HUBUNGAN ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA
WERDHA CIPARAY KABUPATEN BANDUNG
Rita Rahmawati¹
Erna Irawan, M. Kom., M.Kep² Mery Tania, S. Kep,. Ners,. M.Kep³
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas BSI Bandung Jl. Sekolah Internasional 1-6
[email protected] Abstract
The rate of development of the world's population, including Indonesia, is currently heading towards an aging process marked by an increasing number and proportion of the elderly population. The aging process experienced by the elderly will not only affect aspects of life but will also be followed by physical and mental deterioration. These setbacks can have an impact on depression in the elderly. Depression is the most common mental problem in the elderly with a prevalence of depression in the elderly in the world around 8-15%. This study aims to identify the relationship of activity of daily living (ADL) with the level of depression in the elderly at the Tresna Werdha Ciparay Social Protection Center in Bandung Regency. This type of research is quantitative non-experimental and included in correlational research with a cross-sectional design. The sampling technique used is the Non Probability sampling technique with a purposive sampling approach. The sample in this study were all the elderly who met the inclusion and exclusion criteria, amounting to 60 elderly. Data collection using the Barthel index questionnaire to measure the ability of ADL in the elderly can still be done and the geriatric depression scale (GDS) to measure the level of depression in the elderly. Univariate and bivariate data analysis used the Rank Spearman test. Bivariate analysis illustrates that the level of activity of daily living in elderly is independent (56.7%), the level of depressed elderly who is not depressed (43.3%). The statistical test shows that there is a correlation between activity of daily living and the level of depression in the elderly at the Tresna Werdha Ciparay Social Protection Center in Bandung Regency with a p- value (0,000) <0.05 Hₐ accepted in the direction of a moderately moderate correlation (0.442). There is a relationship of activity of daily living with the level of depression in the Tresna Werdha Ciparay Social Protection Center in Bandung Regency, it is expected that the institution can maintain the activity of daily living (ADL) so that the level of depression in the elderly does not increase.
Keywods : activity of daily living. depression, elderly
Abstrak
Laju perkembangan penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini sedang menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah serta proporsi penduduk lansia. Proses penuaan yang dialami lansia tidak hanya berpengaruh terhadap segi kehidupan tetapi juga akan diikuti dengan kemunduran fisik dan juga mental.
Kemunduran tersebut dapat berdampak pada terjadinya depresi pada lanjut usia.
Depresi merupakan masalah mental yang paling banyak ditemui pada lansia dengan prevalensi depresi pada lansia didunia sekitar 8 - 15%. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan activity of daily living (ADL) dengan tingkat depresi pada lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif non-eksperimental dan termasuk dalam penelitian korelasional dengan rancangan Cross Sectional. Teknik sampel yang digunakan adalah teknik Non Probability sampling dengan pendekatan purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah semua lansia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang berjumlah 60 lansia. Pengumpulan data dengan kuesioner barthel index untuk mengukur kemampuan ADL lansia yang masih dapat dilakukan dan geriatric depression scale (GDS) untuk mengukur tingkat depresi pada lansia. Analisis data secara univariat dan bivariat menggunakan uji Rank Spearman. Analisis bivariat menggambarkan bahwa tingkat activity of daily living lansia mandiri (56,7%), tingkat depresi lansia yang tidak mengalami depresi (43,3%). Uji statistik menunjukkan ada hubungan activity of daily living dengan tingkat depresi pada lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung dengan nilai p-value (0,000) <0,05 Hₐ diterima searah dengan tingkat korelasi cukup sedang (0,442). Ada hubungan activity of daily living dengan tingkat depresi di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung, diharapkan pihak panti dapat mempertahankan activity of daily living (ADL) agar tingkat depresi pada lansia tidak meningkat.
Kata kunci : activity of daily living, depresi, lansia
PENDAHULUAN
Laju perkembangan penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini sedang menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah serta proporsi penduduk lansia (Andini, 2013).
Keberhasilan pencapaian pembangunan kesehatan di Indonesia dengan peningkatan usia harapan hidup (Notoatmodjo, 2012). Dengan meningkatnya usia harapan hidup masyarakat Indonesia membuat jumlah penduduk lanjut usia menjadi meningkat.
Menurut Kemenkes RI (2016) dari hasil sensus penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yang mencapai 18,1 juta jiwa (7,6%) dari jumlah penduduk. Badan Pusat Statistik (2013) memproyeksikan jika jumlah lansia diperkirakan akan meningkat hingga 27,1 juta jiwa pada tahun 2020, sedangkan pada tahun 2025 menjadi 33,7 juta jiwa dan pada tahun 2035 yaitu 48,2 juta jiwa.
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 2010-2035, jumlah penduduk lanjut usia di Jawa Barat pada tahun 2015 sebanyak 3,77 juta jiwa, sedangkan pada tahun 2017 jumlah penduduk lanjut usia sebanyak 4,16 juta jiwa. Pada tahun 2021 jumlah penduduk lanjut usia di Jawa Barat diperkirakan sebanyak 5,07 juta jiwa atau sebesar 10,04% dari penduduk total Jawa Barat. Kondisi ini menunjukkan jika Jawa Barat sudah memasuki ageing population (Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2017).
Jumlah lansia di Kota Bandung menurut Badan Pusat Statistik memproyeksikan jika pada tahun 2035 jumlah lanjut usia di Kota Bandung mencapai 194.975 juta jiwa (Badan Pusat Statistik Kota Bandung, 2010).
Lansia adalah seseorang yang sudah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukan merupakan suatu penyakit tapi merupakan proses yang berangsur-angsur menyebabkan perubahan kumulatif, proses menurunnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh, seperti dalam Undang-Undang No 13 tahun 1998.
Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa bahkan bernegara (Khalifah, 2016).
Proses penuaan yang dialami lansia tidak hanya berpengaruh terhadap segi kehidupan tetapi juga akan diikuti dengan kemunduran fisik dan juga mental.
Kemunduran tersebut dapat berdampak pada terjadinya depresi pada lanjut usia.
Depresi merupakan masalah mental yang paling banyak ditemui pada lansia.
Prevalensi depresi pada lansia didunia sekitar 8 - 15%. Hasil survey dari berbagai negara didunia di peroleh prevalensi rata- rata depresi pada lansia adalah 13,5%
dengan perbadingan pria dan wanita 14,1 : 8,5. Sementara prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan Panti Perawatan sebesar 30 - 45%.
Karenanya pengenalan masalah dini merupakan hal yang penting, sehingga beberapa gangguan masalah mental pada lansia dapat dicegah, dihilangkan atau dipulihkan (Evy, 2008).
Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan atau dapat disebut juga dengan (afektif, mood) (Hidayat, 2008). Pada lanjut usia yang tinggal di institusi angka depresi meningkat secara drastis sekitar 50 sampai dengan 75% dari pada yang tidak tinggal di institusi yaitu hanya sekitar 10-15%, dari data tersebut, angka signifikan dari lanjut usia yang tidak mengalami depresi hanya sekitar 10 sampai dengan 20%. Maka dari itu depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling banyak terjadi pada lanjut usia (Buckwalter, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian Dianto (2014) tentang Hubungan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (Activity Of Daily Living) dan Tingkat Depresi Pada Lansia di Panti
Werdha Wisma Mulia Jakarta Barat dimana terdapat hubungan dari kedua variabel tersebut dengan (p<0,05).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada Selasa, 23 April 2019 di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung di dapatkan data yaitu terdapat 148 lansia yang tinggal, dengan jumlah lansia perempuan 86 lansia dan jumlah lansia laki-laki sebanyak 62 lansia. Dan berdasarkan hasil wawancara activity of daily living dengan Barthel Index dan pengukuran gejala depresi dengan Geriatric Depresion Scale (GDS) kepada 8 orang lansia didapatkan data bahwa 4 lansia yang masih dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-harinya mandiri seperti lansia masih dapat melakukan makan, transfering, penggunaan toilet, memakai pakaian sendiri, dan mobilitas tanpa memakai alat bantu, dengan 4 lansia yang menunjukkan sebagian gejala depresi seperti perasaan hidupnya merasa hampa, sering merasa bosan, takut akan sesuatu yang akan terjadi serta sering merasa tidak berdaya dan tidak berharga, sedangkan 4 lansia lainnya, hanya dapat melakukan aktivitasnya sebagian di bantu seperti aktivitas naik dan turun tangga dengan bantuan, berjalan, berpindah tempat dari kursi ke tempat tidur dan memakai pakaian, dengan 4 lansia menunjukkan sebagian gejala depresi seperti perasaan hidupnya merasa hampa, sering merasa bosan, takut akan sesuatu yang akan terjadi serta sering merasa tidak berdaya dan tidak berharga.
Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Hubungan activity of daily living (ADL) dengan tingkat depresi pada lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung“.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah Mengetahui hubungan activity of daily living (ADL) dengan tingkat depresi pada lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung.
Maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah Menganalisa hubungan activity of daily living (ADL) lansia dan tingkat depresi pada lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung.
METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental dan termasuk dalam penelitian korelasional, Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional, yaitu mempelajari korelasi antar variabel, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat, berarti semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama.
Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berusia ≥65 tahun yang tinggal di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung. Jumlah sampel penelitian berjumlah 60 lansia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling.
Teknik non probability sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu teknik purposive sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan kuesioner Barthel Index dan Geriatric Depression Scale (GDS).
Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawab (Sugiyono, 2013).
Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner Barthel Index untuk mengukur kemampuan ADL lansia yang masih dapat dilakukan dan juga kuesioner Geriatric depression scale
(GDS) untuk mengukur tingkat depresi pada lansia. analisis univariat dan bivariat.
Uji statistik yang digunakan adalah uji Spearman.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus
Tabel 4. 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan
Pendidikan.
Karakteristik Kategori Freku
ensi %
1. Usia (WHO, 2014)
60-74 tahun (usia lanjut) 75-89 tahun (usia tua)
>90 tahun (sangat tua)
Total
39 19 2 60
65,0 % 31,7%
3,3 % 100.0%
2. Jenis
Kelamin Laki – laki Perempuan
Total
33 27 60
55,0 % 45,0 % 100.0%
3. Pendidikan Pendidikan Tinggi Pendidikan
Rendah Total
7 53 60
11,7%
88,3%
100,0%
Tabel 4.1 Menunjukkan sebagian sebagian besar responden (60%) berusia 60-74 tahun, berdasarkan jenis kelamin menunjukan hampir separuhnya responden (55%) berjenis kelamin laki- laki, dan berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan hasil hampir seluruhnya (88,3%) berpendidikan rendah.
Tabel 4. 2 Acivity of Daily Living
Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa dari 60 responden didapat hasil sebagian besar responden (56,7% ) memiliki Activity of Daily Living mandiri atau masih dapat melakukan semua ADL nya tanpa bantuan orang lain atau alat bantu.
Tabel 4. 3 Tingkat depresi pada lansia
Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa dari 60 responden didapat hasil hampir separuhnya responden (43,3%) tidak mengalami depresi atau tidak ada depresi.
Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Activity of Daily Living (ADL) dengan Tingkat depresi pada lansia.
Berdasarkan tabel 4.4 dari hasil uji statistik spearman rho menunjukan bahwa p-value (0,000)< 0,05 Hₐ diterima yang searah dengan tingkat korelasi cukup sedang (0,442). Sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara Activity of Daily Living (ADL) dengan Tingkat Depresi di Balai Perlindungan
Kategori Frekuensi Presentase
Mandiri 34 56,7 %
Ketergantungan
ringan 23 38,3 %
Ketergantungan
sedang 2 3,3 %
Ketergantungan
berat 1 1,7 %
Ketergantungan
total 0 0 %
Total 60 100.0 %
Kategori Frekuensi Presentase Tidak depresi 26 43,3 % Depresi ringan 25 41,7 % Depresi sedang 8 13,3 %
Depresi berat 1 1,7 %
Total 60 100.0 %
Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung.
PEMBAHASAN
Gambaran Activity of Daily Living Hasil penelitian pada tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar responden (56,7%) yaitu sebanyak 34 responden termasuk kategori mandiri dalam artian bahwa sebagian lansia masih dapat melakukan kegiatan activity of daily living (ADL) nya secara mandiri tanpa bantuan, seperti perawatan pribadi meliputi makan dan eliminasi serta berpakaian dan mandi.
Menurut Maryam et al. (2008) Setiap individu dalam melakukan activity of daily living (ADL) diusahakan untuk melakukan secara mandiri. Kemandirian tersebut merupakan keadaan tanpa pengarahan, pengawasan atau bantuan orang lain dalam melakukan ADL. Mayoritas lansia yang masih mandiri ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor keadaan, seperti keadaan kesehatan lansia yang masih baik, serta usia lansia yang masih dibawah 80 tahun.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Inayah (2017), dari 152 responden sebagian besar (55,9%) 85 responden mandiri dalam melakukan activityf of daily living (ADL), dengan karakteristik responden yang sama seperti usia lansia yaitu sebagian besar (62,5%) 95 responden memasuki kategori (Elderly) 60-74 tahun. Menurut teori Padila (2013) semakin meningkatnya usia maka kondisi fisik akan semakin mengalami penurunan yang dapat menimbulkan gangguan dan kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.
Gambaran Depresi
Hasil penelitian pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat depresi yang tertinggi yaitu hampir separuhnya
responden (43,3%) 26 responden dari 60 responden termasuk kategori tidak depresi. Dari hasil kuesioner saat dilakukan penelitian didapatkan bahwa rata-rata lansia menjawab pertanyaan yang diantaranya yaitu lansia tidak merasa hidupnya hampa, tidak merasa bosan, merasa masih berdaya, dan lain sebagainya.
Distribusi karakteristik usia pada penelitian ini sebagian besar lansia memasuki kategori (Elderly) 60-74 tahun.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) dari 143 responden sebagian besar (59,4%) 85 responden termasuk tidak depresi. Usia (Elderly) 60-74 adalah usia awal dari lansia dimana lansia secara umum mulai mengalami kemunduran dari berbagai segi, yaitu fisik, psikologis, ekonomi, dan sosial.
Masa ini merupakan masa awal lansia beradaptasi dengan berbagai perubahan tersebut.
Hubungan
Activity of Daily Living
dengan Tingkat DepresiBerdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat presentase dari lansia dengan kategori mandiri dan tidak mengalami depresi dibandingkan dengan lansia yang termasuk kategori ketergantungan berat dan mengalami depresi. Hasil ini diperkuat dari uji statistik menggunakan software SPSS 16 spearman rho menunjukan bahwa p-value (0,000)< 0,05 Hₐ diterima yang searah dengan tingkat korelasi cukup sedang (0,442). Sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan yang cukup signifikan antara Activity of Daily Living dengan Tingkat Depresi di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung. Arah hubungan Activity of Daily Living dengan tingkat depresi adalah positive dengan nilai 0,442. Berarti semakin tinggi tingkat ketergantungan lansia maka semakin tinggi tingkat depresi.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nauli (2014), mengemukakan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan tingkat kemandirian dalam activity of daily living (ADL) dibuktikan dengan nilai p-value 0,014 (<0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Bongsoe (2007) dalam Retnowati (2010) munculnya masalah-masalah ketika memasuki lanjut usia penurunan kondisi fisik seperti disability, berkurangnya kemampuan melihat dan intoleransi aktivitas, kemudian penurunan status mental seperti berkurangnya kemampuan memori dan perubahan psikososial antara lain seperti berhenti dari pekerjaan, kemiskinan, isolasi sosial dan lainnya. Oleh karena hal tersebut usia lanjut akan mengalami kemunduran, terutama dalam kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan fungsi organ tubuh, kemampuan untuk melakukan Activity of Daily Living (ADL) akan mengalami penurunan sehingga kemandirian lanjut usia menurun, sehingga dapat meningkatkan kerentanan lanjut usia untuk mengalami kondisi depresi (Bongsoe, 2007).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan activity of daily living (ADL) dengan tingkat depresi pada lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung dengan jumlah responden 60 orang maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besar responden (56,7%) yaitu 34 responden termasuk kedalam tingkat Activity of Daily Living (ADL) mandiri.
2. Separuhnya responden (43.3%) yaitu 26 responden termasuk kedalam tingkat depesi pada lansia yaitu tidak depresi.
3. Terdapat hubungan yang cukup signifikan antara Activity of Daily Living (ADL) dengan tingkat depesi pada
lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung dengan hasil uji statistik nilai p-value 0,000 <0,05. Nilai koefisien korelasi 0,442 maka korelasi termasuk tingkat hubungan cukup sedang. Maka dari itu semakin tinggi activity of daily living (ADL) semakin rendah tingkat depresi pada lansia dan sebaliknya semakin rendah activity of daily living (ADL) semakin tinggi tingkat depresi pada lansia.
Saran
Sesuai dengan kesimpulan di atas,maka peneliti dapat mengajukan saran sebagai masukan, sebagai berikut:
1. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan inforrmasi bagi pengelola panti Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Kabupaten Bandung berhubungan dengan tingkat Activity of Daily Living dengan tingkat depresi pada lansia.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana sumber informasi bagi mahasiswa
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar atau referensi bagi peneliti selanjutnya dan menambah kajian ilmu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat Activity of Daily Living dengan tingkat depresi pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
A, Aziz, Hidayat. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Agung Iskandar. (2010).Uji Keandalan dan Kesahihan Indeks Activity of Daily Living Barthel untuk Mengukur Status Fungsional Dasar pada Lanjut Usia di RSCM. Tesis. Jakarta: Program Studi Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Diakses pada tanggal 8 Mei 2019.
Amelia Fitri(2017), Hubungan Self Efficacy dengan Perawatan Diri Lansia Hipertensi di Wilayah Puskesmas Garuda Kota Bandung. Universiatas BSI Bandung 2017.
Andini, N.K (2013). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penduduk Lanjut Usia Masih Bekerja.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prkatik. Jakarta: Rineka Cipta
. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prkatik. Jakarta:
Rineka Cipta
Arum Reno Tyas & Mulyaningsih (2017), Tingkat Depresi Mempengaruhi Kemandirian Activity Daily Living (ADL) Lansia. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Surakarta 2017 Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.
Azizah, Lilik. M. (2011). Keperawatan Lanjut usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Badan Pusat Statistik. Data sensus Kota
Bandung website
https://bandungkota.bps.go.id/stat
ictable/2017/08/29/104/jumlah- penduduk-menurut-kelompok- umur-dan-jenis-kelamin-di-kota- bandung-2016-.html
Badan Pusat Statistik. Data Sensus Provinsi Jawa Barat website https://jabar.bps.go.id/dynamictab le/2016/10/06/15/proyeksi- jumlah-penduduk-provinsi-jawa- barat-2010-2016.html
Bucwalter, K. C., & Davis, L. L (2011).
Elder Caregiving in nural communities. In Rural caregiving in the United States (pp.33-46). Spinger, New York, NY.
Dewi, Sofia Rhosma. (2012). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
Deepublish.
. (2016). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Yogyakarta: Deepublish.
Dirgayunita, A. (2016). Depresi: Ciri, Penyebab, Penanganan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7 No. 7.
Evy. (2008). Waspadai Depresi Pada Lansia, (Online) http://Creasoft.
worthpress/2008/04/depresi-2.
Fardan Murzia Muhammad. (2018).
Hubungan antara ipertensi terhadap tingkat Depresi Lansia. Universitas Muhammadiyah Malang 2018.
Fatmah. (2010). Gizi Lanjut Usia.
Erlangga:Jakarta
Hawari. (2007). Sejahtera di Usia Senja Dimensi Psikologi Pada Lanjut Usia (Lansia). Jakarta:FKUI.
Hardywinoto & Setiabudhi, T. (2007).
Panduan Gerontologi. Jakarta: Pustaka Utama
. (2014).
Panduan
Gerontologi.Jakart a: Pustaka Utama.
Diakses pada tanggal 8 Mei 2019.
Iskandar, J. (2012). Abnormal Jiwa.
Yogyakarta: ANDI.
Inayah Nurul Vini. (2017). Gambaran Tentang Kemunduran Dalam Pemenuhan ADL di Posbindu Desa Sindangjawa Kabupaten Cirebon. Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Juli 2017.
Ismail Oktaviani Sri. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Lansia di Panti Sosial Tersna Werdha Provinsi Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo, 2015
Kaplan, H.I., Sadock, B.J. (2010). Sinopsis Psikiatri, Jilid II (Dr. Widjaya Kusuma, Trans). Ciputat- Tanggerang: Binarupa Aksara.
Kholifah Siti Nur (2016). Keperawatan Gerontik ,Jakarta Selatan, Pusdik SDM Kesehatan
Khoiriyah, N. (2011). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Lansia Berkunjung ke Posyandu Lansia di RW 11 Kelurahan Margorejo Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal. Di unduh pada ...
Lubis, Namora Lumongga. (2019). Depresi:
Tinjauan Psikologis.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Maryam, Siti. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Maryam, Siti., Ekasari., Mia Fatma., Rosidawati. (2012). Mengenal Usia
Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
Martha Dwi Freeska Ollyvia. (2012).
Determinan Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4. Jakarta Selatan.
Universitas Indonesia 2012.
Muhith, A., dan Siyoto, S. (2016). Pedidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
ANDI
National Institute of Mental Health. (2010).
Depression and Collage Students NIMH Nazir. (2014). Metode penelitian. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodelogi Peneltian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
. (2018). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Niko Windya Jessie. (2016). Hubungan Tingkat Kemandirian Dalam Activity Daily Living (ADL) Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia di Graha Werdha Marie Joseph Pontianak dan Graha Werdha Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya. Universitas Tanjung Pura Pontianak.
Okatiranti & Dariah Deti (2015), Hubungan Kecemasan dengan Kualitas Tidur Lansia di Posbindu Anyelir Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Universiatas BSI Bandung, September 2015.
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pujiono. (2009). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfatatan Posyandu Lansia di Desa Jetis Karangayu Kabupaten Grobogan Semarang. Jurnal.
Semarang: Program Studi Pasca
Sarjana S2 Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro. 2009. Diakses pada tanggal8 Mei 2019.
Rakhmawati Desi. (2017). Hubungan Gangguan Penglihatan dengan Kemandirian DalamAktivitas Sehari- hari pada Lansia di Desa Karangpucung Kabupaten Purbalingga. Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2017.
Relawati, A. (2010). Hubungan antara Tingkat Depresi dengan Interaksi Sosial di Panti Werdha Dharma Bhakti Surakarta. Skripsi. Surakarta:
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Retnowati Unang (2010), Hubungan Tingkat Kemampuan Aktivitas Dasar Sehari-hari Dengan Tingkat Depresi Pada Usia Lanjut di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu
Saryono. (2011). Metodelogi Penelitian Keperawatan. Purwokerto: UPT Percetakan dan Penerbitan UNSOED.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pedekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods). Bandung:
Alfabeta.
. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sri Amalia (2010), Hubungan Disabilitas Fungsional dengan Kejadian Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 2010
Utami Anggun, dkk (2018), Perbedaan Tingkat Aktivitas dan Tingkat Depresi Pada Lansia yang Tinggan di Dalam dan Luar Panti Werdha. Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2018
Wibowo. (2018). Pengaruh Tingkat Depresi Terhadap Kemandirian Activities of Daily Living (ADL) Pada Lansia. Akademi Keperawatan Panti Waluya Malang WHO. (1994) World Health Organization Quality of Life. WHO.
Yosep, Iyus., Sutini, Titin. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (dan Advance Mental Health Nursing). Bandung:
Refika Aditama