• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG TAHUN 2016

N/A
N/A
Daniel Putra Yudhistiraa

Academic year: 2023

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA FAKTOR HOST DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG TAHUN 2016"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

HUBUNGAN FAKTOR TUMBUHAN DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG TAHUN 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor tuan rumah dan lingkungan dengan kejadian TBC paru di wilayah kerja. Puskesmas Pamulang. Selain itu juga ditemukan faktor yang terbukti berhubungan dengan prevalensi TB paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang yaitu riwayat kontak serumah (p value = 0,034).

Selain itu diharapkan pihak Puskesmas Pamulang dapat meningkatkan skrining kasus TBC paru baik secara aktif maupun pasif dengan melibatkan peran kader TBC paru.

Gambar 2.1 Mycobacterium tuberculosis          18
Gambar 2.1 Mycobacterium tuberculosis 18
  • Latar Belakang
  • Rumusan Masalah
  • Pertanyaan Penelitian
  • Tujuan Penelitian
    • Tujuan Umum
    • Tujuan Khusus
  • Ruang Lingkup Penelitian
  • Manfaat Penelitian
    • Bagi Puskesmas
    • Bagi Peneliti Selanjutnya

Apa hubungan faktor tuan rumah (pengetahuan, status merokok, kebiasaan membuka jendela dan kebiasaan meletakkan kasur) dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016. Apa hubungan antara tuan rumah? dan faktor lingkungan serta kejadian penyakit tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2016? Hubungan antara faktor tuan rumah (pengetahuan, status merokok, kebiasaan membuka jendela dan kebiasaan menjemur kasur) dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang pada tahun 2016 telah diketahui.

Diketahui hubungan antara faktor lingkungan (riwayat kontak dengan rumah tangga, kepadatan pemukiman dan ventilasi ruang) dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang pada tahun 2016.

  • Tuberkulosis Paru
  • Cara Penularan
  • Dignosis TB
  • Epidemiologi Tuberkulosis
  • Faktor Penyebab TB Paru
    • Host (Penjamu)
    • Agen
    • Lingkungan
  • Kerangka Teori

Sejalan dengan penelitian (Ruswanto, 2010) yang menyatakan bahwa pengetahuan yang rendah mempunyai risiko 3.716 kali lebih besar untuk terkena TB paru. Sejalan dengan penelitian (Kurniasari, dkk., 2012) yang menyatakan bahwa penyakit TBC paru lebih banyak terjadi pada masyarakat yang menggunakan Rp setiap bulannya. Menurut penelitian (Ayomi, et al., 2012), terdapat hubungan yang signifikan antara kepadatan hunian kamar tidur dengan kejadian TB paru (p-value=0,004).

Hasil penelitian (Lanus, et al., 2014) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepadatan pemukiman dengan kejadian tuberkulosis paru di kabupaten Bangli (p-value Wall Type.

Foto toraks dan  pertimbangan
Foto toraks dan pertimbangan

Kerangka Konsep

Diketahui bahwa berdasarkan hasil observasi dan studi pendahuluan, jenis lantai memenuhi persyaratan jenis lantai rumah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pamulang yaitu tidak kotor, halus dan kedap air. Jenis Dinding Berdasarkan hasil observasi dan studi pendahuluan diketahui bahwa jenis dinding rumah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pamulang memenuhi syarat yaitu diplester, berdinding dan kedap air. Suhu dan Kelembaban Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan diketahui bahwa hasil pengukuran suhu dan kelembaban rumah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pamulang secara umum homogen.

Status Ekonomi, variabel status ekonomi tidak diteliti karena diwakili oleh keadaan lingkungan rumah penduduk. Selain itu, tidak semua orang yang pernah mendapat imunisasi BCG mempunyai bekas luka, dimana kepemilikan bekas luka dijadikan sebagai variabel hasil pengukuran.

Definisi Operasional

Perbandingan antara luas lantai yang tersedia dengan penghuni atau anggota keluarga rumah tersebut.

Hipotesis

  • Desain Penelitian
  • Lokasi dan Waktu Penelitian
  • Populasi dan Sampel Penelitian
  • Pengumpulan Data
  • Instrumen Penelitian
  • Uji Validitas dan Reliabilitas
  • Pengolahan Data dan Analisis Data

Sampel penelitian ini terdiri dari pasien yang telah menjalani pemeriksaan dahak (tes lendir) dan telah didiagnosis oleh dokter di Puskesmas Pamulang pada bulan Januari-Juli 2016. P2 : Banyaknya subjek yang tidak terpapar pada kelompok kasus pada penelitian sebelumnya dan beresiko (membuka jendela setiap hari = 33,5%). Kemudian dilakukan perhitungan sampel minimal dengan menggunakan perbandingan hasil penelitian Fatimah (2008), yaitu hasil responden tidak menderita tuberkulosis paru sebanyak 57,6%.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Peneliti membuat kerangka sampel pada bulan Januari – Juli 2016 berdasarkan data rekam medis dari Laboratorium Tuberkulosis Paru Puskesmas Pamulang. Data sekunder yang digunakan adalah Rekap Laporan Bulanan (LB3) Kota Tangsel Tahun 2015, yaitu rekam medis pasien di Laboratorium Tuberkulosis Paru Puskesmas Pamulang. .06), dan Puskesmas Pamulang mencatat data penyakit tuberkulosis paru (TB.01).

Berdasarkan hasil uji reliabilitas diketahui nilai Cronbach’s alpha lebih besar dari nilai r tabel (0,361), sehingga instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikatakan reliabel. Dengan memeriksa data primer berupa angket dan lembar ukur, tujuannya untuk mengetahui apakah jawaban sudah lengkap dan adakah kesalahan pengisian sesuai kriteria yang telah ditentukan. Sedangkan tujuan peninjauan data sekunder berupa daftar penderita tuberkulosis paru adalah untuk melihat kelengkapan jawaban kuesioner.

Kegiatan memeriksa kembali data yang telah dimasukkan atau dimasukkan ke dalam program komputer, untuk diperbaiki apabila terjadi kesalahan atau ketidaklengkapan. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor host (pengetahuan, status merokok, kebiasaan menjemur jendela, dan kebiasaan menjemur kasur) dan lingkungan (riwayat kontak, kepadatan tempat tinggal, dan luas ventilasi) dengan kejadian tuberkulosis paru dan disajikan dalam bentuk tabel. membentuk.

Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Analisis Univariat

  • Distribusi Frekuensi Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas
  • Faktor Host
  • Faktor Lingkungan

Distribusi frekuensi status merokok responden di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2016 disajikan pada Gambar 5.3 berikut ini. Berdasarkan grafik 5.3 terlihat responden perokok ringan lebih banyak (90,2%) dibandingkan responden perokok berat. Frekuensi kebiasaan membuka jendela responden di wilayah kerja Puskesmas Pamulang pada tahun 2016 disajikan pada Gambar 5.4 berikut ini.

Berdasarkan grafik 5.4 diketahui responden yang memiliki kebiasaan membuka jendela setiap hari lebih banyak (52,5%) dibandingkan dengan masyarakat yang tidak membuka jendela setiap hari. Distribusi frekuensi kebiasaan responden menjemur kasur/bantal/guling seminggu sekali di wilayah kerja Puskesmas Pamulang pada tahun 2016 ditunjukkan pada grafik 5.5 berikut ini. Berdasarkan grafik 5.5 diketahui responden yang tidak memiliki kebiasaan menjemur kasur seminggu sekali lebih banyak (50,8%) dibandingkan responden yang mempunyai kebiasaan menjemur kasur seminggu sekali.

Distribusi frekuensi riwayat kontak dengan anggota keluarga responden yang mempunyai riwayat menderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang pada tahun 2016 disajikan pada Gambar 5.6 berikut ini. Distribusi frekuensi kepadatan perumahan responden di wilayah kerja Puskesmas Pamulang pada tahun 2016 disajikan pada Gambar 5.7 berikut ini. Dari grafik 5.7 diketahui responden yang kepadatan rumahnya memenuhi syarat lebih banyak (77,0%) dibandingkan dengan jumlah responden yang kepadatan rumahnya tidak memenuhi syarat.

Frekuensi sebaran area ventilasi pada rumah responden di wilayah kerja Puskesmas Pamulang pada tahun 2016 disajikan pada Tabel 5.8 berikut ini. Berdasarkan grafik 5.8 terlihat bahwa responden yang mempunyai ruangan ventilasi yang tidak memenuhi syarat lebih banyak (50,8%) dibandingkan responden yang mempunyai ruangan ventilasi yang tidak memenuhi syarat.

Analisis Bivariat

  • Faktor Host
  • Faktor Lingkungan

Hasil uji statistik menunjukkan p-value sebesar 0,302 yang berarti pada taraf signifikansi 5% tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian tuberkulosis paru. Hubungan status merokok responden dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah operasi Puskesmas Pamulang dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut ini. Hasil uji statistik menunjukkan p-value sebesar 1.000 yang berarti pada taraf signifikansi 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian tuberkulosis paru.

Hubungan antara kebiasaan membuka jendela setiap hari dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang disajikan pada Tabel 5.3 berikut ini. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,260 yang berarti pada taraf signifikansi 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan membuka jendela dengan kejadian tuberkulosis paru. Hubungan antara kebiasaan menjemur kasur/bantal/bantalan seminggu sekali dengan kejadian penyakit tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang disajikan pada Tabel 5.4 berikut ini.

Hubungan riwayat kontak dengan anggota keluarga responden yang pernah menderita tuberkulosis paru dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut ini. Hubungan kepadatan tempat tinggal responden dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang disajikan pada Tabel 5.6 berikut ini. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p value sebesar 1,000 yang berarti pada taraf signifikansi 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kepadatan tempat tinggal dengan kejadian tuberkulosis paru.

Hubungan luas ventilasi rumah responden dengan kejadian TB paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang disajikan pada Tabel 5.7 berikut ini. Hasil uji statistik menunjukkan p-value sebesar 1.000 yang berarti pada taraf signifikansi 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara luas ventilasi dengan kejadian TB paru.

  • Keterbatasan Penelitian
  • Kejadian TB Paru
  • Faktor Host
  • Faktor Lingkungan

Hasil analisis tabulasi silang pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita tuberkulosis paru memiliki pengetahuan baik. Berdasarkan tabel 5.1 diketahui tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan penyakit tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Wenas dkk (2015) juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian tuberkulosis paru di Desa Wori Minahasa Utara.

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui tidak ada hubungan antara kebiasaan membuka jendela dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Hal ini dimungkinkan karena kebiasaan membuka jendela tidak berpengaruh besar terhadap kejadian tuberkulosis paru.

Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui tidak ada hubungan antara kebiasaan menjemur kasur dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Namun penelitian ini menunjukkan hasil berbeda: tidak ada hubungan antara kebiasaan menjemur kasur dengan kejadian tuberkulosis paru. Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui ada hubungan antara riwayat kontak serumah dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang.

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui tidak ada hubungan antara kepadatan pemukiman dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Berdasarkan Tabel 5.7 diketahui tidak ada hubungan luas ventilasi dengan kejadian tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang.

Simpulan

Saran

Beranda Lingkungan Fisik Faktor Resiko dan Karakteristik Daerah Sebagai Penentu Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi Papua. Beranda Kondisi fisik dan perilaku dengan prevalensi tuberkulosis paru di provinsi DKI Jakarta, Banten dan Sulawesi. Beranda Faktor kesehatan lingkungan dengan kejadian tuberkulosis paru di Kabupaten Cilacap (kecamatan: Sidareja, Cipari, Kedaungreja, Patimunan, Gandrungmangu, Bantasari) pada tahun 2008.

Analisis spasial sebaran kasus tuberkulosis paru dilihat dari faktor lingkungan dalam dan luar rumah di Kabupaten Pekalongan. Kami mahasiswa peminatan Kesehatan Lingkungan jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian terkait hubungan faktor tuan rumah dan lingkungan dengan prevalensi penyakit TBC paru di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Anda diharapkan mampu memberikan informasi dan bersiap melakukan pengukuran terkait lingkungan rumah Anda.

B3 Menurut anda, apa saja gejala atau tanda penyakit tuberkulosis? dapat memilih lebih dari satu). Batuk berdahak 3 minggu, nyeri dada dan sesak nafas 3. Nafsu makan menurun dan berkeringat di malam hari 5. B4 Menurut anda, bagaimana cara penularan TBC paru? B5 Menurut anda, apakah anda bisa tertular TBC paru jika tidur sekamar dengan penderita TBC paru?

B6 Menurut anda, apakah sinar matahari yang masuk ke dalam rumah dapat mencegah timbulnya penyakit tuberkulosis? B10 Menurut Anda, apakah sebaiknya didampingi anggota keluarga/kader/orang lain saat minum obat TBC paru?

Gambar

Gambar 2.1 Mycobacterium tuberculosis          18
Foto toraks dan  pertimbangan
Gambar 2.1 Mycobacterium tuberculosis
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Thesis Title: Complexation on the Surface of Zinc Chalcogenide Quantum Dots: Binding, Kinetics and Application Name of Thesis Supervisors : Prof Arun Chattopadhyay Thesis Submitted to

However, if, according to my view, second-personal forms of address do not require second-personal reasons and thus do not require the recognition of mutual dignity and respect, and if