meningkat L.13116
1. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka Minat interaksi
meningkat 2. Verbalisasi
isolasi menurun 3. Verbalisasi
ketidakamanan ditempat umum menurun
4. Perilaku menarik diri menurun
Intervensi promosi sosialisasi (I.13498).
Observasi
Identifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain
Identifikasi hambatan melakukan
interaksi dengan orang lain
Terapeutik
Motivasi
meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
Motivasi kesabaran dalam
mengembangkan suatu hubungan
Motivasi
berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan kelompok
Motivasi berinteraksi di luar lingkungan (mis: jalan-jalan, ke toko buku)
Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam
berkomunikasi dengan orang lain
Diskusikan perencanaan kegiatan di masa depan
Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri
Berikan umpan balik positif pada setiap peningkatan kemampuan Edukasi
Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
Anjurkan ikut serta kegiatan sosial dan kemasyarakatan
Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain
Anjurkan
meningkatkan kejujuran diri dan menghormati hak orang lain
Anjurkan penggunaan alat bantu (mis:
kacamata dan alat bantu dengar)
Anjurkan membuat perencanaan kelompok kecil untuk kegiatan khusus
Latih bermain peran untuk
meningkatkan keterampilan komunikasi
Latih
mengekspresikan marah dengan tepat 2. Harga diri
rendah Harga diri meningkat L.09069 etelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x
manajemen perilaku (I.12463).
Observasi
24 jam, maka harga diri meningkat, dengan kriteria hasil:
1. Penilaian diri positif
meningkat 2. Perasaan malu
menurun 3. Penerimaan
penilaian positif terhadap diri sendiri meningkat 4. Percaya diri
berbicara meningkat 5. Kontak mata
meningkat 6. Gairan
aktivitas meningkat 7. Berjalan
menampakkan wajah
meningkat 8. Postur tubuh
menampakkan wajah
meningkat
Identifikasi harapan untuk
mengendalikan perilaku
Terapeutik
Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
Jadwalkan kegiatan terstruktur
Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegiatan perawatan konsisten setiap dinas
Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
Batasi jumlah pengunjung
Bicara dengan nada rendah dan tenang
Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi
Cegah perilaku pasif dan agresif
Beri penguatan positif terhadap
keberhasilan mengendalikan perilaku
Lakukan pengekangan fisik sesuai indikasi
Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan pembicaraan
Hindari sikap mengancam atau berdebat
Hindari berdebat atau
menawar batas perilaku yang telah ditetapkan
Edukasi
Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan kognitif
D. CONTOH KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN
Tempat : Wisma Gatotkaca RSJ Grhasia Waktu Pengkajian : Senin, 20 Mei 2019 pukul 09.00 WIB
Oleh : Nur Mustika Aji Nugroho
Sumber Data : Pasien, Rekam Medis,dan Tim kesehatan
Metode : Anamnesa, observasi, studi kasus dan pemeriksaan fisik.
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. N
Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal Lahir : 16 Mei 2001
Umur : 18 tahun
Alamat : Padasan No.8, RT 29 Pakembinangun, Pakem, Sleman
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Status perkawinan : Belum Menikah
No. RM : 0099603
Agama : Islam
Masuk RS : 13 Mei 2019 II. Alasan Masuk
Pasien dibawa ke RS Grhasia oleh kedua orangtuanya karena banyak tiduran, cenderung, malas, ngompolan, ADL diarahkan, tidak mau keluar rumah, mengurung diri di kamar, dan mudah emosi
III. Faktor Predisposisi
Pasien mengatakan baru pertama ini masuk RSJ dan tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
b. Riwayat pengobatan
Sebelum dibawa ke RSJ Grhasia pasien tidak mendapatkan pengobatan apapun.
c. Riwayat Penganiayaan dan tindakan kriminal
Pasien tidak mempunyai riwayat penganiayaan dan tindakan kriminal.
d. Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien mengatakan di rumah jarang diperhatikan oleh kedua orantuanya, selalu merasa sendiri dan kesepian.
IV. Fisik
a. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 145/75 mmHg RR : 18 x/menit
Nadi : 106x/menit T :36,50 C
b. Status Gizi
Tinggi Badan : 166 cm Berat Badan : 56 kg
IMT : 20,7
c. Keluhan fisik
Pasien mengatakan secara fisik dirinya baik-baik saja, tidak mengeluh sakit fisik. Di dalam rekam medis, pasien tidak pernah menderita penyakit serius
d. Pemeriksaan head to toe 1) Rambut
Rambut pasien berwarna hitam, panjangdan sangat keriting.
Pasien mengatakan tidak pernah menyisir rambutnya ketika bangun tidur dan setelah mandi, Pasien mengatakan keramas tidak menentu tergantung keinginannya.
2) Wajah
Wajah pasien simetris. Kulit wajah pasien berwarna coklat, bersih, tidak ada lesi.
3) Mulut
Mulut dan gigi pasien bersih. Pasien rajin menggosok gigi dan tidakada riwayat merokok. Pasien menggosok gigi setiap mandimenggunakan pasta gigi.
4) Ekstremitas atas
Tidak ada gangguan pada ekstremitas atas pasien. Kulit pada ekstremitas atasterdapat banyak bekas luka gatal. Kulit pasien berwarna coklat. Kuku nampak pendek dan bersih.
5) Ekstremitas bawah
Pasien mengatakan tidak ada gangguan ekstremitas bawah.
Terdapat bekas luka gatal pada daerah kaki.Pasien mengatakan semua anggota gerak dapat digerakkan tanpa ada hambatan.
Pasien tidak menggunakan alas kaki.
V. Psikososial
a. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
b. Konsep diri
1) Gambaran diri :
Pasien menyukai semua bagian tubuhnya dan merasa bersyukur atas apa yang dimiliki.
2) Identitas diri :
Pasien mengatakan dirinya sebagai seorang laki-laki muda 18 tahun yang tinggal sebagai anak tunggal di rumah. Pasien mengatakan tidak ingin bersekolah dan lebih senang berdiam diri di rumah.
3) Peran diri :
Sebelum sakit pasien berperan sebagai anak tunggal yang belum
bekerja.
4) Ideal diri :
Pasien mengatakan tidak sekolah dan belum bekerja.Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan pulang ke rumah.
5) Harga diri :
Pasien mengatakan tidak memiliki teman dan keluarga, merasa nyaman sendiri.
c. Hubungan Sosial 1) Orang yang berarti
Pasien mengatakan saat ini tidak ada orang yang berarti.
2) Peran serta dalam masyarakat
Pasien mengatakan tidak pernah ikut kegiatan kemasyarakatan, hanya berdiam diri di rumah.
3) Hambatan dalam hubungan sosial
Pasien mengatakan tidak memiliki teman, tidak mau melakukan kontak mata ketika berbicara.
d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan dirinya beragama Islam.
2) Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan tidak sholat selama di wisma tetapi selalu berdoa kepada Tuhan.
B. Diagnosa Keperawatan Analisa Data
Data Masalah
DS :
- Pasien mengatakan dirinya merasa malu
- Pasien mengatakan tidak punya teman dan jarang berinteraksi dengan orang lain
DO :
Perubahan konsep diri : Harga diri rendah
- Pasien tampak menunduk ketika diajak berbicara - Kontak mata pasien kurang
- Tampak pasien melalukan blocking ketika diajak berbicara
- Pasien menjawab pertanyaan dengan singkat dan padat.
- Tampak pasien murung dan tidak bersemangat DS :
- Pasien mengatakan merasa nyaman sendiri - Pasien mengatakan tidak punya teman
- Pasien mengatakan tidak mengenal semua teman di wisma gatotkaca
- Pasien mengatakan jarang berinteraksi dengan orang lain.
DO :
- Tampak pasien selalu menyendiri
- Pasien tidak hafal nama teman-temannya
- Pasien tampak menunduk ketika diajak berbicara - Kontak mata pasien kurang
Isolasi sosial
C. INTERVENSI KEPERAWATAN No Tgl/Hari
Waktu SDKI SLKI SIKI Rasional
1. Senin, 20 Mei 2018 Jam 09.00
WIB
Perubahan konsep diri : Harga diri rendah
Tujuan umum:
Pasien memiliki konsep diri yang positif
Tujuan khusus :
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3 x pertemuan diharapkan:
1. Pasien memiliki konsepdiri yang positif
2. Pasien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
3. Pasiendapat membina
kemampuanyang
dimilikiuntuk dilaksanakan 4. Pasien dapat merencanakan
kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki 5. Pasien dapat melakukan
kegiatan sesuai rencana yang dibuat
SP 1(Pasien)
1. Bina hubungan saling percaya
2. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.
3. Bantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan.
4. Bantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien.
5. Latih pasien kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan.
6. Bimbing pasien
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP 2 (Pasien)
1. Validasi masalah dan latihan sebelumnya.
2. Latih kegiatan kedua (atau
1.Membangun trust
(kepercayaan) dengan pasien 2. Mengetahui aspek positif dan kemampuan yang dimiliki pasien 3.Meningkatkan kepercayaan pasien
4.Membantu menemukan kemampuan pasien
5.Meningkatkan kemampuan pasien
6.Melibatkan pasien aktif dalam kegiatan sehari-hari
1.Mencocokan data dengan kegiatan yang dilakukan pasien 2. Meningkatkan kemampuan pasien
3. Melibatkan pasien aktif dalam kegiatan sehari-hari
1.Membantu menyelesaikan masalah pasien
2.Mempercepat penyembuhan
selanjutnya) yang dipilih sesuai kemampuan
3. Bimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
SP 3 (Perawat)
1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2. Lakukan kolaborasi pemberian obat
3. Lakukan pendidikan kesehatan tentang pengertian, tanda, gejala dan cara mengatasi harga diri rendah
dengan teknik farmakologi 3.Menambah pengetahuan pasien tentang Harga Diri Rendah
2. Senin, 20 Mei 2018 Jam 11.00
WIB
Isolasi sosial Tujuan Umum :
Pasin mampu berinteraksi dengan orang lain secara bertahap Tujuan Khusus :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x pertemuan diharapkan :
1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya 2. Pasien dapat menyebutkan
SP 1 (Pasien)
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip terapeutik
2. Identifikasi penyebab isolasi sosial pasien
3. Diskusikandengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
1. Membangun trust
(kepercayaan) dengan pasien 2.Mengetahui penyebab isolasi pasien
3. pasien mengetahui kerugian jika tidak berinteraksi dengan orang lain
4.Mengetahui cara berkenalan dengan orang lain
5. Melatih pasien bersosialisasi
3. Pasien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
4. Pasien dapat melaksanakan interaksi social secara bertahap
5. Pasien dapat
mengungkapkan perasaanya setelah berinteraksi dengan orang lain.
6. Pasien dapat
memberdayakan system pendukung atau keluarga
4. Ajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang.
5. Anjurkan pasien memasukan kegiatan latihan berbincang- bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian.
SP 2 (Pasien)
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Berikan kesempatan kepada pasien mempraktekan cara berkenalan dengan dua orang.
3. Bantu pasien memasukan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.
SP 3 (Perawat)
1. Buat jadwal harian pasien 2. Libatkan pasien dalam berbagai
kegiatan
3. Buat discharge planning
1.Mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan pasien
2. Melatih pasien berkenalan dengan orang lain
3. Melatih pasien bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain.
1.Melatih pasien aktif dalam kegiatan sehari-hari
2. Meningkatkan kemampuan pasien
3. Mempersiapkan pasien pulang
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Harga diri rendah merupakan perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima di lingkungan dari gambaran-gambaran negatif tentang dirinya.
Harga diri rendah yaitu evaluasi diri dari perasaan tentang diri sendiri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung dideskripsikan.
B. Saran
Diharapkan Mahasiswa mengerti bahwa Harga diri adalah suatu gejala yang membuat tubuh tidak sehat dan diharapkan mahasiswa dapat mencegah dan menurunkan angka kejadian Harga diri rendah
DAFTAR PUSTAKA
Irma, P., & Dwi Rahmah, F. (2019). Analisis Praktek Klinik Keperawatan Jiwa pada Bpk. S dengan Intervensi Inovasi Hydro Therapy Wudhu terhadap Risiko Perilaku Kekerasan Diruang Tiung RSJD. Atma Husada Samarinda..
Pardede, Jek Amidos, Ariyo Ariyo, and Jenny Marlindawani Purba. "Self Efficacy Related to Family Stress in Schizophrenia Patients." Jurnal Keperawatan 12.4 (2020): 831-838.
Wandono, Waya Ayisna, and SKp Arum Pratiwi. Upaya peningkatan harga diri
Rendah pada pasien depresi. Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017.
Pardede, Jek Amidos, Budi Anna Keliat, and Ice Yulia Wardani. "The Symptoms of Low Self-Esteem Decline after Being Given Acceptance and Commitment Therapy." Adv Practice Nurs 5.170 (2020): 10-37421.