• Tidak ada hasil yang ditemukan

Home - Open Access Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Home - Open Access Repository"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

Memiliki penampilan ideal merupakan sesuatu yang selalu didambakan oleh kalangan perempuan. Penampilan dapat menunjang tingkat kepercayaan diri seseorang dalam melakukan berbagai hal, tidak sedikit perempuan yang merasa tidak puas akan penampilan yang dimilikinya.

Remaja perempuan merasa takut memiliki bentuk tubuh yang terlalu gemuk, pendek, wajah yang kurang cantik, dan ada jerawat karena hal-hal tersebut sering dijadikan sebagai bahan ejekan ataupun lelucon serta dianggap tidak menarik dihadapan orang lain. Oleh karena itu, ketika remaja perempuan menemukan adanya ketidaksesuaian antara keadaan dirinya dengan standar ideal yang telah berkembang dimasyarakat, maka timbul lah perasaan tidak puas terhadap bentuk tubuh yang dimiliki (Rahmadiyanti et al., 2020).

Perubahan fisik di tiap remaja berbeda-beda yang disebabkan oleh pengaruh hormone, sehingga remaja kerap mengalami masalah dengan bentuk tubuhnya.

Kekhawatiran pada bentuk tubuh terlihat lebih sering terjadi pada kalangan perempuan, karena pada usia 18-22 tahun mereka memiliki keinginan untuk berpenampilan menarik (Permatasari, 2022a). Saat seseorang memasuki peran baru sebagai mahasiswa cenderung memperhatikan penampilan, terutama perempuan yang seringkali beranggapan bahwa dirinya harus memiliki tubuh yang ideal (Resky et al., 2021). Sejalan dengan penelitian (Hulukati & Djibran, 2018) yang mengatakan bahwa mahasiswa merupakan masa remaja akhir sampai dewasa awal yang pada umum berada pada rentang usia 18-25 tahun, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa perkembangannya.

Menurut Afriliya, 2018 dalam (Septiana, 2020) dua peneliti di Wesleyan University di Middletown, Connecticut, melakukan survey kepada 1000 wanita yang berusia antara 18-60 tahun. Dalam survey tersebut 91% mengatakan ingin

(2)

mengubah bentuk tubuhnya. Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa banyak sekali orang yang tidak puas terhadap body image. Hasil survey dr Kearney- Cooke Bersama majalah Glamour mendapati, 97% perempuan, setiap harinya dalam menjalani aktivitas, merasa ketidakpuasan pada bentuk tubuh dan sering memikirkan hal yang buruk.

Dalam jurnal (Tumakaka et al., 2022) mengemukakan bahwa ketidakpuasan individu terhadap bentuk tubuh merupakan penilaian negatif dan perasaan malu terhadap penampilan fisik yang dimilikinya. Aspek ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh terdiri atas penilaian negatif terhadap bentuk tubuh, perasaan malu terhadap bentuk tubuh, memeriksa kondisi fisik, kamuflase tubuh, bahkan sampai menghindari aktivitas sosial.Penilaian negatif individu tersebut biasa dikenal dengan Body Dissatisfaction.

(Siswoaribowo et al., 2020) Mengatakan dalam penelitianya masalah pada Body Dissatisfaction ini termasuk dalam masalah kesehatan psikologis, keadaan ini merupakan kondisi yang selalu terjadi dan sering dialami atau dirasakan oleh Perempuan daripada laki-laki, karena pada pada Perempuan cenderung lebih mementingkan penampilan fisiknya. Dalam penelitianya juga mengatakan bahwa banyak responden yang mengalami rasa tidak puas dengan kondisi tubuhnya saat ini, baik dalam kategori ringan sampai dengan kategori berat.

Gangguan psikologis dapat berupa gangguan-gangguan neurotik, seperti depresi, kecemasan, gangguan somatik, dan lainnya. Gangguan psikologis yang biasa dialami remaja khususnya mahasiswa dapat berasal dari beberapa permasalahan, salah satunya adalah depresi. Di beberapa kota di Indonesia, permasalahan gangguan psikologis pada mahasiswa juga cukup tinggi.

Penelitian di salah satu universitas di Jakarta menemukan bahwa 12.7%

mahasiswa baru memiliki gangguan psikologis. Di Banda Aceh, ditemukan sebanyak 47.7% mahasiswa mengalami depresi ringan sampai berat (Marthoenis et al., 2018). Bahkan, di salah satu universitas di Bandung,

(3)

ditemukan bahwa sebesar 79.5% mahasiswa mengalami gangguan psikologis.

(Prasetio et al., 2019) dalam (Eko & Triwahyuni, 2022)

Banyaknya tekanan dalam kehidupan, stress intertpersonal sampai penolakan sosial, menjadi faktor risiko terbesar seseorang mengalami depresi menurut (Rosyanti L et al., 2018). Mahasiswa cenderung mengalami depresi, mungkin karena perbedaan yang cukup besar antara bentuk tubuh yang dirasakan dan bentuk tubuh ideal yang biasanya terlalu tidak realistis untuk dicapai dengan mudah. Kekhawatiran paling umum peserta seputar citra tubuh termasuk tidak cukup kurus, tidak cukup menarik, dan merasa tidak puas dengan bentuk tubuh, rambut, dan wajah (Yang et al., 2022). Karena itu adanya pandangan negatif terhadap tubuh seringkali berdampak pada salah satunya psychological wellbeing serta berkontribusi pada terjadinya depresi terhadap remaja akhir atau dewasa muda (Quick, Eisenberg, Bucchianeri, & Neumark-Szatainer, 2013) dalam (Andini, 2020).

(Axelta A & Abidin F, 2022) Mengatakan depresi merupakan permasalahan kesehatan mental yang terlihat signifikan peningkatannya pada remaja.

Seseorang yang mengalami gangguan suasana perasaan dimana seseorang diliputi perasaan sedih, hampa, dan putus asa sampai kehilangan minat dalam berbagai aktivitas selama lebih dari dua minggu bisa dikatakan sedang mengalami depresi. Dalam kasus terburuk, pada kalangan remaja di usia 15-24 tahun yang mengalami depresi, bahkan dapat menyebabkan keinginan untuk bunuh diri. (Mandasari et al., 2020) juga mengatakan dalam penelitianya bahwa seorang perempuan lebih sering mengalami depresi karena perempuan lebih memikirkan suatu masalah sehingga menjadi beban sendiri berbeda pada laki-laki yang biasanyaa tidak terlalu memikirkan suatu masalah.

(Sukma, 2020) dalam penelitianya menyebutkan menurut survei yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO), sekitar 20% remaja di dunia mengalami gangguan kesehatan mental berupa depresi. Menurut WHO, pada tahun 2020 depresi berada pada urutan ke-2 penyakit di dunia. Sejalan dengan penelitian (Dewi R & Dianovinina K, 2022) di Indonesia juga

(4)

mengalami keadaan yang sama, 2,63% dari total populasi di Indonesia mengalami kondisi depresi, 2,51% dari jumlah tersebut merupakan seseorang dengan usia 20-24 tahun. Terdapat lebih dari 15 juta penduduk Indonesia usia di atas 15 tahun terkena gangguan mental emosional berupa depresi, dan sebagian besar adalah wanita.Berdasarkan prevalensi depresi penduduk usia 15 tahun keatas menurut Laporan Nasional Riskesdas Tahun 2013, Kalimantan Selatan memiliki angka prevalensi sebesar 5,1 dari rata-rata Indonesia sebesar 6,1. Angka tersebut mengalami kenaikan pada tahun 2018 menjadi 7,5 dari angka rata-rata Indonesia sebesar 9,8. (Sukma, 2020) dalam penelitian (Axelta A & Abidin F, 2022) juga dikatakan di tataran global, 14-20% perkiraan prevalensi depresi berat itu biasanya dialami selama masa remaja, dan selalu terjadi peningkatan pada setiap tahunnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Kaloeti dkk. (2019) yang mengambil sampel sebanyak 443 mahasiswa menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami depresi. Hasil penelitian menunjukkan 58,5% responden mengalami depresi dengan rincian 30,2% (134 responden) mengalami depresi ringan, 14,4% (64 responden) mengalami depresi yang mengarah ke klinis, 11,3% (50 responden) mengalami depresi sedang, dan 2,5% (11 responden) mengalami depresi berat. Depresi pada mahasiswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti performa akademis, tekanan untuk sukses, rencana setelah lulus, masalah finansial, kualitas tidur, hubungan dengan teman, hubungan dengan keluarga, kondisi kesehatan secara keseluruhan, citra tubuh, dan harga diri (Windiastuti et al., 2022).

(Dianti et al., 2022a) Menuliskan dalam penelitianya bahwa adanya hubungan antara harga diri dan depresi, mahasiswa dengan harga diri yang rendah akan memprediksi timbulnya depresi yang tinggi begitu sebaliknya mahasiswa dengan harga diri yang tinggi cenderung memiliki depresi yang rendah. Dalam penelitian juga menyatakan bahwa depresi yang dialami mahasiswa tersebut dapat menurunkan performa akademiknya.

(5)

Mahasiswa dengan masalah kesehatan mental berdampak memiliki fungsi akademik yang jauh lebih rendah daripada siswa lain (Bruffaerts et al., 2018).

Hal tersebut dapat terjadi karena ketika mahasiswa mengalami permasalahan psikologis, mereka menjadi tidak fokus sehingga prestasi akademik menjadi menurun. Selain berdampak pada akademik, gangguan psikologis juga berdampak pada fungsi emosi dan sosial pada mahasiswa (Agnafors et al., 2021).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan membagikan google forms kepada 10 orang mahasiswi program studi S1 Keperawatan didapatkan hasil bahwa semua mahasiswi tersebut mengalami body dissatisfaction, kemudian peneliti juga membagikan kuesioner BDI II untuk mengetahui tingkat depresi mahasiswi tersebut dan didapatkan hasil 4 dari 10 orang mahasiswi tersebut mengalami depresi minimal, 3 diantaranya mengalami depresi ringan, dan 2 orang dengan depresi sedang, serta 1 orang lainnya menunjukan depresi berat.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan Body Dissatisfaction Terhadap Tingkat Depresi pada Kalangan Remaja Perempuan Program Studi S1 keperawatan Banjarmasin 2023”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah apakah ada Hubungan antara Body Dissatisfaction Terhadap Tingkatan Depresi pada Kalangan Remaja Perempuan Program Studi S1 Keperawatan 2023.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara body dissatisfaction terhadap tingkat depresi di kalangan remaja perempuan.

(6)

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengidentifikasi body dissatisfaction pada remaja perempuan 1.3.2.2. Mengidentifikasi depresi pada remaja perempuan

1.3.2.3. Menganalisis hubungan antara body dissatisfaction terhadap tingkatan depresi di kalangan remaja perempuan prodi S1 Keperawtaan Universitas Sari Mulia Banjarmasin pada tahun 2023.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi informasi yang bergguna dan bisa menjadi refrensi pengembangan dalam ilmu keperawatan jiwa untuk permasalahan pada remaja khususnya untuk menambah pengetahuan tentang body dissatisfaction maupun depresi.

1.4.2. Manfaat Praktis

1.4.2.1. Bagi Universitas Sari Mulia Banjarmasin

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta informasi terhadap kampus mengenai pencegahan maupun solusi terhadap depresi yang diakibatkan body dissatisfaction pada remaja perempuan.

1.4.2.2. Bagi Profesi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai body dissatisfaction pada mahasiswa serta dosen keperawatan, khususnya keperawatan jiwa.

1.4.2.3. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi mahasiswa khususnya remaja perempuan yang sedang atau pernah mengalami depresi yang disebabkan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuhnya, agar dapat menguranginya dengan cara lebih percaya diri dan bersikap tidak peduli dengan pandangan orang lain terhadap tubuhnya.

(7)

1.4.2.4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan kepada peneliti selanjutnya mengenai depresi yang terjadi pada perempuan yang mengalami body dissatisfaction, serta dapat menjadi sumber refrensi agar penelitian ini bisa lebih dikembangkan lagi.

1.5. Penelitian Terkait

Berdasarkan penelusuran terhadap judul penelitian yang terkait dengan penelitian yang dilakukan, agar dapat memperkaya teori dan pengetahuan untuk mengkaji penelitian ini diantaranya :

1.5.1. Penelitian yang dilakukan oleh (Dianovinina, 2018) dengan judul Depresi pada Remaja: Gejala dan Permasalahannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku yang menjadi gejala depresi yang ditampilkan oleh remaja yang mengalami depresi (maupun yang potensi berisiko mengalami depresi) dan mengetahui gambaran permasalahan yang umum dialami oleh subjek penelitian yang mengalami maupun yang masih berpotensi mengalami depresi. Penelitian ini menggunakan purposive sampling karena memiliki kriteria khusus yaitu partisipan yang memiliki skor cut off CDI (Children Depression Inventory) ≥ 19 untuk yang mengalami depresi dan ≥13 untuk yang masih berpotensi mengalami depresi. Partisipan dalam penelitian ini adalah remaja yang merupakan mahasiswa baru di sebuah universitas swasta di Surabaya, yang berusia 16-18 tahun, berjenis kelamin laki- laki dan perempuan.

Dari hasil penelitian ini juga ditemukan adanya beberapa permasalahan yang dialami yaitu sebagian besar dari remaja yang mengalami depresi maupun yang masih berpotensi mengalami depresi, memiliki ketidakpuasan terhadap penampilan, masalah prestasi belajar, mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari orang lain, dalam hal ini teman dan orangtua, dan masalah relasi antar orangtua.

(8)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut diatas adalah Penelitian tersebut dilakukan di universitas swasta Surabaya sedangkang penelitian ini akan dilakukan di universitas swasta di banjarmasin

1.5.2. Penelitian yang dilakukan oleh (R. K. Dewi & Dianocinina, 2022) dengan judul Perempuan dan Depresi: Pengaruh Ketidakpuasan Tubuh.

Tujuan untuk mengetahui hubungan body dissatisfaction dan depresi pada perempuan emerging adulthood. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif jenis survei dengan teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Instumen penelitian ini menggunakan skala BDI II untuk depresi dan skala BSQ untuk ketidakpuasan tubuh. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan signifikan antara body dissatisfaction dan depresi. Hasil tersebut diperoleh melalui uji hipotesis yang dilakukan menggunakan uji korelasi Kendall, sedangkan teknik yang digunakan untuk uji korelasi adalah non parametrik, yaitu Spearman.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut diatas adalah penelitian diatas menggunakan instrument penelitian skala BSQ untuk ketidakpuasan tubuh sedangkan di penelitian ini menggunakan skala body dissatisfaction.

1.5.3. Penelitian yang dilakukan oleh (Rahayu N & Ariana A, 2021) yang berjudul Hubungan Body Dissatisfaction dengan Depresi pada Remaja dengan Obesitas pada Masa Pandemi COVID-19. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara ketidakpuasan tubuh dengan depresi pada remaja dengan obesitas pada masa pandemik COVID-19.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Hasil analisis uji korelasi dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara ketidakpuasan tubuh dengan depresi, (r=0,642, p=0,000). Artinya, semakin tinggi tingkat ketidakpuasan maka semakin tinggi tingkat depresi, dan sebaliknya.

(9)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut diatas adalah dalam penelitian diatas menggunakan 3 variabel yaitu body dissatisfaction, depresi, dan obesitas sedangkan dalam penelitian ini hanya menggunakan 2 variabel yaitu body dissatisfaction dan depresi

1.5.4. Penelitian yang dilakukan oleh (Edlund et al., 2022) yang berjudul Body image and compulsive exercise: are there associations with depression among university students. Tujuan penelitian ini untuk meneliti hubungan antara ketidakpuasan tubuh, latihan kompulsif dan gejala depresi yang dilaporkan sendiri di antara mahasiswa universitas Swedia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan melaporkan tingkat ketidakpuasan tubuh yang lebih tinggi daripada laki-laki. Ketidakpuasan tubuh dan latihan kompulsif dikaitkan dengan gejala depresi yang dilaporkan sendiri pada populasi non-klinis ini.

Kemudian hasil selanjutnya yang dilakukan pada penelitian menunjukkan bahwa latihan kompulsif dikaitkan secara negatif dengan gejala depresi yang dilaporkan, sementara ketidakpuasan tubuh berhubungan positif dengan gejala depresi.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut diatas adalah variabel dalam penelitian diatas Body image, compulsive exercise and depression. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan variabel body dissatisfaction dan depresi.

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan suatu rumusan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah