• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Dukungan Orang Tua dengan Kecemasan Remaja Putri dalam Menghadapi Perubahan Fisik pada Masa Pubertas

N/A
N/A
Beatrix Adelaide. S

Academic year: 2024

Membagikan "Hubungan Dukungan Orang Tua dengan Kecemasan Remaja Putri dalam Menghadapi Perubahan Fisik pada Masa Pubertas"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Husada

8 HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN KECEMASAN

REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN FISIK PADA MASA PUBERTAS SISWI SMP NEGERI 1 DEPOK

SLEMAN YOGYAKARTA

Siti Uswatun Chasanah1, Novita Sekarwati2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Husada 1,2)

e-mail: uswatunwirahusada@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Pubertas merupakan suatu perubahan fisik yang terjadi secara biologis yang terjadi pada usia remaja yang ditandai dengan kematangan organ seks primer dan sekunder. Masalah pubertas pada remaja juga menimbulkan masalah kecemasan, oleh karena itu dukungan orang tua sangat dibutuhkan oleh remaja dalam menghadapi pubertas. Kurangnya informasi dan pengetahuan membuat remaja mengalami kecemasan dalam masa pubertas. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dukungan orang tua dengan kecemasan remaja putri dalam menghadapi perubahan fisik pada masa pubertas. Metode penelitian dalam penelitian ini rancangan cross sectional, dengan jumlah sampel yaitu 53 siswa, dan analisis data menggunakan person product moment.

Hasil penelitian ini yaitu dukungan orang tua dalam menghadapi perubahan fisik pada masa pubertas dengan kategori rendah 32 siswa (60,4%) akan tetapi hasilnya berbanding terbalik dengan tingkat kecemasan remaja pada masa pubertas. Tingkat kecemasan remaja saat masa pubertas rendah yaitu 32 siswa (60,4%). Dan hasil analisis didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua dengan kecemasan remaja putri dalam menghadapi perubahan fisik pada masa pubertas siswi kelas 8 SMP Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. Nilai correlation: - 0.104, sig ρ value 0.458 (> 0.05). Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua dengan kecemasan remaja putri dalam menghadapi perubahan fisik pada masa pubertas siswi kelas 8 SMP Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta.

Kata kunci :

Pubertas, Kecemasan, Remaja

ABSTRACT

Background: Puberty is a physical change that occurs biologically during adolescence, which is marked by the maturity of the primary and secondary sex organs. Puberty problems in teenagers also cause anxiety problems, therefore parental support is really needed by teenagers in facing puberty. Lack of information and knowledge makes teenagers experience anxiety during puberty. The aim of this research is to determine parental support for adolescent girls' anxiety in dealing with physical changes during puberty. The research method in this study was a cross sectional design, with a sample size of 53 students, and data analysis using person product moment. The results of this research are parental support in dealing with physical changes during puberty with 32 students (60.4%) in the low category, but the results are inversely proportional to the level of adolescent anxiety during puberty. The level of adolescent anxiety during puberty was low, namely 32 students (60.4%). And the results of the analysis showed that there was no significant relationship between parental support and anxiety among young women in facing physical changes during puberty for grade 8 female students at SMP Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. Correlation value: - 0.104, sig ρ value 0.458 (> 0.05). The conclusion in this study is that there is no significant relationship between parental support and anxiety among young women in facing physical changes during puberty for grade 8 female students at SMP Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta.

.

Keywords :

Puberty, Anxiety, Teenagers

PENDAHULUAN

Menurut WHO (2018), remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10- 19 tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) tentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah (Kemenkes RI, 2012). Masa ini merupakan periode persiapan menuju masa dewasa yang akan melewati beberapa tahapan

perkembangan penting dalam hidup. Seiringnya perkembangan biologis, remaja putri akan menjalani suatu fase dimana remaja akan mencapai tahapan kematangan organ seksual yang memiliki kemampuan untuk bereproduksi yang disebut dengan pubertas. Pubertas pada remaja putri dapat ditandai dengan perubahan hormonal yang menyebabkan datangnya menstruasi pertama kali atau yang disebut dengan menarche menurut (Solihah dalam Abadi dkk., 2015).

(2)

Hubungan Dukungan Orang Tua Dengan Kecemasan Remaja Putri Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas siswi SMP Negeri 1 depok sleman Yogyakarta | 9 Pubertas merupakan suatu tahapan yang

sangat penting bagi semua wanita di dunia, dimana adanya periode pubertas yang terjadi yaitu perubahan dari masa anak menjadi dewasa, perubahan itu dari ketidakmatangan fisik dan seksual menjadi kematangan fisik dan seksual, dan fase kematangan fisik dan seksual dapat membuat organ reproduksi seorang remaja dapat berfungsi untuk bereproduksi, Perubahan tersebut meliputi perubahan hormon, perubahan fisik, perubahan psikologi dan social (Verawati dan Liswidyawati, 2012).

Perubahan fisik pubertas yaitu terjadinya perubahan secara biologis yang ditandai dengan kematangan organ seks primer dan sekunder, dimana kondisi tersebut dipengaruhi oleh kematangan hormon seksual (Nirwana, 2011).

Tidak sedikit anak yang baru memasuki masa puber membayangkan penampilan dirinya yang telah ideal bila mereka telah mencapai dewasa.

Anak cemas akan bagian fisik yang kelihatan berbeda, remaja melihat bahwa salah satu ciri fisik tertentu sangat kurang, atau tidak sesuai dengan kelompok seksnya. Dalam hal ini, kecemasan anak perempuan lebih besar daripada anak laki-laki (Herman, 2011)

Perubahan pada masa pubertas harus diimbangi oleh informasi, tanpa informasi yang tepat tentunya rasa cemas yang dimiliki remaja putri semakin besar. Kecemasan dipengaruhi kurangnya informasi.Hal ini dapat ditunjukkan bahwa (53,9%) responden tidak pernah mendapat informasi tentang perubahan fisik pada masa pubertas. Pada kecemasan ringan siswi mampu mengambil langkah untuk mengatasi kecemasan mereka salah satu contoh yaitu meningkatkan pemahaman tentang perubahan fisik masa pubertas dan mencari motivasi dari teman sebaya (Khaleghparast, et al, 2016).

Kecemasan muncul sebagai akibat dari adanya respon terhadap kondisi stres atau terjadinya konflik. Hal tersebut biasa terjadi pada seseorang jika sedang mengalami perubahan keadaan dalam hidupnya dan dituntut untuk mampu berdaptasi. Kecemasan yang dialami remaja karena ketidaktahuan mengenai apa yang terjadi pada dirinya biasanya disebabkan karena sebagian orangtua masih merasa tabu dalam memberikan pendidikan seks pada anaknya (Aryani,dkk : 2015).

Pendidikan seks atau pendidikan mengenai perilaku seks serta kesehatan reproduksi sudah seharusnya diberikan kepada anak masa awal pubertas baik melalui pendidikan formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah seks bebas, biasanya seks education maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi terhadap anak, dimana anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan seks education

yang disebabkan oleh orang tua yang masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adalah hal yang tabuh (Aryan, dkk 2015) Jumlah remaja di dunia sekarang yang berusia 15-24 tahun yaitu 1,2 milyar jumlah ini akan naik 14% dari 16% atau sekitar 1,4 milyar menurut World Population Data Sheet from the Population Reference Bureau (2017).

Dari latar belakang tersebut maka penelitian ini dilakukan oleh peneliti untuk melihat adakah hubungan dukungan orang tua dengan kecemasan remaja putri dalam menghadapi perubahan fisik pada masa pubertas.

.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah Kuantitatif dengan metode penelitian survey. Dengan rancangan cross sectional yaitu antara variabel Independent dan variabel Dependent diukur pada waktu dan tempat yang bersamaan (Notoadmodjo, (2012)

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. Dengan populasi 112 Siswa dan didapatkan sampel yaitu sebanyak 53 siswa dengan jenis kelamin perempuan, berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, dan dianalisis dengan

pearson product moment.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1) HASIL

Hasil dalam penelitian ini dipaparkan dalam analisis univariat dan analisis bivariat.

1. Analisis Univariat

Tabel 1

Distribusi frekuensi antara hubungan dukungan orang tua dengan kecemasan

remaja putri dalam menghadapi perubahan fisik pada masa pubertas

Variabel Kategori n % Dukungan

Orang Tua

Tinggi Rendah

21 32

39,4 60,4 Kecemasan

remaja

Tinggi Rendah

21 32

39,4 60,4

Total 53 100

2. Analisis Bivariat.

Tabel 2

Tabulasi silang antara hubungan dukungan orang tua dengan kecemasan remaja putri dalam menghadapi perubahan fisik pada masa

pubertas Kecemasan remaja Dukungan

orang tua

Tinggi Rendah Total (n) (%) (n) (%) (n) (%)

(3)

Hubungan Dukungan Orang Tua Dengan Kecemasan Remaja Putri Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas siswi SMP Negeri 1 depok sleman Yogyakarta | 10 Tinggi 7 13,2 14 26,5 21 39,6

Rendah 14 26,5 18 34,0 32 60,4 Total 21 39,6 32 60,5 53 100

2) PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat bahwa semakin rendah dukungan yang diberikan orangtua kepada siswi SMP Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta maka semakin rendah kecemasan siswi dalam menghadapi perubahan fisik masa pubertasnya. Dukungan orangtua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan yang diberikan oleh orangtua kepada anak yang membuat anak merasa disayangi dan dicintai.

Dukungan orangtua tersebut meliputi dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan penghargaan.

1. Dukungan orang tua

a. Pada variabel dukungan orangtua memiliki 4 dimensi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Adapun dimensi tertinggi pada variabel dukungan orangtua adalah dimensi informasi dimana orang tua memberikan informasi, nasehat, petunjuk, saran, untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh anaknya. Sebanyak 40 responden (75,48%) menyatakan selalu pada item nomor 16 “Orang tua memberitahu saya cara menjaga kebersihan saat menstruasi”. Infomasi yang diberikan orang tua cara menggunakan pembalut yang baik, rajin membersihkan bagian alat vital dengan air bersih. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar (75,48%) orang tua mengerti akan tanggungjawabnya dalam memberikan penjelasan mengenai menstruasi agar anak lebih mengerti dan siap menghadapinya. Kehadiran orang lain terutama orang tua menjadi sangat penting karena secara umum individu tidak dapat menyediakan dan memenuhi kebutuhannya sendiri. Indriyani (2015) menjelaskan dukungan informasi yang bisa diberikan kepada remaja putri menarche adalah dengan memberikan nasehat dan saran mengenai kejadian menarche agar bisa terhindar dari kecemasan berlebih.

Apollo (2012) mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan hubungan yang bersifat menolong dan mempunyai nilai khusus bagi penerimanya. Cara untuk menghindari masalah pada remaja adalah orangtua harus menyisihkan waktunya untuk melakukan aktifitas bersama dengan anak remajanya (Rozack, 2017).

Permasalahan yang kompleks seringkali

menempatkan remaja pada situasi yang sulit, hal ini mengakibatkan anak yang pada masa pubernya tidak mendapatkan pengetahuan dengan cara yang benar atau secara psikologis tidak dipersiapkan tentang perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang terjadi, akan dapat berakibat menjadikan suatu pengalaman yang traumatis bagi remaja. Oleh karena itu pengetahuan tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi bagi remaja sangatlah penting. Dimana pengetahuan ini harus diperoleh dengan cara yang benar dan kompleks, sehingga tanggungjawab yang harus diselesaikan dalam tahap perkembangannya tidak mereka hadapi dengan perasaan takut dan cemas (Rahma, 2009: 1). Caplan dalam Friedman (2010) bagi seorang anak, dukungan atau support dari orang lain atau orang terdekat sangat penting karena dapat menurunkan rasa kecemasan yang dialaminya dalam menghadapi perubahan fisik masa pubertas.

b. Dimensi kedua adalah dimensi dukungan penghargaan yaitu dukungan ini terjadi lewat ungkapan hormat orang tua terhadap prestasi yang diraih oleh siswa dan penghargaan positif yang diberikan orang tua terhadap anaknya. Sebanyak 37 responden (69,81%) menyatakan selalu pada item nomor 23 “orang tua saya bersyukur karena saya telah mendapatkan menstruasi sebagai hal yang normal yang terjadi pada perempuan” anak akan merasa percaya diri dengan keadaan nya jika orang tua selalu menerima keadaan anaknya khususnya ketika anak mulai beranjak ke masa remaja, orang tua memberikan dukungan dengan membesarkan hati anaknya dengan mengatakan bahwa menstruasi bukanlah penyakit, menstruasi hal wajar yang dialami oleh semua wanita. Pubertas adalah tanda yang paling penting dimulainya masa remaja, yang merupakan cepat pada kematangan fisik yang meliputi hormonal yang terutama terjadi pada masa remaja awal. Pada wanita pubertas terjadi di antara usia 8-14 tahun (NHS Choices dalam Margaret Perry, 2012). Penyebab munculnya pubertas adalah hormone yang di pengaruhi oleh hipofisis ( pusat dari seluruh sistim kalenjar penghasil hormone tubuh). Pubertas terjadi Karena tubuh mulai memproduksi hormone hormone seks sehingga alat reproduksi telah berfungsi serta tubuh mengalami perubahan (Norman, 2018). Penelitian ini

(4)

Hubungan Dukungan Orang Tua Dengan Kecemasan Remaja Putri Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas siswi SMP Negeri 1 depok sleman Yogyakarta | 11 sejalan dengan (Sakina, 2016) Diketahui

bahwa dukungan penghargaan orang tua terhadap perubahan fisik pubertas di Manggung Caturtunggal Depok Sleman menunjukkan dukungan baik yaitu sebanyak 33 responden (56,9%). Namun dari hasil yang didapatkan data yang menunjukkan ada beberapa dukungan dari orang tua sebagian kurang yaitu orang tua tidak mengetahui jadwal menstruasi anak tiap bulan dan tidak memberi pujian saat anak sudah bisa mencuci bra sendiri tanpa menggunakan mesin cuci. Wujud dari dukungan penilaian orang tua adalah orang tua memberikan pujian dan penghargaan atas pencapaian yang dapat berpengaruh bagi anak pada saat pubertas (House dalam Setiadi, 2008). Menurut Caplan dalam Friedman (2010) orangtua bertindak sebagai pembimbing dan bimbingan umpan balik, memecahkan masalah, dan sebagai sumber validator identitas anggota dalam keluarga.

c. Kemudian persentase terendah pada variabel dukungan orangtua pernyataan dukungan emosional sebanyak 25 responden (47,16%) pada item nomor 5.

Responden menyatakan kadang kadang saja “mendapatkan kebebasan dalam bergaul”. Ketika anak mulai beranjak remaja hingga dewasa pergaulannya semakin luas, rasa ingin tahu akan sesuatu, mencoba akan hal yang baru, dengan perkembangan zaman sekarang yang semakin modern akan menjadi tantangan besar bagi anak remaja putri, orang tua membatasi anak remaja putri dalam bergaul karena orang tua khawatir jika terjadi hal yang tidak diinginkan pada anaknya, orang tua juga wajib memberikan informasi tentang pergaulan bebas karena orang tua dan keluarga yang paling dekat dengan anak. Orang tua juga bisa

memberikan penegasan

kepada anak bahwa

agama membolehkan kita bergaul tetapi ada batasannya. Dukungan emosional keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Dukungan emosional melibatkan ekspresi empati, perhatian, pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta, atau bantuan emosional (Friedman, 2013). Dengan semua tingkah laku yang

mendorong perasaan nyaman dan mengarahkan individu untuk percaya bahwa ia dipuji, dihormati, dan dicintai, dan bahwa orang lain bersedia untuk memberikan perhatian (Sarafino, & Smith 2011)

2. Kecemasan remaja putri

a. Pada variabel kecemasan terdapat 4 dimensi yang telah dijelaskan sebelumnya.

Adapun dimensi tertinggi pada variabel kecemasan adalah dimensi kognitif seperti khawatir tentang sesuatu, ketakutan akan kehilangan kontrol, ketidak mampuan untuk mengatasi masalah, merasa sulit memfokuskan pikiran dan sulit berkonsentrasi. Sebanyak 20 responden (37,73%) menyatakan selalu pada item nomor 4 ”saya lebih memperhatikan penampilan saya dan suka bercermin”.

Remaja yang sedang berada pada masa puber tidak jarang selalu mengecek penampilannya dengan bercermin, tidak jarang mereka membawa sisir maupun bedak di sekolah maupun ditempat umum lain.

(Harter, 1990a, dalam APA, 2002) Seiring perkembangan pembentukan harga diri (self esteem), kognitif (kemampuan berpikir) remaja juga berkembang. Mereka mulai bisa menarik kesimpulan dan membuat hipotesa. Tidak lagi seperti anak-anak yang hanya bisa memahami sebatas apa yang mereka lihat, mereka pun menggunakan kemampuan kognitif ini untuk menarik kesimpulan tentang dirinya. Namun, karena kemampuan menarik kesimpulan ini baru berkembang, terkadang remaja menarik kesimpulan yang tidak sepenuhnya tepat.

Misalnya, dari antara semua aspek dirinya, remaja seringkali menentukan

“keberhargaan dirinya” dengan menilai: penampilan fisik, terutama untuk wanita. Jadi, jika ia menilai penampilannya jelek, ia akan cenderung menilai negatif seluruh aspek dirinya.

Padahal bisa saja sebenarnya ia memiliki keterampilan bermain musik atau matematika yang baik. Di sisi lain, jika ia menilai penampilannya menarik, maka ia cenderung menilai positif seluruh aspek dirinya. Inilah kenapa penilaian tentang penampilan diri remaja menjadi sangat penting.

Selain itu, remaja juga punya cara berpikir yang khas, yaitu kesadaran diri yang bertambah tinggi yang menganggap semua orang tertarik pada mereka, yang disertai munculnya perasaan unik dan

(5)

Hubungan Dukungan Orang Tua Dengan Kecemasan Remaja Putri Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas siswi SMP Negeri 1 depok sleman Yogyakarta | 12 tidak terkalahkan dan cenderungan

berpikir bahwa dirinya merupakan pusat perhatian orang orang di sekelilingnya.

Oleh karena itu, mereka pun semakin memperhatikan penampilannya karena mereka pikir, penampilan mereka sangat dinilai oleh orang lain (meskipun tidak selalu demikian). Jadi Penampilan menjadi penting pada masa remaja karena:

menjadi salah satu tolak ukur utama merasa diri berharga yang cenderung menetap hingga dewasa, menjadi salah satu kriteria yang diperlukan untuk bisa masuk dalam kelompok sosial tertentu, dan penampilan menjadi sarana remaja menunjukkan identitas dirinya yang unik.

Mengingat perubahan fisik merupakan hal yang penting dalam perkembangan remaja, jadi sebaiknya orang dewasa menganggap serius keluhan remaja terkait penampilan. Hal ini karena ternyata keluhan terkait fisik memiliki dampak yang besar pada perkembangan remaja.

Keluhan yang sering muncul terkait penampilan antara lain munculnya jerawat, perlu memakai kacamata, atau kelebihan berat badan, jadi penampilan seringkali dijadikan tolak ukur evaluasi remaja putri jika ia merasa dirinya jelek, harga dirinya dapat terpengaruh.

Noorkasiani dan S. Tamher (Fathmawati, 2008) kecemasan dipengaruhi oleh faktor dukungan sosial, serta dukungan keluarga. Dengan demikian individu yang mendapatkan dukungan sosial terutama dukungan sosial orang tua dapat menurunkan kecemasan terhadap karir masa depan. Selanjutnya apabila ditelaah dari sudut pandang dukungan sosial orang tua, dukungan sosial orang tua (ibu) memiliki korelasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan dukungan sosial orang tua (ayah). Hal tersebut dikarenakan menurut Inayati (1995) bahwa ibu memiliki peran yang lebih lengkap serta detail dibandingkan peran ayah dimana ayah dianggap cenderung sebagai pencari nafkah di dalam keluarga a. Kemudian persentase terendah variabel

kecemasan adalah dimensi motoric.

sebanyak 53 (100%) siswi SMP Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta, menyatakan

“tidak perna” pernyataan nomor 13, bahwa orang tua mereka mendukung saat masa pertama kali mengalami menstruasi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan (Tahiruddin, 2021) Terdapat 52% dengan pengetahuan baik kenapa demikian karena responden mengetahui arti dari menarche

itu mentruasi pertama kali yang dialami seorang wanita responden juga mengetahui kalau pubertas itu sebagai tanda mulai memasuki usia dewasa atau puber dari segi biologis selain itu juga pengetahuan responden baik karena mengetahui kalau wanita dapat mengalami pubertas pada usia kapanpun dan responden juga mengetahui pada saat mengalami mensruasi perut akan terasa sakit, dan responden tau nyeri perut bagian bawah yang terjadi sebelum pada saat dan sesudah menstruasi disebut dismenorhea, responden juga paham jika tidak menjaga kebersihan saat menstruasi dapat menyebabkan seseorang mudah terkena penyakit infeksi kelamin dan responden juga mengetahui pada saat menstruasi kalau makan amis darah yang keluar akan amis juga selain itu responden mengetahui wanita tidak mengalami keluhan apapun saat mengalami menarche dan responden mengetahui gejala yang timbul menjelang menstruasi antara lain nyeri di payudara sekitar pinggul, pegel linu, muncul jerawat, Faktor lain yang mempengaruhi Kecemasan remaja putri yaitu usia, siswi SMP Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta yang berusia 14 tahun sebanyak 47 responden (88,7%). Usia menunjukan ukuran waktu pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Kematangan dalam proses berpikir pada individu yang berusia dewasa lebih memungkinkan untuk menggunakan mekanisme koping yang baik dibandingkan kelompok usia anak-anak (Hety, 2015). Selain itu seseorang dengan usia remaja atau masih muda lebih cenderung mengalami kecemasan dibandingkan dengan tingkat usia yang semakin dewasa dan lebih tua, semakin meningkatnya usia seseorang maka frekuensi kecemasan seseorang makin berkurang (Savitri, Fidayantin, &

Subiyanto, 2016). Riskesdas 2014 menunjukan bahwa berdasarkan laporan responden yang sudah mengalami haid rata rata usia menarche di indonesia 13 tahun dengan kejadian awal pada usia kurang dari 9 tahun. Faktor yang mempengaruhi kecemasan 1) Usia yang masih muda dapat membuat remaja putri mengalami kecemasan karena mereka belum siap dengan perubahan perubahan yang akan terjadi, 2) pengetahuan, pengetahuan menjadi faktor timbulnya kecemasan karena pada saat mengalami pubertas remaja putri semakin tinggi pengetahuan seseorang akan

(6)

Hubungan Dukungan Orang Tua Dengan Kecemasan Remaja Putri Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas siswi SMP Negeri 1 depok sleman Yogyakarta | 13 berpengaruh dalam proses berfikir, 3)

peran orang tua, disini peran orang tua sangat dibutuhkan karena orang tua mempunyai peran penting untuk memberikan informasi pada anak sehingga pada saat pubertas terjadi anak tidak mengalami kecemasan. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Derina bahwa sekarang usia gadis remaja pada waktu pubertas bervariasi lebar yaitu antara 10- 16 tahun dengan rata-rata 12,5 tahun (13).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian hendrik yang mengatakan usia pubertas yang biasa dialami anak perempuan yaitu 10-16 tahun dengan rata- rata terjadi pada usia 12,5 tahun (14).

1. Hubungan dukungan orang tua dengan kecemasan remaja putri

Berdasarkan penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan maka diketahui bahwa 21 responden (39,6%) mengalami kecemasan tinggi, dan 32 responden (60,4%) mengalami kecemasan rendah. Sedangkan dukungan sebanyak 21 responden (39,6%) , dan 32 responden (60,3%) mendapatkan dukungan rendah. Hasil penelitian yang telah didapat bahwa semakin rendah dukungan yang diberikan orangtua kepada siswi SMP Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta maka semakin rendah kecemasan siswi dalam menghadapi perubahan fisik masa pubertasnya. Dukungan orangtua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan yang diberikan oleh orangtua kepada anak yang membuat anak merasa disayangi dan dicintai. Dukungan orangtua tersebut meliputi dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan penghargaan. Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Taylor (dalam Dewayani, dkk 2011) yang mengatakan bahwa dukungan sosial dapat mengurangi distress psikologis yang meliputi kecemasan dan depresi. Kecemasan yang dirasakan remaja putri tentang perubahan fisik yang terjadi selama masa pubertas akan dapat diatasi dengan adanya dukungan yang diberikan oleh orangtua kepada dirinya.

Dukungan yang dapat diberikan orangtua diantaranya, dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan penghargaan. Kecemasan akan berkurang apabila individu memiliki dukungan sosial (Utami, 2008). Menurut Sarafino (dalam Hidayati & Mastuti, 2012) jika dukungan sosial yang diperoleh tinggi maka dapat membantu seseorang dalam menghadapi kecemasan dan mencegah berkembangnya masalah yang timbul. Melalui dukungan sosial khususnya

dukungan orangtua maka kecemasan yang dialami remaja putri dalam perubahan fisik akan dapat di atasi atau dikurangi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Merry Ulfah (2011) yang menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kecemasan remaja putri usia pubertas dalam menghadapi menarche di SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Peneliti tersebut kemudian menunjukkan hasil bahwa semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin rendah tingkat kecemasan remaja putri dalam menghadapi menarche

SIMPULAN

1. Responden yang mendapatkan dukungan rendah sebanyak 32 siswi (60,%), dukungan tinggi sebanyak 21 siswi (39,6%).

2. Responden yang mengalami kecemasan rendah sebanyak 32 siswi (60,4%), kecemasan tingi 21 siswi (39,6%).

3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua dengan kecemasan remaja putri dalam menghadapi perubahan fisik pada masa pubertas siswi kelas 8 SMP Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. Nilai correlation: - 0.104, sig ρ value 0.458 (> 0.05)

DAFTAR PUSTAKA

1. Aryani, D. 2015. Komunikasi Antarpribadi Orangtua Dan Anak Pada Masa Awal Pubertas Tentang Pendidikan Seks Di Kelurahan Mogolaing Kota Kotamobagu Barat. e-journal “Acta Diurna.Volume IV.

No.3. file:///C:/Users/asus/Downloads/8007- 15809-1-SM.pdf

2. BPS, 2021. Sosial dan kependudukan. Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota di D.I.

Yogyakarta (Jiwa), 2018-2020.

https://yogyakarta.bps.go.id/indicator/12/133/

1/jumlah-penduduk-menurut-kabupaten-kota- di-d-i-yogyakarta-.html

3. BPS, 2020. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umumr dan Jenis kelamin dikota depok. jiwa.

4. Ernia,. (2018). Hubungan dukungan orang tua dan teman sebaya dengan tingkat kecemasan remaja putri dalam menghadapi menarche pada siswi di sd negeri 003 muara badak:skripsi Ernia (PDF)kespro 4.pdf 5. Hardianingsih, D. 2017. Tingkat Kecemasan

Remaja Menghadapi Perubahan Fisik Masa

(7)

Hubungan Dukungan Orang Tua Dengan Kecemasan Remaja Putri Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas siswi SMP Negeri 1 depok sleman Yogyakarta | 14

Pubertas Pada Siswi Mts Pondok Pesantren

As-Salafiyyah Yogyakarta. no.2 https://core.ac.uk/download/pdf/299437817.p df

6. Hayati, R. 2021. Penelitian ilmiah . https://penelitianilmiah.com/skala-likert/

7. Isnatin, (2015). Penyuluhan Tentang Perubahan Fisik Masa Pubertas Terhadap Kecemasan Remaja Putri dalam Menghadapi Masa Pubertas Di SMPN 1 Bangsal Mojokerto : Poltekkes Majapahit

8. (Kementerian Kesehatan RI, (2017).Infodatin Reproduksi Remaja-Ed.Pdf. In Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja (Issue Remaja, pp. 1–8).

9. Khaleghparast et al. (2016). Impact of Puberty Health Education on Anxiety of Adolescents.

Iran University of Medical Sciences, Tehran, Iran. International Journal of Medical Research & Health Sciences, 2016, 5, 5(S):284-291

10. Nurmayanti, W, Mega, Kurniawati, Nindya.

2021. Jurnal Komunikasi Kesehatan.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Pubertas Dengan Sika Menghadapi Perubahan Fisik Pada Remaja Awal. Vol.XII No.1. file:///C:/Users/asus/Downloads/184- Article%20Text-372-1-10-20210818.pdf.

11. Marliani, R. 2016. Psikologi perkembangan.

Bandung : CV Pustaka Setia

12. Notoadmodjo, S, Dr. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Anggota IKAPI. No.

112/ DKI/90. Jakarta. PT. Rineka Cipta 13. NURJANAH, R. 2018. Penelitian

Keperawatan Jiwa. Hubungan Child Abuse Dengan Perilaku Agresif Pada Remaja Di

Smkn 8 Kota Padang.

.http://scholar.unand.ac.id/45369/1/1.%20CO VER%20dan%20Abstrak.pdf.no.1

14. Panjaitan, A, Arip. Angelia, S. Apriani, N.

2020. Akademi Kebidanan Panca Bhakti, Kubu Raya, Kalimantan Barat, Indonesia:

Sikap Remaja Putri Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas. Jurnal Vokasi Kesehatan Http://Ejournal.Poltekkes- Pontianak.Ac.Id/Index.Php/Jvk. Hlm. 42 – 45 15. Palloan, L, M. (Juli 2020). Prodi S1

Keperawatan Stikes Nusantara Lasinrang Pinrang: Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Fisik Pubertas Dengan Sikap Menghadapi Pubertas Di Smp 2 Kabupaten Pinrang. Jurnal Kesehatan Luwu Raya. Vol.7 No.1

16. Prihartini, A. R., & Maesaroh, M. (2019).

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Awal Terhadap Perubahan Fisik Masa Pubertas Pada Murid Kelas VIII di SMP N 1 Plumbon Kabupaten Cirebon.

Jurnal Menara Medika, 2(1), 119–127.

17. Rohmania, I, Nina, S. 2014. Gambaran pengetahuan dan sikap remaja putri dalam menghadapi perubahan fisik saat pubertas di pondok pesantren Al bakiyatussolihat. Hal.

12-18

18. Suyamti, E. Hastuti, W. 2018. Program Studi DIII Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta: Gambaran Tingkat Kecemasan Remaja Putri Kelas VII dan VIII yang Mengalami Pubertas. Volume 16; No.1 19. Statistik, P, Badan. 2020. jumlah penduduk

menurut kelompok umur dan jeniskelamin.https://www.bps.go.id/indikator/

indikator/view_data_pub/0000/api_pub/YW4 0a21pdTU1cnJxOGt6dm43ZEdoZz09/da_03/

1

20. Wulandari, P. Menik K. dan Ari f. 2018.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah: Hubungan Dukungan Teman Sebaya Dengan Kecemasan Remaja Putri Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas Kelas VIII Di SLTPN 31 Semarang.

Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas. Volume.

1 No. 1: hal 1-5

21. Amiruddin, Z. 2010. statistic Pendidikan, Yogyakarta: Teras

22. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

23. Haryani, D, R. 2018. Pengaruh Dukungan Orang Tua Terhadap Kemampuan Mengatasi Kecemasan Perubahan Fisik Masa Pubertas Pada Remaja Putri. Skripsi, Jakarta, Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta,

2018. Hal.115.

https://core.ac.uk/download/pdf/223126184.p df

24. Sakina.S.2016. Dukungan Orang Tua Terhadap Perubahan Fisik Masa Pubertas Remaja Putri Umur 10-12 Tahun Di

Manggung Caturtunggal

DepokSleman.hal.63.

http://repository.unjaya.ac.id/491/1/Sabrina%

20Sakina_1113011_nonfull%20resize.pdf

25.

Putri. M. K. 2017. Hubungan Antara

Pengetahuan Dengan Sikap Remaja Awal

(8)

Hubungan Dukungan Orang Tua Dengan Kecemasan Remaja Putri Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas siswi SMP Negeri 1 depok sleman Yogyakarta | 15

Tentang Perubahan Fisik Pada Remaja Di

Smp N 5 Kota Jambi Tahun 2017. Akademi Kebidanan Jakarta Mitra Sejahtera.

Vol.6.no.1.

https://media.neliti.com/media/publications/2 86386-hubungan-antara-pengetahuan- dengan-sikap-eb7181d3.pdf

26. Asiyah. N. 2015.Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Usia 11-14 Tahun Denga Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Perubahan Seks Sekunder Di Mts Safinatul Huda Sowan Kidul Jepara. STIKES Muhammadiyah Kudus,Jl.Ganesha no I Purwosari Kudus. Vol 6.no3.

file:///C:/Users/asus/Downloads/133-243-1- SM%20(3).pdf.

27. Nadhiroh. S. 2016. Hubungan Antara Dukungan Emosional Orangtua Dengan Resiliensi Pada Remaja Yang Menikah Akibat Kehamilan Diluar Nikah. Fakultas psikologi universitas kristen satya wacana salatiga.

repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10 191/2/T1_802012106_Full%20text.pdf 28. Ruskandi. H, J. 2021. Kecemasan Remaja

Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Penelitian Perawat Profesional. VOL.3 NO.3 HAL.483.

http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/in dex.php/JPPP/article/view/530/373

29. Tahiruddin,dkk.2021. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Remaja Putri yang Mengalami Menarchedi SMPN 1 Sawa. JURNAL ILMIAH KARYA KESEHATAN. Volume 01 Nomor 02.

file:///C:/Users/asus/Downloads/431- Article%20Text-1581-1-10-

20220324%20(1).pdf

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri pada masa pubertas memiliki penerimaan yang positif terhadap perubahan fisik dan dari hasil uji korelasi

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas Dengan Tingkat Stres. Infodatin Reproduksi

Dari latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijabarkan diatas, permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh antara dukungan orang tua

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI PUBERTAS PADA SISWI KELAS VII SMP NEGERI 1.. TEMPURAN MAGELANG

terutama pada kebidanan dalam mempersiapkan lulusan yang memahami terkait dukungan orangtua dalam kesiapan remaja memnghadapi pubertas, bagi peneliti selanjutnya

Orang tua memberikan dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional, serta memberikan memotivasi yang lebih kepada anak

Tabel 4.3 Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang perubahan fisik pada masa pubertas di SMPN Oenino, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Mei 2021,N=80 Tingkat Pengetahuan Remaja

6.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam terkait kesiapan menghadapi pubertas pada remaja putri dan mengendalikan