Departemen Keperawatan Jiwa
Prodi D3 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Bhakti Kencana
Harga diri rendah situasional
merupakan diagnosis
keperawatan yang didefinisikan
sebagai evaluasi atau perasaan
negatif terhadap diri sendiri atau
ketidakmampuan klien sebagai
respon terhadap situasi saat ini.
Diagnosis ini diberi kode D.0087,
masuk dalam kategori psikologis,
subkategori integritas ego dalam
Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI)
Signs of low self-esteem include:
• saying negative things and being critical about yourself
• joking about yourself in a negative way
• focusing on your negatives and ignoring your achievements
• blaming yourself when things go wrong
• thinking other people are better than you
• thinking you don’t deserve to have fun
• not accepting compliments
• avoiding challenges for fear of failing
• being overly upset by disapproval or criticism
• feeling sad, depressed, anxious, ashamed, angry or worthless
Tanda dan Gejala
Untuk dapat mengangkat diagnosis harga diri rendah situasional, Perawat harus memastikan bahwa minimal 80% dari tanda dan gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:
DS:
• Menilai diri negatif (mis: tidak berguna, tidak tertolong)
• Merasa malu/bersalah
• Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
• Menolak menilaian positif tentang diri sendiri
DO:
• Berbicara pelan dan lirih
• Menolak berinteraksi dengan orang lain
• Berjalan menunduk
• Postur tubuh menunduk
Bila minimal 80% data diatas tidak tampak
pada pasien, maka Perawat harus melihat
kemungkinan masalah lain pada daftar
diagnosis keperawatan, atau diagnosis
keperawatan lain yang masuk dalam sub
kategori integritas ego pada SDKI.
Penyebab (Etiologi)
Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor- faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.
Penyebab inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.
Penyebab (etiologi) untuk masalah harga diri rendah situasional adalah:
1. Perubahan pada citra tubuh 2. Perubahan peran sosial
3. Ketidakadekuatan pemahaman
4. Perilaku tidak konsisten dengan nilai 5. Kegagalan hidup berulang
6. Riwayat kehilangan 7. Riwayat penolakan
8. Transisi perkembangan
Penulisan Diagnosis
Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya menggunakan metode tiga bagian, yaitu:
[masalah] + [penyebab] + [tanda/gejala].
Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:
Harga diri rendah situasional berhubungan dengan riwayat penolakan dibuktikan dengan menilai diri tidak berguna, merasa malu, melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri, berbicara pelan dan lirih, menolak berinteraksi dengan orang lain, berjalan menunduk, postur tubuh menunduk.
Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:
Harga diri rendah situasional b.d riwayat penolakan d.d menilai diri tidak berguna, merasa malu, melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri, berbicara pelan dan lirih, menolak berinteraksi dengan orang lain, berjalan menunduk, postur tubuh menunduk.
Perhatikan:
1.Masalah = harga diri rendah situasional 2.Penyebab = Riwayat penolakan
3.Tanda/gejala = menilai diri tidak berguna, dst 4.b.d = berhubungan dengan
5.d.d = dibuktikan dengan
Luaran
Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis harga diri rendah situasional adalah: “harga diri meningkat.”
Harga diri meningkat diberi kode L.09069 dalam SLKI.
Harga diri meningkat berarti meningkatnya perasaan positif terhadap diri sendiri atau kemampuan sebagai respon terhadap situasi saat ini.
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa harga diri meningkat adalah:
1. Penilaian diri positif meningkat 2. Perasaan malu menurun
3. Penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri meningkat 4. Penilaian diri positif meningkat
5. Percaya diri berbicara meningkat 6. Kontak mata meningkat
7. Gairan aktivitas meningkat
8. Berjalan menampakkan wajah meningkat
9. Postur tubuh menampakkan wajah meningkat
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 komponen, yaitu:
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].
Contoh:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka harga diri meningkat, dengan kriteria hasil:
1. Penilaian diri positif meningkat 2. Perasaan malu menurun
3. Penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri meningkat 4. Percaya diri berbicara meningkat
5. Kontak mata meningkat 6. Gairan aktivitas meningkat
7. Berjalan menampakkan wajah meningkat
8. Postur tubuh menampakkan wajah meningkat Perhatikan:
9. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka harga diri
10.Ekspektasi = Meningkat
11.Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,
Intervensi
Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.
Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.
Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran keperawatan.
Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk diagnosis harga diri rendah situasional adalah:
1.Manajemen perilaku 2.Promosi harga diri 3.Promosi koping
Manajemen Perilaku (I.12463)
Intervensi manajemen perilaku dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.12463).
Manajemen perilaku adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola perilaku negatif pasien.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen perilaku berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
•Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku
Terapeutik
• Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
• Jadwalkan kegiatan terstruktur
• Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegiatan perawatan konsisten setiap dinas
• Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
• Batasi jumlah pengunjung
• Bicara dengan nada rendah dan tenang
• Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi
• Cegah perilaku pasif dan agresif
• Beri penguatan positif terhadap keberhasilan mengendalikan perilaku
• Lakukan pengekangan fisik sesuai indikasi
• Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan pembicaraan
• Hindari sikap mengancam atau berdebat
• Hindari berdebat atau menawar batas perilaku yang telah ditetapkan Edukasi
• Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar pembentukan kognitif
Promosi Harga Diri (I.09308)
Intervensi promosi harga diri dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09308).
Promosi harga diri adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan penilaian perasaan/persepsi terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi harga diri berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
• Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia terhadap harga diri
• Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri
• Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan
Terapeutik
• Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
• Motivasi menerima tantangan atau hal baru
• Diskusikan pernyataan tentang harga diri
• Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri
• Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri
• Diskusikan persepsi negatif diri
• Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah
• Diskusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga diri yang lebih tinggi
• Diskusikan Bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan Batasan yang jelas
• Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai tujuan
• Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan diri
Edukasi
• Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam perkembangan konsep positif diri pasien
• Anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki
• Anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang lain
• Anjurkan membuka diri terhadap kritik negatif
• Anjurkan mengevaluasi perilaku
• Ajarkan cara mengatasi bullying
• Latih peningkatan tanggung jawab untuk diri sendiri
• Latih pernyataan/kemampuan positif diri
• Latih cara berfikir dan berperilaku positif
• Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam menangani situasi
Promosi Koping (I.09312)
Intervensi promosi koping dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.09312).
Promosi koping adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan upaya kognitif dan perilaku untuk menilai dan merespon stresor dan/atau kemampuan menggunakan sumber-sumber yang ada.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi promosi koping berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
•Identifikasi kegiatan jangka pendek dan Panjang sesuai tujuan
•Identifikasi kemampuan yang dimiliki
•Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
•Identifikasi pemahaman proses penyakit
•Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
•Identifikasi metode penyelesaian masalah
•Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial
Terapeutik
• Diskusikan perubahan peran yang dialami
• Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
• Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
• Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri
• Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
• Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
• Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
• Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam perawatan
• Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
• Tinjau Kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan
• Hindari mengambil keputusan saat pasien berada dibawah tekanan
• Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
• Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
• Damping saat berduka (mis: penyakit kronis, kecacatan)
• Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang berhasil mengalami pengalaman sama
• Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
• Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam
Edukasi
• Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan sama
• Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
• Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
• Anjurkan keluarga terlibat
• Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
• Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
• Latih penggunaan Teknik relaksasi
• Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan
• Latih mengembangkan penilaian obyektif