Orang tua tunggal adalah keluarga yang mempunyai satu orang tua dan seorang anak karena perceraian atau meninggal dunia; Keluarga orang tua-anak yang belum kawin adalah keluarga yang terdiri atas orang tua dan anak yang tidak mempunyai ikatan perkawinan; Keluarga kumpul kebo heteroseksual nonnikah adalah keluarga yang hidup bersama tanpa menikah dan sering berganti pasangan.
Dalam suatu unit keluarga: setiap disfungsi (penyakit, cedera, perpisahan) yang mempengaruhi satu atau lebih keluarga, dan dalam beberapa kasus seringkali juga mempengaruhi anggota keluarga lain dan unit tersebut secara keseluruhan, b. Adanya gangguan kesehatan pada salah satu anggota keluarga dapat menyebabkan ditemukannya faktor risiko pada anggota keluarga lainnya. Keluarga yang telah mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, namun belum mampu memenuhi kebutuhan sosial dan psikologisnya yaitu pendidikan, Keluarga Berencana (KB), interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan hidup dan transportasi.
Keluarga yang telah mampu memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial, psikologis, dan perkembangannya terpenuhi serta mempunyai kepedulian sosial yang tinggi terhadap masyarakat. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan dan layanan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga yang sakit; Dan. Epstein, Baldwin, dan Bishop (1983) menciptakan elemen dan dimensi fungsi keluarga tersebut karena fenomena fungsi keluarga yang cukup kompleks.
Instrumen ini digunakan sebagai alat untuk mendeteksi keluarga yang membutuhkan pengobatan atau terapi tambahan.
Konsep Depresi
- Pengertian Depresi
- Gambaran Depresi
- Tingkat Depresi
- Pengukuran Skala Depresi
Depresi juga merupakan gangguan mood yang ditandai dengan kurangnya harapan dan patah hati, selalu tegang, tidak mengambil keputusan untuk memulai suatu aktivitas, ketidakberdayaan yang berlebihan, tidak dapat berkonsentrasi, tidak semangat dalam hidup, bahkan mencoba untuk bunuh diri. (Atkinson, 1991 dalam Lubis, 2016). Depresi juga merupakan masalah kesehatan mental yang utama, hal ini sangat penting bagi penderita depresi yang produktivitasnya menurun dan dampaknya sangat buruk bagi masyarakat dan bangsa yang sedang berkembang. Penderita depresi merupakan individu yang sangat menderita, penyebab utama terjadinya bunuh diri juga disebabkan oleh depresi, dimana 9 (sembilan) tindakan diantaranya merupakan penyebab kematian nomor 6 (enam) di Amerika Serikat (Utama, 2016).
Selain merasa putus asa, penderita depresi biasanya mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan cenderung menarik diri. Tak sedikit penderita depresi bahkan merasakan keinginan untuk bunuh diri atau melukai diri sendiri karena merasa hidupnya tidak ada artinya. Depresi ini diartikan sebagai salah satu jenis depresi yang membuat penderitanya merasa sedih dan putus asa sepanjang waktu.
Terlepas dari berapa lama gejalanya berlangsung, depresi berat dapat mengganggu aktivitas dan kualitas hidup pasien. Depresi persisten atau distimia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan depresi kronis. Seseorang dapat dikatakan menderita depresi persisten jika mengalami gejala depresi yang menetap minimal 2 bulan terus menerus dan hilang dalam waktu 2 tahun.
Gangguan bipolar diartikan sebagai gangguan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat drastis. Setelah beberapa saat berada dalam fase mania atau hipomania, penderita gangguan bipolar biasanya masuk ke fase mood normal dan kemudian ke fase depresi. Orang yang menderita depresi jenis ini akan mengalami gejala depresi dan halusinasi, dimana mereka akan melihat atau mendengar hal-hal yang sebenarnya tidak nyata.
Berbeda dengan sindrom pramenstruasi, gejala PMDD yang terjadi bisa sangat mengganggu, bahkan bisa terjadi gejala depresi berat yang mengganggu kualitas hidup penderitanya. Gejala ini biasanya muncul 1 minggu sebelum menstruasi dan hilang setelah menstruasi. Depresi dibedakan menjadi depresi ringan yang tidak mengganggu aktivitas, depresi sedang yang sedikit mengganggu aktivitas, dan depresi berat yang sangat mengganggu aktivitas (Vina & Fitrah, 2010).
Konsep Penyakit Stroke .1 Pengertian Stroke
- Klasifikasi Stroke
- Etiologi
- Tanda dan Gejala Stroke
- Faktor Risiko Stroke
- Komplikasi Stroke
- Penatalaksaan Stroke
Stroke atau sering juga disebut dengan CVA (cerebro-vaskular crash) merupakan penyakit/gangguan fungsi saraf secara tiba-tiba yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah di otak. Oleh karena itu stroke adalah suatu gangguan fungsi saraf otak yang terjadi secara tiba-tiba dengan gejala klinis yang berkembang pesat akibat adanya gangguan aliran darah di otak (Hariyanti, dkk. 2020). Stroke iskemik adalah penyumbatan pembuluh darah yang menghentikan sebagian atau seluruh aliran darah ke otak.
Stroke iskemik umumnya disebabkan oleh aterotrombosis pembuluh darah otak, baik besar maupun kecil. Pada stroke iskemik, penyumbatan dapat terjadi di sepanjang arteri menuju otak. Atheroma (plak lemak) dapat terbentuk di arteri karotis, menyebabkan berkurangnya aliran darah.
Kondisi ini sangat serius karena setiap arteri karotis biasanya memasok darah ke sebagian besar otak. Stroke iskemik biasanya disebabkan oleh adanya gumpalan yang menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan hilangnya suplai darah ke otak. Pada aneurisma otak, dinding pembuluh darah melemah, yang dapat terjadi secara bawaan atau akibat cedera otak yang meregangkan dan merobek lapisan tengah dinding arteri (Terry & Weaver, 2013).
Jika aliran darah ke bagian otak mana pun terhambat akibat trombus dan embolus, maka akan terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Hal ini berdampak besar pada kondisi pasien stroke karena dapat menghambat proses pemulihan neurologis dan memperpanjang masa rawat inap di rumah sakit. Komplikasi jantung, pneumonia, tromboemboli vena, demam, nyeri pasca stroke, disfagia, inkontinensia dan depresi merupakan komplikasi yang sangat umum terjadi pada pasien stroke (Mutiarasari, 2019).
Terapi dapat menggunakan aktivator plasminogen jaringan rekombinan intravena (rtPA) yang merupakan bukti efektivitas trombolisis, obat antiplatelet dan antikoagulan untuk mencegah refluks pada pasien stroke iskemik (Mutiarasari. 2019). Perawatan umum lainnya yang dilakukan pada pasien stroke meliputi pemeriksaan fisik umum, pengendalian kejang, pengendalian suhu tubuh dan melakukan pemeriksaan penunjang. Pengendalian kejang pada pasien stroke dilakukan dengan pemberian diazepam dan antikonvulsan profilaksis pada perdarahan intraserebral, dan pengendalian suhu dilakukan pada pasien stroke yang disertai demam.
Pemeriksaan penunjang pada pasien stroke terdiri dari pemeriksaan elektrokardiogram, pemeriksaan laboratorium (kimia darah, kadar gula darah, urinalisis, gas darah, dll), dan pemeriksaan radiologi seperti rontgen dada dan CT scan. Perawat merupakan bagian dari tim multidisiplin yang berperan penting dalam menangani pasien stroke selama perawatan pasca stroke.
Perawatan Klien Pasca Stroke di Rumah
Keluarga dan pengasuh juga dapat membantu klien berlatih berjalan, misalnya dengan berdiri pada sisi lemah atau di belakang klien untuk memberikan rasa nyaman dan aman pada klien dan menggunakan alat bantu berjalan bila diperlukan. Bagi klien yang terus mengalami kelemahan pada tubuh bagian atas, berikan dukungan pada pasien untuk mengaktifkan lengan yang lemah. Klien pasca stroke seringkali mengalami penurunan kepekaan atau hilangnya rasa pada separuh tubuh, untuk mengatasinya sebaiknya pihak keluarga berbicara dengan klien pada bagian tubuh yang lemah.
Keluarga dianjurkan untuk memberikan motivasi dan dukungan untuk menggunakan lengan atau kaki yang lemah sesering mungkin, terutama dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, berjalan kaki dan menjauhi hal-hal yang dapat dilakukan. Pada saat latihan mobilisasi, klien pasca stroke sering mengalami gangguan keseimbangan saat duduk, berdiri, atau berjalan. Berikut cara melatih keseimbangan pada pasien. Jika pasien mampu menjaga keseimbangan saat duduk, letakkan bantal di bagian belakang kepala, leher dan bahu yang lemah, letakkan juga bantal di bawah lengan yang lemah.
Kemudian asisten memandu lengan klien ke sisi lemah dengan tujuan menggeser berat badan ke sisi lemah. Idealnya, klien tidak menggunakan alat bantu seperti tongkat, tripod, atau alat bantu jalan saat berlatih berjalan. Saat berbicara dengan klien yang kesulitan berbicara, usahakan menghadapkan wajah langsung ke arah klien, hal ini membantu klien melihat gerakan bibir dan ekspresi wajah.
Gangguan penglihatan pada pasien stroke bervariasi, mulai dari penglihatan ganda, penglihatan kabur, penglihatan gelap seperti tertutup oleh layar besar di salah satu mata, atau berkurangnya lapang pandang. Jika klien mengalami gangguan penglihatan saat klien sedang makan, letakkan nampan makanan pada sisi yang dapat dilihat klien. Arahkan klien untuk meletakkan benda-benda disekitar klien terutama pada sisi yang tidak dapat melihatnya, sebaiknya pihak keluarga berada pada sisi yang mempunyai masalah pada lapang pandang.
Berpakaian mandiri merupakan salah satu aktivitas yang harus dipelajari kembali oleh pasien pasca stroke. Pertama-tama masukkan lengan yang lemah ke dalam lengan baju, kemudian tarik lengan baju hingga ke bahu dan balikkan baju ke atas lengan yang sehat dari belakang dan letakkan lengan yang sehat di lengan yang lain. Pertama-tama masukkan kaki yang lemah dari lengan yang lemah terlebih dahulu ke dalam celana yang lemah, kemudian masukkan kaki yang sehat ke dalam celana.
Banyak klien pasca stroke dan pasangannya mengalami penurunan fungsi seksual, baik penurunan libido maupun penurunan hasrat seksual. Saat pulang ke rumah, beberapa klien mungkin tidak dapat bergerak mandiri setelah terkena stroke.
Cara Mencegah Serangan Ulang Stroke
Pengobatan Menyeluruh Bagi Klien Stroke (Susanto Mardi, 2008:125) Selain penggunaan obat, juga diperlukan suatu upaya psikoterapi individu,
Selain itu, dapat dilakukan terapi kelompok, dimana pasien dan klien stroke lainnya berkumpul dan difasilitasi oleh terapis. Psikoterapi dan terapi kognitif harus direncanakan dengan baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan optimal. Dapat dipastikan klien stroke dapat meningkatkan kualitas hidupnya kembali, mencegah terulangnya penyakit stroke yang dapat menyebabkan kecacatan yang lebih parah.
Meknisme Hubungan Fungsi Keluarga Terhadap Depresi Pasca Stroke Klien yang mengalami stroke dapat mengalami perubahan psikologis
Banyak penderita yang merasa putus asa karena merasa kelumpuhannya tidak akan pernah bisa sembuh, padahal tidak demikian. Motivasi pasien dapat meningkat apabila penderita merasakan dukungan dari keluarga, apapun keadaannya keluarga tetap dapat memahami dan menyayangi pasien (Damayanti, 2018).
Kerangka Konsep
Hipotesis