A. GAYA DALAM FRAME
Adapun detail lebih lanjut setiap frame dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Panjang P
(m) (kN)
A1 1,39 -10,121 Tekan
A2 1,34 -10,078 Tekan
A3 1,25 -9,696 Tekan
A4 1,32 -8,837 Tekan
A5 1,45 -7,478 Tekan
A6 1,45 -7,478 Tekan
A7 1,32 -8,837 Tekan
A8 1,25 -9,696 Tekan
A9 1,34 -10,078 Tekan
A10 1,39 -10,121 Tekan
BAB 4
HASIL ANALISA STRUKTUR
Dari hasil analisa struktur dengan menggunakan bantuan Software SAP2000, diketahui bahwa kombinasi yang menghasilkan gaya tarik dan tekan pada frame rangka baja adalah Kombinasi 2B. Adapun diagram reaksi gaya tarik dan tekan frame dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Gambar Diagram gaya tarik dan tekan pada kuda-kuda
Untuk menguraikan semua kapasitas frame, maka setiap batang akan di analisa sesuai dengan gaya dan panjang potongan masing-masing frame. Untuk memudahkan hal itu, maka setiap frame di beri label sebagai berikut.
Label Kondisi
Tabel Frame Atas
Panjang P
(m) (kN)
B1 1,69 8,74 Tarik
B2 1,21 8,497 Tarik
B3 0,99 8,189 Tarik
B4 1,21 6,897 Tarik
B5 1,46 5,88 Tarik
B6 1,21 6,897 Tarik
B7 0,99 8,189 Tarik
B8 1,21 8,497 Tarik
B9 1,69 8,74 Tarik
Panjang P
(m) (kN)
T1 0,85 -0,129 Tekan
T2 1,53 0,558 Tarik
T3 1,48 -0,493 Tekan
T4 2,08 0,863 Tarik
T5 2,06 -2,545 Tekan
T6 2,76 2,957 Tarik
T7 2,72 -2,318 Tekan
T8 3,48 2,726 Tarik
T9 3,48 2,726 Tarik
T10 2,72 -2,318 Tekan
T11 2,76 2,957 Tarik
T12 2,06 -2,545 Tekan
T13 2,08 0,805 Tarik
T14 1,48 -0,432 Tekan
T15 1,53 0,529 Tarik
T16 0,85 -0,126 Tekan
Panjang P
(m) (kN)
Atas 1,39 -10,121 Tekan
Bawah 1,69 8,74 Tarik
2,76 2,957 Tarik 3,48 2,726 Tarik 2,06 -2,545 Tekan Tengah
Berdasarkan diagram gaya di atas, gaya tarik frame berwarna kuning, sedangkan gaya tekan berwarna merah. Untuk efisiensi maka frame yang akan dijadikan sampel perhitungan adalah frame yang memiliki gaya tarik dan tekan maksimum sebagaimana ditunjukkan pada Tabel di bawah ini.
Tabel Frame Bawah
Label Kondisi
Tabel Frame Tengah
Label Kondisi
Frame Kondisi
B. ANALISA STRUKTUR BAJA RINGAN
1. Data Analisis Batang TekanGaya Tekan P = -10121 N
Panjang Batang L = 1,39 m
Profil desain = C.75.80
Tinggi badan h = 75 mm
Lebar sayap b = 32 mm
Lebar bibir a = 10,38 mm
Tebal t = 0,8 mm
Kuat Leleh fy = fu = 550 MPa
Modulus Elastisitas E = 203000 MPa
Koefisien tekuk elemen batang tekan k = 4
Inersia Penampang
Lebar sayap atas bf1 =
32 mm
Lebar sayap bawah bf2 =
32 mm
Tebal sayap atas tf1 =
0,8 mm
Tebal sayap bawah tf2 =
0,8 mm
Tinggi elemen badan hw =
73 mm
Tebal elemen badan tw =
0,8 mm
Tinggi bibir atas h lip1 =
9,6 mm
Sebagai sampel perhitungan, batang tekan yang di analisa adalah batang dengan gaya tekan maksimum sebagai berikut :
Properti Dimensi Profil C.
bf2
tf2 bf1
h lip2 t lip2 hw
tw
h lip1 t lip1
tf1
4
5 1
3
2
Tebal bibir atas t lip1 =
0,8 mm
Tinggi bibir bawah h lip2 =
9,6 mm
Tebal bibir bawah t lip2 =
0,8 mm
1. Letak titik berat penampang
Perhitungan titik berat ditinjau dengan statis momen mengacu terhadap sisi bawah
A Kordinat titik berat (mm) A.x A.y
(mm2) x (absis) y (ordinat) (mm3) (mm3)
1 25,6 16 74,6 409,6 1909,76
2 25,6 0,4 0,4 10,24 10,24
3 58,72 16 37,5 939,52 2202
4 7,664 31,6 69,41 242,1824 531,95824
5 7,664 31,6 5,59 242,1824 42,84176
∑A = 125,248 ∑Total Ax dan Ay = 1843,7248 4696,8 Kordinat titik berat keseluruhan :
Absis b xb = ∑A.x/∑A =
15 mm
Absis a xa =bf2 - xb =
17 mm
Ordinat b yb = ∑A.y/∑A =
37,50 mm
Ordinat a ya = tf1 + hw + tf2- ybawah =
37,50 mm
2. Perhitungan Momen Inersiaa) Momen Inersia Sumbu X
Momen Inersia sumbu x Ix = Ixo + Ay'2
(mm
4)
Momen Inersia bidang Ixo = b.h3
(mm
4)
Jarak titik berat penampang terhadap titik berat segmen di sumbu y y' (mm) Segmen
Titik berat penampang
x y
0
y'4
ya
yb
x'5 x'1
y'5 x'4
y'1
y'2
xa x
y
0 x'2
x'3
xb
Ixo A y' A.y'2
(mm
4) (mm
2)
(mm)(mm
4)
1 1,3653333 25,6 37,1 35236,096
2 1,3653333 25,6 -37,1 35236,096
3 26363,127 58,72 0 0
4 58,614527 7,664 31,91 7803,8534
5 58,614527 7,664 -33,51 8606,0596
∑Ixo 26483,087 ∑A.y2 86882,105
Sehingga didapat momen inersia sumbu x adalah Ix = Ixo + Ay'2 =
1,13,E+05 mm
4 b) Momen Inersia Sumbu YMomen Inersia sumbu y Iy = Iyo + Ax'2
(mm
4)
Momen Inersia bidang Iyo = b3.h
(mm
4)
Jarak titik berat penampang terhadap titik berat segmen di sumbu y x' (mm)
Iyo A x' A.x'2
(mm
4) (mm
2)
(mm)(mm
4)
1 2184,5333 25,6 1,2794073 41,904203 2 2184,5333 25,6 1,2794073 41,904203 3 3,1317333 58,72 -14,32059 12042,261 4 0,4087467 7,664 16,879407 2183,5839 5 0,4087467 7,664 16,879407 2183,5839∑Ixo 4373,0159 ∑A.x2 16493,237 Sehingga didapat momen inersia sumbu y adalah Iy = Ixo + Ax'2 =
2,09,E+04 mm
4Analisis Perhitungan Batang Tekan 1. Efektifitas Elemen Pengaku (Stiffner)
Stifner / pengaku asumsi 2 buah (multiple stiffner)
Jarak antar Pengaku astif = 47,17 mm
Segmen
Segmen
Elemen Pengaku terdapat pada elemen badan. Menurut SCA - S236 - M89 pengaku yang diperhitungkan secara efektif akan mempengaruhi asumsi tebal elemen profil dengan pengaku tersebut. Pengaku dapat diabaikan jika nilai Is ≥ Ia, dengan formulasi perhitungan sebagai berikut :
Gambar Pengaku/stiffner profil C baja ringan
astifBatasan Elemen Pengaku :
Momen Inersia elemen yang berpengaku Ia = (4.h/t - 26).t4 = 142,95 mm4
Syarat : Ia ≥ 18t4…(mm)
142,95 > 7,37 → (OK)
Momen Inersia elemen berpengaku penuh
Is = 5.h.t3 [ (h/astif) - 0,7.(h/astif) ] = 91,58 mm4
Syarat : Is ≥ (h/50)4…(mm)
91,58 > 5,06 → (OK)
Periksa pengaruh pengaku terhadap ketebalan elemen penampang :
Is - Ia
91,58 < 142,95 → Pengaku berpengaruh pada ketebalan Tebal Efektif Akibat Elemen Pengaku :
Lebar antar badan atau dari badan sampai sisi pengaku wm = 59,14mm Panjang perimeter dari elemen beberapa pengaku P = 60,68mm Momen inersia dari bagian luasan pengaku Isf = 19,60 mm4 Asumsi tebal efektif penampang akibat pengaku :
ts = t. [(wm/2p)+√(3Isf/p.t)]1/3 = 0,98 mm Sehingga nilai tebal efektif penampang yaitu :
Tebal efektif elemen badan teff badan = ts = 0,98 mm
Tebal efektif elemen sayap teff sayap = t = 0,80 mm
2.1 Batas Kelangsingan Elemen dan Lebar Efektif Penampang Badan
Luas penampang profil baja ringan A = 127,81 mm2
Tegangan yang terjadi pada penampang f = P/A = 79,19 MPa Batas nilai rasio lebar Wlim = 0,644 . √(k.E/f) = 65,21 a) Rasio kelangsingan elemen badan
Akibat tipisnya plat penyusun profil baja ringan, maka dilakukan batasan terhadap nilai kelangsingan elemen baik badan maupun sayapnya yang mana diatur dalam CSA - S136 - M89 pada perhitungan sebagai berikut.
Karena pengaku berpengaru terhadap ketebalan penampang, maka perlu diperhitungkan ketebalan efektif akibat elemen pengaku dengan formulasi sebagai berikut :
Tebal efektif elemen pengaku
Rasio lebar badan Ww = h/teff badan = 76,19 Cek Syarat kelangsingan elemen:
ww < 200
76,19 < 200,00 → EFEKTIF (OK)
Desain lebar efektif :
a. Kasus 1
Apabila ww < wlim, maka rasio lebar efektif badan we = ww = 76,19 b. Kasus 2
Apabila ww > wlim, maka lebar efektif we dihitung sebagai berikut :
Rasio lebar efektif we = 0,95.
√
(k.E/f)
. [1 - 0,208/ww.√(k.E/f)] = 69,60 Dengan syaratwe < ww
69,60 < 76,19 → (OK)
Cek Kasus Kelangsingan elemen badan
ww < Wlim
76,19 > 65,21 → KASUS 2
Dari kategori kasus yang didapat, maka lebar efektif elemen badan yang didapat adalah :
Rasio lebar efektif badan webadan = 69,60
2.2 Batas Kelangsingan Elemen dan Lebar Efektif Penampang Sayap
a) Rasio kelangsingan elemen sayap
Rasio lebar sayap Wf = b/teff sayap = 40,00
Cek Syarat kelangsingan elemen:
wf < 200
40,00 < 200,00 → EFEKTIF (OK)
Desain lebar efektif : a. Kasus 1
Apabila wf < wlim, maka rasio lebar efektif we = wf = 40,00 b. Kasus 2
Apabila wf > wlim, maka lebar efektif we dihitung sebagai berikut :
Rasio Lebar efektif we = 0,95.
√
(k.E/f)
. [1 - 0,208/wf.√(k.E/f)] = 45,54Ketika rasio lebar elemen melebihi batas rasio lebarnya, maka lebar elemen dapat digantikan dengan lebar efektif. Lebar efektif dapat ditentukan melalui perhitungan rasio lebar efektif, berdasarkan CSA – S136 – M89 rasio lebar efektif dapat ditentukan sebagai berikut.
Dengan perhitungan yang sama, elemen sayap juga diperiksa batas kelangsingan dan lebar efektif dengan formula yang sama.
Dengan syarat
we < wf
45,54 > 40,00 → (NG)
Cek Kasus Kelangsingan elemen sayap
wf < Wlim
40,00 < 65,21 → KASUS 1
Dari kategori kasus yang didapat, maka lebar efektif elemen badan yang didapat adalah :
Rasio Lebar efektif sayap wesayap = 40,00
3. Luas Efektif (Ae)
Dari batasan penampang untuk : a) elemen badan
Rasio lebar badan efektif we badan = 69,60
Maka, didapat lebar efektif badan he = we badan . ts = 68,52 mm b) elemen sayap
Rasio lebar sayap efektif we sayap = 40,00
Maka, didapat lebar efektif sayap be = we sayap . t = 32,00 mm Luas efektif penampang adalah : Ae = [ (he - 2t).ts] + [2.be.t] + [2(a - t).t] = 132,40 mm
4.Bukcling Arah y (Non Simetri)
Faktor Tekuk berdasarkan Perletakan (K)Asumsi perletakan frame sendi - sendi, sehingga K = 1 Penampang Efektif Profil C yang digunakan
... ts =
t =
....
...
68,52
32,00
10,38
0,98
0,80
Gaya kritis yang menyebabkan tekuk arah sumbu y = 21663,85 N
Tegangan tekuk elastis akibat Pycr = 163,62 MPa
Tegangan kritis tekuk elastis arah sumbu y Fpy = 0,833.Fey = 136,30 MPa Syarat :
Tegangan batas tekan pra pembebanan 1 Fay = Fpy = 136,30 MPa Tegangan batas tekan pra pembebanan 2 Fay = fy - fy/4Fpy = 548,99 MPa Tegangan batas tekan pra pembebanan yang diambil Fay = 136,30 MPa
Kapasita penampang terhadap tekuk = 16241,39 N
Kontrol kapasitas penampang : Syarat
Cry > P load
16241,39 > 10121,00 → (OK)
5.Bukcling Arah x (Simetri)
Faktor Tekuk berdasarkan Perletakan (K)
Asumsi perletakan frame sendi - sendi, sehingga K = 1 Gaya kritis yang menyebabkan tekuk arah sumbu y = 21663,85 N
Tegangan tekuk elastis akibat Pycr = 163,62 MPa
Tegangan kritis tekuk elastis arah sumbu y Fpx = 0,833.Fex = 136,30 MPa Syarat :
Tegangan batas tekan pra pembebanan 1 Fax = Fpy = 136,30 MPa Tegangan batas tekan pra pembebanan 2 Fax = fy - fy/4Fpx = 548,99 MPa Tegangan batas tekan pra pembebanan yang diambil Fax = 548,99 MPa
Kapasita penampang terhadap tekuk = 65418,09 N
Kontrol kapasitas penampang : Syarat
Cry > P load
65418,09 > 10121,00 → (OK)
6.Lateral Torsional Buckling
Tekuk torsi atau lateral torsional buckling disebabkan oleh rotasi penampang terhadap sumbu z. Hal ini terjadi karena warping torsion yang menyebabkan terjadi momen torsi. Warping adalah kondisi dimana sayap yang tertekan membengkok ke arah lateral dan sayap yang tertarik membengkok ke arah lain. Prinsip analisis kapasitas tekuk torsi akan menghasilkan desain yang maksimal jika beban dianggap bekerja pada titik pusat gesernya sehingga tekuk yang terjadi adalah torsi murni.
Tinggi penampang H= 75,00 mm Jarak titik berat terhadap as elemen badan xo = 14,32 mm
Jari - jari girasi arah sumbu x = 29,26 mm
Jarak pusat geser terhadap as elemen badan = 23,52 mm
Jarak titik berat menuju pusat geser x = xo + ex = 37,84 mm
Modulus elasisitas Geser = 78076,92 MPa
Inersia Torsi =
It
bi hi
(mm4)1 32,00 0,80 5,46
2 32,00 0,80 5,46
3 75,00 0,80 12,80
4 10,38 0,80 1,77
5 10,38 0,80 1,77
J = ∑It 27,27
Inersia terhadap sumbu y eksentris terhadap as badan Iw = Iy + A.x2 = 200208,37 mm4
Konstanta warping torsion = 2,22,E+08 mm6
Inersia gabungan terhadap pusat geser Ips = Iy + Ix + A.xo2 = 159917,23 mm4 Jari - jari girasi gabungan terhadap pusat geser = 35,73 mm4
= 0,84 mm4
Gaya kritis yang menyebabkan tekuk arah sumbu x = 182363,35 N Tegangan tekuk elastis arah aksis pada penampang sumbu simetri tunggal (Fz)
Gambar posisi pusat geser Profil C
Segmen Dimensi efektif (mm)
Total
H lip1
H lip2 x
y
0 ex
x H
b lip1
b lip2
Fz = Pz/Ae = 1377,36 MPa
Tegangan kritis tekuk torsi = 160,24 MPa
Tegangan kritis tekuk elastis arah sumbu torsi Fpz =0,833.Fst = 133,48 MPa Syarat :
Tegangan tegangan kritis torsi 1 Faz = Fpz = 133,48 MPa Tegangan tegangan kritis torsi 2 Faz = fy - fy/4Fpz = 548,97 MPa Tegangan batas tekan pra pembebanan yang diambil Faz= 133,48 MPa Kapasitas penampang terhadap tekuk torsi Crz = фc.Ae.Faz = 15905,07 N Kontrol kapasitas tekuk penampang :
Syarat
Crz > P load
15905,07 > 10121,00 → (OK)
Analisis Perhitungan Batang Tarik
Gaya Tarik P = 8740 N
Panjang Batang L = 1,69 m
Jumlah baut n = 4,00 bh
Diameter baut d = 6,00 mm
1. Kelangsingan batang tarik
Jari-jari kelembaman sumbu lemah penampang (mm) = 12,91 mm
K = 1,00 Sehingga didapat koefisien kelangsingan sebesar λ = KL/r = 130,93
Sebagai sampel perhitungan, batang tekan yang di analisa adalah batang dengan gaya tekan maksimum sebagai berikut :
Hal yang harus diperhatikan pada desain batang tarik adalah perlemahan yang terjadi pada sambungan. Hal ini terjadi akibat adanya lubang dari sambungan baut. Untuk efisiensi perhitungan, maka jumlah baut ditetapkan tidak berdasarkan perhitungan, melainkan dari nilai asumsi dari jumlah umum yang dipasang di lapangan.
Profil penampang yang digunakan sama dengan frame yang dianalisa pada batang tekan sebelumnya.
Menentukan kelangsingan batang tarik ideal ditentukan berdasarkan jenis tumpuan dan panjang frame itu sendiri sebagai mana ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Dengan asumsi frame dengan kondisi terikat dengan perletakan sendi-sendi, maka didapat faktor tekuk frame sebesar :
Kontrol kelangsingan batang tarik Syarat
λ < 300
130,93 < 300,00 → (OK)
2. Luasan netto penampang
Luasan penampang Ag = 125,25 mm2
Luasan netto penampang An = Ag - (Dia. Baut).(tebal pelat).(n.baut) = 106,05 mm2
3. Kapasitas penampang non eksentris
a) Kondisi leleh
Kapasitas tarik kondisi leleh Tr1 = фty
.
Ag.
fy=
61997,76 N Kontrol kapasitas tarik penampang :Syarat
Tr1 > P load
61997,76 > 8740,00 → (OK)
b) Kondisi ultimit
Kapasitas tarik kondisi ultimit Tr2 = фtu
.
An.
fu=
43744,80 N Kontrol kapasitas tekuk penampang :Syarat
Tr2 > P load
43744,80 > 8740,00 → (OK)
4. Kapasitas penampang eksentris
a) Kondisi lelehModulus penampang tarik bruto St = Iy/xo
=
1457,08 mm3 Asumsi sambungan berpusat pada posisi badan, sehingga :Eksentisitas terhadap pusat penampang e = xo = 14,32 mm
Kapasitas tarik kondisi leleh = 27789,57 N
Kontrol kapasitas tarik penampang : Syarat
Tr1 > P load
27789,57 > 8740,00 → (OK)
b) Kondisi ultimit
Inersia penampang nettto arah y Iyn = Iy - n.d.t.xo2 = 16928,73 mm4 Modulus penampang tarik netto Stn = Iyn/xo = 1182,12 mm3
Kapasitas tarik kondisi ultimit = 20523,98 N
Kontrol kapasitas tarik penampang : Syarat
Tr2 > P load
20523,98 > 8740,00 → (OK)
KESIMPULAN
P Dia. Baut
(kN) (mm)
Atas -10,121 Tekan C.75.80 4 6
Bawah 8,74 Tarik C.75.80 4 6
2,957 Tarik C.75.80 4 6
-2,545 Tekan C.75.80 4 6
Dengan memenuhi syaratnya frame pada tabel di atas, maka untuk frame lainnya otomatis juga memenuhi syarat karena frame pada tabel merupakan frame dengan gaya tarik dan tekan
Tengah
Profil Jumlah
Frame Kondisi Baut
Dengan metode perhitungan yang sama, maka dapat diketahui perwakilan kapasitas batang yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Keterangan Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
A. KESIMPULAN
2. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1987 3. SNI 03-1729-2002 Spesifikasi Material Baja Ringan 4. CSA - S136 - M89
B. SARAN
Selain itu pada laporan ini juga tidak memuat analisis lentur profil baja ringan jika seandainya profil baja ringan diaplikasikan sebagai struktur kolom dan balok/ringbalk.Oleh karena itu disarankan pada struktur kolom dan balok/ringbalk agar dibuat dengan stuktur beton bertulang, atau dengan profil baja ringan rangkap 2.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
1. SNI 1727 - 2020 tentang Beban desain minimum dan kriteria terkait untuk bangunan gedung dan struktur lain
Berdasarkan hasil analisa struktur baja ringan dengan mengacu pada peraturan :
Maka struktur kuda-kuda dengan profil C.75.80 memenuhi syarat sebagaimana dicantumkan dalam tabel di bawah ini.
Pada laporan analisa struktur ini hanya menganalisa kapasitas tekan dan tarik baja ringan dari struktur kuda-kuda saja. Adapun analisa jumlah baut berdasarkan perhitungan analisis, melainkan berdasarkan nilai asumsi dari data empiris lapangan.
P Dia. Baut
(kN) (mm)
Atas -10,121 Tekan C.75.80 4 6
Bawah 8,74 Tarik C.75.80 4 6
2,957 Tarik C.75.80 4 6
-2,545 Tekan C.75.80 4 6
Tengah
Profil Jumlah
Frame Kondisi Baut Keterangan
Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat