lathaif: Literasi Tafsir, Hadis dan Filologi, Vol. 2 (2), 2023, (Juli-Desember)
ISSN Print : 2963-7678 ISSN Online : 2962-6153
Tersedia online di: https://ejournal.uinmybatusangkar.ac.id/ojs/index.php/lathaif/index
Homoseksual dalam Al-Qur`an: Studi Komparatif Penafsiran Wahbah Az-Zuhaili dan Mahmud Yunus
Hayuti Sukma Jelita1, Dapit Amril2
1Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus Batusangkar, Indonesia
2Universitas Islam Negeri Mahmud Yunus Batusangkar, Indonesia [email protected]
Abstract
The main problem in this research is homosexuality in the Qur'an, a comparative study of the interpretation of Wahbah Az-Zuhaili and Mahmud Yunus. The purpose of this research is to find out and identify the similarities and differences in the interpretation of Az-Zuhaili's and Mahmud Yunus's interpretations of homosexuality. This type of research is library research. The method used in this study is the muqaran method by analyzing the interpretation of two figures related to homosexuality by using a comparative method. Primary data sources of this study are the verses of the Koran, Al Munir's commentary by Wahbah Az-Zuhaili and Mahmud Yunus's interpretation of the Qur'an Karim. while the secondary data of this research are the results of research or original theoretical or theoretical writings, dictionaries, books, articles and journals that are relevant to this research. The results of this study conclude first, the Qur'an views homosexual behavior as fahisyah because it violates normal human nature to like the opposite sex. there is also a difference between the two mufassirs in interpreting lafadz fahisyah mufassir Wahbah Az-Zuhaili interprets it as an abomination while Mahmud Yunus interprets it as a crime. second, there are differences and similarities in the interpretation of these two commentators, namely in the punishment given by Allah, namely (Wahbah Az-Zuhaili: Allah punished the people of the prophet Lut in the form of a hail of stones and destroyed their country. Meanwhile, Mahmud Yunus interpreted Allah to punish the people of the prophet Lut in the form of rain of pebbles, a very great earthquake and destroyed their country
Keyword: Homosexuality, Al-Qur`an, Comparative Abstrak
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah Homoseksual dalam Al-Qur`an (Studi Komparatif Penafsiran Wahbah Az-Zuhaili dan Mahmud Yunus). Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi persamaan dan perbedaaan penafsiran Wahbah Az-Zuhaili dan Mahmud Yunus tentang homoseksual. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tafsir muqarran, dengan menganalisis penafsiran dua tokoh yang berkaitan dengan homoseksual dengan menggunakan metode komparatif. Sumber data primer dari penelitian ini adalah ayat-ayat Al-Qur`an yang berkaitan dengan homoseksual, tafsir Al-Munir karya Wahbah Az-Zuhaili dan tafsir Qur`an Karim karya Mahmud Yunus. Sedangkan data sekunder adalah hasil-hasil penelitian atau tulisan-tulisan para peneliti atau teoritis yang orisonil, kamus-kamus, buku-buku, artikel-artikel dan jurnal-jurnal. Hasil penelitian ini menyimpulkan pertama, Al-Qur`an memandang perilaku homoseksual sebagai fahisyah, karena menyalahi fitrah manusia normal yang menyukai lawan jenis. Terdapat juga perbedaan kedua mufassir dalam mengartikan lafadz fahisyah mufassir Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan fahisyah sebagai perbuatan yang keji sedangkan Mahmud Yunus mengartikan sebagai kejahatan. Kedua, terdapat perbedaan dari kedua mufassir ini yaitu pada hukuman yang diberikan oleh Allah yaitu (Wahbah Az-Zuhaili Allah mengazab Kaum Nabi Luth berupa hujan batu yang bertubi-tubi serta memusnahkan negeri mereka. Sedangkan Mahmud Yunus Allah mengazab kaum nabi Luth berupa hujan batu kerikil, gempa yang amat hebat serta memusnahkan negeri mereka).
Kata Kunci: Homoseksual, Al-Qur`an, Komparatif
PENDAHULUAN:
Al-Qur`an adalah sebuah mukjizat yang kekal diturunkan Allah kepada Rasulullah Saw sebagai utusan-Nya demi menyelamatkan manusia dari masa kegelapan menuju masa yang penuh dengan rahmat dan hidayah, serta membimbingnya ke jalan yang lurus. Semua problematika kehidupan terdapat jawabannya dalam Al-Qur`an yang penuh dengan petunjuk-petunjuk. Dari banyaknya ajaran dalam Al-Qur`an terdapat salah satu ajaran yang terpenting ialah akhlak dan moral (Dewi, 2019, hal. 1).
Seiring perkembangan zaman, manusia mulai memiliki gaya hidup yang menyimpang dari ketentuan syari`at Islam. Pada saat ini fenomena homoseksual atau LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) menjadi topik yang sangat kontroversial, bukan hanya dari sisi akademis, tetapi juga di dalam realitas keseharian. Perilaku homoseksual bukanlah isu modern, melainkan telah ada dan menjadi salah satu persoalan yang sampai hari ini masih dibahas. Dalam sejarah peradaban manusia, homoseksual sering dikaitkan dengan kisah umat Nabi Luth as yaitu masyarakat yang tinggal di daerah yang bernama Sodom, penduduk negeri ini dipandang umat yang menentang ajaran Nabi Luth. Di antara bentuk penentangan mereka adalah kecendrungan mereka terhadap perilaku homoseksual, yaitu ketertarikan seksual terhadap seseorang dengan jenis kelamin yang sama (Althursina, 2020, hal. 2).
Fenomena hubungan sejenis tersebut menjadi hal yang harus dikajidan dibahas secara mendalam lagi mengenai larangan hubungan sejenis. Tercatat dalam literatur tafsir yang menjadi kata kunci cerita kaum Nabi Luth pada QS. Al-A`raf: 80-81 yakni terdapat pada kalimat ata’tunal fahisyah yang artinya mengerjakan perbuatan fahisyah (keji). Fahisyah yang dimaksud ialah perbuatan homoseksual atau menggauli sesama jenis. Wahbah Az-Zuhaili dan Mahmud Yunus secara sepakat untuk melarang perbuatan homoseksual selain tergolong perbuatan keji dan melampaui batas. Wahbah Az-Zuhaili berpandangan bahwa perbuatan itu adalah perbuatan yang sangat keji dan akan mendapatkan dosa setiap orang yang akan melakukannya. Ini menunjukkan bahwa itu adalah perbuatan yang bertentangan dengan fitrah. (Zuhaili, 2013, hal. 516) sedangkan Mahmud Yunus berpandangan bahwa perbuatan homoseksual itu termasuk perbuatan yang sangat keji dan melampaui batas kemanusiaan sehingga Allah menurunkan atas mereka itu hujan batu yang menimpa mereka hingga mati mereka semuanya. Demikianlah siksa mereka di atas dunia dan di akhirat dimasukkan ke dalam neraka. (Yunus, 2011, hal. 223)
Homoseksual merupakan pelanggaran fitrah dinamai dengan fahisyah, Allah SWT menciptakan manusia memiliki kecenderungan kepada lawan jenis dalam rangka memelihara kelanjutan keturunannya. Mereka yang melakukan homoseksual hanya mengharapkan kenikmatan jasmani yang menjijikkan sambil melepaskan tanggung jawabnya sebagai fitrah manusia. Dampak negatif juga mereka peroleh dari segi kesehatan jasmani dan rohani (Wahyu Ihsan, 2022).
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Hud 77-79:
﴿ اَّمَ
ل َو تَءۤا َج اَنُ
ل ُس ُر ا ًط وُ َء ۤي ِس ل م ِهِب َقا َض َو م ِهِب ا ًع ر َذ
َلاَق َّو ا َ
ذ ٰه م وَي ب ي ِصَع ٧٧
هَءۤا َج َو ه ُم وقَ
َن و ُع َر هُي ِه يَ
ل ِا ن ِم َو
ُ ل بقَ ا وُناَ
ك
َ ن وُ
ل َم عَي ِتٰ
اِ ي َّسلا
َ لاقَ ِم وقٰيَ ِءۤاَ
ل ُؤ ٰٓه ي ِتاَنَب َّنُه ُر َه طَ
ا مُ
كَ ل اوقَّتاُ فَ
َٰ للّا اَ
ل َو ِن و ُز خ ُت يِف
ي ِف ي َض َس يَ
لَ ا مُ
ك ن ِم ل ُج َر د ي ِش َّر ٧٨ ا وُ
لاقَ دقَ َ
ل َت مِلَع ا َم اَنَ
ل يِف َكِتنَبٰ ن ِم
ق َح َكَّنِا َو ُمَ
ل عَتَ ل ا َم ُد ي ِرُن ٧٩ ( ﴾ دوه / 11 : ٧٧ - ٧٩ )
78. Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: "Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?" 79. Mereka menjawab: "Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki".
Menurut tafsir Al-Munir karya Wahbah az-Zuhaili, penjelasan mengenai ayat di atas bahwa ada sosok malaikat yang datang kepada Nabi Luth AS dengan rupa yang sangat menawan menyerupai pemuda berparas ganteng, ini merupakan cobaan dari Allah SWT. Kedatangan malaikat dengan bentuk laki-laki menawan membuat jiwa Nabi Luth AS takut, karena membuat kaumnya bersifat buruk terhadap pemuda tersebut, Nabi Luth AS tidak kuasa melawan kaumnya. Ternyata apa yang ditakutkan oleh Nabi Luth AS benar terjadi, umatnya melakukan perbuatan keji fahisyah dengan melakukan hubungan seksual kepada pemuda tersebut dengan keji. (Zuhaili, 2013, hal.
376-379)
Sedangkan Mahmud Yunus menjelaskan bahwa Nabi Luth diutusAllah kepada kaumnya, bukan dosanya menyembah berhala saja. Malahan juga mengerjakan pekerjaan yang keji, yaitu cinta kepada laki-laki (anak muda, bukan kepada putri. Lalu nabi Luth mencegah mereka, tetapi mereka tidak peduli. Kemudian Allah mendatangkan siksaan kepada mereka, yaitu gempa yang amat hebat sehingga rubuh negeri mereka serta di turunkan-Nya hujan batu di atas mereka, lalu mati. Adapun nabi Luth serta orang yang beriman bisa terlepas dari bahaya itu, karena mereka telah keluar dari negeri itu terlebih dahulu (Yunus, 2011, hal. 322).
Dari kedua penafsiran ini penulis menganalisis bahwa Allah mengutus malaikat untuk menyampaikan berita, kemudian para malaikat menyamar sebagai seorang laki- laki tampan dan bertamu kerumah Nabi Luth. Para malaikat itu mendatangi nabi Luth, dia merasa curiga atas kedatangannya dan dadanya merasa sempit karena kehadirannya akan menarik perhatian kaumnya sehingga khawatir akan diganggu oleh mereka.
Kemudian nabi Luth berkata “sungguh hari ini adalah hari yang sangat sulit.” Karena nabi Luth tidak bisa menolak kehadiran tamunya yang rupawan dan nabi Luthmerasa tidak sanggup melindungi mereka jika mendapat gangguan dari kaumnya. Karena para malaikat tau nabi Luth khawatir, lalu malaikat bergegas pergi. Kedua mufassir ini juga menafsirkan bahwa Allah mengutus para malaikat untuk menjelaskan maksud kedatangan para malaikat agar nabi Luth tidak perlu khawatir.
Jika dilihat dari sudut pandang Al-Qur`an perilaku homoseksual tidak bisa dibenarkan. Dalam Al-Qur`an dijelaskan manusia diciptakan berpasang-pasangan seperti yang tercantum dalam surat Yasin ayat 36, Asy-Syura ayat 11, Az-Zukhruf ayat 12, Azd-Zariyat ayat 49, An-Najm ayat 45, dan lain-lain. Maksud dari berpasang- pasangan adalah berpasangan dengan lawan jenisnya, yaitu laki-laki berpasangan dengan perempuan bukan dengan sesama jenisnya. Tujuan Allah menciptakan
Karena di dalam Al-Qur`an terdapat larangan dan perintah. Larangan dalam kaidah ushul adalah suatu perbuatan yang harus ditinggalkan, adapun hikmah dari larangan diantaranya: 1). Pemeliharaan agama agar tidak pindah agama, 2).
Pemeliharaan jiwa, 3). Pemliharaan akal, 4). Pemeliharaan keturunan, dan 5).
Pemeliharaan harta. (Yusuf, 1992, hal.53) Dan setiap Allah menurunkan larangan ataupun kisah pasti ada hikmahnya oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti Homoseksual dalam Al-Qur`an (Studi Komparatif Penafsiran Wahbah Az- Zuhaili dan Mahmud Yunus).
Alasan yang efisien mengapa penulis mengambil penafsiran mufassir Indonesia sebagai bahan analisis dan subjek penelitiannya yakni Tafsir Al-Munir karya Wahbah Az-Zuhaili dan Tafsir Qur`an Karim karya Mahmud Yunus. Karena dari permasalahan di atas bahwa Wahbah Az- Zuhaili merupakan ulama tafsir kontemporer yang mengkaji berbagai isu penting yang luas. Sedangkan Mahmud Yunus ialah salah satu ulama yang di anggap keras dalam hal agama, dan ia juga merupakan Mufassir tertua di Indonesia yang dianggap sebagai mufassir generasi kedua, dan ia juga merupakan pelopor penulisan terjemahan Al-Qur`an dan penulisan Tafsir dalam bahasa Indonesia di tengah-tengah masyarakat yang sebagian besar menganggap jika melakukan penulisan terjemah dan tafsir di luar bahasa arab itu haram. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membandingkan kedua mufassir ini.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau library reseach untuk mengungkapkan pendapat para mufassir tentang homoseksual. artinya serangkaian kegiatan yang berkenan dengan metode pengumpulan data pustka, membaca, dan mencatat, sampai dengan mengolah bahan penelitian yang ada di pustaka. (Zed, 2004, hal. 3)
Sumber data dalam penelitian ini merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data dalam penelitian library reseach ini dapat dibagi dua yaitu, sumber data primer yang terdiri atas buku utama dan sumber data sekunder yang terdiri dari buku penunjang. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah ayat-ayat Al- Qur`an yang berkaitan dengan homoseksual, yaitu kitab tafsir Al-Munir karya Wahbah Az-Zuhaili dan kitab Tafsir Qur`an Karim karya Mahmud Yunus. Sumber data sekunder adalah Mu`jam Al-Mufahras li Al-Fazi Al-Qur`an, hasil-hasil penelitian atau tulisan-tulisan para peneliti atau teoritis yang orisonil, kamus-kamus, buku-buku, artikel-artikel, dan jurnal-jurnal yang relevan dengan penelitian ini (Arikunto, 2006, hal. 109).
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu langkah-langkah metode muqarran. Langkah metode tafsir muqarran yang penulis gunakan yaitu membandingkan antara penafsiran ulama/aliran tafsir yang lain mengenai suatu masalah, maka terlebih dahulu dia harus menaruh perhatian kepada sejumlah ayat yang membicarakan masalah yang hendak dibahasnya. (Suma, 2001, hal. 125)
Semua data yang didapatkan lalu diselesaikan dengan metode analisis isi yakni suatu cara yang dipakai pada suatu penelitian pustaka dengan cara mengkaji dari semua sumber informasi yang sudah diperoleh dalam berbagai macam karya ilmiah (artikel, kitab tafsir, majalah, jurnal, skripsi, dan lain-lain) (Irawan, 2006, hal. 60).
PEMBAHASAN Homoseksual
Homoseksual (gay) di dalam agama Islam disebut dengan istilah “Al-liwath”
(طاوللا) yang berarti orang yang melakukan perbuatan seperti perbuatan kaum Nabi Luth yang pelakunya disebut “Al-luthiyyu” (يطوللا) yang berarti laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan laki-laki. (Yanggo, 2018, hal. 2). Homoseksual ialah hubungan seksual antara laki-laki dengan laki-laki, sedangkan untuk berhubungan seks antara wanita disebut lesbian (female homosex). Lawan homosex dan lesbian adalah heterosex, artinya hubungan seksual antara orang-orang yang berbeda jenis kelaminnya (seorang pria dengan seorang wanita).
Gay (homoseksual) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada pria.
Homoseksual sebenarnya adalah istilah yang digunakan di bidang sains tentang identitas seksual secara luas. Homoseksual memiliki arti orientasi seksual dengan jenis kelamin yang sama. Sebagian besar negara menggunakan kata gay untuk menunjukkan kepada seseorang yang tertarik terhadap yang sejenis. Di Inggris istilah homoseksual untuk menunjukkan identitas sosial seseorang sebagai gay (Khudriah, 2021, hal. 18).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ada empat persepsi yang terkait dengan gay: Gay adalah seks dengan pasangan yang sejenis. Homoseksual adalah tertarik pada orang-orang seks yang sejenis. Sedangkan homoseksualitas adalah kecenderungan untuk tertarik oleh orang sejenis (Sugono, 2008, hal. 555).
Istilah lain yang digunakan untuk mengartikan perilaku homoseks adalah sodomi dan liwath. Sodomi dalam istilah kedokteran berarti hubungan seks melalui anus, yakni hubungan seks yang sering dihubungkan dengan orang-orang yang homoseks, gay dan waria. Sedangkan liwath ialah kata yang akarnya sama dengan kata Luth. Perbuatan homoseks sesama pria itu disebut liwath. Namun, dalam lisan al-Arab, liwath adalah perbuatan yang dilakukan oleh kaum Nabi Luth. Menurut sejarah kaum yang pertama kali melakukan perbuatan homoseks di dunia ini adalah kaum Nabi Luth as. yang menempati wilayah di sekitar laut mati yaitu Sadum dan Amurah (Gamurrah) (Surtiretna, 2006, hal. 114).
Sejarah Homoseksual
Homoseksual terjadi pertama kali pada kaum Nabi Luth, mereka adalah pencetus pertama yang melakukan homoseksual di dunia ini. Allah SWT memberikan peringatan keras untuk pelaku homoseksual. Informasi tentang homoseksual, liwath atau sodomi ini disebutkan dalam Al-Qur`an.
QS. Al-A`raf ayat 80-81:
نوُتۡأَتَ َ أ ٓۦِه ِمۡوَ
قِل َ لاَ
ق ۡذِإ ا ًطوُلَو َن ِ م ٖد َحَ ٱ
أ ۡن ِم ا َهِب مُ كَ
قَب َس ا َم َة َش ِحفۡلَٰ
َني ِمَ ٱ ل َٰعۡل ٨٠ نوُتۡأَتَ َ
ل ۡمُ كَّنِإ َ ٱ
لا َج ِ رل
ِنوُد نِ م ةَوۡه َش
َ ٱ نوُ
ف ِرۡس ُّم ٞمۡوق ۡمُتنَ َ
أ ۡلَب ِءٓا َسِنل ٨١
81. “(Kami juga telah mengutus) Lut (kepada kaumnya). (Ingatlah) ketika dia berkata kepada kaumnya, “Apakah kamu mengerjakan perbuatan keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun sebelum kamu di dunia ini? 81. Sesungguhnya kamu benar-benar mendatangi laki-laki untuk
Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan dalam kitab tafsirnya bahwa ingatlah Luth ketika ia berkata kepada kaumnya sembari menghina “ apakah kalian melakukan perbuatan keji yang tidak pernah dilakukan oleh siapa pun sebelum kalian di zaman apapun. Perbuatan itu adalah ciptaan kalian, kalian akan mendapatkan dosa setiap orang yang melakukannya. Ini menunjukkan bahwa itu adalah perbuatan yang bertentangan dengan fitrah (Zuhaili, 2013, hal. 513).
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah mengutus nabi Luth kepada kaumnya di negeri Sodom (dekat laut mati yang dinamakan laut Luth). Lalu katanya kepada kaum nya: mengapakah kamu mengerjakan pekerjaan yang sangat keji, yang belum pernah dikerjakan oleh orang-orang terdahulu dari padamu? Kamu cinta (ingin syahwat) kepada laki-laki, bukan kepada perempuan: sungguh kamu melampaui batas. Maka tak ada jawaban kaumnya, selain dari pada katanya: “Usirlah Luth itu serta orang-orang yang beriman kepadanya dari negeri kamu, karena mereka orang-orang suci”.
Kemudian Allah menyelamatkan Luth dan ahli rumahnya yang beriman kepadanya, kecuali istri yang tidak beriman, maka ia masuk orang-orang yang binasa. Allah menurunkan atas mereka itu hujan batu yang menimpa kepala mereka, hingga mati mereka semuanya. Demikianlah siksa mereka diatas dunia dan diakhirat dimasukkan ke dalam neraka (Yunus, 2011, hal. 223).
Jadi, persamaan penjelasan kedua kitab tafsir ini menjelaskan bahwa sama-sama menjelaskan bahwa Allah mengutus Luth untuk melarang kaum sodom melakukan perbuatan homoseksual dan azab yang diberikan oleh Allah kepada penduduk kaum Sodom, Mahmud yunus menjelaskan azab yang menimpa kaum Sodom berupa hujan batu yang ditimpakan kepada kepala kaum Luth. Mereka itulah memberikan contoh terburuk untuk semua manusia sepanjang zaman.
Bentuk-Bentuk Homoseksual
Homoseksual dibagi menjadi dua macam, yaitu:
Homoseksual Ego Sintonik
Seorang homoseksual ego sintonik adalah homoseksual yang tidak merasa terganggu oleh orientasi seksualnya, tidak ada konflik bawah sadar yang ditimbulkan, serta tidak ada desakkan, dorongan atau keinginan untuk mengubah orientasi seksualnya.
Homoseksual Ego Distonik
Homoseksual ego distonik adalah homoseksual yang mengeluh dan merasa terganggu akibat konflik psikis. Ia senantiasa tidak atau sedikit sekali terangsang oleh lawan jenis. Hal itu menghambatnya untuk memulai dan mempertahankan hubungan heteroseksual yang sebetulnya didambakan. Secara terus terang ia menyatakan dorongan homoseksualnya menyebabkan ia merasa tidak disukai, cemas dan sedih.
Konflik psikis tersebut menyababkan perasaan bersalah, kesepian, malu, cemas, dan depresi (Santoso, 2000, hal. 34).
Pandangan Al-Qur`an Tentang Homoseksual
Al-Qur`an memandang pelaku homoseksual termasuk perbuatan fahisyah yang berarti perbuatan keji yang tergolong dosa besar dan perilaku khabits yang berarti perbuatan hina, baik secara logis maupun empiris. Karena menyalahi fitrah manusia normal yang menyukai lawan jenis.Dalam Al-Qur`an konsep kekejian secara umum
diungkapkan dalam lafadz fahisyah. Lafadz fahisya` merupakan salah satu lafadz yang paling umum dari sederet konsepsi etika religius dalam Al-Qur`an. Lafadz fahisyah menunjukkan karakter religius konsepsi kekejian moral dalam Islam. Al-Qur`an menggunakan lafadz tersebut untuk menunjukkan berbagai macam perbuatan yang bertedensi buruk serta keji seperti pelecehan seksual (Haris Fauzi, 2020, hal.273).
Lafadz fahisyah seringkali merujuk pada arti zina, sebagimana terdapat dalam Qs. An-Nisa`: 19:
﴿ اَهُّيَ
آٰي َن ي ِذَّ
لا ا وُن َمٰ
ا اَ
ل
ُّ
ل ِح َ ي مُ
كَ ل نَ
ا اوُ
ث ِرَت َءۤا َسِنلا ا ًه رَ
ك اَ
ل َو َّنُه وُ
ل ُض عَت
ا وُب َهذَتِل ِض عَبِب
ٓا َم
َّنُه و ُمُت يَتٰ ا
ٓاَّ
ل ِا نَ
ا َن يِتأَّي ة َش ِحاَ
فِب ةَنِ يَبُّم
َّنُه و ُر ِشاَع َو ِف و ُر ع َملاِب
نِافَ َّنُه و ُمُت ه ِرَ
ك ى ٰٓس َعفَ
نَ
ا
ا و ُه َركَت ا ًٔـ ي َش
َ ل َع ج َ
ي َّو ُٰ
ِه ي ِفللّا ا ًر ي َخ ا ًر يِثَ
ك ١٩ ( ﴾ ءۤاسنلا / 4 : ١٩ - ١٩ )
Artinya: wahai orang-orang yang beriman! tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak kepadanya.
Secara istilah Imam At-Thabari dalam tafsirnya menyebutkan bahwa lafadz fahisyah merujuk arti zina.(At-Thabari, 2000, hal.40). istilah lafadz fahisyah mengarah kepada kekotoran perilaku dan perkataan, kecurangan, pelanggaran syari`at dan sejenisnya. Bisa dikatakan juga bahwa fahisyah adalah perbuatan yang telah keluar koridor norma manusia dan hukum syara` yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Segala perbuatan keji merupakan tipu daya setan yang senantiasa berusaha untuk menjerumuskan umat manusia ke dalam lembah kehancuran dengan beragam cara bisa dengan kemaksiatan kekikiran dan beragam hal yang dilarang syara’ (Al-Baiquni, 2005, hal.9).
Lafadz fahisyah terulang 13 kali dalam Al-Qur`an dengan derivasinya.
Kelompok surat makkiyyah ayat tersebut terdiri dari surah Al-A`raf:28 dan 80, surah Al-Isra`: 32, surah An-Naml: 54, dan surah Al-Ankabut: 28. Kelompok surah madaniyyah terdiri dari surah Ali-Imron:135, surah An-Nisa`: 15, 22, surah An-Nur:
19 dan surah Al-Ahzab: 30 (Haris Fauzi, 2020, hal 275-276).
Penafsiran lafadz fahisyahdalam kelompok makkiyyah diantaranya:
Q.S. Al-A`raf ayat 80,
Wahbah Az-Zuhaili dalam ayat ini menjelaskan bahwa fahisyah merupakan perbuatan kaum nabi Luth yang homo dan anal seks terhadap istri mereka. Hal ini merupakan bentuk kekejian yang melampui batas fitrah manusia. (Zuhaili, 2013, hal 283). Sedangkan Mahmud Yunus mengartikan di dalam kitab tafsirnya lafadz fahisyah adalah memperbuat kejahatan (Yunus, 2011, hal. 223).
Q.S. Al-Isra` 32
Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa lafadz fahisyah itu menunjukkan kepada perilaku homoseksual. Sedangkan Mahmud Yunus mengartikan lafadz fahisyah
Q.S. An-Naml 54
Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa lafadz fahisyah itu yang menunjukkan bahwa merupakan perbuatan homoseksual yang diperlihatkan oleh kaum Luth.
Sedangkan Mahmud Yunus mengartikan lafadz fahisyah sebagai mengerjakan kejahatan (barang yang keji) (Yunus, 2011, hal. 562).
Q.S. Al-Ankabut 28
Wahbah Az-Zuhaili dalam ayat ini menjelaskan bahwa lafadz fahsya`
menunjukkan kepada perilaku homoseksual dan biseksual kaum nabi Luth kala itu (Zuhaili, 2013, hal. 234). Sedangkan Mahmud Yunus mengartikan lafadz fahisyah sebagai sesuatu yang keji (Yunus, 2011, hal. 586).
Penafsiran dalam kelompok madaniyyah diantaranya:
Q.S. Ali-Imron 135
Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa lafadz fahisyah dosa besar dan perbuatan jelek yang dampaknya buruk tidak hanya menimpa pada orang yang melakukan saja akan tetapi juga orang lain seperti zina, ghibah dan menggunjing (Zuhaili, 2013, hal. 417). Sedangkan menurut Mahmud Yunus lafadz fahisyah diartikan sebagai berbuat kejahatan atau menganiaya dirinya (Yunus, 2 011, hal.90).
Q.S An-Nisa` 15
Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan lafadz fahisyah melakukan perbuatan zina (Zuhaili, 2013 hal. 627). Sedangkan menurut Mahmud Yunus lafadz fahisyah diartikan sebagai pekerjaan yang keji (Yunus, 2011, hal. 108).
Q.S. An-Nisa` 22
Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa lafadz fahisyah artinya keji atau buruk (Zuhaili, 2013, hal. 648). Sedangkan menurut Mahmud Yunus lafadz fahisyah diartikan sebagai pekerjaan itu keji (Yunus, 2011, hal. 110).
Q.S. An-Nur 19
Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa lafadz fahisyah perbuatan yang sangat nuruk, keji, amoral dan nista yaitu perbuatan zina (Zuhaili, 2013, hal. 455). Sedangkan Mahmud Yunus mengartikan lafadz fahisyah kejahatan. (Yunus, 2011, hal.513).
Q.S. Al-Ahzab 30
Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa lafadz fahisyah berarti perbuatan keji (Zuhaili, 2013, hal. 309). Sedangkan menurut Mahmud Yunus lafadz fahisyah diartikan sebagai kejahatan (Yunus, 2011, hal. 618).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Al-Qur`an memandang perilaku homoseksual sebagai fahisyah, karena menyalahi fitrah manusia normal yang menyukai lawan jenis.
Dari penjelasan di atas terdapat juga perbedaan kedua mufassir dalam mengartikan lafadz fahisyah mufassir Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan fahisyah sebagai perbuatan yang keji sedangkan Mahmud Yunus mengartikan sebagai kejahatan.
Pandangan Wahbah Az-Zuhaili dan Mahmud Yunus Tentang Homoseksual Pandangan Wahbah Az-Zuhaili tentang Homoseksual
Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan dalam tafsir Al-Munir bahwa homoseksual disebut perbuatan keji karena bertentangan dengan fitrah. Perbuatan yang mereka
lakukan sangat buruk sampai Al-Qur`an menyebutnya dengan fahisyah. Mereka mendatangi sesama jenisnya untuk melampiaskan syahwatnya. Hal itu belum pernah dilakukan oleh siapapun di dunia ini. Wahbah Az-Zuhaili juga menjelaskan bahwa perbuatan tersebut merupakan suatu kedzhaliman karena menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya (Zuhaili, 2013, hal. 516)
Akibat dari perbuatan homoseksual Allah memberikan sanksi kepada kaum Nabi Luth atas apa yang telah mereka perbuat. Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan dalam kitab tafsirnya bahwa hukuman yang diberikan oleh Allah adalah berupa hujan batu yang bertubi-tubi serta dijungkirbalikkan negeri tempat mereka bermaksiat itu terjadi.
Batu tersebut kemungkinan dibawah angin kencang yang mematikan atau dari meteroit yaitu batu-batuan yang terpisah dari sisa-sisa planet yang hancur ditarik oleh bumi (Royana, dkk, 2023, hal. 5).
Pandangan Mahmud Yunus tentang Homoseksual
Mahmud Yunus memandang perilaku homoseksual sebagai perbuatan keji dan melampaui batas kemanusiaan. Sebagaimana yang terjadi pada kaum nabi Luth yang mendapatkan azab dari Allah berupa hujan batu kerikil bercampur balerang panas, terjadinya gempa yang amat hebat, serta Allah membolak-balikkan negeri mereka hinggah musnah (Yunus, 2011, hal. 586).
Jadi dari kedua pandangan mufassir ini dapat disimpulkan bahwa perilaku homoseksual yang pertama dilakukan oleh kaum Nabi Luth, tidak ada seorangpun yang melakukan perbuatan homoseksual kecuali kaum Luth. Mereka sangat ingkar terhadap ajaran yang diberikan oleh nabi Luth, Karena itu Allah menurunkan azab yang sangat pedih bagi mereka. Wahbah Az-Zuhaili dan Mahmud Yunus berbeda pandangan dalam menafsirkan hukuman yang diberikan oleh Allah kepada kaum nabi Luth.
Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa hukuman yang diberikan oleh kaum nabi Luth berupa hujan batu yang bertubi-tubi serta menjungkir balikkan negeri mereka hingga musnah. Sedangkan Mahmud Yunus menjelaskan bahwa Allah menurunkan azab kepada kaum nabi Luth berupa hujan batu kerikil, gempa yang amat hebat, serta membolak-balikkan negeri mereka hingga musnah.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa, Al-Qur`an memandang perilaku homoseksual dengan perbuatan fahisyah. Al-Qur`an melabeli homoseksual sebagai fahisyah yang berarti perbuatan keji yang tergolong dosa besar dan perilaku khabits yang berarti perbuatan hina, baik secara logis maupun empiris.
Homoseksual merupakan pelanggaran fitrah dinamai dengan fahisyah, Allah Swt menciptakan manusia memiliki kecendrungan kepada lawan jenis dalam rangka memelihara keturunan. Mereka yang melakukan homoseksual hanya mengharapkan kenikmatan jasmani yang menjijikkan sambil melepaskan tanggung jawab sebagai fitrah manusia. Homoseksual adalah kelainan terhadap orientasi seksual yang ditandai dengan timbulnya rasa saling menyukai terhadap sesama jenis atau identitas gender yang sama.
Sering mengartikan bahwa perilaku homoseksual ialah sodomi, di mana dalam istilah dalam Al-Qur`an sering dikaitkan dengan kata fahisyah (perbuatan keji).
Selain pandangan Al-Qur`an tentang homoseksual terdapat juga pandangan kedua mufassir, yaitu kedua pandangan mufassir ini berpandangan bahwa perilaku
ajaran yang diberikan oleh nabi Luth, Karena itu Allah menurunkan azab yang sangat pedih bagi mereka. Wahbah Az-Zuhaili dan Mahmud Yunus berbeda pandangan dalam menafsirkan hukuman yang diberikan oleh Allah kepada kaum nabi Luth.
Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa hukuman yang diberikan oleh kaum nabi Luth berupa hujan batu yang bertubi-tubi serta menjungkir balikkan negeri mereka hingga musnah. Sedangkan Mahmud Yunus menjelaskan bahwa Allah menurunkan azab kepada kaum nabi Luth berupa hujan batu kerikil, gempa yang amat hebat, serta membolak-balikkan negeri mereka hingga musnah.
REFERENSI
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI. Jakarta:
Rineka Cipta.
Althursina, A. H. (2020). Penafsiran Siti Muhda Mulia Terhadap Homoseksual Kaum Nabi Luth Dalam Al-Qur'an. Banda Aceh: UIN AR-Raniry Darussalam.
Dewi, R. (2019).Penyelesaian Homoseksual Dalam Al-qur'an: Studi Komparatif Tafsir Qur'an Mahmud Yunus Dan Tafsir Al-azhar Buya Hamka. Bandung: UIN Sunan Gunung Jati.
P.Irawan. (2006). Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: DIA Fisip UI.
Khudriah. (2021). Orientasi Seksual (LGBT) Dalam Al-Qur` an Pendekatan Al-maqasidi.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Santoso, S. B. (2000). Tingkat Homoseksual Pada Narapidana Ditinjau dari Lama Menjalani Pidana Penjara. Semarang: Unika Soegijapranata.
Sugono, Dendy. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Surtiretna, N. (2006). Remaja dan Problem Seks:Tinjauan Islam dan Medis. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Royana dkk. (2023). Pandangan Wahbah Az-Zuhaili Tentang Ayat-Ayat Homoseksual Dalam Tafsir Al-Munir (Analisis QS. Al-A`raf Ayat 80-84). IJERT. Hal. 4 Wahyu Ihsan, U. F. (2022). LGBT Dan Liwat Umat Nabi luth Dalam Perspektif Tafsir.
Fucosis, 24.
Yanggo, H. T. (2018). Penyimpangan Seksual (LGBT) Dalam Pandangan Hukum Islam. Jurnal Misykat. 2.
Yunus, M. (2011). Tafsir Qur`an Karim. Ciputat: PT. Mahmud Yunus Wa Dzururiyah Zed, M. (2004). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Zuhaili, P. D. (2013). Tafsir Al-Munir: Akidah, Syari`ah , dan Manhaj. Jakarta: Gema Insani.