• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan hipertensi dengan penurunan fungsi kognitif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "hubungan hipertensi dengan penurunan fungsi kognitif"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI PSRLU DAN PMP CIPARAY KABUPATEN

BANDUNG

Yusiartha Fernanda Septiansyah Putri Program Studi Keperawatan Universitas BSI Bandung

Email : yusiarthafs1611@gmail.com

ABSTRAK

Masalah lansia dengan hipertensi menjadi faktor terbesar yang mempengaruhi terjadinya penurunan fungsi kognitif terutama fungsi memori. Gangguan fungsi kognitif dapat terjadi karena berbagai faktor risiko yaitu umur, pendidikan, lingkungan, stress,intoksitasi obat dan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara hipertensi dengan penurunan fungsi kognitif pada lansia di PSRLU dan PMP Ciparay Kabupaten Bandung. Jenis penelitian ini adalah deskripsi korelasi dengan rancangan Cross-sectional. Teknik sampel yang digunakan adalah teknik Non Probability sampling dengan pendekatan Purposive Sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah semua lansia yang memenuhi kriteria insklusi dan ekslusi yang berjumlah 70 lansia. Teknik Pengumpulan data menggunakan spigmonanometer manual untuk mengukur tekanan darah dan kuesioner MMSE untuk menganalisis fungsi kognitif. Analisa data univariat menggunakan persentase untuk menentukan rata-rata tekanan darah dan analisa bivariate menggunakan uji Spearman. Hasil penelitian tekanan darah sistolik sangat sedikit atau sebanyak 1 responden (1.4%) mengalami hipertensi derajat 3, sebagian atau sebanyak 29 responden (41.4%) mengalami hipertensi derajat 2, sebagian atau sebanyak 40 responden (57.1%) mengalami hipertensi derajat 1 dan tekanan darah diastolik tidak satupun responden (0%) mengalami hipertensi derajat 3, sangat sedikit atau sebanyak 9 responden (12.9%) mengalami hipertensi derajat 2, hampir seluruhnya atau sebanyak 61 responden (87.1%) mengalami hipertensi derajat 1. Hasil pemeriksaan MMSE didapatkan 20 responden memiliki gangguan fungsi kognitif berat, 44 responden memiliki gangguan fungsi kognitif sedang dan 6 responden memiliki fungsi kognitif normal. Analisa bivariate didapatkan hubungan antara tekanan darah tinggi sistol dan fungsi kognitif (p= 0,000).

Tidak ada hubungan antara tekanan darah tinggi diastol dan fungsi kognitif (p= 0,337).

Semakin tinggi tekanan darah sistol semakin rendah fungsi kognitif sehingga disarankan untuk menjaga tekanan darah agar fungsi kognitif dapat dijaga. Bagi perawat gerontik untuk lebih mengatasi dan menatalaksana hipertensi dengan baik sehingga dapat mencegah terjadinya penurunan fungsi kognitif pada usia lanjut.

Kata kunci: fungsi kognitif, hipertensi, lansia.

(2)

LATAR BELAKANG

Jumlah lansia di dunia semakin meningkat. Berdasarkan data World Population Prospect the 2015 Revision pada tahun 2015 terdapat 901 juta jiwa berusia >60 tahun, terdapat 12% dari jumlah populasi di global. Pada tahun 2015 -2030 jumlah yang berusia >30 tahun diproyeksikan akan tumbuh sekitar 56% menjadi 1,4 milyar, dan pada tahun 2050 populasi lansia diproyeksikan meningkat 2 kali lipat menjadi 2,1 milyar didunia (United Nations, 2015).

Suatu negara dikatakan berstruktur tua jika mempunyai populasi lansia di atas 7% (Soeweno, 2010). Jumlah penduduk lansia berdasarkan data proyeksi penduduk, pada tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%) dan

diprediksikan tahun 2035 mencapai 48,19 juta (Kemenkes, 2017).

Sedangkan jumlah lansia di Jawa Barat pada tahun 2017 sebanyak 4,16 juta jiwa dan pada tahun 2035 jumlah penduduk lansia di Jawa Barat diperkirakan meningkat sebanyak 15% dari penduduk total Jawa Barat. Kondisi ini menunjukan bahwa Jawa Barat sudah memasuki ageing population (Badan Pusat Statistik, 2015).

Lanjut usia merupakan suatu periode kehidupan yang ditandai dengan perubahan atau penurunan fungsi tubuh, yang awal mulainya berbeda-beda untuk setiap individu. Bersamaan dengan bertambahnya usia terjadi pula penurunan fungsi organ tubuh dan berbagai perubahan fisik.

Penurunan ini terjadi pada semua tingkat seluler, organ dan sistem.

(3)

Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan kejadian penyakit pada lansia, baik akut maupun kronik.

Meningkatnya gangguan penyakit pada lansia dapat menyebabkan perubahan pada kualitas hidup.

Namun hal ini juga menyebabkan meningkatnya penderita dengan gangguan atau penurunan fungsi kognitif (Aisyah, 2017).

Menurut Narasimha (2014) Penuaan adalah proses menjadi lebih tua, penuaan pada manusia mengacu pada proses multidimensi perubahan biologis, fisiologis, psikologis, dan sosial. Ketika terjadi penuaan maka akan terjadi perubahan yang meliputi perubahan biologis, perubahan fisiologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Perubahan fisiologis meliputi perubahan masa otot, elastisitas tendon, kelenturan

sendi, dan osteoporosis. Perubahan psikologis meliputi kepuasan hidup, kesejahteraan, dan perubahan kognitif. Penuaan pada lansia menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10%

pada penuaan antara umur 30-70 tahun.

Menurut Hidayah (2016) pada proses penuaan otak, terjadi penurunan jumlah neuron secara bertahap yang meliputi area girus temporal superior (merupakan area yang paling cepat kehilangan neuron), girus presentralis dan area striata. Secara patologis penurunan jumlah neuron kolinergik akan menyebabkan berkurangnya neurotransmiter asetikolin sehingga menimbulkan gangguan kognitif dan perilaku.

(4)

Kognitif adalah suatu konsep yang kompleks yang melibatkkan aspek memori, perhatian, fungsi eksekutif, persepsi, bahasa, dan fungsi psikomotor (Nehlig, 2010). Fungsi kognitif merupakan dimensi penting dari kualitas hidup untuk lansia di semua negara. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan untuk memproses informasi dalam kehidupan sehari-hari dan membantu bentuk keseluruhan kesejahteraan selama hidup (Wiyoto, 2002).

Adanya perubahan secara biologis maupun psikososial pada lansia membuat mereka rentan terhadap berbagai bentuk gangguan mental dan perilaku. Kerentanan lansia terhadap berbagai bentuk gangguan mental paling sering dipicu oleh faktor psikososial

khususnya berbagai bentuk kehilangan, kebutuhan akan rasa kasih sayang, ketentraman hati, dan ketentraman jiwa selain itu, kemunduran secara fisik karena penyakit kronis yang diderita atau kemunduran secara biologis khususnya yang berkaitan dengan sistem neurotransmitter di otak turut mempengaruhi (Kusumawardhani, 2014).

Menurut WHO (2016) tercatat pada tahun 2016 sebanyak 47,5 juta orang di dunia mengalami penurunan fungsi kognitif dan diperkirakan meningkat menjadi 75,6 juta orang di tahun 2030 dan 135,5 juta orang di tahun 2050. Di Indonesia prevalensi penurunan fungsi kognitif mencapai 606.100 pada tahun 2005, diperkirakan akan meningkat menjadi 1.016.800 pada

(5)

tahun 2020 dan 3.042.000 pada tahun 2050.

Gangguan fungsi kognitif merupakan salah satu gangguan kesehatan yang sering dialami lansia.

Kenaikan usia perlima tahun dari usia 60 tahun akan meningkat 2 kali lipat risiko mengalami penurunan fungsi kognitif (Azizah, 2011).

Penurunan fungsi kognitif diamati menjadi salah satu tanda peringatan timbulnya gangguan kognitif (Jessen.F, 2014). Penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat meliputi berbagai aspek yaitu orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, memori, bahasa. Penurunan ini dapat mengakibatkan fungsi kognitif dan proses informasi, dalam fungsi kognitif lansia akan kesulitan dalam mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu menarik perhatiannya

dan informasi baru atau informasi tentang orang (Tanjung, 2019).

Gejala awal penurunan fungsi kognitif biasanya adalah lupa (forgetfulness) yang merupakan bentuk gangguan kognitif yang paling ringan. Gejala mudah lupa diperkirakan dikeluhkan oleh 39%

lanjut usia yang berusia 50-59 tahun, meningkat menjadi lebih dari 85%

pada usia lebih dari 80 tahun. Di fase ini seseorang masih bisa berfungsi normal walaupun mulai sulit mengingat kembali informasi yang telah dipelajari (Wreksoatmodjo, 2012). Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara penderita menggunakan kata-kata yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat (Nugroho, 2012).

(6)

Perubahan fungsi kognitif ini tentunya membawa dampak tersendiri bagi kehidupan lansia.

Studi oleh Surprenant & Neath (2007) menunjukkan bahwa perubahan fungsi kognitif pada lansia berasosiasi secara signifikan dengan peningkatan depresi dan memiliki dampak terhadap kualitas hidup seorang lansia. Selain itu, lansia yang mengalami perubahan fungsi kognitif lebih banyak kehilangan hubungan dengan orang lain, bahkan dengan keluarganya sendiri. Penurunan dari fungsi kognitif disebabkan oleh penyakit degeneratif ataupun karena proses penuaan (Pranarka, 2006).

Gangguan mikrovaskular otak diduga berperan pada kejadian gangguan fungsi kognitif. Keadaan ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor penyebab kelainan

mikrovaskular seperti: hipertensi, diabetes melitus, merokok, dan inflamasi (Pandean & Surachmanto, 2016).

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan secara global. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan istirahat. Di dunia terdapat kurang lebih 1.13 miliar penderita hipertensi, yang dapat dikatakan bahwa 1 dari 3 orang didunia menderita hipertensi (WHO,2015).

Setiap tahunnya selalu terjadi peningkatan penderita hipertensi, tahun 2025 diperkirakan sebesar 1,5 miliar orang menderita hipertensi dan juga setiap tahunnya meninggal

(7)

sekitar 9,4 juta orang akibat komplikasi dan hipertensi (Depkes, 2018). Jawa Barat merupakan provinsi dengan persentase hipertensi tertinggi yaitu sebesar 65,5% (Kemenkes, 2017).

Pada umumnya hipertensi tidak memberikan keluhan dan gejala yang khas sehingga banyak penderita yang tidak menyadarinya.

Oleh karena itu hipertensi dikatakan sebagai the silent killer (Arifin, Weta &

Ratnawati, 2016). Salah satu komplikasi hipertensi di sistem saraf pusat selain stroke juga dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif (Vascular Cognitive Impairment) (Sharp S, 2011).

Masalah lansia dengan hipertensi menjadi faktor terbesar yang mempengaruhi terjadinya penurunan fungsi kognitif terutama

fungsi memori (Maryam & Hartini, 2015). Efek hipertensi akan muncul bila ditemukannya defek vaskuler sesuai dengan lokasi organ disvaskularisasi (Dugdale, 2012).

Hipertensi yang kronis akan membuat sel otot polos pembuluh darah otak berproliferasi. Proliferasi ini mengakibatkan lumen semakin sempit dan dinding pembuluh darah semakin tebal sehingga nutrisi yang dibawa darah ke otak juga terganggu.

Sel neuron di otak akan mengalami iskemik apabila tidak segera dilakukan penanganan. Saat iskemik terjadi, pompa ion yang membutuhkan ATP akan tidak berfungsi sehingga ion natrium dan kalsium akan terjebak dalam sel neuron. Natrium dan kalsium tersebut pada akhirnya akan membuat sel neuron mati dan

(8)

menimbulkan gangguan penurunan fungsi kognitif (Baars et al., 2010).

Berdasarkan pada penelitian Anatasia dengan hasil terdapat hubungan antara lamanya hipertensi dan gangguan fungsi kognitif pada lansia terdapat responden lansia yang menderita hipertensi <5 tahun sebanyak 16 orang, di antaranya sebanyak 14 orang (87,5%) tidak mengalami gangguan fungsi kognitif dan 2 orang (12,5%) mengalami gangguan fungsi kognitif.

Responden lansia yang menderita hipertensi selama atau lebih dari 5 tahun sebanyak 34 orang, di antaranya terdapat 15 orang (44,1%) yang tidak mengalami gangguan fungsi kognitif dan terdapat 19 orang (55,9%) yang mengalami penurunan fungsi kognitif. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji chi

square didapatkan nilai p = 0,004 (Anatasia, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuniarti (2019) tentang hubungan antara hipertensi dengan peurunan fungsi kognitif pada lansia mengemukakan bahwa dari 63 responden didapatkan penurunan kognitif pada laki-laki sebanyak 22%

sedangkan perempuan 54% , pada umur 60-69 tahun sebanyak 42%, umur 70-74 tahun sebanyak 38%

dan pada hipertensi Staduim I sebanyak 20 %, hipertensi stadium II sebanyak 38% sedangkan pada penderita yang tidak hipertensi sebanyak 5%, pada uji Chi Square p <

0,05 kesimpulannya bahwa ada hubungan antara hipertensi dengan penurunan fungsi kognitif.

Pada penelitian yang lainnya, tentang hubungan riwayat hipertensi

(9)

dengan kejadian penurunan fungsi kognitif pada lansia di balai pelayanan sosial tresna werdha yogyakarta unit budhi luhur kasongan bantul didapatkan hasil penelitian tidak ada hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian penurunan fungsi kognitif (Tribowo, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Obisesan pada subjek lansia yang menderita hipertensi kemudian dilakukan pengukuran setiap 5 tahun didapatkan kemunduran fungsi kognitif yang makin progresif, sehingga dapat disimpulkan bahwa lamanya hipertensi lebih dari 5 tahun akan semakin memperburuk fungsi kognitif melalui berbagai mekanisme yang telah dijelaskan sebelumnya pada tinjauan pustaka (Obisesan , 2009). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Shari R Waldstein mengenai hubungan tekanan darah tinggi dengan fungsi kognitif dan didapatkan kesimpulan bahwa pada pasien dengan hipertensi baik derajat tinggi maupun rendah memiliki gangguan fungsi kognitif (Waldstein

& Katzel , Hypertension and Cognitive Function., 2001).

Berdasarkan hal tersebut diatas seseorang yang memiliki tekanan darah tinggi yang tidak dikontrol atau dibiarkan tetap tinggi setelah 5 tahun maka akan memilki resiko tinggi menderita gangguan fungsi kognitif, terutama fungsi atensi, yang tentunya gangguan fungsi kognitif tersebut akan sangat mengganggu bagi penderita maupun orang disekitarnya, sehingga meningkatkan angka ketergantungan penderita pada orang lain. Oleh sebab itu pada orang yang menderita hipertensi

(10)

akan lebih baik bila keadaan tekanan darah tinggi tersebut (Waldstein &

Katzel, 2001).

Dari hasil data yang diperoleh dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat (Dinsos) bahwa banyak nya lansia terdapat di daerah Ciparay Kabupaten Bandung. Dari hasil studi pendahuluan pada tanggal 18 April 2019 di Panti Sosial Rehabilitasi Lanjut Usia Ciparay Kabupaten Bandung, peneliti wawancara dengan petugas panti didapatkan data jumlah lansia sebanyak 148 orang dan ini merupakan panti werdha yang memiliki jumlah lansia terbanyak di Kabupaten Bandung, didapatkan data bahwa ada 148 lansia dengan jumlah lansia laki-laki sebanyak 62 lansia dan lansia perempuan 86 lansia. 70 lansia diantaranya menderita hipertensi.

Dari hasil pemeriksaan tekanan darah kepada 15 lansia dihasilkan 15 lansia menderita hipertensi. Saat tekanan darah meningkat responden mengatakan bahwa merasakan sakit kepala dan merasa pusing yang akan mengakibatkan responden mengalami resiko jatuh. Dan dihasilkan juga dari 15 lansia yang telah diwawancara dengan menggunakan kuesioner fungsi kognitif didapatkan yang mengalami penurunan fungsi kognitif yaitu merasa mudah lupa dan tidak dapat menirukan perintah dengan baik sejumlah 9 orang.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Hipertensi dengan Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lanjut Usia di PSRLU dan PMP Ciparay Kabupaten Bandung.

(11)

METODE

Rancangan penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional.

Populasi pada penelitian ini adalah lansia yang memiliki hipertensi di PSRLU dan PMP Ciparay Kabupaten Bandung, yaitu 70 responden dan memenuhi kriteria inklusi pendekatan purposive sampling.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan spigmonanometer manual dan dianalisa dengan statistik univariat dan biavariat.

HASIL

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia, jenis kelamin, Lama

hipertensi, penyakit lain.

Karakteristik Responden F Persentase (%)

Usia lansia muda 60-74 tahun 35 50.0%

Tua 75-89 tahun 32 45.7%

Sangat tua ≥ 90 tahun 3 4.3%

Total 70 100%

Jenis kelamin Perempuan 45 64.3%

Laki-laki 25 35.7%

Total 70 100%

Lama Hiperte < 5 tahun 21 30.0%

> 5 tahun 49 70.0%

Total 70 100%

Penyakit lain Ada 26 37.1%

Tidak ada 44 62.9%

Total 70 100%

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian responden atau sebanyak 35 orang (50%) berusia 60 – 74 tahun.

Sebagian responden atau sebanyak 32 orang (45.7%) berusia 75 - 89 tahun.

Sangat sedikit responden atau sebanyak 3 orang (4.3%) berusia ≥ 90 tahun.

Sebagian besar responden atau sebanyak 45 orang (64.3%) berjenis kelamin perempuan. Sebagian kecil responden atau sebanyak 25 orang (35.7%) berjenis kelamin laki-laki. Sebagian kecil responden atau sebanyak 21 orang (30%) memiliki lama hipertensi ≤ 5 tahun.

Sebagian besar responden atau sebanyak 49 orang (70%) memiliki lama hipertensi

≥ 5 tahun. Sebagian kecil responden atau sebanyak 26 orang (37.1%) memiliki

(12)

riwayat penyakit lain. Sebagian responden atau sebanyak 44 orang (62.9%) tidak memiliki riwayat penyakit lain.

Tabel 4.2. Gambaran Hipertensi di PSRLU dan PMP Ciparay

Hipertensi Frekuensi Presentase (%)

Tekanan Darah Hipertensi derajat 1 40 57.1%

Sistolik Hipertensi derajat 2 29 41.4%

Hipertensi derajat 3 1 1.4%

Total 70 100%

Tekanan Darah Hipertensi derajat 1 61 87.1%

Diastolik Hipertensi derajat 2 9 12.9%

Hipertensi derajat 3 0 0%

Total 70 100%

Total Responden 70 100%

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan responden tekanan darah sistolik sebagian responden atau sebanyak 40 orang (57.1%) memiliki hipertensi derajat 1. Sebagian kecil responden atau sebanyak 29 orang (41.4%) memiliki hipertensi derajat 2. Sangat sedikit

responden atau sebanyak 1 orang (1.4%) memiliki hipertensi derajat 3. Responden tekanan darah diastolik hampir seluruhnya responden atau sebanyak 61 orang (87.1%) memiliki hipertensi derajat 1. Sangat sedikit atau sebanyak 9 orang (12.9%) memiliki hipertensi derajat 2.

Tidak satupun atau sebanyak (0%) tidak memiliki hipertensi derajat 3.

Tabel 4.4 Hubungan Hipertensi dengan Fungsi Kognitif pada lansia.

Hipertensi Penurunan fungsi kognitif Total P-Value

korelasi Spearman koefisien Gangguan Gangguan Fungsi

Kognitif Kognitif Kognitif Berat Sedang Normal N % N % N % N % Tekanan Hipertensi derajat 3 0 0% 1 1.4% 0 0% 1 1.4%

Darah Hipertensi derajat 2 20 28.6% 8 22.4% 1 1.4% 29 41.9% 0.000 0.660

Sistol Hipertensi derajat 1 0 0% 35 50% 5 7.1% 40 57.1%

Total 20 28.6% 44 67.1% 6 5.7% 70 100%

Tekanan Hipertensi derajat 3 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%

Darah Hipertensi derajat 2 5 7.1% 2 2.9% 2 2.9% 9 12.9% 0.337 0.116

Diastol Hipertensi derajat 1 15 21.4% 42 60% 4 5.7% 61 87.1%

Total 20 27.1% 44 67.1% 6 5.7% 70 100%

Dari tabel 4.4 merupakan hasil data dari tekanan darah sistolik dengan fungsi

(13)

kognitif. Dari tabel di atas dapat dilihat dari 1 responden (1.4%) dengan hipertensi derajat 3 hanya 1 responden (1.4%) memiliki gangguan fungsi kognitif sedang, yang memiliki gangguan fungsi kognitif berat dan fungsi kognitif normal tidak ada (0%). Dari 29 responden (41.4%) dengan hipertensi derajat 2 diantaranya 20 responden (28.6%) memiliki gangguan fungsi kognitif berat, 8 responden (11.4%) memiliki gangguan fungsi kognitif sedang dan 1 responden (1.4%) memiliki fungsi kognitif normal.

Dari 40 responden (57.1%) dengan hipertensi derajat 1 diantaranya 35 responden (50%) memiliki gangguan fungsi kognitif sedang, 5 responden (7.1%) memiliki fungsi kognitif normal dan tidak memiliki gangguan fungsi kognitif berat (0%). Hasil data tekanan darah sistolik dengan fungsi kognitif didapatkan P value sebesar 0.000 dan nilai r sebesar 0.660 sehingga menyatakan ada

hubungan antara tekanan darah sistol dengan penurunan fungsi kognitif dengan tingkat hubungan yang kuat.

Hasil data dari tekanan darah diastolik dengan fungsi kognitif. Dari tabel di atas dapat dilihat dari tidak ada yang memiliki hipertensi derajat 3 (0%). Dari 9 responden (12.9%) dengan hipertensi derajat 2 diantaranya 5 responden (7.1%) memiliki gangguan fungsi kognitif berat, 2 responden (2.9%) memiliki gangguan fungsi kognitif sedang dan 2 responden (2.9%) memiliki fungsi kognitif normal.

Dari 61 responden (87.1%) dengan hipertensi derajat 1 diantaranya 15 responden (21.4%) memiliki gangguan fungsi kognitif berat, 42 responden (60%) memiliki gangguan fungsi kognitif sedang dan 4 responden (5.7%) memiliki fungsi kognitif normal. Hasil data tekanan darah diastolik dengan fungsi kognitif didapatkan P value sebesar 0.337 dan nilai r sebesar 0.116 sehingga

(14)

menyatakan tidak ada hubungan antara tekanan darah diastol dengan penurunan fungsi kognitif dengan tingkat hubungan yang sangat rendah.

PEMBAHASAN

4.3.1. Gambaran Hipertensi pada lanjut usia

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan responden tekanan darah sistolik sebagian responden atau sebanyak 40 orang (57.1%) memiliki hipertensi derajat 1. Responden tekanan darah diastolik hampir seluruhnya responden atau sebanyak 61 orang (87.1%) memiliki hipertensi derajat 1. Hasil yang didapatkan pada usia sebagian responden atau sebanyak 35 orang (50%) berusia 60- 74 tahun. Sebagian responden atau sebanyak 32 orang (45.7%) berusia 75-89 tahun. Sangat sedikit responden atau sebanyak 3 orang (4.3%) berusia ≥ 90 tahun. Dilihat dari distribusi frekuensi

responden berdasarkan usia terhadap lansia hipertensi di PSRLU Ciparay lansia muda usia 60-74 tahun memiliki persentase 50% atau sebanyak 35 orang.

Menurut penelitian Dedullah, Molanda

& Joseph (2015) kategori usia 60-74 tahun memiliki risiko 5 kali lebih besar menderita hipertensi.

Hasil penelitian yang serupa dilakukan oleh Taraghi et al., (2016) di empat Rumah Sakit Pendidikan Universitas Mazandaran, Iran tentang Gangguan fungsi kognitf pada lansia dengan gagal jantung kronik dan faktor yang berkaitan memiliki subjek dengan rerata umur 70 tahun yang masuk kategori lansia madya.

Pada penelitian lain menyebutkan bahwa insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur (Kumar et al., 2005). Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan

(15)

pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya (Kumar et al., 2005). Hal ini dapat disebabkan pada usia lanjut memiliki kecenderungan memiliki tekanan darah lebih tinggi dibandingkan pada saat usia muda. Sesuai dengan Susilo dan Wulandari pada tahun 2011 bahwa secara fisiologis, usia yang semakin bertambah meningkatkan risiko seseorang menderita hipertensi. Sekitar 50-60% individu pada usia di atas 60 tahun memiliki tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90. Hal ini dikarenakan pada pertambahan usia terjadi degenerasi pada tubuh.

Hasil yang didapatkan pada penelitian ini jenis kelamin perempuan cenderung mengalami hipertensi sebanyak 45 orang (64.3%). Sebagian kecil responden atau sebanyak 25 orang (35.7%) berjenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardiani dkk (2018) menyatakan

bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap keadaan hipertensi (p =0,000; r

=0,721). Jenis kelamin berpengaruh pada penelitian ini dimungkinkan karena teori yang menyebutkan bahwa adanya hormon estrogen dan progesteron akan meningkatkan respon presor angiotensin II dengan melibatkan jalur RAAS. Jalur ini yang membuat tekanan darah seseorang menjadi meningkat (Pangaribuan, 2015).

Jenis kelamin sangat erat kaitannya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada wanita lebih tinggi ketika seorang wanita mengalami menopause, hal ini didukung juga oleh pendapat Cortaz (2008) mengatakan bahwa wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya

(16)

proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause.

Prevalensi dan keparahan dari hipertensi pada lansia wanita meningkat setelah umur 60 tahun, utamanya wanita memiliki hipertensi tingkat 1 (TD ≥ 140/90 mmHg) (Wassertheil et al., 2000).

Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Proses ini terus berlanjut dimana hormon esterogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 60-74 tahun (Kumar et al., 2005).

4.2.3 Gambaran Fungsi Kognitif pada lanjut usia

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan sebagian besar responden atau sebanyak 44 orang (62.9%) memiliki gangguan kognitif sedang. Lansia yang menderita hipertensi selama <5 tahun sebanyak 21 orang, di antaranya tidak mengalami penurunan fungsi kognitif (0%), 15 orang (21.4%) mengalami penurunan fungsi kognitif sedang dan 6 orang (8.6%) mengalami penurunan fungsi kognitif berat. Lansia yang menderita hipertensi selama >5 tahun sebanyak 49 responden, di antaranya 6 responden (8.6%) fungsi kognitif normal 29 responden (41.4%) mengalami penurunan fungsi kognitif sedang dan 14 responden (20%) mengalami penurunan fungsi kognitif berat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Taufik (2014) yang meneliti gangguan fungsi kognitif pada lansia mendapat responden yang memiliki gangguan fungsi kognitif sedang sebanyak 38 (77,55%) responden

(17)

lebih banyak dari yang normal sebanyak 11 (22,45%) responden. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Qian He et al., (2016) di Binhai New Area di Tianjin, China tentang gangguan kognitif pada lansia terdapat sebanyak 115 subjek yang memiliki gangguan fungsi kognitif sedang dan 112 subjek normal.

Pada penelitian didapatkan bahwa gangguan fungsi kognitif lebih banyak terjadi pada subjek perempuan sebanyak 45 (64,3%) subjek. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wreksoatmodjo (2014) didapatkan bahwa perempuan lebih cenderung menderita gangguan fungsi kognitif khususnya di usia sangat lanjut.

Perempuan didapatkan mengalami gangguan kognitf di usia lebih muda, hal ini dikarenakan adanya penyakit kardiovaskular yang lebih sering dijumpai pada perempuan. Peningkatan densitas

sinaps di otak memberikan perlindungan dari munculnya gejala penurunan fungsi kognitif dari sinaps yang telah hilang, karena sinaps yang baru dapat menggantikan sinaps yang lain (Albert, 1995).

Pada penelitian ini didapatkan bahwa lansia yang mengalami gangguan fungsi kognitif terbanyak ada pada kelompok umur 60-74 tahun sebanyak 35 (50%).

Pada lansia mengalami proses penuaan yang mengakibatkan perubahan fungsi pada lansia, salah satunya adalah penurunan fungsi kognitif. Semakin bertambahnya usia seseorang maka kecepatan proses di pusat saraf semakin menurun yang dapat mengakibatkan perubahan penurunan fungsi kognitif.

Pada umumnya lansia cenderung sulit untuk mengingat hal-hal yang baru atau hal-hal yang lama karena lansia tidak termotivasi untuk mengingat sesuatu.

Ketidakmampuan dalam mengingat ini

(18)

salah satunya dipengaruhi oleh faktor usia. Bertambahnya umur merupakan faktor resiko mayor terjadinya penurunan fungsi kognitif karena otak mengalami beberapa perubahan (Yuniati dan Riza, 2004).

Dari hasil penelitian didapati bahwa responden lansia yang memiliki riwayat hipertensi lebih dari lima tahun sebagian besar responden atau sebanyak 49 orang (70%) dan responden lansia yang memiliki riwayat hipertensi kurang dari lima tahun atau dengan kata lain belum lama menderita hipertensi adalah sebagian kecil responden atau sebanyak 21 orang (30%). Hal ini dapat disebabkan pada usia lanjut memiliki tekanan darah lebih tinggi dibandingkan pada saat usia muda, seperti yang disampaikan Susilo dan Wulandari pada tahun 2011 bahwa secara fisiologis, usia yang semakin bertambah meningkatkan risiko seseorang menderita penurunan fungsi

kognitif. Berdasarkan hal ini, dapat menjelaskan kenapa jumlah lansia yang memiliki riwayat hipertensi di atas lima tahun lebih banyak dibandingkan dengan yang baru saja menderita hipertensi kurang dari lima tahun ini.

4.3.3 Hubungan Hipertensi terhadap Gangguan Fungsi Kognitif

Pada penelitian ini telah didapatkan data mengenai riwayat hipertensi dan hasil skor MMSE yang diambil dari responden di PSRLU dan PMP Ciparay.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik menggunakan software SPSS 25 uji spearman diperoleh tekanan darah sistol (TDS) dengan nilai p-value sebesar 0,000 dan nilai koefisiensi kolerasi di dapatkan hasil 0.660. termasuk kedalam nilai koefisien kolerasi (0.60-0.799). Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan antara tekanan darah sistol dengan penurunan fungsi kognitif dengan tingkat hubungan yang kuat.

(19)

Hasil tekanan darah diastol (TDD) dengan fungsi kognitif didapatkan P value sebesar 0.337 > 0,05 dan Nilai koefisiensi kolerasi di dapatkan hasil 0.116 termasuk kedalam nilai koefisien kolerasi (0.0- 0.199). Hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara tekanan darah diastol dengan penurunan fungsi kognitif dengan tingkat hubungan yang sangat rendah.

Hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitan yang dilakukan Taraghi et al., (2016) mendapatkan hubungan yang signifikan antara fungsi kognitif dan hipertensi (p = 0,039) (Taraghi et al., 2016). Beberapa sumber menyebutkan bahwa hipertensi memiliki efek yang signifikan terhadap fungsi kardiovaskular, integritas struktural serebral dan berasosiasi dengan kemunduran kognitif. Penjelasan yang paling utama muncul bagaimana hipertensi memberikan efek yang

mengganggu fungsi kognitif adalah karena hipertensi meningkatkan penyakit kardiovaskular. Beberapa penelitian longitudinal memperlihatkan hubungan positif hipertensi terhadap gangguan fungsi kognitif. Efek ini berhubungan dengan stroke dan berkorelasi kuat dengan individu yang tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi (Taraghi et al., 2016).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Taufik (2014) yang meneliti pengaruh hipertensi terhadap lansia di Instalasi Rawat Jalan Poli Geriatri Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang. didapatkan dari 49 subjek yang diteliti, 38 subjek mengalami penurunan fungsi kognitif pada subjek yang menderita hipertensi didapatkan hasil yang tidak signifikan (p = 0,847).

Pada penelitian ini ada data tentang berapa lama subjek memiliki riwayat hipertensi, sesuai menurut Taufik (2014)

(20)

ada hubungan yang signifikan antara subjek yang memiliki riwayat hipertensi lebih dari lima tahun yang mengalami gangguan fungsi kognitif (p = 0,001).

Keadaan ini terjadi karena penyempitan dan sklerosis arteri kecil di daerah subkortikal, yang mengakibatkan hipoperfusi, kehilangan autoregulasi, penurunan sawar otak, dan pada akhirnya terjadi proses demyelinisasi white matter subcortical, mikroinfark dan penurunan kognitif. Pemeriksaan MRI pada pasien dengan hipertensi kronik sering mendapatkan lesi subkortikal, mikroinfark, astrogliosis, pelebaran ventrikel, dan akumulasi cairan ekstrasel dibanding yang tanpa hipertensi (Suhardjono, 2009). Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Perubahan ini menyebabkan penurunan compliance aorta dan pembuluh darah besar dan

mengakibatkan peningkatan TDS. TDD meningkat sampai umur 50-60 tahun dan kemudian cenderung menetap atau sedikit menurun. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer.

Sensitivitas baroreseptor juga berubah dengan umur. Perubahan mekanisme refleks baroreseptor mungkin dapat menerangkan adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat pada pemantauan terus menerus (Kuswardhani, 2014).

Pembuluh darah besar yang memberikan suplainya ke otak (arteri karotis) terjadi kerusakan pembuluh darah yang menyebabkan penurunan suplai darah ke otak, seperti atherosclerosis pada arteri besar dan blokade pada arteriol. Pada akhirnya proses ini menyebabkan kerusakan pada substansia alba yang berperan dalam transmisi pesan dari satu regio otak menuju yang lainnya, selain itu juga menyebabkan terjadi atrofi atau

(21)

penyusutan pada massa otaknya.

mengakibatkan kematian neuron kolinergik yang menghasilkan asetilkolin.

Defisit neurotransmiter asetilkolin menyebabkan terganggunya mekanisme fungsi kognitif pada jaringan otak (Price, 2006). Tekanan yang terjadi pada saat otot jantung beristirahat atau relaksasi (melebar dan mengendur) pada saat pengisian darah akan mengalir langsung ke dalam ventrikel melalui valvula bicuspidalis dan valvula tricuspidalis yang terbuka sebelum terjadi kontraksi atrium.

dimana volume darah dari atrium yang masuk ke ventrikel baru sebanyak 75%.

Selanjutnya, atrium akan berkontraksi dan memompa 25% darah lagi masuk ke dalam ventrikel sehingga ventrikel menjadi penuh 100% atau sebesar 120 mL (Ending Diastolik Volume), fase ini merupakan akhir dari diastole atau diastesis (pengisian ventrikel secara lambat) sehingga tidak terjadi

terganggunya fungsi kognitif (Price, 2006).

Penurunan sensitivitas baroreseptor juga menyebabkan kegagalan refleks postural, yang mengakibatkan hipertensi pada lanjut usia sering terjadi hipotensi ortostatik. Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik-α dan vasokonstriksi adrenergik-α akan menyebabkan kecenderungan vasokontriksi dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan tekanan darah. Resistensi Na akibat peningkatan asupan dan penurunan sekresi juga berperan dalam terjadinya hipertensi (Kuswardhani, 2006). Perbedaan risiko tersebut dapat karena tingginya tekanan darah sistolik di usia lansia muda meningkatkan risiko aterosklerosis, meningkatkan jumlah lesi iskemik substansia alba, juga meningkatkan jumlah plak neuritik dan tangles di

(22)

neokorteks dan hipokampus serta meningkatkan atrofi hipokampus dan amigdala sehingga mengakibatkan fungsi kognitif terganggu (Wreksoatmodjo, 2014).

KESIMPULAN

1. Sebagian besar responden (57.1%) yaitu 40 responden memiliki tekanan darah sistol dengan hipertensi tahap 1.

2. Sebagian besar responden (87.1%) yaitu 61 responden memiliki tekanan darah diastol dengan hipertensi tahap 1

3. Sebagian besar responden (62.9%) yaitu 44 responden memiliki penurunan fungsi kognitif sedang

4. Didapatkan P value sebesar 0.000 dan nilai r sebesar

0.660 ada hubungan antara tekanan darah sistol dengan penurunan fungsi kognitif dengan tingkat hubungan yang kuat.

5. Didapatkan P value sebesar 0.337 dan nilai r sebesar 0.116 tidak ada hubungan antara tekanan darah diastol dengan penurunan fungsi kognitif dengan tingkat hubungan yang sangat rendah.

SARAN

1. Bagi PSRLU dan PMP Ciparay Kabupaten Bandung Masih terdapat lansia yang memiliki penurunan fungsi kognitif maka dari itu tetap mengontrol tekanan darahnya agar stabil dengan cara mengubah pola gaya

(23)

hidup dan mengkonsumsi obat hipertensi yang diberikan dokter secara teratur agar tekanan darah tetap terkontrol dengan baik.

Hal ini karena berdasarkan penelitian bahwa ada kaitannya riwayat menderita hipertensi dengan terjadinya penurunan fungsi kognitif pada lansia di PSRLU dan PMP Ciparay Kabupaten Bandung.

2. Bagi pelayanan kesehatan Disarankan mencegah dan menatalaksana hipertensi dengan baik sehingga dapat mencegah terjadinya penurunan fungsi kognitif pada usia lanjut.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor lain yang belum diteliti untuk memperbanyak referensi terkait dengan kejadian penurunan fungsi kognitif pada lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. (2017). Gambaran Tingkat Kebersihan Rongga Mulut Pada Pasien Usia Lanjut Penderita Demensia.Skripsi.Universitas Hasanudin.

Albert. (1995). How does education affect cognitive function.

Elseviers, January 1995, 5 (1), pp:

76-78.

Anatasia. (2015). Hubungan Lamanya Hipertensi Dengan gangguan Fungsi Kognitif Pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Padang Bulan 2015.Skripsi.Universitas Sumatra Utara.

Anggara, D., & Prayitno , N. (2013).

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat. Jakarta: Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol 5/ No. 1.

(24)

Anggraeni. (2009). Hubungan beberapa faktor obesitras dan hipertensi.

Semarang. Medika Indonesia : Rineka Cipta. Jakarta.

Ardiani, A. (2018). Age-Related Cognitive decline during normal aging: The complex effect education. Archives of Clinical Neuropsyochology. Vol 15 (16) pp:

495-513.

Arifin, M., Weta, I., & Ratnawati, N.

(2016). Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan hemodinamik sistem kardiovaskuler yang mana patofisiologinya tidak bisa diterangkan dengan hanya satu mekanisme tunggal. semua definisi hipertensi adalah angka kesepakatan berdasarkan bukti klinis. E-Jurnal Medika, 5, 7.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Aspiani , Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. a. Jakarta:

CV. Trans Info Media.

Azizah, L. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. . Yogyakarta: Graha Ilmu.

Baars, L. (2010). Effect of hypertension on cognitive decline : Mediation by exposure duration, antihypertensive treatment and APOE-e4 genotype,". Alzheimer's dx Dementia. The Alzheimer's

Association, 5110.

doi:10.1016/j,jalz.2010.05.340 Badan Pusat Statistik. (2015). Statistik

Penduduk Lanjut Usia 2014 Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional.

Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Bae, S. S. (2016). Factors related to intentional and unintentional medication nonadherence in elderly patients with hypertension in rural community. Dovepress Journal, Vol. 10: 1979-198.

Bickley, L., & Szilagyi, P. (2014). Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan (Barrarah Bariid, penerjemah). Jakarta:

EGC.

BKKBN. (2014). Menuju Lansia Paripurna. BKKBN. Retrieved april 18, 2018, from http://www.bkkbn.go.id/View Artikel,aspx?Artikellll)=123 Briton, & marmot. (2003). Cortisol

Responses to Mental Stress and Incident Hypertension in Healthy Men and Women. J Clin Endocrinol Metab 2012;97:E29-34.

Carayannis, G. (2001). Memory Cognitive Function Loss:

ReGenesis medical centre.

Clarkson, & Kozman. (1989). Cognition and Health Literacy in Patients with Hypertension. Internal Medicine 2008. Journal of General Internal Medicine

Cortaz, K. (2008). Hypertension. Last update May 11 2008.

http//:www.emedecine.com.

[Accessed 25 April 2016]. . Darmojo, R., & Boedhi. (2009). Getriari

(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) edisi ke-4. jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Deary , I., Pattie , A., Taylor, M., Whiteman, M., & Starr, J. (2016).

Smoking and cognitive change

(25)

from age 11 to age 80. 74:1006- 1007. Journal of Neurology, Neurosurgery, andPsychiatry.

Depkes RI. (2018). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2018. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI; 2018.

Dinkes Provinsi Jabar. (2016). Profil Kesehatan. Bandung : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

Dugdale, A. (2012). Management of Chronic Suppuratif Otitis Media.

Medical Journal of Australia.

Clinical Evidence Handbook.

Dugdale, G. (2012). Bone Marrow Biopsy : MedlinePlus Medical Encyclopedia. [Online] 2010.

[Dikutip: 20 April 2012.]

www.nlm.nih.gov/medlineplus/

ency/article/003934.htm.

Edwin, S. (2014). Pengaruh Hipertensi Terhadap Fungsi Kognitif Pada Lansia.Skripsi.Universitas

Diponegoro.

Effendi, F., & Makhfudli. (2009).

Keperawatan Kesehatan Komunitas:

Teori dan Praktek Dalam Keperawatan.Jakarta: Salemba medika.

Gallo, J., Reichel, W., & Andersen, L.

(2000). Buku Saku Gerontologi (edisi 2). . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Goldman, R., & Klatz, R. (2003). The New Anti-Aging The New Anti- Aging Revolution. Australasiam Edition, Theories of Aging. Page:

19-32.

(http://www.pps.unud.ac.id/the sis/pdf_thesis/unud-

2311651891725-

bab%20ii%20(revised)%20.pdf).

Di akses tanggal 21 Mei 2017.

Gunawan , L. (2001). Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi . Yogyakarta, Penerbit Kanisius.

Guyton , A., & Hall, J. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Dialih bahasakan oleh I. Setiawan, K.A.

Tengadi dan A. Santoso. Jakarta:

EGC.

Hanns, P. (2009). Inflamation, Immunity, and Hypertension.

Hypertension 2011;47:132-140.

He , Q., Qing, L., Jiangang, Z., &

Tianfeng, W. (2016).

Relationship between plasma lipids and mild cognitive impairment in the elderly Chinese: a case-control study.

Biomed Central: Lipids in Health and Disease. Vol 15(146).

Hertz, R. U. (2005). Racial disparities in hypertension prevalence, awareness, and management.

Arch Intern Med, (165), pp: 2098 – 104.

Hidayah, Y. (2016). Pengaruh senam otak terhadap fungsi kognitif pada lansia di rt 03 rw 01 kelurahan tandes surabaya. E- Jurnal Medika, 88-95.

Hidayat, A. (2007). Riset keperawatan dan tehnik penulisan ilmiah. . Jakarta:

Salemba medika.

Hidayat, A. (2009). Metode penelitian keperawatan dan tehnik analisa data.

. Jakarta: Salemba medika.

(26)

Hidayat, A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analis.

Jakarta: Salemba Medika.

JNC-8. (2014). The Eight Report of the Joint National Commite.

Hypertension Guidelines: An In- Depth Guide. Am J Manag Care.

Jorm , A., & Jolley, D. (1998). The incidence of dementia: A Meta- Analysis. Neurology 51(3): 728- 33.Canadian Journal of Neurological Sciences.

Kaplan, H., Sadock, M., & Grebb, J.

(1997). Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid II. Edisi Ketujuh. (K.

Widjaja , Ed.) Jakarta : Binarupa Aksara.

Katzman, R. (1993). Neurology:

Education and the prevalence of dementia and Alzheime &

disease, 43, pp: 13-20.Journal of the American Neurological.

Kemenkes. (2017). Situasi Lansia Di Indonesia Tahun 2017. Analisis Lansia Indonesia 2017, 1-2.

Kemenskes. (2018). Hipertensi membunuh Diam-Diam, Ketahui Tekanan Darah Anda.

Jakarta : Kementrian Kesehatan.

www.depkes.go.id, diperoleh 04 Desember 2018.

Khasanah, N., & Ardiansyah, M. (2016).

Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Penurunan Daya Ingat pada Lansia. Jurnal Mutiara Medika, 12, 150-154. Retrieved from http://journal.umy.ac.id/index.

php/mm/article/view/1035/11 20.

Kochhann. (2009). Evaluation of mini- mental state examination scores according to different age and education strata and sex. Dement Neuropsychol, 3(2)(88-93).

Kumar, E., Ramesh, A., &

Kasiviswanath, R. (2005).

Hypoglicemic and

Antihyperglicemic Effect of Gmelina asiatica Linn. In normal and in alloxan Induced Diabetic Rats, Andhra Pradesh, Departement of Pharmaceutical Sciences. Article in Biological and Pharmaceutical Bulletin.

Kumar, V. A. (2005). Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robin and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia: Elsevier Saunders; 528-5289. .

Kuswardhani , D. (2014). Sehat Tanpa Obat dengan Bawang Merah Bawang Putih. Yogyakarta: Andi Offs.

Lezak. (2004). Neuropsychological assessment.

New York : Oxford University . Martono , H. (2004). Penatalaksanaan

Hipertensi pada Usia Lanjut, Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi Ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Maryam , R., & Hartini, T. (2015).

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Activity Dailing Living.

Jurnal Kesehatan, 45-55, 1(23).

Maryam. (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Salemba medika.

Mirna, C. (2009). Mental health and well being in later life . Retrieved from U.K: McGRAW-Hill Education

(27)

Moulton, S. (2016). Managing Hypertension Tools to Improve Health and Prevent Complications. Jefferson, North Carolina: McFarland and Company.

Mubarak. (2006). Ilmu Keperawatan Komunitas. (Foldstin, Ed.) Jakarta : salemba.

Mulyadi, A. (2017). Gambaran Aktivitas Fisik Lanjut Usia Demensia Di Balai Perlindungan Sosial Tresna Wreda Ciparay Bandung. (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).

Nafrialdi. (2009). Anti Hipertensi. Sulistia dan Gunawan (ed). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Nafrialdi. (2009). Neurologi Klinis Dasar, 12 ed. Jakarta: Dian Rakyat, 2008:211-215.

Narasimha, B. (2014). Health care of elderly. Journal Departement of community medicine.

National Heart Lung and Blood Institute. (2014). (NHLBI). Heart Disease Risk Factors. United States.

Retrieved from

http://www.nhlbi.nih.gov/healt h/dci/Disease/hd/hd_risk.html National Heart, Lung and Blood Institute. (2014). Your Guide to Lowering Blood Pressure U.S.

Departement of Health and Human Services.

Nehlig. (2010). Is Caffeine a Cognitive Enhancer 20: S85-S94. Journal of Alzheimer Disease.

NHLBI. (2014). National Heart, Lung, and Blood Institute. What

Causes Overweight and Obesity.

Available from:

https://www.nhlbi.nih.gov/heal th/healthtopics/topics/obe/cau ses.

Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontik (edisi 5). Jakarta : EGC.

Nugroho. (2012). Keperawatan gerontik &

geriatrik, edisi 3. Jakarta : EGC.

Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi 2. . Jakarta: Balai Penerbit EGC.

Nurarif, H., & Kusuma, H. (2015).

Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta : Mediaction.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika . Nursalam. (2013). Metodologi penelitian:

pendekatan praktis (edisi 3).

Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2015). Metodologi penelitian ilmu keperawatan: pendekatan praktisi edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Obisesan , T. (2009). Hypertension and Cognitive Function. . Clinical Geriatric Medicine, 25:259-288.

(28)

O'Byant. (2008). High Blood Sugar Levels Tied to Small Increases in Dementia Risk. JAMA Neurology 2013.

Oparil, S., Zaman, M., & Calhoun, D.

(2003). Pathogenesis of Hypertension, Ann Intern Med 2003. Journal of Hypertension.

26(3):381–391,marct 2008.

Pandean, G., & Surachmanto, E. (2016).

Hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif di Poliklinik SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

Jurnal e-Clinic (eCl),, 4(1).

Pranarka, K. (2006). Penerapan Geriatrik kedokteran menuju usia lanjut yang sehat,. universa medicina, 187- 197, 25.

Price, S., & Wilson, L. (2006). Patofisiologi, Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit Edisi 6. . EGC. Jakarta.

Rebecca, B. (2007). Hubungan antara tingkat pendidikan dan hipertensi pada wanita di kabupaten Sukoharjo.Skripsi.Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rees Ang, P., & Lee, H. (2016).

Dementia in the Asia Pacific Region: The Epidemic is Here FOREWORD. Retrieved from http://ww.alz.co.uk/reaerch/fil e/apreport.pdf.

Reily, J. (2010). Effects of Semantic and phonological reladness on world list recall : a case study in sematic dimentia and alzheimer's disease.

ScienceGirect PrediaSocial and behavioral science 6.

Reny. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan

Kardiovaskular: Aplikasi NIC dan NOC. Jakarta: EGC.

Rikesdas. (2018). (Riset Kesehatan Dasar) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.Diakses: 19 Oktober 2018, dari

http://www.depkes.go.id/resou rces/download/general/Hasil%

20Riskesdas%20 2013.pdf.

Riyanto. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha. . Medika Yogyakarta.

Rudianto, B. (2013). Menaklukkan Hipertensi dan Diabetes. . Yogyakarta : Sakkhasukma.

Sharp , S. (2011). Hypertension is a potential risk factor for vascular dementia: systematic review.

International Journal of Geriatric Psychiatry.

Sherwood, L. (2007). Human Physiology from cells to systems. 6 ed.

Belmont: Thomson HIgher Education.American Journal of Physiology.

Smeltzer, & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih

bahasa oleh Agung

Waluyo…(dkk), EGC, Jakarta.

Soewono, I. (2010). Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia. Jakarta Komnas Lansia.

Sofia, R., & Dewi. (2011) Buku Ajar Keperawatan Gerontik . (Swartz, G. Lauren, & Collins, Eds.) Retrieved from [Internet].

2011;83(11):1310–1217.

(29)

Available from:

www.aafp.org/afp.

Statistik, B. P. (2017). Lanjut Usia 2017 Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional.Jakarta : Badan Pusat Statistik. 259. doi:04220.1801 Stinga, E, E., Knauper, G., Gavrilovi, &

Murphy, J. (2009). Collagen Degradation and Platelet Derived Growth Factor Stimulate the Migration of Vascular Smooth Muscle Cells. J Cell. Retrieved from Avaible from

:http://jcs.biologist.org/content /113/11/2055.long [Accessed:

Stockslager, J. (2008). Asuhan Keperawatan Gerontik , edisi 2. Jakarta : EGC.

Stones , R., & Kozman. (1989). The Mental Status Examination in Neurology. Edisi 4. Los angles:

F.A. Davis Publishers. Available at:

https://books.google.co.id/boo ks?hl=id&id=lrCjfKlqmtwC&d q=cognitive+

function+strub+black&focus=s earchwithinvolume&q [Acc.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis.

. Alfabeta : Bandung.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. . Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. . Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Suhardjono. (2009). Hipertensi Pada Lanjut Usia. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simandibrata KM, Setiyohadi B, Syam AF (eds).

Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Edisi ke-5. Jakarta:

InternaPublishing, p:899-902. . Sujarweni. (2014). Metodologi Penelitian. .

Yogyakarta: Pustaka Baru.

Sundariyati, I., Ratep, N., & Westa, W.

(2015). Gambaran Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Status Kognitif pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kubu II, Januari-Februari 2014. E-Jurnal Medika Udayana, 4.

Surprenant, A., & Neath , I. (2007). The 9 lives of short-term memory. In A. Thorn & M. Page (Eds.), Interactions between short-term and long-term memory in the verbal domain (pp. 16-43). Hove, UK: Psychology Press.

Suryano , e. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: ANDI.

Susilo, & Wulandari. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Jakarta:

Penerbit Andi.

Sustrani , L. (2006). Hipertensi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka.

Tanjung, K. (2019). Gambaran Gangguan Kognitif dan Fungsional (Iadl) Pada Lansiia di Kelurhan Krama, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.

2356-3346. Retrieved from http://ejournal3.undip.ac.id/ind ex.php/jkm.Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal)

Taraghi, Z. A. (2016). Cognitive Impairment Among Elderly

(30)

Patients With Chronic Heart Failure and Related Factors. Iran J Psychiatry Behav Sci. Vol 10 (2).

Taraghi, Z., Ahmad, A., Mahshid, F., &

Jamshid. (2016). Cognitive Impairment Among Elderly Patients With Chronic Heart Failure and Related Factors. Iran J Psychiatry Behav Sci. Vol 10 (2).

Taufik, E. (2014). Pengaruh hipertensi terhadap fungsi kognitif pada lanjut usia. Semarang, Indonesia, Universitas Diponegoro. Skripsi.

Jurnal Media Medika Muda . Tribowo, A. (2016).Hubungan Riwayat

Hipertensi dengan Kejadian Demensia pada Lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur

Kasongan Bantul.

Yogyakarta.Skripsi.Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta. 2016.

Tumipa, S., Bidjuni, H., & Lolong, J.

(2017). HUBUNGAN

DUKUNGAN KELUARGA

DENGAN KEJADIAN

DEMENSIA PADA LANSIA DI DESA TUMPAAN BARU

KECAMATAN TUMPAAN

AMURANG MINAHASA

SELATAN. e-Journal Keperawatan (e-Kp), 5, 1.

United Nations. (2015). world population Ageing 2015, Highlight, United Nations, Departementof Economic and social Affairs, population division (2015). world popolation ageing 2015 - highlight.

doi:ST/ESA/SER.A/368 Wade, & Cameron. (2003). Using a

Problem Detection Study

(PDS)to Identify and Compare Health Care Privider and

Consumer Views of

Antihypertensive therapy. Journal of Human Hypertension, Jun Vol 17 Issue 6, hal 397.

Wahyuniarti, A. (2020). Hubungan antara hipertensi dengan penurunan fungsi mognitif pada lansia.Skripsi.Universitas

Muhammadiyah Malang 2012.

Waldstein, S., & Katzel , L. (2001).

Hypertension and Cognitive Function. Mahwah: NJ: Erlbaum, 15-36.

Wassertheil S.S., A. G. (2000).

Hypertension and its treatment in postmenopausal women:

baseline data from the Women’s Health Initiative. Hypertension.

(36), pp: 780 –9. .

WHO. (2016). Retrieved from http://www.who.int/dietphysic alactivity/factsheet.olderadults/e n/ diakses pada Tgl 18-april- 2018

WHO. (2018). World Health Organization. a Globa Brief on Hypertension: Silent Killer, Global Public Health Crisis.

Windani, C. (2018). Description of Dementia in the Elderly Status in the Work Area Health Center.

indonesia contemporary nursing journal, 3(1)(1-11).

Wiyoto. (2002). Penurunan fungsi kognitif Pada Stroke in Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan ilmu penyakit

saraf, FK UNAIR,

Surabaya.Skripsi.

(31)

Wood , E., Dudchenko , P., & Robitsek , R. (2000). Hippocampal neuronsencode information about different episodes occuring in the same location neuron. Neuron, Vol. 27, 623–633 Wreksoatmodjo, B. (2014). Pengaruh Sosial Engagement terhadap Fungsi Kognitif Lanjut Usia di Jakarta.Hasil Penelitian.

CDK.214. Vol. 41. No.3.

Yogisutanti, G. (2012). Biostatistika untul Ilmu Keperawatan, Kebidanan, Kesehatan dan Ilmu-Ilmu Kesehatan lainnya. Bandung: CV.Cakra.

Yuniati, F., & Riza, M. (2004). Faktor- faktor yang Berhubungan Dengan Kesulitan Mengingat dan Konsentrasi Pada Usia Lanjut di Indonesia Tahun 2004.

Jurnal Pembangunan Manusia, pp:

9-25.

Gambar

Tabel 4.1. Distribusi Responden  Berdasarkan Usia, jenis kelamin, Lama
Tabel  4.2.  Gambaran  Hipertensi  di  PSRLU dan PMP Ciparay

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah (1) tingkat kecerdasan emosional responden sebagian besar rendah, (2) derajat hipertensi responden sebagian besar adalah derajat

No Jenis Usia Kategori Pendidikan Pekerjaan Merokok TD TD Riwayat Status Skor Riwayat Riwayat Status Kelamin Usia Sistolik Diastolik Hipertensi Hipertensi Kognitif Diabetes

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kaitan antara lamanya riwayat lansia yang menderita hipertensi terhadap terjadinya proses penurunan fungsi kognitif

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kaitan antara lamanya riwayat lansia yang menderita hipertensi terhadap terjadinya proses penurunan fungsi kognitif

No Jenis Usia Kategori Pendidikan Pekerjaan Merokok TD TD Riwayat Status Skor Riwayat Riwayat Status Kelamin Usia Sistolik Diastolik Hipertensi Hipertensi Kognitif Diabetes

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan kepala keluarga dari lansia yang mengidap hipertensi di Dusun Demangan,

Sebagian kecil responden memiliki tingkat kadar kolesterol berat dengan pra hipertensi (hipertensi ringan) sebanyak 1 responden (3,3%), dari tabel 4.6 dapat

1) Tingkat pengetahuan lansia tentang hipertensi sebagian besar adalah kurang baik yaitu sebanyak 42,3%. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan yang sebagian