• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan antara pembentukan hukum dengan penerapan hukum

N/A
N/A
Fab Plaza

Academic year: 2023

Membagikan "hubungan antara pembentukan hukum dengan penerapan hukum"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/365013049

Azas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB) dan Good Governance

Article · November 2022

DOI: 10.31219/osf.io/pw9fh

CITATIONS

0

READS

2,224

1 author:

Muhammad Tanzil Aziz Rahimallah Universitas Sulawesi Barat 19PUBLICATIONS   20CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Muhammad Tanzil Aziz Rahimallah on 03 November 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.

(2)

AZAS-AZAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK (AUPB) DAN KAITANNYA DENGAN GOOD GOVERNANCE (GG)

Muhammad Tanzil Aziz Rahimallah

Sekolah Pascasarjana Institut Pemerintahan Dalam Negeri [email protected]

Definisi

Pemerintah sebagai penyelenggara negara dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam kewenangannya memastikan tercapainya tujuan negara dalam hal ini terwujudnya kesejahteraan masyarakat sebagaimana konsep negara kesejahteraan (welfare state) sudah sewajarnya melandasi setiap tindakannya berdasarkan aturan dan hukum (negara hukum)(Rahimallah, 2022a). Oleh karena itu diperlukan seperangkat aturan sebagai pedoman baik itu yang sifatnya tertulis maupun tidak tertulis sebagai bagian dari norma dan kebiasaan yang baik. (Prio, 2022)

Salah satu bentuk aturan tersebut adalah azas-azas umum pemerintahan yang baik (AAUPB). Azas-azas umum pemerintahan yang baik (AAUPB) berdasarkan Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan dianggap sebagai prinsip yang digunakan sebagai acuan penggunaan wewenang bagi pejabat pemerintahan dalam mengeluarkan keputusan dan/atau tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Namun banyak ahli memberikan pendapat yang sedikit berbeda berkaitan dengan definisi AAUPB, namun secara umum AAUPB dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. AUPB merupakan norma hukum (tertulis) dan atau norma etik (tidak tertulis) yang khusus berlaku di lingkungan administrasi negara;

b. AUPB merupakan asas yang penting karena menjadi pedoman bagi Pejabat TUN dalam menjalankan kewenangannya;

(3)

c. AUPB sebagai prinsip-prinsip penting yang wajib diikuti oleh Hakim, berfungsi sebagai alat uji bagi Hakim Administrasi untuk sah atau tidaknya KTUN;

d. AUPB sebagai dasar pengajuan gugatan bagi pihak penggugat;

e. AUPB yang bersifat tidak tertulis berlaku mengikat manakala dijadikan dasar bagi Hakim TUN dalam memutus perkara;

f. AUPB salah satu fungsinya adalah sebagai arahan atau patokan bagi pelaksanaan wewenang administrasi negara untuk memberikan dan menentukan batas-batas manakah yang harus diperhatikan oleh suatu Pejabat TUN dalam bertindak;

g. AUPB sebagai alat uji bagi Hakim di Peradilan TUN untuk menilai sah atau tidaknya suatu KTUN. (Pratiwi et al., 2016)

Ruang Lingkup

Konsep AAUPB dalam sejarah perkembangannya di Indonesia pada awalnya diperkenalkan oleh Van Poelje dalam buku Pengantar Umum Ilmu Pemerintahan pada tahun 1953, namun konsep ini baru populer pada tahun 1978 melalui Crince Le Roy saat memberikan kuliah di Universitas Hukum Universitas Airlangga (Kusdarini, 2019; Marbun, 2001). Crince Le Roy menguraikan ada 11 asas-asas umum pemerintahan yang baik (algemene beginselen van behoorlijk bestuur) yaitu:

1. Kepastian hukum (principle of legal security);

2. Keseimbangan (principle of proportionality);

3. Kesamaan dalam mengambil keputusan (principle of equality);

4. Bertindak cermat (principle of carefulness);

5. Motivasi untuk setiap keputusan (principle of motivation);

6. Jangan mencampuradukkan kewenangan (principle of non misure of competence);

(4)

7. Permainan yang layak (principle of fair play);

8. Keadilan atau kewajaran (principle of reasonableness or prohibition of arbritariness);

9. Menanggapi pengharapan yang wajar (principle of meeting raised expectation);

10. Meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal (principle of undoing the consequences of annulled decicion); dan

11. Perlindungan atas pandangan hidup (principle of protecting the personal way of life).(Hadjon, 1993)

Kesebelas asas yang dikemukakan oleh Crince Le Roy tersebut di Indonesia oleh Kuntjoro Purbopranoto dikembangkan menjadi 13 asas-asas umum pemerintahan yang baik (Pratiwi et al., 2016), yakni asas:

1. Kepastian hukum (principle of legal security);

2. Keseimbangan (principle of proportionality);

3. Kesamaan dalam mengambil keputusan (principle of equality);

4. Bertindak cermat (principle of carefulness);

5. Motivasi untuk setiap keputusan (principle of motivation);

6. Jangan mencampuradukkan kewenangan (principle of non misure of competence);

7. Permainan yang layak (principle of fair play);

8. Keadilan atau kewajaran (principle of reasonableness or prohibition of arbritariness);

9. Menanggapi pengharapan yang wajar (principle of meeting raised expectation);

10. Meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal (principle of undoing the consequences of annulled decicion);

(5)

11. Asas perlindungan atas pandangan hidup (principle of protecting the personal way of life);

12. Kebijaksanaan (principle of sapientia); dan

13. Penyelenggaraan kepentingan umum (principle of public service).

Dalam perkembangannya, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dalam hal ini UU PTUN 2004, UU Anti KKN 1999, UU Administrasi Pemerintahan 2014, UU Pelayanan Publik 2009, UU Ombudsman 2008, UU Pemda 2014, dan UU ASN 2014 yang dianggap sebagai undang-undang yang mewakili dan karenaadanya kesamaan rezim hukum dari ketujuh UU tersebut maka dirumuskan 13 asas-asas yang menjadi butir dalam AAUPB yaitu:

1. Asas Kepastian Hukum;

2. Asas Kepentingan Umum;

3. Asas Keterbukaan;

4. Asas Kemanfaatan;

5. Asas Ketidakberpihakan / tidak diskriminatif;

6. Asas Kecermatan;

7. Asas Tidak menyalahgunakan kewenangan;

8. Asas Pelayanan yang baik;

9. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara;

10. Asas Akuntabilitas;

11. Asas Proporsionalitas;

12. Asas Profesionalitas;

13. Asas Keadilan. (Pratiwi et al., 2016)

Good Governance

Sejak pertama kali dikenalkan pada akhir tahun 1980-an, konsep Good Governance menjadi salah satu acuan utama yang diterapkan oleh seluruh negara- negara di dunia khususnya negara-negara berkembang dalam upaya memperbaiki

(6)

sistem tata kelola pemerintahannya. Penerapan Good Governance pada akhirnya menjadi indikator dasar bagi negara-negara maju dan atau perusahaan-perusahaan besar untuk melakukan kerjasama dan juga investasi pada negara-negara berkembang dan juga negara tertinggal. Setidaknya negara yang menerapkan Good Governance mendapatkan tingkat kepercayaan lebih atau sebagai jaminan bahwa kerjasama ataupun investasi yang akan dilakukan jauh lebih aman dan terkontrol.(Rahimallah, 2022b)

World Bank sebagai lembaga donor memberikan bantuan kepada negara- negara untuk membangun kapasitas institusi untuk kepentingan jaminan investasi/pinjaman mengemukakan bahwa prinsip-prinsip Good Governance adalah transparancy, accountability, predictability yang sama dengan rule of law dan participation (Tjokroamidjojo, 2002) Sedangkan menurut UNDP, prinsip- prinsip Good Governance adalah sebagai berikut:

1. Wawasan ke Depan (visionary);

2. Keterbukaan dan Transparansi (openness and transparency);

3. Partisipasi Masyarakat (participation);

4. Tanggung Gugat (accountability);

5. Supremasi Hukum (rule of law);

6. Demokrasi (democracy);

7. Profesionalisme dan Kompetensi (profesionalism and competency);

8. Daya Tanggap (responsiveness);

9. Keefisienan dan Keefektifan (efficiency and effectiveness);

10. Desentralisasi (decentralization);

11. Kemitraan dengan Dunia Usaha Swasta dan Masyarakat (private Sector and civil society partnership);

12. Komitmen pada Pengurangan Kesenjangan (commitment to reduce Inequality);

(7)

13. Komitmen pada Lingkungan Hidup (commitment to environmental protection);

14. Komitmen Pasar yang Fair (commitment to Fair Market); (Smith, 2007)

Selanjutnya LAN dan BPKP meramu konsep-konsep tersebut dan menentukan bahwa ada sembilan prinsip utama penerepan Good Governance, yaitu:

1. Partisipasi Masyarakat.

2. Supremasi Hukum.

3. Transparansi.

4. Stakeholder.

5. Berorientasi pada Konsensus.

6. Kesetaraan.

7. Efektifitas dan Efisiensi.

8. Akuntabilitas.

9. Visi Strategis.(Dwiyanto, 2021)

Hubungan antara AAUPB dengan Good Governance

AUPB mempunyai kaitan erat dengan istilah Good Governance. Safri Nugroho (Nugraha, 2006) mengartikan Good Governance sebagai

“kepemerintahan yang baik”. Kepemerintahan yang baik atau Good Governance menurut Safri Nugroho dapat dilihat sebagai kata-kata atau istilah biasa yaitu kepemerintahan yang baik atau label konsep khususnya pada konsep Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB) dan Good Governance. Di dalam perkembangannya prinsip-prinsip Good Governance bergeser ke arah atau diperkaya oleh penerapan atau best practice berbagai prinsip manajemen. Gejala ini menunjukkan bahwa Hukum Administrasi Negara memang selalu berkembang

(8)

pada setiap waktu untuk dapat dipakai sebagai pedoman di dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Perkembangan konsep Good Governance sebetulnya merupakan aspek dinamis dari administrasi negara pada setiap saat yang selalu dihadapkan pada tantangan untuk melakukan perubahan di bidang administrasi negara utamanya pada tata kelola penyelenggaraan pemerintahan. Pada konsep ini terkandung makna ditinggalkannya monopoli pemerintah terhadap penyelenggaraan negara.

Di sini ada makna “partnership” atau kerja sama antara sektor publik yang dalam hal ini dilaksanakan oleh pemerintah/ negara, dengan sektor swasta atau dunia usaha dan masyarakat.

Penerapan konsep Good Governance pada hakikatnya dimaksudkan untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang solid, efisien dan efektif. Dalam konsep “Good Governance” terkandung makna ditinggalkannya monopoli Pemerintah, dan diikembangkannya partnership pengelolaan negara antar sektor publik, yaitu oleh: 1) Negara/Pemerintah, dengan b) swasta dan c) masyarakat.

Jadi, Good Governance ditandai dengan hubungan yang sinergis dan konstruktif antara ketiga pihak tersebut, yang oleh kalangan pakar disebut sebagai pilar-pilar Good Governance.

Seiring berkembangnya konsep Good Governance, asas-asas umum pemerintahan yang baik juga diberlakukan bagi sektor swasta dan masyarakat. Hal ini dikarenakan pada dasarnya wujud Good Governance adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab serta efisien dan efektif, dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat. Ada tiga aktor yang terkait di dalam konsep governance, yakni negara, sektor swasta dan masyarakat. Adapun yang dimaksudkan dengan Good Governance adalah hubungan sinergis dan konstruktif antara ketiga sektor tersebut. Dengan demikian, yang disebut dengan Good Governance sesungguhnya adalah koordinasi bahkan sinergis kepengelolaan yang

(9)

baik antara governance di sektor publik (pemerintahan) dengan governance di sektor masyarakat, terutama swasta, sehingga dapat dihasilkan transaksional output melalui mekanisme pasar yang paling ekonomis dari kegiatan masyarakat.

Oleh karena itu, dalam Good Governance tidak saja dituntut suatu birokrasi publik yang efisien dan efektif, melainkan juga good governance pada sektor swasta yang efisien dan kompetitif.

Dalam sistem kepemerintahanan yang baik, sinergi tersebut mengusung prasyarat nilai-nilai dasar atau prinsip yang bersifat universal maupun kondisional.

Karakteristik universal meliputi antara lain meliputi supremasi hukum, transparansi, profesionalitas, partisipasi, sensitivitas, dan akuntabilitas. Adapun karakteristik kondisional nasional disesuaikan dengan kultur masyarakat di suatu negara.

Perpaduan antara karakteristik tersebut, dalam konteks Indonesia antara lain disebut sebagai asas-asas penyelenggaraan negara, yang terdiri atas asas: (1) kepastian hukum; (2) kepentingan umum; (3) keterbukaan; (4) proporsionalitas;

(5) profesionalitas; dan (6) akuntabilitas.(Nugraha, 2006)

AUPB secara prinsipil identik dengan nilai-nilai dasar Good Governance.

Meski demikian, terdapat perbedaan di antara keduanya yang terletak pada rentetan kehadirannya. Kalau prinsip-prinsip Good Governance menjadi prasyarat bagi terciptanya tata pengelolaan negara yang sinergik dan konstruktif, maka asas- asas umum pemerintahan yang baik/AUPB merupakan prasyarat bagi terwujud/terformulasikannya Keputusan Administrasi Negara termasuk terwujudnya kebijakan publik/peraturan perundang-undangan yang baik. Dengan demikian, tantangannya adalah bagaimana keberadaan prinsip-prinsip Good Governance diakui secara yuridis formal, agar memiliki kekuatan hukum secara formal.

(10)

Referensi

Dwiyanto, A. (2021). Mewujudkan good governance melalui pelayanan publik.

books.google.com.

https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=fV0XEAAAQBAJ&oi=fnd

&pg=PA1&dq=akuntabilitas+dan+good+governance&ots=jO5wIHAhcO&s ig=Ia6VX2r44Qni2r2KvRER_WwfF4U

Hadjon, P. M. (1993). Pengantar Hukum Administrasi. In Gajah Mada University, Yuridika, Majalah Fakultas ….

Kusdarini, E. (2019). Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik Dalam Hukum

Administrasi Negara. In UNY Press.

https://www.google.co.id/books/edition/Asas_Asas_Umum_Pemerintahan_Y ang_Baik_Da/9AcREAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0

Marbun, S. F. (2001). eksistensi asas-asas umum penyelenggaraan pemerintahan yang layak dalam menjelmakan pemerintahan yang baik dan bersih di Indonesia. In Disertasi, Program Pasca Sarjana Universitas ….

Nugraha, S. (2006). Hukum Administrasi Negara dan Good Governance. In Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Hukum ….

Pratiwi, C. S., Purnamawati, S. A., Fauzi, F., & Purbawati, Y. (2016). Penjelasan Hukum Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik. eprints.umm.ac.id.

https://eprints.umm.ac.id/79126/1/Pratiwi Purnamawati Fauzi Purbawati - Pemerintahan.pdf

Prio, T. (2022). Hukum Tata Pemerintahan - Disampaikan pada perkuliahan kelas doktoral Ilmu Pemerintahan IPDN. IPDN.

Rahimallah, M. T. A. (2022a). HUKUM DAN RELASI PEMERINTAHAN (PEMERINTAH DAN YANG DIPERINTAH). https://doi.org/DOI 10.17605/OSF.IO/BW5D2

Rahimallah, M. T. A. (2022b). PENGELOLAAN MINERBA DALAM PERSEPEKTIF GOOD GOVERNANCE (TINJAUAN TEORITIK DAN NORMATIF).

(11)

https://doi.org/10.17605/OSF.IO/7M4GJ

Smith, B. (2007). Good governance and development. books.google.com.

https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=TSNIEAAAQBAJ&oi=fnd&

pg=PP1&dq=good+governance+undp&ots=IfJp6ysicO&sig=SuR8HzkwW Uy807m7rPr9SuILw3w

Tjokroamidjojo, B. (2002). Good governance: paradigma baru manajemen

pembangunan. digilib.fisipol.ugm.ac.id.

http://digilib.fisipol.ugm.ac.id/handle/15717717/10362

View publication stats

Referensi

Dokumen terkait

Didalam Hukum Internasional terdapat hukum yang mengatur kepentingan negara dan warga negaranya, yaitu hukum internasional public yang lazim disebut hukum

Asas ini menyatakan bahwa demi kepastian hukum, setiap keputusan tata usaha negara yang dikeluarkan harus dianggap benar menurut hukum, karenanya dapat dilaksanakan lebih

Dalam konteks Mekanisme Seleksi Dewan Pengawas KPK ini, digunkan dua asas yng sudah diderivasi dari Nilai Cita Hukum Pancasila yaitu asas negara hukum material atau negara

tercapai asas keadilan, asas manfaat dan asas kepastian hukum khususnya yang berkaitan dengan tindak pidana penipuan ex Pasal 378 KUHP. Secara yuridis hal ini

Berdasarkan asas kepastian (certainty) penarikan pajak oleh negara (fiskus) kepada wajib pajak harus dilakukan dengan kepastian hukum berdasarkan peraturan tertulis dalam suatu

S.: Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investor Di Dalam Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering) Di Indonesia, 2002... S.: Jaminan Kepastian Hukum Bagi Investor Di Dalam

Kepastian hukum, yaitu mengutamakan landasan peraturan perundangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara. Tertib penyelenggaraan negara,

 Mochtar Kusumaatmaja, hukum internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara dengan negara,