• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Asupan Makan Malam, Sarapan Pagi dan Aktifitas Fisik dengan Status Gizi Lebih (Overweight) IMT/ U

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Hubungan Asupan Makan Malam, Sarapan Pagi dan Aktifitas Fisik dengan Status Gizi Lebih (Overweight) IMT/ U "

Copied!
74
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Pertanyaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

  • status Gizi
  • Sarapan
  • Asupan Makan
  • Aktifitas Fisik
  • Kerangka Teori

Berdasarkan beberapa penelitian terungkap bahwa aktivitas fisik dengan intensitas yang cukup selama 60 menit dapat menurunkan berat badan dan mencegah kenaikan berat badan kembali (Mulyadi et al. 2013). Ketidakaktifan fisik (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan dianggap sebagai penyebab utama kematian di seluruh dunia (WHO, 2010).

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

Kerangka Konsep

Definisi operasional

Ada hubungan antara asupan makan malam dengan IMT remaja usia 13-15 tahun di SMP Katolik Ricci 1 Terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan IMT remaja usia 13-15 tahun di SMP Katolik Ricci 1 . hubungan aktivitas fisik dengan IMT/U overweight pada remaja usia 13-15 tahun di SMP Katolik Ricci 1.

Hubungan asupan makan malam, sarapan dan aktivitas fisik dengan status gizi IMT/Remaja usia 13-15 tahun di SMA Katolik Ricci 15 tahun di SMA.

Hipotesis

METODE PENELITIAN

Jenis dan Desain Penelitian

Tempat dan Waktu Penelitian

Subjek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan desain studi kasus kontrol menggunakan data primer untuk mendeskripsikan asupan makan berlebih pada malam hari dan kebiasaan sarapan pagi sebagai faktor risiko terjadinya gizi lebih pada remaja usia 13-15 tahun di SMP Katolik Ricci 1 Glodok Jakarta Barat. DKI Jakarta Tahun 2018 Dari hasil rumus diatas diperoleh estimasi sampel minimal yang akan diambil adalah 33 siswa dari total kasus yang terjadi di lokasi penelitian dan jumlah kasus kontrol mengikuti jumlah kasus sampel dengan perbandingan 1:1 yaitu sama dengan 33 siswa kontrol, sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 66 siswa.

Teknik Pengambilan Sampel

Prosedur Pengumpulan data

Data primer : merupakan data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti sendiri, yaitu seperti: data karakteristik siswa: umur (tahun), jenis kelamin, berat badan (Kg), tinggi badan (cm), kecukupan energi total harian (Kkal), kecukupan gizi makro per hari (protein, lemak, karbohidrat dalam satuan gram) dan aktivitas fisik siswa, data diperoleh dengan menggunakan alat penelitian sebagai berikut. Pengukuran antropometri siswa dengan mengumpulkan data berat badan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,1 kg dan tinggi badan menggunakan microtoise. Pengukuran dengan mengisi Physical Activity Questionnaire (PAQ) yang memiliki nilai kepercayaan = 0,721 > 344 (reliabel) dan validitas = 0,586 > 344 (valid) (Erwinanto, 2017) dengan penilaian tingkat aktivitas fisik yang dilakukan sesuai dengan tabel peringkat, sebagai berikut.

Prosedur Penelitian

Pelaksanaan : Setelah mendapat izin dan melakukan pertemuan 2 enumerator, peneliti mengumpulkan data berat badan dan tinggi badan, setelah menentukan sampel penelitian berdasarkan screening gizi, selanjutnya menentukan sampel penelitian berdasarkan pencocokan jenis kelamin antara kelompok kasus dan kelompok kontrol, selanjutnya wawancara akan dilakukan pada sampel terpilih yang memenuhi syarat dan telah menandatangani informed consent, wawancara meliputi survei asupan makanan sehari-hari, kebiasaan sarapan dan aktivitas fisik.

Analisis Data

O = Frekuensi teramati untuk setiap kategori E = Frekuensi yang diharapkan untuk setiap kategori Keputusan yang diambil dari hasil uji Chi Square adalah. Jika nilai P ≤ α Ho ditolak, maka ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat atau ada hubungan yang signifikan. Jika nilai P > α Ho gagal ditolak, maka tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat atau tidak ada hubungan yang signifikan.

Yakni status gizi IMT/H dengan jenis kelamin, asupan makan malam, asupan kalori harian dan makronutrien (protein, lemak dan karbohidrat), kebiasaan sarapan dan aktivitas fisik. Jika OR > 1, 95% CI tidak mengandung nilai 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti adalah faktor risiko.

Etik Penelitian

Asupan energi harian 8,6 kali lebih berisiko mengalami kegemukan BMI/U dibandingkan mahasiswa dengan asupan energi harian cukup (OR=8,6; 95% CI=0,9-74,5). Asupan lemak harian 8,7 kali lebih mungkin untuk mengalami kegemukan BMI/U dibandingkan responden dengan asupan lemak harian cukup (OR CI = 2,4-30,3). Asupan makan malam juga secara statistik berhubungan signifikan dengan kejadian BMI/U overweight pada remaja usia 13-15 tahun (p=0,000).

Asupan energi harian juga memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan prevalensi kegemukan BMI/U-remaja usia 13-15 tahun (p=0,017). Aktivitas fisik juga memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan prevalensi status BMI/U overweight pada remaja usia 13-15 tahun (p=0,022).

HASIL, PEMBAHASAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMP Katolik Ricci I adalah SMP swasta di Jakarta Barat yang berdiri pada tahun 1972 dan beralamat di Jalan Victory III No. Visi SMP Katolik Ricci I adalah terselenggaranya pendidikan yang membangun manusia yang berkarakter, berbudi pekerti dan beriman yang unggul, berlandaskan nilai-nilai Kristiani dan Spiritualitas Matteo Ricci. Kegiatan belajar mengajar di SMP Katolik Ricci I berlangsung 5 hari dalam seminggu dan dimulai pukul 07:00 WIB.

Fasilitas yang dimiliki SMP Katolik Ricci I antara lain: Ruang Kelas, Ruang Kepala Sekolah dan Ruang Tata Usaha/Administrasi, Ruang Guru, Perpustakaan, Laboratorium, Lapangan Olah Raga dan Gua Maria. Jumlah kelas di SMP Katolik Ricci I sebanyak 12 kelas, dengan rincian Kelas VII sebanyak 4 kelas, Kelas VIII sebanyak 4 kelas dan Kelas IX sebanyak 4 kelas.

Penelitian Pendahuluan

Asupan protein harian 20,8 kali lebih mungkin untuk menjadi BMI/H overweight dibandingkan dengan responden yang memiliki asupan protein harian yang cukup (OR CI=2,5-171). Asupan protein harian juga memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan kejadian BMI/U overweight pada remaja usia 13-15 tahun (p=0,000). Asupan lemak harian juga memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan kejadian BMI/U overweight pada remaja usia 13-15 tahun (p=0,000).

Asupan karbohidrat harian juga secara statistik berhubungan bermakna dengan kejadian BB/U kegemukan pada remaja usia 13-15 tahun (p=0,000). Terdapat hubungan antara asupan lemak dengan IMT/U kegemukan pada remaja usia 13–15 tahun dengan p value = 0,000 (OR = 8,7, 95% CI = 2,4–30), menunjukkan bahwa remaja dengan asupan lemak tinggi berisiko 8,7 kali lebih tinggi untuk mengalami obesitas. kelebihan berat badan menurut BMI/U.

Analisa Univairat

  • Karakteristik Responden Penelitian

Analisa Bivariat

  • Hubungan Antara Variabel Independen Dengan Variabel Dependen
  • Rangkuman Hasil Analisa Bivariat Yang Bermakna Secara Statistik

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa asupan makan malam memiliki hubungan yang bermakna dengan prevalensi BMI/A overweight (p=0,000). Selain itu, memiliki asupan makan siang yang lebih banyak memiliki risiko mengalami BMI/U overweight 12 kali lipat dibandingkan dengan remaja yang memiliki asupan makan siang yang cukup (OR CI=3.7-38.6). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa asupan energi memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian BMI/U overweight (p=0,024).

Selain itu, asupan karbohidrat harian meningkatkan risiko BMI/U kegemukan sebesar 11,1 kali dibandingkan responden dengan asupan karbohidrat harian cukup (OR CI = 3,1-39). Selain itu, aktivitas fisik yang rendah berisiko mengalami overweight IMT/U sebesar 4,1 kali dibandingkan responden dengan aktivitas fisik cukup (OR CI = 1,1-14,6).

Analisa Multivariat

Pembahasan

  • Hubungan Asupan Makan Malam dengan Status Gizi IMT/U
  • Hubungan Asupan Energi Sehari dengan Status Gizi IMT/U
  • Hubungan Asupan Protein dengan Status Gizi IMT/U
  • Hubungan Asupan Lemak Sehari dengan Status Gizi IMT/U
  • Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Status Gizi IMT/U
  • Hubungan Aktifitas Fisik Sehari dengan Status Gizi IMT/U
  • Hubungan Jenis Kelamin dengan Status Gizi IMT/U
  • Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi IMT/U

Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menunjukkan asupan energi harian memiliki risiko 8,6 kali lebih besar mengalami kegemukan BMI/A remaja usia 13-15 tahun dibandingkan dengan remaja yang memiliki asupan energi cukup (OR=8 .6 ; 95% CI = 0.9 -74). Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menunjukkan bahwa asupan protein harian memiliki risiko 20,8 kali lebih besar mengalami kegemukan IMT/A remaja usia 13-15 tahun dibandingkan dengan remaja yang memiliki asupan protein cukup (OR CI= 2,5-171). Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menunjukkan bahwa asupan lemak harian membawa risiko 8,7 kali lebih besar mengalami kegemukan BMI/A remaja usia 13-15 tahun dibandingkan dengan remaja yang memiliki asupan lemak cukup (OR CI= 2,4-30).

Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menunjukkan bahwa asupan karbohidrat harian memiliki risiko 11,1 kali lebih besar mengalami kegemukan BMI/A remaja usia 13-15 tahun dibandingkan remaja yang memiliki asupan karbohidrat cukup (OR CI= 3,2 -39,2) . Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang rendah memiliki risiko 4,1 kali lebih besar mengalami kegemukan IMT/U remaja usia 13-15 tahun dibandingkan remaja aktif.

Keterbatasan Penelitian

Ada hubungan aktivitas fisik dengan IMT/U kegemukan pada remaja usia 13-15 tahun dengan p value = 0,022 (OR = 4,1, CI 95%, artinya remaja dengan aktivitas fisik rendah berisiko 4,1 IMT/U Ada hubungan asupan makan malam dengan status gizi remaja overweight usia 13 sampai 15 tahun IMT/U dengan p value = 0,000 (OR= 12, 95% CI, menunjukkan bahwa remaja dengan asupan makan malam tinggi 12 kali lipat berisiko mengalami overweight IMT/ A Ada hubungan antara asupan energi dengan IMT/U kegemukan pada remaja usia 13–15 tahun dengan p value = 0,024, (OR = 8,6, 95% CI = 0,9–74), artinya remaja dengan asupan energi tinggi memiliki risiko 8,6 kali lebih besar kelebihan berat badan dengan BMI/U.

Ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan IMT/U overweight remaja usia 13-15 tahun, dengan p value = 0,000, (OR CI artinya remaja dengan asupan karbohidrat tinggi memiliki risiko 11,1 kali lebih besar untuk menjadi status gizi di atas (overweight) IMT /U.Faktor yang berhubungan dengan status gizi remaja usia 12-15 tahun di Indonesia tahun 2007 (Analisis Data Riskesdas 2007).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian dan analisis hubungan antara asupan makan malam, kebiasaan sarapan dan aktivitas fisik pada BMI/U remaja usia 13-14 tahun, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah sampel sebanyak 66 siswa yang masing-masing dibagi menjadi 33 siswa dengan IMT. /U status gizi (overweight) dan 33 siswa dengan status gizi IMT/U normal. Kedua kelompok tersebut dicocokkan sehingga masing-masing dibagi menjadi siswa laki-laki dan perempuan dengan jumlah yang sama, yaitu 22 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan untuk kelompok kasus dan kontrol.

Remaja usia 13-15 tahun dengan asupan makan malam yang cukup memiliki risiko 9,8 kali lebih rendah untuk mengalami kelebihan berat badan (BMI/U-overweight). Remaja usia 13-15 tahun yang memiliki asupan protein dan lemak berlebih masing-masing memiliki risiko 16,7 kali lipat dan 5,6 kali lipat mengalami kelebihan berat badan (BMI/U).

Saran

Hubungan Asupan dan Makronutrien dengan Status Gizi Siswa SMP Negeri 13 Kota Manado. Hubungan kebiasaan olahraga dan konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi lebih pada remaja di SMA Labschool Kebayoran Baru Jakarta Selatan Tahun 2016. Hubungan kebiasaan sarapan pagi dan kebiasaan jajan dengan status gizi anak sekolah dasar di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.

Deskripsi dan faktor yang berhubungan dengan night eating syndrome pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok tahun 2012. Hubungan asupan makronutrien dengan kejadian obesitas pada remaja usia 13-15 tahun di provinsi DKI Jakarta (Analisis Data Sekunder RISKS 2010). Selamat pagi, Berkaitan dengan penelitian yang berjudul Kasus Hubungan Asupan Makan Malam, Sarapan Dan Aktivitas Fisik Dengan Gizi Lebih BMI/U Remaja Usia 13-15 Tahun Di SMP Katolik Ricci 1, wawancara dan data akan dikumpulkan melalui kuesioner serta menimbang dan mengukur tinggi badan siswa SMP Ricci 1.

Oleh karena itu, kami mengharapkan partisipasi responden dalam penelitian ini, dimana setelah pemeriksaan antropometri dengan menimbang dan mengukur tinggi badan, kami akan menilai bagaimana asupan energi untuk makan malam, sarapan pagi, aktivitas fisik dan status gizi berdasarkan indeks massa tubuh saat ini.

Lampiran 6. Grafik Pertumbuhan CDC Laki – laki
Lampiran 6. Grafik Pertumbuhan CDC Laki – laki

Gambar

Tabel 2 X 2 Untuk Odds Ratio  IMT/ U
Lampiran 6. Grafik Pertumbuhan CDC Laki – laki
Lampiran 7. Grafik Pertumbuhan CDC Perempuan

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Asupan Lemak, Kolesterol Dan Status Gizi Dengan Kadar Kolesterol Pasien Hiperkolesterolemia Rawat Jalan Di Rsud Dr.. Hubungan Asupan Lemak, Kolesterol Dan