• Tidak ada hasil yang ditemukan

Harga Diri Rendah (Situasional)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Harga Diri Rendah (Situasional)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun untuk memenuhi tugas Presentasi mata kuliah

Intervensi Krisis pada Program Studi Ilmu Keperawatan semester VII (Tujuh)

Pengampu : Zumrotul Choirriyyah ,S.Kep.,Ns.M.Kes

Oleh.

Yoyok Dwi Saputra (Nim.010110a135)

Tito Yunita Syltami Bardu (Nim.010110a097)

Rezza Zulfiyadi Begung (Nim.010110a )

Sulnadi (Nim.010110a )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN

(2)

1 HARGA DIRI RENDAH

SITUASIONAL

A. KONSEP TEORI

I. PENGERTIAN

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. (Keliat, 2006)

Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Harga diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Stuart & Gail, 2006)

Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional(trauma) atau kronis (kritik diri yang telah berlangsung lama) dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung (Stuart & Sundeen, 2006)

Harga diri rendah situasional adalah suatu keadaan ketika individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon terhadap suatu kejadian (kehilangan,perubahan).

Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif (NANDA, 2005).

Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi ( korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba ). (Dalami dkk, 2009).

(3)

2 II. ETIOLOGI

a) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang sembarangan pemasangan yang tidak sopan ( pengukuran pubis, pemasangan kateler pemeriksaan perincal ).

b) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat / sakit / penyakit.

c) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagi tindakan tanpa persetujuan.

Harga diri rendah biasanya terjadi karena adanya kritik dari diri sendiri dan orang lain, yang menimbulkan penurunan produktifitas berkepanjangan, yang dapat menimbulkan gangguan dalam berhubungan dengan orang lain dan dapat menimbulkan perasaan ketidakmampuan dari dalam tubuh, selalu merasa bersalah terhadap orang lain, selalu berperasaan negatif tentang tubuhnya sendiri.

Klien yang mempunyai gangguan harga diri rendah akan mengisolasi diri dari orang lain dan akan muncul perilaku menarik diri, gangguan sensori persepsi halusinasi bisa juga mengakibatkan adanya waham.

1. Faktor predisposisi

 Faktor yang mempengaruhi harga diri : penolakan orangtua, harapan orangtua tidak realistis, sekolah ditolak, pekerjaan.

 Faktor yang mempengaruhi performa peran : stereotip peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya

 Faktor yg mempengaruhi indentitas pribadi : ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.

2. Faktor presipitasi

 Ketegangan peran oleh stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran/posisi, halusinasi pendengaran dan penglihatan, kebingungan tentang

(4)

3

seksualitas diri sendiri, kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain, gangguan citra tubuh, mengalami dunia seperti dalam mimpi.

III. MANIFESTASI KLINIS

1. Mengungkapkan rasa malu/bersalah 2. Mengungkapkan menjelek-jelekkan diri

3. Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya, ketidakberdayaan dan ketidakbergunaan)

4. Kejadian menyalahkan diri secara episodik terhadap permasalahan hidup yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif

5. Kesulitan dalam membuat keputusan

Keliat (2009) mengemukakan beberapa tanda dan gejala harga diri rendah adalah :

a. Mengkritik diri sendiri. b. Perasaan tidak mampu.

c. Pandangan hidup yang pesimis. d. Penurunan produkrivitas.

e. Penolakan terhadap kemampuan diri.

Tanda dan gejala yang dapat dikaji:

 Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap tindakan penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi rontok (botak) karena pengobatan akibat penyakit kronis seperti kanker.

 Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak kerumah sakit menyalahkan dan mengejek diri sendiri.

 Merendahkan martabat. Mis: saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya memang bodoh dan tidak tahu apa-apa.

 Gangguan hubungan sosial. Mis: menarik diri, klien tidak mau bertemu orang lain, lebih suka menyendiri.

(5)

4  Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan yang suram

mungkin memilih alternatif tindakan.

 Mencederai diri akibat harga diri rendah disertai dgn harapan yg suram mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

 Mudaah tersinggung atau marah yang berlebihan.

 Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.

 Keluhan fisik

 Penolakan terhadap kemampuan personal

Menurut Carpenito, L.J (1998: 352); Keliat, B.A (1994:20); perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain:

1. Data subjektif:

 Mengkritik diri sendiri atau orang lain

 Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan

 Perasaan tidak mampu

 Rasa bersalah

 Sikap negatif pada diri sendiri

 Sikap pesimis pada kehidupan

 Keluhan sakit fisik

 Pandangan hidup yang terpolarisasi

 Menolak kemampuan diri sendiri

 Pengurangan diri/mengejek diri sendiri

 Perasaan cemas dan takut

 Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif

 Mengungkapkan kegagalan pribadi

 Ketidak mampuan menentukan tujuan 2. Data objektif:

 Produktivitas menurun

 Perilaku destruktif pada diri sendiri

(6)

5  Penyalahgunaan zat

 Menarik diri dari hubungan sosial

 Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah

 Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)

 Tampak mudah tersinggung/mudah marah

IV. MEKANISME KOPING

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang ditujukan untuk penatalaksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan

mekanisme pertahanan ego yang digunakan untuk melindungi diri ( Stuart, 2006 ). Mekanisme koping terdiri dari pertahanan koping jangka

pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.

a) Pertahanan jangka pendek

 Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri (misalnya konser musik, menonton televisi secara obsesif).

 Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng ).

 Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak menentu (misal : olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas).

 Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas di luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misalnya: penyalahgunaan obat).

b) Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini Stuart ( 2006 ) :

 Penutupan identitas adalah adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.

(7)

6  Identitas negatif adalah asumsi identitas yang tidak sesuai

dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat.

 Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, “ disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan ( displacement ), Splitting, berbalik marah terhadap terhadap diri sendiri, dan amuk.

V. FASE-FASE KEHILANGAN

1. Denial (Penolakan)

Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap kehilangan/individu tidak percaya. Menolak atau tidak menerima kehilangan yang terjadi. Pernyataan yang sering diucapkan adalah “ itu tidak mungkin”, “saya tidak percaya” seseorang yang mengalami kehilangan karena kematian orang yang berarti baginya, tetap merasa bahwa orang tersebut masih hidup. Dia mungkin mengalami halusinasi, melihat orang yang meninggal tersebut berada di tempat yang biasa digunakan atau mendengar suaranya.

Tindakan keperawatan :

 Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan

 Jelaskan kepada klien bahwa sikapnya itu wajar terjadi pada orang yang mengalami kehilangan

Mendukung kebutuhan emosi tanpa memperkuat penyangkalan

 Beri dukungan kepada klien secara non verbal seperti : memegang tangan, menepuk bahu atau merangkul klien

 Menawarkan diri untuk tetap bersama klien tanpa mendiskusikan alasan untuk mengatasi.

 Memberi jawaban yang jujur terhadap pertanyaan klien tentang sakit, pengobatan dan kematian tanpa membantah klien

Memperhatikan kebutuhan dasar klien 2. Anger (Marah)

Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan marah pada diri

(8)

7

sendiri atau kepada orang yang berada di lingkungannya. Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, susah tidur, tangan mengepal mau memukul, agresif.

Tindakan keperawatan :

 Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan kemarahannya secara verbal tanpa melawan kemarahannya.

 Jelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan klien sebenarnya tidak ditujukan kepada mereka.

 Jangan mengambil hati kemarahan yang dilontarkan klien.

 Motivasi klien untuk membicarakan perasaan marahnya.

 Bantu klien menguatkan sistem pendukung dari orang lain.

 Ajarkan teknik asertif. 3. Bargaining (Tawar-menawar)

Individu yang telah mampu mengekspresikan rasa marah akan kehilangannya, maka orang tersebut akan maju ke tahap tawar menawar dengan memohon kemurahan Tuhan, individu ingin menunda kehilangan dengan berkata “seandainya saya hati-hati” atau “kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa”.

Tindakan keperawatan :

 Membantu klien mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya.

 Jelaskan pada klien tentang sesuatu tindakan yang nyata.

 Berikan informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan. 4. Depresi

Individu berada dalam suasana berkabung, karena kehilangan merupakan keadaan nyata, individu sering menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau berbicara atau putus asa dan mungkin sering menangis.

Tindakan keperawatan :

 Mengidentifikasi tingkat depresi dan risiko merusak diri.

 Membantu klien mengurangi rasa bersalah.

 Mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki untuk meningkatkan harga diri klien.

(9)

8  Beri kesempatan klien untuk menangis dan mengungkapkan

perasaan.

5. Acceptance (Penerimaan)

Pada fase individu menerima kenyataan kehilangan, misalnya : ya, akhirnya saya harus dioperasi, apa yang harus saya lakukan agar saya cepat sembuh, tanggung jawab mulai timbul dan usaha untuk pemulihan dapat lebih normal.

Secara bertahap perhatiannya beralih pada objek yang baru, dan pikiran yang selalu terpusat pada objek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Jadi individu yang masuk pada fase penerimaan atau damai, maka ia dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilangannya secara tuntas.

Tindakan keperawatan :

 Sediakan waktu bagi keluarga untuk mengunjungi klien secara teratur.

 Membantu dalam mendiskusikan rencana masa datang.

 Membantu keluarga dan teman klien untuk bisa mengerti penyebab kematian.

VI. INTERVENSI GENERALIS PADA PASIEN

a. Tujuan

1) Klien mampu meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri dan pemecahan masalah yang efektif

2) Klien mampu melakukan keterampilan positif untuk meningkatkan harga diri

3) Klien mampu melakukan pemecahan masalah dan melakukan umpan balik yang efektif

4) Klien mampu menyadari hubungan yang positif antara harga diri dan kesehatan fisik

(10)

9

b. Tindakan Keperawatan

1) Mendiskusikan harga diri rendah : penyebab, proses terjadinya masalah, tanda dan gejala dan akibat

2) Membantu pasien mengembangkan pola pikir positif

3) Membantu mengembangkan kembali harga diri positif melalui melalui kegiatan positif

VII. KOMPLIKASI

a) Isolasi sosial b) Perilaku kekerasan

c) Halusinasi pendengaran dan halusinasi penglihatan d) Waham

VIII. PENATALAKSANAAN

1) Terapi medis

Pemberian terapi medis pada kasus harga diri rendah juga tidak digolongkan sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat golongan antidepresan, karena fungsi dari obat anti depresan adalah memblok pengambilan kembali neurotransmitter norepineprin dan serotonin, meningkatkan konsentrasinya pada sinaps dan mengkoreksi defisit yang diperkirakan menyebabkan alam perasaan melankolis. Hal ini sesuai dengan masalah neurotransmitter yang dihadapi oleh klien dengan harga diri rendah yaitu adanya penurunan neurotransmitter seperti serotonin, norepineprin.

Terdapat banyak jenis antidepresan tetapi pada kasus harga diri rendah kali ini pemberian obat yang dapat diberikan lebih banyak dalam jenis Tricyclic Anti Depresan (TCA) : Amitriptiline, Imipramine, desipramine, notriptilin, sesuai dengan fungsi dari obatnya yaitu untuk meningkatkan reuptake seorotonin dan norepinefrin sehingga meningkatkan motivasi klien dan sesuai dengan indikasinya yaitu pengobatan yang diberikan pada klien dengan depresi tetapi juga mengalami skizofrenia sehingga mempunyai efek pengobatan yang saling meningkatkan.

(11)

10

Tindakan keperawatan pada klien : Tujuan :

 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

 Kien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

 Klien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan

 Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan

 Klien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya

a. Terapi generalis

Prinsip tindakan :

 Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien.

 Bantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan

 Bantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih

 Latih kemampuan yang dipilih klien

 Beri pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien

 Bantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih

 Evaluasi kemampuan pasien sesuai jadwal kegiatan harian

 Latih kemampuan kedua

 Motivasi klien memasukkan kemampuan kedua kedalam jadwal harian

b. Terapi Kognitif

Prinsip tindakan :

 Sesi I : Mengungkapkan pikiran otomatis

 Sesi II : Mengungkapkan alasan

 Sesi III : Tanggapan terhadap pikiran otomatis

 Sesi IV : Menuliskan pikiran otomatis

 Sesi V : Penyelesaian masalah

 Sesi VI : Manfaat tanggapan

(12)

11  Sesi VIII : Catatan harian

Sesi IX : Support system

Tindakan keperawatan pada keluarga Tujuan :

 Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

 Keluarga memfasilitasi aktifitas pasien yang sesuai kemampuan

 Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan latihan yang dilakukan

 Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien

a. Terapi generalis

Prinsip tindakan :

 Menjelaskan tanda-tanda dan cara merawat klien harga diri rendah

 Menjelaskan cara-cara merawat klien dengan HDR

 Mendemonstrasikan dihadapan keluarga cara merawat klien denganHDR

 Memberikan kesempatan kepada keluarga mempraktekkan cara merawat klien dengan HDR seperti yang telah di demonstrasikan perawat sebelumnya

b. Triangle terapi

Prinsip tindakan :

Sesi I : Mengenali dan mengekspresikan perasaan

Sesi II : Menerima orang lain (klien)

Sesi III : Penyelesaian masalah

Sesi IV : Mengungkapkan hasil

Tindakan keperawatan untuk kelompok

a. Terapi generalis : TAKS

(13)

12  Sesi 1 : Membantu klien meningkatkan kemampuan

memperkenalkan diri

 Sesi 2 : Membantu klien berkenalan dengan anggota kelompok

 Sesi 3 : Membantu klien untuk mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok

 Sesi 4 : Membantu klien untuk mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok

 Sesi 5 : Bantu klien untuk mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain

 Sesi 6 : Bantu klien untuk mempu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok

 Sesi 7 : Bantu klien untuk mamu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok yang telah dilakukan

b. Logo terapi

Prinsip tindakan :

Sesi 1 : Mengenal masalah

Sesi 2 : Mengajukan pertanyaan pada diri sendiri

Sesi 3 : Melihat dan merenungkan pengalaman yang bermakna

Sesi 4 : Mengungkap makna dalam kondisi kritis

Sesi 5 : Evaluasi dan terminasi

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Beberapa faktor yg harus dikaji adalah faktor predisposisi dan faktor presipitasi (Stuart & Laraia, 2005)

a. Faktor predisposisi yg harus dikaji adalah penolakan orangtua, harapan orangtua yg tidak realistis, kegagalan yag berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri tidak realistis. Sedangkan yg paling sering terjadi adalah gangguang dalam mencapai tugas perkembangan sehingga individu tidak dapat hubungan interpersonal yg sehat. Seperti kurangnya

(14)

13

perhatian dan stimulasi pada masa bayi, kurang komunikasi antara orangtua dan anak, penganiayaan pada masa kanak-kanak.

b. Faktor presipitasi yg harus dikaji adalah ketegangan peran stres yg berlebihan berhubungan dgn frustasi yg dialami individu dlm peran spt konflik peran yg tidak jelas, menurunnya kestabilan keluarga, terjadinya perpisahan dgn orangtua yg berarti (perceraian,kematian), ansietas berat yg berkepanjangan dan tidak dapat diatasi(kegagalan dlm berhubungan), malu pada saat berhubungan dgn orang lain. Secara objektif dapat dilihat perilaku klien yg khas dan berhubungan dgn harga diri rendah, keracunan identitas dan depersonalisasi. Perilaku perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan terhadap tindakan penyakit, rasa percaya kurang, merendahkan martabat diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, mencederai diri sendiri akibat harga diri rendah, sukar mengambil keputusan dan mempunyai harapan yang suram.

c. Tanda dan gejala

 Perasaan malu pada diri sendiri.

 Rasa bersalah terhadap diri sendiri

 Merendahkan martabat.

 Gangguan hubungan sosial.

 Percaya diri kurang..

 Mencederai diri akibat harga diri rendah disertai dgn harapan yg suram mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

 Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan.

d. Mekanisme koping pada gangguan konsep diri, mekanisme koping dapat dibagi 2 yaitu koping jangka pendek dan koping jangka panjang (Stuart & Laraia, 2005):

 Koping jangka pendek (Suliswati,2005) membagi menjadi 4 kategori, yaitu: aktivitas yg memeberi pelarian sementara dari krisis (pemakaian obat), aktivitas yg memebri kehidupan (memenuhi kebutuhan hidup dgn kerja), aktivitas yg memberi kesempatan mengganti identitas sementara (memiliki

(15)

14

kelompok tertentu/pengikut kelompok tertentu), aktivitas yg memberikan kekuatan/dukungan sementara terhadap konsep diri (aktivitas yg kompetisi, kontes, prestasi,akademik)

 Koping jangka panjang adalah penutupan identitas prematur yg diinginkan oleh orang yg penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan aspirasi dan potensi dari individu tersebut dan identitas negatif dgn mengasumsi identitas yg tidak wajar untuj dapat diterima oleh nilai dan harapan masyarakat.

e. Sumber koping merupakan suatu evauasi terhadap pilhan koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dgn menggunakan sumber koping yg ada di lingkungannya. Sumber koping tersebut dujadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu sesorang mengintegrasikan pengalaman yg menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yg efektif.

Menurut Towsend ( 1998 ) pada pasien dengan gangguan harga diri rendah akan ditemukan batasan karakteristik :

a. Kurang kontak mata

b. Ungkapan yang mengaktifkan diri c. Ekspresi rasa malu

d. Mengevaluasi diri sebagai individu yang tidak mampu untuk menghadapi berbagai peristiwa.

e. Menolak umpan balik yang positif dan melebih-lebihkan umpan balik yang negatif tentang dirinya.

f. Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal yang baru

g. Hipersensitif terhadap kritik, mudah tersinggung dengan pembicaraan orang lain.

2. Diagnosa keperawatan

(16)

15

Tujuan umum : klien memilih konsep diri yang positif Tujuan khusus Kriteria Intervensi 1. Klien dapat

membina

hubungan saling percaya dengan perawat

Klien dapat menunjukan ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi

 .Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik, yaitu sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya, beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

2. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki yaitu : aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien, aspek positif keluarga, aspek positif lingkungan klien.

 Diskusikan dengan klien tentang : aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan, kemampuan yang dimiliki klien. Bersama klien buat daftar tentang : aspek positif klien, keluarga, lingkungan, kemampuan yang dimiliki klien. Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negatif 3. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan Klien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan.

 Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan, diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya.

(17)

16 4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Klien membuat rencana kegiatan harian.

 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien, meliputi : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan keluarga, tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien, beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang dibuat

Klien melakukan kegiatan sesuai jadual yang dibuat

 Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan, pantau kegiatan yang dilaksanakan klien, beri pujian atas usaha yang dilakukan klien, diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang. 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga

 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah, bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat, bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

2. Isolasi sosial berhubungan dengan harga diri rendah

Isolasi sosial

Menurut Townsend, M.C (1998:152), Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya.

(18)

17  Menurut DEPKES RI (1989: 117) penarikan diri atau

withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik

perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.

Tujuan Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTEVENSI TUK 1 Klien dapat membina hubungan saling percaya  Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau

menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau menguraikan masalah yang dihadapi

 Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap klien

dan nama panggilan yang disukai klien

d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya. g. Beri perhatian kepada klien

dan perhatikan kebutuhan dasar klien

(19)

18

TUK 2

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki  Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. a. Kemampuan yang dimiliki klien b. Aspek positif keluarga c. Aspek positif lingkungan yang dimiliki

 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien

 Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi nilai yang negatif

 Utamakan memberi pujian yang realistis

TUK 3

Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan  Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan dirumah sakit  Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan di rumah

 Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit

 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pengunaanya

 Berikan pujian TUK 4 Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang  Klien memiliki kemampuan yang akan dilatih  Klien mencoba sesuai jadwal harian

 Meminta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit

 Bantu klien melakukan jika perlu beri contoh

 Beri pujian atas keberhasilan klien

(20)

19

dimiliki  Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang di latih

TUK 5

Klien dapat melakukan

kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya  Klien melakukan kegiatan yang telah dilatih (mandiri atau dengan bantuan)  Klien mampu melakukan beberapa kegiatan secara mandiri

 Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan

 Beri pujian atas keberhasilan klien  Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah TUK 6 Klien dapat memenfaatkan sistem pendukung yang ada  Keluarga memberi dukungan dan pujian  Keluarga memahami jadual kegiatan harian klien

 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tantang cara merawat klien dengan harga diri rendah

 Bantu keluarga memberikan dukungan selama sakit

 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah

 Jelaskan cara pelaksanaan jadual kegiatan klien dirumah

 Anjurkan memberi pujian pada klien setiap berhasil

3. Resiko perubahan persepsi sensori: Halusnasi berhubungan dengan menarik diri.

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu

(21)

20

penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).

Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).

Tujuan umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain supaya tidak terjadi halusinasi

Tujuan Khusus Kriteria Intervensi 1 . Klien dapat membina hubungan saling percaya Klien mampu, menunjukan ekpresi menerima/ bersahabat, kontak mata baik, mengatakan masalah yang dihadapi

 Bina hubungan saling percaya dengan klien menggunakan prinsop komunikasi terapeutik. 2 . Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri. Klien mampu mengungkapkan perasaannya yang menyebabkan menarik diri.

 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda tandanya.

 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul.

 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta pe-nyebab yang muncul.

 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan

(22)

21 3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain. Klien dapat menyebutkan manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.

 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan sosial dengan orang lain dan kerugian bila yidak berhubungan dengan orang lain.

 Beri kesempatan kepada klien untuk mengung-kapkan perasaan tentang keuntu-ngan berhubungan sosial dengan orang lain.

 Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan so-sial dengan orang lain.

 Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan kemampuan berhubungan dengan orang lain

 Kaji pengetahuan pasien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.

 Beri kesempatan kepada klien untuk mengung-kapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.

(23)

22

tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.

 Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan kemampuan berhubungan dengan orang lain.

4. Resiko bunuh diri berhubungan dengan harga diri rendah

Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu. Dia mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu yang cenderung melakukan bunuh diri telah mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan frustasi yang bertahan lama sehingga individu melihat bunuh diri sebagai satu-satunya penyelesaian untuk masalah yang dihadapi yang bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakan (dalam Maris dkk., 2000).

Tujuan jangka pendek : klien akan mencari bantuan perawat bila ada perasaan ingin mencederai diri.

Tujuan jangka panjang : klien tidak akan mencederai diri

No. Intervensi Rasional 1. Observasi perilaku klien lebih sering

melalui aktivitas dan interaksi rutin, hindari kesan pengamatan dan kecurigaan pada klien

Observasi ketat dibutuhkan supaya intrvensi dapat terjadi jika dibutuhkan untuk memastikan keamanan klien 2. Tetapkan kontak verbal dengan klien mendiskusikan perasaan ingin

(24)

23

bahwa ia akan meminta bantuan jika keinginan bunh diri dirasakan

bunuh diri dengan orang yang dipercaya memberikan derajat keringanan untuk klien, sikap penerimaan klien sebagai individu dapat dirasakan 3. Dorong klien untuk bicara tentang

perasaan yang dimiliknya sebelum perilaku bunuh diri terjadi

Agar memecahakn masalah dan memahami factor pencetus

4. Bertindak sebagai model dalam mengekspresikan kemarahan yang tepat

Perilaku bunuh diri dipandang sebagai marah yang diarahakan pada diri sendiri 5. Rancang anggota tim perawat untuk

memonitor secara kontinyu.

Untuk memantau kondisi klien setiap waktu.

6. Instruksikan pengunjung untuk membantasi barang bawaan ( yakinkan untuk tidak memberikan makanan dalam tas plastic)

Mencegah penggunaan benda-benda tertentu untuk melanjutkan ide bunuh dirinya.

7. Batasi orang dalam ruangan klien dan perlu adanya penurunan stimuli.

Stimulus untuk bunuh diri bisa timbul ketika klien melihat keramaian.

8. Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien membutuhkan dukungan social yang adekuat

Dukungan social dapat meringankan stimulus.

(25)

24

9. Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk jejaring sosial yang bisa di akses.

Untuk mempermudah menghubungi keluarga yang bisa membantu meringankan stimulus.

10. Dorong klien untuk melakukan aktivitas social.

Mengalihkan stimulus ke kegiatan lain.

(26)

25 REFERENSI

Stuart, (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi : Lima. Jakarta : EGC

Dalami, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta : Trans Info Media.

Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Lodo.A ,2013. Makalah Harga Diri Rendah Situasional .Retrieved From http://www.scribd.com/search?query=hdr+situasional

Referensi

Dokumen terkait

Pada tracer tahun 2014 lulusan Prodi Ekonomi Pembangunan yang mendapatkan pelayanan akademik dalam komponen keterlaksanaan ujian yang memuaskan (baik dan

Program kegiatan ini menunjukkan bahwa ibu-ibu peserta pelatihan memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang baik dalam memahami potensi ricebran sebagai

Elevasi mercu bendung yang diperlukan tergantung oleh elevasi sawah tertinggi yang tertinggi yang akan diairi, tinggi genangan air di sawah, jarak lokasi sawah tersebut ke bendung

 ika :;U %ang kita nilai memiliki aset lain %ang tidak digunakan dalam pen(iptaan arus kas bebas dan aset tersebut memiliki nilai pasar maka kita menambahkann%a

Dari Umar bin Khoththob radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “ Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-sebenarnya tawakkal, niscaya Dia

H1 : k sampel frekuensi atau proporsi tidak berasal dari populasi yang sama atau populasi-populasi yang

Masa telah berubah dan sudah saatnya kerja nyata dengan pencitraan itu dipisahkan, dalam tanda arti bila selama ini kita terpaku pada status

Berdasarkan keadaan diatas maka penulis berusaha mengatasi permasalahan sampah plastik dengan mendaur ulang sampah plastik khusunya botol plastik bekas menjadi bahan