• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN DALAM PACARAN PADA MAHASISWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN DALAM PACARAN PADA MAHASISWI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN KECENDERUNGAN

MENGALAMI KEKERASAN DALAM PACARAN PADA

MAHASISWI

SKRIPSI

Oleh: Bayu Wardani 201010230311114

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN KECENDERUNGAN

MENGALAMI KEKERASAN DALAM PACARAN PADA

MAHASISWI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu

persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

BAYU WARDANI

NIM: 201010230311114

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVESITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)

SKRIPSI

Dipersiapkan dan disusun oleh :

BAYU WARDANI NIM : 201010230311114

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Pada tanggal 15 Agustus 2014

SUSUNAN DEWAN PENGUJI:

Ketua/Pembimbing I Sekretaris/Pembimbing II,

Dra. Tri Dayakisni, M.Si Diana Savitri Hidayati, S.Psi. M.Psi

Anggota 1 Anggota II

Dr, Latipun, M.Kes Adhiyatman Prabowo, S.Psi., M.Psi

Mengesahkan D e k a n,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Harga Diri dengan Kecenderungan Menjadi Korban Kekerasan dalam Pacaran”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si, selaku dekan Fakultas Psikologi dan sekaligus pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Diana Savitri H. M.Si selaku pembimbing II yang juga telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat bagi skripsi ini.

3. Dra. Hudaniah, M.Si selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi motivasi sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

4. Kedua ibuku dan satu-satunya adikku serta keluarga besar yang tak henti-hentinya memberikan do’a dan dukungan kepada penulis agar semuanya berjalan dengan baik dan lancar.

5. Terima kasih buat seluruh subjek yang sudah berkenan meluangkan waktunya untuk mengisi skala untuk penelitian ini.

6. Terima kasih untuk Ulfa, Ulin, Mbak Nina, Bu Nanda, Bu Fina, buat motivasinya dan sarannya kepada penulis.

7. Terima kasih juga untuk Vita yang sudah berkenan membantu peneliti dalam proses analisa data.

8. Buat bantuannya saat penelitian (Ulfa, Ulin, Ary, Putri, Heny, Bagus, Novi, Silvi, Bella, Kholidah, Jesisca, Riska, Elisa, Ayun, Klaudi).

9. Adik-adik kost tersayang (Silvi, Bella, Fitri) yang sudah mau mendengarkan keluh kesah dan memberikan motivasi. Kost merupakan rumah kedua bagi penulis, dan kalian adalah keluarga selama ada dirumah kedua.

10.Terima kasih juga buat Dwi, Yudhis, Abang Samid, sudah mau berbagi tentang indahnya skripsi. Kalian hebat.

11.Teman-teman Psikologi angkatan 2010 khususnya kelas B 2010. Terima kasih sudah memberikan kenangan yang sangat indah selama ini.

(5)

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanya milik Allah sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menjadikan penelitian selanjutnya menjadi lebih baik lagi. Meskipun demikian, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti, khusunya pembaca pada umumnya.

Malang, 15 Agustus 2014

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

Kekerasan dalam pacaran . ... 4

Bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran. ... 4

Faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam pacaran . ... 5

Faktor-faktor yang melatarbelakangi mengalami KDP . ... 5

Harga diri ... 5

Aspek-aspek harga diri ... 6

Karakteristik harga diri ... 6

Karakteristik mahasisiwi ... 6

Harga diri dengan kecenderungan menjadi korban kekerasan dalam pacaran ... 7

Hipotesa ... 7

METODE PENELITIAN ... 8

Rancangan penelitian ... 8

Subjek penelitian ... 8

Validitas dan instrument penelitian ... 8

Validitas instrumental ... 9

Reliabilitas Intrument ... 10

Prosedur penelitian ... 10

(7)

DISKUSI ... 12

SIMPULAN dan IMPLIKASI ... 14

DAFTAR PUSTAKA ... 15

(8)

DAFTAR TABEL

TABEL 1

Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian ... 9 TABEL 2

Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ... 10

TABEL 3

Perhitungan T-Score Skala Kekerasan Dalam Pacaran ... 11 TABEL 4

Perhitungan T-Score Skala Harga Diri ... 11 TABEL 5

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Blueprint skala tryout ... 19

Blueprint skala penelitian ... 20

Contoh skala tryout yang disebar ... 22

Contoh skala penelitian yang disebar ... 28

Reliabilitas skala kekerasan dalam pacaran ... 33

Reliabilitas skala harga diri ... 33

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Baron, R. A., & Byrne, D. (2002). Psikologi sosial(10th ed). (Terj. Ratna Djuwita, dkk). Jakarta : Erlangga

Brehm, S.S., Kassin, S.M., (1993). Social psychology. Boston: Hougthon Mifflincompany.

Chusairi, A. 2000. Hubungan antara sikap gender kekerasan suami terhadap istri. Jurnal Arkhetipe Vol. 1 No. 1 November 2000. Hal 4-13. Surabaya: Universitas Putra Bangsa

Coopersmith, Stanley. (1967). The Antecedents of Self Esteem. San Fransisco: W. H. Freeman.

Dayakisni, T. Hudaniah. (2009). Psikologi sosial. Malang : UMM Press.

Dinastuti, 2008. Gambaran Emosional Abuse dalam Hubungan berpacaran pada 4 orang dewasa muda. Jurnal ilmiah Psikologi Manasa. Jakarta: Forum Komunikasi Psikologi APTIK. Juni 2008 volume 1 no 2.

Duwi Prayitno, SE (2008) dalam buku paham Analisis Statistik Data Dengan SPPS

Yogyakarta : Mediakom

Frey, D & Carlock, C. J (1987). Enhancing Self Esteem. Ohio : Accelerated Development.

Gover, A. R. 2004. Risky Lifestyles and Dating Violence: A Theoritical Test of Violent Victimization. Journal of Criminal Justice, 32, 171-180.

Hidayat, dkk., 2009. Wajah Kekerasan, Yogyakarta, Rifka Annisa Women Crisis Centre.

Hurlock, B.E. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjamg Rentang Kehidupan. Ed. 5. Jakarta: Erlangga; 1999

Hurlock, Elizabeth B. 2004. Developmenral Psychology. Jakarta: Erlangga

Jessica, Maria. (2007). Dampak psikologi pada dewasa muda korban kekerasan dalam berpacaran. Skripsi. Universitas Katolik Soegijapranata.

Jones R. Shannon, Gardner P. Scott, 2002. Variables Related to Attitudes Toward Domestic Violence and Use of Reasoning, Verbal Aggression, and Violent Conflict Tactics in High School Students, Journal of family and costumer sciences education, vol 20, no. 1, spring/summer, south Dakota state university.

Maslow, A. (1987). Motivation and Personality. New York : Harper Inc.

(11)

Myers, G. D. (2012). Psikologi sosial (10th ed). (Terj. Aliya Tusyani, dkk). Jakarta : Salemba Humanika

O’Keefe, M. 2005. Teen Dating Violence: A Review of Risk Factors and Prevention Efforts. A Project of National Resource Center on Domestic Violence.

Pennsylvania: Coalition Againts Domestic Violence.

Papalia, D.E., Olds, S.W., and Feldman, R.D. (2005). Human Development. 10th ed. New York : MacGraw-Hill

Santrock, J.W. 1999. Life Span Development (terjemahan). Boston. Mac Graw-Hill. Set, Sony. 2009. Teen Dating Violance (Stop Kekerasan dalam Pacaran). Yogyakarta:

Kanisius

Straus. M. (1979). Measuring intrafamily conflict and violence: the Conflict Tactics (CT) Scales. Journal of Marriage and the Family. 41. 75-88.

Sugarman, D. B. and Hotaling, G. T. Dating violence: prevalence, context and risk markers. In: Pirog-Good, M. A. and Stets, J. E. (Eds.) Violence in dating relationships. New York: Praeger; 1989:3-32.

VandenBos, Gary R. (2007). APA Dictionary of Psychology. Gary R. VandenBos (Ed.).Washington: American Psychological Association.

Winarsunu, Tulus. (2009). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang: Universitas muhammadiyah malang.

(12)

2

Di zaman era globalisasi sekarang ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus mengenai kekerasan dalam pacaran pada remaja maupun mahasiswi. Munculnya kekerasan dalam pacaran yang marak terjadi sekarang ini tidak terlepas dari pengaruh era globalisasi yang dianggap sebagai bentuk modernitas. Fakta bahwa kekerasan yang berbasis gender sering dialami oleh perempuan, banyak orang yang peduli tentang kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga, namun masih sedikit yang peduli pada kekerasan yang terjadi pada mereka yang sedang berpacaran.

Banyak yang beranggapan bahwa dalam berpacaran tidak mungkin terjadi kekerasan. Umumnya masa berpacaran dipersepsikan sebagai masa yang penuh dengan hal-hal yang indah, di mana setiap hari diwarnai oleh tingkah laku yang menyenangkan dan kata-kata manis yang diucapkan oleh pacar. Kekerasan terhadap perempuan telah menjadi masalah serius yang dibanyak Negara di dunia termasuk di Indonesia. Kekerasan yang terjadi umumnya merupakan rangkaian dari kekerasan fisik, psikis, seksual, dan ekonomi. Hal tersebut dapat dipahami sebagai salah satu bentuk ketidaktahuan akibat kurangnya informasi mengenai kekerasan dalam pacaran (Hidayat, 2009).

Kekerasan dalam berpacaran adalah perilaku atau tindakan seseorang dalam percintaan (pacaran) bila salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung dan disakiti dengan apa yang telah dilakukan pasangannya. Kekerasan dalam berpacaran bisa mulai dalam bentuk kekerasan emosional, kekerasan fisik, bahkan bisa dalam bentuk kekerasan seksual (Soni Set, 2009).

Menurut, Sugarman dan Hotaling (1989), kekerasan dalam masa pacaran (KDP) adalah kekerasan atau ancaman melakukan kekerasan dari satu pasangan yang belum menikah terhadap pasangannya yang lain dalam konteks berpacaran atau tunangan. Bentuk perulangan dari perilaku ini dapat mengakibatkan luka fisik, bahkan kematian. Kekerasan juga termasuk dalam masalah verbal, biasanya berupa caci maki dan hinaan, serta masalah kekerasan emosional yang mengakibatkan korban kehilangan hubungan dengan teman-teman sekitarnya.

Hasil survey menyatakan bahwa 1 dari 5 remaja putri di Indonesia pernah atau sedang mengalami kekerasan dalam pacaran (KDP), kekerasan atas nama cinta (Soni Set, 2009). Data kasus kekerasan yang ditangani oleh Jaringan Relawan Independen periode April 2002 - Juni 2007, yakni dari 263 kasus kekerasan yang masuk, ada 92% korban perempuan (242 orang). Sepertiganya (31% atau 75 orang) merupakan kekerasan dalam pacaran.

Sedangkan PKBI Yogyakarta melansir data bahwa dari bulan Januari hingga Juni 2001 saja, terdapat 47 kasus kekerasan dalam pacaran, 57% di antaranya adalah kekerasan dalam pacaran, 57% di antaranya adalah kekerasan emosional, 20% mengaku mengalami kekerasan seksual, 15% mengalami kekerasan fisik, dan 8% lainnya merupakan kasus kekerasan ekonomi (BKKBN dalam Zulfah, 2007). Sebuah survey pada tahun 2008 menunjukkan satu dari lima remaja putri di Indonesia pernah mengalami kekerasan saat pacaran (Kompas, 2008).

(13)

3

seharusnya dapat memberikan kasih sayang, rasa nyaman serta aman dan perlindungan justru melakukan tindak kekerasan. Maka korban akan merasa kehilangan apa yang seharusnya didapatkan dari orang terdekatnya. Korban kemungkinan akan merasa marah, kaget, sedih, kehilangan kepercayaan, dan takut kepada pelaku (Cahn dan Lloyd, dalam Dinastuti. 2008). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Jones and Gardner (2002) yang dilakukan pada high school students from California menunjukkan bahwa 20-30% remaja mengalami kekerasan dalam pacaran.

Kekerasan dalam berpacaran tidaklah terjadi tanpa faktor-faktor yang dapat memicu untuk terjadinya kekerasan. Mendatu (2007) memaparkan beberapa faktor yang terdapat pada perempuan yang dapat memicu terjadinya kekerasan terhadap dirinya, antara lain adalah adanya perasaan bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, ketidakmampuan dalam hal ekonomi maupun kejiwaan, serta ketidakmampuan untuk bersikap dan berkomunikasi secara terbuka (asertif).

Banyak perempuan yang mengalami kekerasan dalam pacaran tidak lepas salah satunya karena adanya ketergantungan dengan pacarnya (Soni Set, 2009). Rasa sayang dan cinta mendadak bisa saja hancur berantakan ketika ada kondisi yang tidak setara antara pasangan. Sebagian besar kaum laki-laki melakukan dominasi terhadap pasangan perempuannya. ketika dominasi terjadi tanpa ada perlawanan dari pasangan perempuan untuk kembali menyetarakan posisinya dalam hubungan cinta, sesungguhnya cepat atau lambat akan muncul kondisi yang disebut kekerasan dalam pacaran (KDP) (Soni Set, 2009).

Beberapa penelitian (infant et al, 1989) menunjukkan bahwa korban-korban kekerasan dalam pacaran mempunyai harga diri yang rendah dari pada yang tidak mengalami (dalam Jones & Gardner, 2002). Mengapa orang yang memiliki harga diri rendah rentan mengalami kekerasan dalam pacaran, karena orang-orang dengan harga diri rendah cenderung ketika dirinya membandingkan dengan orang lain, maka ia akan mempersepsikan orang lain lebih memiliki kualitas positif dari pada mereka. Sehingga mereka merasa layak mendapatkan perlakuan kekerasan pada dirinya. Coopersmith (1967) menjelaskan bahwa harga diri merupakan hasil penilaian atau penghargaan pribadi seorang individu yang diekspresikan dalam sikap-sikap terhadap dirinya sendiri.

Pada usia dewasa awal dapat memungkinkan mengalami kekerasan dalam pacaran, karena pada masa ini merupakan masa yang memiliki banyak tanggung jawab, yang mana tugas perkembangan pada masa dewasa awal ini adalah memilih pasangan, mulai membina rumah tangga, dan mengelola rumah tangga (Hurlock, 1980). Dapat kita lihat bahwa pada masa ini telah dituntut untuk memiliki pasangan, pada wanita yang sudah menginginkan untuk membina rumah tangga, ia yang telah mempunyai pasangan akan bersungguh- sungguh untuk mempertahankan hubungan tersebut walaupun mereka telah tersakiti dan mendapatkan kekerasan dalam membina hubungan tersebut. Banyak wanita yang beranggapan untuk tetap mempertahankan hubungannya dengan pasangannya dari pada putus dan tidak mempunyai pasangan. Maka dari ini banyak wanita di usia dewasa awal rentan mengalami kekerasan dalam pacaran.

(14)

4

berumur 18-40 tahun (Hurlock, 1999). Perbedaan antara usia remaja dan dewasa awal adalah, pada usia remaja sebagai usia bermasalah dimana masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh laki-laki maupun perempuan. Ketidakmampuan remaja untuk mengatasi sendiri masalahnya, akhirnya banyak remaja menemukan penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka. Jika diusia dewasa awal, individu berusaha untuk membuat komitmen pribadi maupun dengan orang lain. Jika tidak berhasil maka ia dapat mengalami isolasi dan tenggelam dalam dirinya sendiri (Papalia, Olds, Feldman, 2005).

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara harga diri dengan kecenderungan gaya hidup hedonis pada mahasiswi di

a) Bagi korban kekerasan dalam pacaran, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran dan informasi tentang pentingnya memiliki asertivitas dalam menyeimbangkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan kekuatan antara konsep diri dengan kekerasan dalam pacaran pada remaja SMAN I Pasaman.. Sampel penelitian ini

Konsep Diri Dengan Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) Pada Remaja. SMAN 1 Pasaman Di Kabupaten Pasaman Barat

Kecenderungan melakukan kekerasan dalam pacaran adalah keinginan atau hasrat untuk melakukan tindakan memaksa, menaklukan, mendominasi, mengendalikan, menguasai,

memiliki harga diri tinggi, terutama dalam kualitas, perilaku dan sikap' individu dengan harga diri sedang cenderung memandang dirinYa lebih baik dari. kebanYakan

Pelatihan empati yang diberikan kepada mahasiswa yang menjadi korban kekerasan dalam hubungan pacaran diharapkan dapat memberikan dampak yang positif terhadap

Hal tersebut menje- laskan bahwa rendahnya harga diri sese- orang dapat menyebabkan individu cenderung meminta pengaguman dan pemujaan diri dari orang lain atas penam- pilan