18
HASRAT SEKSUAL IBU PASCA NIFAS DENGAN ROBEKAN PERINEUM
Dini Marlina1, Sri Widowati2
1Program Studi Kebidanan (D3)
2Program Studi Kebidanan (D4) Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi
Jl. Terusan Jenderal Sudirman Cimahi JAWA BARAT 40533 [email protected]
ABSTRAK
Hasrat seksual merupakan salah satu respon penting dalam mencapai aktivitas seksual suami-istri agar keharmonisan rumah tangga terjalin dengan baik. Adanya robekan perineum saat persalinan pervaginam mempunyai dampak yang buruk terhadap hasrat seksual ibu selama 3-6 bulan pasca melahirkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hasrat seksual ibu pasca nifas dengan robekan perineum. Penelitian menggunakan metode deskriptif korelatif melalui pendekatan cross sectional. Populasi ini diambil secara total sampling pada 35 ibu pasca nifas primigravida yang melahirkan pervaginam dan mengalami robekan. Data diperoleh dari dokumentasi bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Cipageran menggunakan kuesioner FSFI (Female Sexual Function Index). Analisa data adalah univariat dan bivariat untuk melihat adanya hubungan dengan uji statistik Chi-Square.
Hasil penelitian didapatkan hampir seluruh responden yang mengalami robekan perineum derajat 2 memiliki hasrat seksual buruk sebanyak 28 (80%). Hasil uji statistik diperoleh Ada Hubungan Robekan Perineum Derajat 1 Dan 2 Dengan Hasrat Seksual Ibu Pasca Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Cipageran Kota Cimahi Periode Maret-Mei Tahun 2015 dengan ρ-value = 0,012 (α ≤ 0.05) dan OR = 11.500 (95% CI:1,714 – 77,178), yang berarti bahwa ibu yang mengalami robekan perineum derajat 2 mempunyai hasrat seksual 11.5 kali lebih buruk dibandingkan dengan ibu yang mengalami robekan perineum derajat 1. Hendaknya para penolong persalinan meminimalisir robekan perineum pada ibu bersalin dengan pertolongan persalinan yang baik sesuai standar asuhan persalinan serta diharapkan mampu menjelaskan peran suami dalam membangkitkan dan mengembalikan hasrat seksual ibu pasca nifas yang buruk.
Kata kunci : Hasrat seksual, Pasca nifas, Robekan perineum Kepustakaan : 35, 2006-2015
ABSTRACT
Sexual desire is one of the important responses in sexual activity in order to achieve sexual needs fulfilled spouses and harmony household can be established. Their perineal laceration when vaginal delivery have bad impact on sexual desire mother for 3-6 months after postpartum. This study aims to determine any relations between perineal laceration with the mother 's post-puerperal sexual desire.This research uses descriptive correlative method with cross sectional approach. Population in this research are 35 the post-puerperal mothers who first gave birth vaginally and experience perineal laceration. The collection of data obtained from the midwife’s documentation at Puskesmas Cipageran and through questionnaires FSFI (Female Sexual Function Index). The data analysis is univariate and bivariat. The research found that almost all respondents who experienced a perineal laceration grade 2 have bad sexual desire that as many as 28 (80%) of mothers after puerperal.
Statistical test results obtained there is relation between perineal laceration grade 1 and 2 with sexual desire of post-puerperal mother with the ρ - value = 0.012 ( α ≤ 0.05), and OR = 11.500 (95%CI:1,714 – 77,178), which means that mothers who suffered perineal laceration grade 2 have sexual desire 11.5 times worse than the mothers who suffered perineal laceration grade 1. Midwife should minimalize perineal laceration over delivery by appropriate birth assist as standarsized delivery care and expected to explain the role of the husband in increasing and restoring bad sexual desire post- puerperal mother.
Keywords : Sexual desire, Post-puerperal, Perineal laceration . Libraries : 35, 2006-2015
20 PENDAHULUAN
Di Indonesia, banyak masyarakat yang masih tabu untuk membahas topik yang berhubungan dengan kehidupan seksual. Hal ini disebabkan karena masyarakat menganggap bahwa kehidupan seksual merupakan sesuatu yang sangat sensitif untuk dibicarakan dan bersifat pribadi.
Banyak orang tidak menyadari bahwa kehidupan seksual sangat mempengaruhi kualitas hidup pasangan suami-istri.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencantumkan, “aktivitas seksual” sebagai salah satu aspek dalam menilai kualitas hidup manusia. Aktivitas seksual memegang peranan penting dalam keharmonisan sebuah rumah tangga. Hal ini dikarenakan tidak terpenuhinya kebutuhan seksual dapat menimbulkan kekecewaan, pertengkaran, perselingkuhan bahkan perceraian antara pasangan suami-istri (Pangkahila, 2006).
Salah satu hal yang berpengaruh terhadap hasrat sexual adalah robekan perineum pasca persalinan. Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan oleh Puji (2009) di Klinik Edelweis RS Cipto Mangun Kusumo sepanjang Mei sampai Juli 2010, episiotomi mempunyai pengaruh terhadap gangguan kesehatan yaitu 38,2% mengalami gangguan libido, 56,4% mengalami gangguan orgasme dan sebanyak 70,9% mengalami gangguan nyeri akibat jahitan perineum.
Secara emosional, nyeri perineum akan menimbulkan perasaan takut dan cemas pada ibu pasca nifas untuk memulai kembali melakukan hubungan seksual. Perasaan takut dan cemas akan mengakibatkan vagina tidak mengalami pembasahan atau mengalami kekeringan sehingga terjadi penurunan libido pada saat senggama dan memicu pengurangan kemampuan wanita sehingga intensitas orgasmepun berkurang, baik kecepatannya maupun lamanya (Vivian, 2011).
Secara fisik lebih dari setengah wanita mengalami sakit dan nyeri selama berhubungan seksual pada pertama kali setelah melahirkan normal. Hal ini disebabkan oleh trauma perineum akibat luka robekan jalan lahir, sekitar 21% karena dijahit dan 40%
karena episiotomi. Menurut Dr.Horowitz seperti dikutip dari Foxnews mengatakan bahwa trauma akibat robekan perineum dapat menyebabkan frekuensi seks berkurang dalam tahun pertama setelah melahirkan, dan pengurangan hasrat seksualpun secara umum berlanjut selama 6 hingga 8 pekan (Marwoto, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rizzawati pada tahun 2011 didapatkan hasil bahwa 83,3% Ibu pasca nifas tidak berkeinginan untuk melakukan hubungan seksual. Penyebabnya dikarenakan ibu masih trauma dengan pengalaman persalinannya, baik proses persalinan ataupun semua tindakan persalinan termasuk adanya luka robekan perineum, sehingga ibu merasa tidak nyaman untuk memulai kembali hubungan seksualnya (Rizzawati, 2011).
Sebuah riset di Indonesia yang melibatkan wanita yang baru saja melahirkan menunjukkan bahwa 20% tidak memiliki hasrat untuk bercinta (Admin, 2011).
Penelitian lain menemukan 20% dari wanita tersebut hanya mempunyai sedikit atau sama sekali tidak bergairah untuk melakukan hubungan seksual hingga 3 bulan pasca melahirkan dan 21% perempuan yang baru pertama kali melahirkan membutuhkan waktu 6 bulan untuk merasa nyaman secara fisik saat bersenggama dengan waktu rata-rata sekitar 3 bulan (Suryati, 2011).
Hasrat seksual tidak dapat diukur dan dinilai dari frekuensi (jarang atau sering) aktivitas seksual dilakukan. Hasrat seksual dapat diukur dari tingkat respon seksual ibu yang terdiri dari 6 domain yaitu gairah, rangsangan, lubrikasi, orgasme, kepuasan dan
rasa nyeri. Penilaian tingkat respon seksual dilakukan dengan menggunakan kuesioner FSFI (Female Seksual Function Index) yang merupakan alat ukur fungsi seksual wanita yang sudah valid dan akurat. FSFI (Female Seksual Function Index) digunakan untuk
mengukur fungsi seksual termasuk hasrat seksual dalam empat minggu terakhir. Skor yang tinggi pada tiap domain menunjukkan level fungsi seksual yang lebih baik (Rosen dkk, 2010).
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi analitik korelasi untuk melihat hubungan antara dua variabel, yaitu hasrat seksual ibu pasca nifas sebagai variabel dependent dan variabel independent yaitu robekan perineum derajat 1 dan 2 (Hidayat, 2007), menggunakan kuesioner FSFI (Female
Seksual Function Index) yang merupakan alat ukur fungsi seksual wanita yang sudah valid dan akurat. Rancangan penelitian yang digunakan adalah potong lintang atau cross sectional. Dilaksankaan di Wilayah Kerja Puskesmas Cipageran Cimahi Utara Tahun 2015.
Analisis Data
Analisis yang dipakai adalah univariat dan bivariat menggunakan kai skuare..
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1: Hasrat sesual ibu Pasca Nifas dengan Robekan Perineum
Robekan Perineum
Hasrat Seksual Pasca Nifas
Total
OR (95%CI)
Ρ value
Buruk Baik
N % N % N %
Derajat 2 Derajat 1
23
5 92
50 2
5 8
50 25
10 100
100
11,500 (95%
CI:1,714 -77,178) 0,012
Jumlah 28 80 7 20 35 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 25 responden yang mengalami robekan perineum derajat 2, hampir seluruh responden memiliki hasrat seksual buruk yaitu sebanyak 23 ibu pasca nifas (92%), sedangkan dari 10 responden yang mengalami robekan perineum derajat 1, setengahnya dari responden memiliki hasrat seksual yang buruk yaitu sebanyak 5 ibu pasca nifas (50%). Hal ini menunjukkan bahwa ibu
yang mengalami robekan perineum derajat 1 dan 2 memiliki hasrat seksual yang buruk yaitu sebanyak 28 ibu pasca nifas (80%).
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Puji (2009), yang menunjukkan bahwa robekan perineum akibat episiotomi mempunyai pengaruh terhadap gangguan kesehatan yaitu 38,2% mengalami gangguan libido, 56,4% mengalami gangguan orgasme
22 dan sebanyak 70,9% mengalami gangguan nyeri akibat jahitan perineum.
Secara fisik, robekan perineum juga mengakibatkan trauma pada perineum yang sekitar 21% karena penjahitan perineum dan 40% karena episiotomi menyebabkan frekuensi seks berkurang dalam tahun pertama setelah melahirkan, pengurangan hasrat seksual secara umum berlanjut selama 6 hingga 8 pekan (Marwoto, 2012).
Saied (2012) dalam Rahayuningsih (2013) menggambarkan bahwa tingkat nyeri dan trauma perineum yang dirasakan ibu pasca bersalin tergantung dari luasnya robekan perineum atau derajat robekan perineum yang dialami oleh ibu pasca melahirkan. Artinya semakin tinggi tingkat atau derajat robekan perineum, maka semakin tinggi pula rasa nyeri dan rasa tidak nyaman pada diri ibu.
KESIMPULAN
Kesimpulan ada hubungan antara robekan perineum derajat 1 dan 2 dengan hasrat seksual Ibu pasca nifas dengan ρ value = 0,012 < nilai α = 0,05 dan OR (Odd Ratio) = 11,500 (95% CI:1,714 – 77,178), yang diartikan bahwa ibu yang mengalami robekan perineum derajat 2 mempunyai hasrat seksual
11,5 kali lebih buruk dibandingkan dengan ibu yang mengalami robekan perineum derajat 1, sehingga hendaknya para penolong persalinan meminimalisir robekan perineum pada ibu bersalin dengan pertolongan persalinan yang baik sesuai standar asuhan persalinan dan menghindari episiotomi secara rutin
DAFTAR PUSTAKA
2010. Hubungan sexual setelah melahirkan.http://www.ncbi.nl m.nih.gov/pubmed/22353966, diperoleh tanggal 9 januari 2015.
Ambarwati, Eny Ratna dkk. 2010. Asuhan Kebidanan
Nifas.Yohyakarta.Nuha Medika.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta Aryasatiani. 2012. Robekan
Perineum.http://POGI- Jaya.html diperoleh tanggal 6 Januari 2016.
Asri, Nur.2013. Hubungan Peran Petugas Kesehatan dan Media Informasi dengan Perilaku Seksual Pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar.
http://180.241.122.205/dockti/
Nur ASRI-skripsi nur asri.pdf.
diperoleh tanggal 12 desember 2014.
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Normal.
Jakarta.EGC.
Budiman.2011. Penelitian
Kesehatan.bandung. Refika Aditama.
Danuatmadja, Bony. 2008. 40 Hari Pasca Persalinan Masalah dan Solusinya.Jakrta. Puspa Swara.
Firdaus, Ferry ahmad. 2014. Disfungsi seksual Wanita Pasca Persalinan.
www.Konsultasikesehatanrsud alihsan.org diperoleh tanggal 5 juli 2015.
Hidayat, AA. 2010.Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data.Jakarta. Salemba Medika.
JNPKKR.2008. Pelatihan Klinik Persalinan Normal.Jakarta Depkes RI.
Leeman, Lawrence M,dkk. 2012. Sex after Childbirth Postpartum sexual function. American College Of Obstetricians and Gynecologist
Vol 119.
http://www.aogdalton.com/heal th-
rary/hwview.php?DOHCWID=
tn10043 diperoleh tanggal 12 Februari 2015.
L, lewellyn, Derek. 2008. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta.Hipokrates.
L. lewellyn, Derek. 2009. Setiap Wanita.
Jakarta. Dela Pratasa Publishing.
Manuaba, I Gede Bagus. 2008. Memahami Kesehatan reproduksi Wanita.
Jakarta. Arcan.
Marwoto. 2012. Mengapa gairah wanita
berkurang setelah
melahirkan?.http://www.antara jateng.com./detail/-mengapa- gairah-seks-wanita-berkurang- setelah-melahirkan-.html diperoleh 5 Desember 2014.
Mukminin. 2009. The Secret Of Female Orgasm. Semarang . Primamedia Press.
Notoatmodjo S. 2010 . Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta . Rineka Cipta.
Nugroho, Taufan dkk. 2014. Buku ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas.
Yogyakarta. Nuha Medika.
Oxorn, Harry. 2010. Fisiologi dan Patologi Persalinan. Jakarta. Yayasan Essentia Medika.
Pangkahila, Wimpie. 2006. Seks yang membahagiakan : menciptakan keharmonisan suami istri.
Jakarta. Kompas.
Permenkes No. 1464 tahun 2010 tenteng ijin dan penyelenggaraan praktik Kebidanan.
www.kesehatanibu.depkes.go.i d. Diakses pada tanggal 3 Januari 2015.
24