1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI), status gadis tersebut adalah anak sah dari orang tuanya. Menunjuk wali nikah bagi anak perempuan yang lahir dari perkawinan hamil bukanlah perkara mudah.
Rumusan Masalah
Dari jumlah perkawinan Januari 2017 sampai Desember 2017, sebanyak 190 perkawinan anak perempuan karena hamil. Dari uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk mengkaji hukum perwalian anak perempuan di luar nikah sesuai dengan nilai-nilai hak asasi manusia, UU No. 1 Tahun 1974 dan Kumpulan Hukum Islam berjudul: “Pengkajian Yudisial Berbasis Hak Asasi Manusia tentang Penitipan Perkawinan Bagi Anak Perempuan Diluar Sah (Studi Kasus di Kabupaten Semarang)”.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Orisinalitas
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan penetapan wali nikah calon mempelai wanita dari nikah siri dengan orang tuanya menggunakan asas hukum yaitu ijtihad dan saduzzariah. Penelitian ini merupakan penelitian hukum dengan pendekatan normatif-filosofis dan kombinasi antara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.
PENGERTIAN TINJAUAN YURIDIS BERBASIS HAM TENTANG PERWALIAN NIKAH BAGI ANAK PEREMPUAN LUAR NIKAH
Anak sah adalah anak yang lahir ketika kedua orang tuanya menikah secara sah. Sedangkan menurut Pasal 99 Kompilasi Hukum Islam: Anak sah adalah: (a) Anak yang lahir di dalam atau akibat perkawinan yang sah, (b) Hasil konsepsi oleh laki-laki dan perempuan yang sah di luar kandungan dan dilahirkan oleh Wanita.
BERBASIS HAK AZASI MANUSIA
Ketika hak asuh anak perempuan di luar nikah membuat pernyataan kebutuhan, akhirnya terjadi tuntutan hak. Dan inilah hakikat hubungan antara kebutuhan dan hak dalam praktek perwalian hukum.
PERWALIAN NIKAH
Wali nasab ialah orang dari keluarga bakal pengantin perempuan yang berhak menjadi wali. (1) Tidak mempunyai wali nasab sama sekali, atau., (2) Walinya adalah mafqud (hilang dan tidak diketahui keberadaannya) Atau, (3) Wali itu sendiri akan menjadi pengantin lelaki, sedangkan tidak ada wali yang setara dengannya, atau., (4) Wali berada di tempat sejauh masafaqotul qosri (sejauh perjalanan yang membolehkan solat qasar 92.5 km) atau., (5) Wali berada dalam penjara atau tawanan yang tidak dapat ditemui., (6) Walinya adhol, ertinya enggan atau enggan mengahwininya., (7) Wali mengerjakan haji atau umrah. 33.
ANAK PEREMPUAN LUAR NIKAH
Sedangkan anak yang lahir di luar nikah tidak dapat disebut sebagai anak sah dan biasa disebut anak hasil zina atau anak luar nikah dan hanya mempunyai hubungan keluarga dengan ibunya saja. Anak yang lahir di luar nikah hanya mempunyai hubungan keperdataan dengan ibunya dan keluarga ibunya. (meskipun ada sedikit penambahan melalui Putusan Mahkamah Konstitusi no: 46/PUU-IX Tahun 2011). Jadi selama anak yang belum lahir itu lahir dari ibunya dalam suatu hubungan perkawinan yang sah, maka anak itu adalah anak yang sah.
Anak luar nikah hanya mempunyai hubungan persaudaraan dengan ibu dan keluarga ibu.
TINJAUAN TENTANG PERKAWINAN 1. Pengertian Perkawinan
لت َ
خل
نمو
ةمحرو
عجو
Al-Quran telah menyifatkan hubungan naluri dan perasaan antara lelaki dan wanita sebagai salah satu tanda kebesaran Allah dan nikmat yang tidak terhingga daripada-Nya, perkahwinan merupakan satu cara untuk melahirkan generasi manusia yang mempunyai tugas khilafah untuk mencapai kesejahteraan. . Bumi. 48 Kementerian Agama, transliterasi perkataan demi perkataan Al-Quran dan terjemahan perkataan demi perkataan (Jawa Barat: cipta bagus segara, 2012), hlm. Sesiapa yang beriman bererti dia telah melaksanakan separuh (ajaran) agama, separuh lagi hendaklah bertakwa kepada Allah swt.''(sunnah qauliah).
Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Islam sangat menganjurkan perkawinan yang berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang bertujuan untuk membina rumah tangga dan membentuk keluarga mawaddah wa rahmah (hidup bahagia atas dasar cinta dan kasih sayang).
سك م
Semua orang, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki naluri seksual, hanya kadar dan intensitasnya yang berbeda.55 Perkawinan memungkinkan laki-laki untuk secara sah menyalurkan hasrat seksualnya kepada perempuan dan sebaliknya.
لك
ني
مل ق
كم
وم ا
وا ع
Tinjauan Tentang Dispensasi
Akan tetapi, dalam hal-hal tertentu, sekalipun salah satu atau kedua calon mempelai tidak memenuhi persyaratan hukum, pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk dapat memberikan dispensasi untuk melangsungkan perkawinan. Dispensasi yang dimaksud di sini merupakan pengecualian terhadap penerapan ketentuan Undang-undang Perkawinan yang diberikan oleh pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk untuk melangsungkan perkawinan karena salah satu atau kedua calon mempelai belum mencapai batas usia minimum perkawinan. dalam sebuah pernikahan. Dalam hal terjadi penyimpangan dari ayat 1 pasal ini, Anda dapat meminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua laki-laki dan perempuan.
Dari penjelasan Pasal 7 ayat (2) jelas bahwa dispensasi untuk melangsungkan perkawinan bagi kedua mempelai yang belum mencapai batas umur minimal hanya dapat diberikan oleh pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua pria tersebut. dan orang tua perempuan.
Rukun dan Syarat Perkawinan
60 Selain mengatur perkawinan, undang-undang ini juga mengatur perceraian, status anak, hak dan kewajiban suami istri, hak dan kewajiban antara orang tua dan anak, tentang perwalian, pembuktian hak asuh anak. Undang-undang Perkawinan menetapkan persyaratan yang ketat bagi para pihak untuk melangsungkan perkawinan. Kuasa ini hanya dapat dilaksanakan dengan syarat anak/cucunya masih perawan (belum pernah menikah) dan tidak ada hubungan permusuhan/konflik antara ayah/datuk dengan anak/cucunya, ayat 2 Pasal 6 mengatur bahwa dalam rangka untuk melangsungkan perkawinan, seseorang yang belum berumur 21 (dua puluh satu) 15 tahun harus mendapat izin dari kedua orang tuanya.
Dalam hal meninggalnya salah satu orang tua, cukup dengan izin dari orang tua yang masih hidup atau yang bersedia.
Perjanjian Dalam Perkawinan
- Hukum Perkawinan
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan bahwa perkawinan diperbolehkan hanya jika pihak laki-laki telah mencapai usia 19 tahun dan pihak perempuan telah mencapai usia 16 tahun. Undang-undang yang sama menetapkan bahwa perkawinan harus berdasarkan persetujuan kedua mempelai, dan persetujuan orang tua diperlukan untuk mempelai wanita yang berusia di bawah 21 tahun. KHI juga menyatakan bahwa perkawinan dapat dibatalkan, antara lain, jika melanggar batas usia perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 UU No.
Pihak-pihak yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan adalah: (1) keluarga dalam garis lurus ke atas dan ke bawah dari suami atau istri; (2) suami atau istri; (3) pejabat yang berwenang mengawasi pelaksanaan perkawinan menurut hukum; (4) pihak yang berkepentingan yang mengetahui adanya cacat rukun dan syarat perkawinan menurut hukum Islam dan peraturan perundang-undangan (lihat pasal 73).
Kriminalisasi Nikah Di Bawah Umur
Dengan sendirinya perkawinan yang tidak dicatatkan pada lembaga pencatatan perkawinan adalah perkawinan yang tidak mempunyai kekuatan hukum, meskipun dapat dianggap sah menurut keyakinan agama masing-masing pasangan.
Tantangan Legislasi dan Harmonisasi Hukum Perkawinan
Jika perkawinan tidak diatur oleh negara, maka akan berpotensi terjadi ketidakadilan terhadap pihak-pihak tertentu, terutama terhadap perempuan dan anak yang dilahirkan. Namun, jika negara terlalu banyak mengatur, juga dapat berpotensi penegakan hukum dan sentralisasi hukum negara. Harus ditentukan dengan peraturan perundang-undangan mana urusan perkawinan harus diatur dengan undang-undang negara dan mana yang tidak.
Hak-hak sipil warga negara tidak boleh dilanggar di bidang perkawinan yang tidak perlu diatur oleh negara.
Jenis Penelitian
Pendekatan Penelitian
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif responden dengan strategi berganda, strategi interaktif, seperti observasi langsung, observasi partisipan, wawancara mendalam, dokumen, teknik pelengkap seperti foto, rekaman, dll. Strategi penelitiannya fleksibel, menggunakan kombinasi teknik yang berbeda untuk mendapatkan data yang berharga.
Lokasi Penelitian
Sumber Data
Metode Penentuan Subjek
Metode Pengumpulan Data
Teknik observasi (observasi) digunakan untuk mengamati secara langsung perilaku petugas KUA, khususnya kepala KUA, Pengulu dan Penyuluh dan Kayim, dalam pelaksanaan perwalian suami istri berbasis HAM bagi anak perempuan di luar nikah. Teknik studi dokumentasi digunakan untuk mempelajari berbagai sumber dokumentasi mengenai perwalian suami istri berbasis HAM bagi anak perempuan di luar nikah.
Metode Pengolahan Data
Analisis Data
- Sistematika Penulisan
Misalnya, hasil wawancara pagi dengan narasumber baru akan memberikan data yang valid sehingga lebih kredibel. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana data yang diperoleh sesuai dengan apa yang telah diberikan oleh penyedia data, dengan harapan agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud dengan sumber data atau informan. Data yang diperoleh dari responden melalui teknik observasi, wawancara dan review dokumenter merupakan deskripsi opini.
Dari hasil reduksi data dan penyajian data, peneliti kemudian dapat menarik kesimpulan dan memverifikasinya sehingga menjadi data yang bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
HASIL PENELITIAN
- Gambaran Umum Lokasi Penelitian
- Prosedur Perwalian Nikah Bagi Anak Perempuan Luar Nikah
- Anak Perempuan Luar Nikah Melakukan Pernikahan Sesuai Nilai HAM Perwalian nikah anak perempuan luar nikah sangat berhubungan dengan
- Hambatan Perwalian Anak Perempuan Luar Nikah Sesuai HAM
Penulis dapat menyimpulkan bahwa anak perempuan di luar nikah juga memiliki hak-hak dasar yang harus dipenuhi dalam pernikahan selanjutnya. Penetapan wali nikah bagi anak perempuan yang lahir akibat zina membawa persoalan tersendiri dari kebolehan nikah hamil. Selanjutnya, jika anak perempuan itu adalah anak kedua yang sah, maka ayahnyalah yang berhak menjadi wali dalam perkawinannya.
Dalam praktiknya, perwalian anak perempuan di luar nikah sangat erat kaitannya dengan hak asasi manusia, ada beberapa pendekatan yang digunakan tidak mengaitkan perwalian anak perempuan di luar nikah dengan hak asasi manusia.
PEMBAHASAN
- Prosedur Perwalian Nikah Bagi Anak Perempuan Luar Nikah
- Anak Perempuan Luar Nikah Melakukan Pernikahan Sesuai Nilai HAM Anak perempuan luar nikah ketika melaksanakan pernikahan sebaiknya
- Hambatan Perwalian Anak Perempuan Luar Nikah Sesuai HAM
Oleh karena itu, penulis dapat menyimpulkan bahwa tata cara perwalian hakim bagi anak perempuan di luar nikah tersebut di atas harus benar-benar diperhatikan karena berkaitan dengan SOP (Standar Prosedur) yang berlaku di KUA kecamatan seluruh Indonesia. Bahwa dengan menganjurkan orang tua dan kerabat dalam melangsungkan pernikahan anak perempuan di luar nikah merupakan salah satu cara yang tepat bagi mereka. Salah satu teknik yang dapat dilakukan adalah dengan melangsungkan perkawinan anak perempuan di luar nikah dengan wali hakim yang diadakan di Balai Perkawinan KUA di hadapan keluarga inti dan juga dua orang saksi yang telah mengetahui peristiwa tersebut. kasus.
Nah, kendala-kendala yang ada dalam hak asuh nikah bagi anak perempuan di luar nikah sebenarnya bukanlah hal yang perlu ditakuti karena ada beberapa cara dan solusi untuk mengimplementasikannya seperti yang telah dijelaskan oleh penulis.
Simpulan
Jika anak perempuan dititipkan hanya kepada ibunya dan keluarga ibunya, sebagaimana dalam rumusan fikih, maka ayahnya tidak dapat menjadi wali dalam pernikahannya. 1 Tahun 1974 yang sejalan dengan Kompilasi Hukum Islam dalam menentukan status hukum anak hasil kehamilan di luar perkawinan bagi kedua orang tuanya. Dan penentuan wali nikah bagi anak perempuan akibat hamil di luar nikah merupakan salah satu permasalahan yang merupakan dampak dari kehamilan di luar nikah itu sendiri.
Saran